Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam postulatnya Planck mengkuantisasikan energi yang dapat dimiliki osilator, tetapi
tetap memandang radiasi thermal dalam rongga sebagai gejala gelombang.Einstein dapat
menerangkan efek fotolistrik dengan meluaskan konsep kuantisasi Planck. Einstein
menggambarkan bahwa apabila suatu osilator dengan energi pindah ke suatu keadaan dengan
energi, maka osilator tersebut memancarkan suatu gumpalan energi elektromagnetik dengan
energy.

Lima tahun sesudah Planck mengajukan makalah ilmiahnya tentang teori radiasi thermal
oleh benda hitam sempurna, yaitu pada tahun 1905, Albert Einstein mengemukakan teori
kuantum untuk menerangkan gejala fotolistrik.Secara eksperimental sahihnya teori kuantum
itu dibuktikan oleh Millika n pada tahun 1914.Millikan secara eksperimental membuktikan
hubungan linear antara tegangan pemberhentian elektron dan frekwensi cahaya yang
mendesak elektron pada bahan katoda tertentu.

Pada tahun 1921 Albert Einstein memperoleh hadian Nobel untuk Fisika, karena secara
teoritis berhasil menerangkan gejala efek fotolistrik.Kesahihan penafsiran Einstein mengenal
fotolistrik diperkuat dengan telaah tentang emisi termionik. Telah alam diketahui bahwa
dengan adanya panas akan dapat meningkatkan konduktivitas udara yang ada di
sekelilingnya. Menjelang abad ke-19 ditemukan emisi elektron dari benda panas.Emisi
termionik memungkinkan bekerjanya piranti seperti tabung televisi yang di dalamnya
terdapat filamen logam atau katoda berlapisan khusus yang pada temperatur tinggi mampu
menyajikan arus elektron yang rapat.

Jelaslah bahwa elektron yang terpancar memperoleh energi dari agitasi thermal zarah
pada logam, dan dapat diharapkan bahwa elektron harus mendapat energi minimum tertentu
supaya dapat lepas. Energi minimum ini dapat ditentukan untuk berbagai permukaan dan
selalu berdekatan dengan fungsi kerja fotolistrik untuk permukaan yang sama. Dalam emisi
fotolistrik, foton cahaya menyediakan energi yang diperlukan oleh elektron untuk lepas,
sedang dalam emisi termionik kalorlah yang menyediakannya. Dalam kedua kasus itu proses
fisis yang bersangkutan dengan timbulnya elektron dari permukaan logam adalah sama.

1
Untuk membangkitkan tenaga listrik dari cahaya matahari kita mengenal istilah sel
surya.Namun tahukah kita bahwa sel surya itu sebenarnya memanfaatkan konsep efek
fotolistrik. Efek ini akan muncul ketika cahaya tampak atau radiasi UV jatuh ke permukaan
benda tertentu. Cahaya tersebut mendorong elektron keluar dari benda tersebut yang
jumlahnya dapat diukur dengan meteran listrik. Konsep yang sederhana ini tidak ditemukan
kemudian dimanfaatkan begitu saja, namun terdapat serangkain proses yang diwarnai dengan
perdebatan para ilmuan hingga ditemukanlah definisi cahaya yang mewakili pemikiran para
ilmuan tersebut, yakni cahaya dapat berprilaku sebagai gelombang dapat pula sebagai
pertikel. Sifat mendua dari cahaya ini disebut dualisme gelombang cahaya.

Meskipun sifat gelombang cahaya telah berhasil diaplikasikan sekitar akhir abad ke-
19, ada beberapa percobaan dengan cahaya dan listrik yang sukar dapat diterangkan dengan
sifat gelombang cahaya itu.Pada tahun 1888 Hallwachs mengamati bahwa suatu keping itu
mula-mula positif, maka tidak terjadi kehilangan muatan. Diamatinya pula bahwa suatu
keping yang netral akan memperoleh muatan positif apabila disinari. Kesimpulan yang dapat
ditarik dari pengamatan-pengamatan di atas adalah bahwa chaya ultraviolet mendesak keluar
muatan litrik negatif dari permukaan keping logam yang netral. Gejala ini dikenal sebagai
efek fotolistrik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu radiasi benda hitam ?


2. Bagaimana proses terjadinya radiasi benda hitam ?
3. Apa itu efek fotolistrik ?
4. Bagaimana proses dari efek foto listrik

1.3 Tujuan

1. Memahami konsep dari radiasi benda hitam


2. Memahami bagaimana proses dari radiasi benda hitam
3. Memahami konsep dari efek fotolistrik
4. Memahami proses efek fotolistrik

2
1.4 Manfaat

1. Dapat memahami konsep dari radiasi benda hitam


2. Dapat memahami proses terjadinya radiasi benda hitam
3. Dapat memahami konsep dari efek fotolistrik
4. Dapat memahami proses terjadinya efek fotolistrik

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 RADIASI BENDA HITAM SEMPURNA

Tahun 1900 seorang ilmuan Jerman Max Planck mengemukakan hipotesis tentang
cahaya yang dipancarkan suatu benda sempurna hitam, yaitu : energi radiasi hanya dapat ada
dalam bentuk paket-paket energi (kuantum) tertentu, jumlah energi dalam setiap paket
berbanding lurus dengan frekuensi energi radiasi itu. Hipotesis ini cukup sensasional, karena
bersifat kontroversial (mengandung perdebatan). Hakekat cahaya dalam hipotesis ini sangat
berbeda dengan apa yang telah diterima orang selama ini. Pada awal abad 20, konsep bahwa
cahaya merupakan gelombang elektromagnetik transversal telah kokoh sebagai pendapat
ilmuwan. Bukti yang mendukung pendapat ini telah menjadi bagian dari khasanah ilmu
pengetahuan. Cahaya adalah gelombang dan menunjukkan semua sifat yang diharapkan dari
gelombang yaitu : interferensi, difraksi, dan polarisasi (untuk gelombang transversal).

Bila ditinjau sifat umum dari suatu gelombang antara lain :

a. Kehadirannya melingkupi seluruh ruang, menjalar ke segala arah, dimana


kehadirannya tidak dibatasi dalam bentuk gangguan fisik yang periodik dalam ruang.
b. Merupakan perambatan energi dari satu titik ke titik lain dalam ruang.
c. Menunjukkan gejala interferensi, difraksi, dan polarisasi bila merupakan gelombang
transversal.

Sifat- sifat tersebut akan ditolak jika hipotesis Max Planck digunakan, bahwa energi radiasi
hanya dapat dalam bentuk paket-paket energi tertentu saja. Dengan demikian hipotesis Planck
berarti :

a. Paket energi (kuantum) memberi indikasi bahwa kehadirannya dalam ruang


terkurung dalam bagian yang sangat terbatas.
b. Konsep paket energi (kuantum) sama sekali tidak mendukung terjadinya gejala
interferensi, difraksi, dan polarisasi.

Jadi terlihat bahwa hipotesis Max Planck sungguh berbeda dengan konsep cahaya tentang
gelombang, dan bila hal ini benar akan berpengaruh cukup besar terhadap sendi-sendi fisika
yang dianut para ilmuan.

4
Radiasi termal adalah pemancaran energi oleh benda-benda karena suhu yang
dimilikinya. Sampai tahun 1900, para ilmuwan belum menemukan dasar teoritik untuk
menerangkan bentuk spektrum radiasi termal yang dipancarkan oleh benda sempurna hitam.
Spektrum yang dimaksud adalah radiansi spektral RT = RT (λ), yang didefinisikan sebagai :

Jumlah energi radiasi dengan spektrum selebar satu satuan selang panjang gelombang
(∆λ= 1) yang dipancarkan oleh satuan permukaan benda bersuhu T persatuan waktu.

Benda yang merupakan idealisasi teoritik ini dianggap memiliki spektrum radiansi yang
hanya bergantung dari suhu. Artinya faktor-faktor lain, seperti : warna, halusnya permukaan,
jenis bahan, dan sebagainya dianggap tidak berpengaruh terhadap spektrum yang
dipancarkan. Benda sempurna hitam dibataskan sebagai benda yang menyerap semua radiasi
yang sampai di permukaannya. Menurut termodinamika benda demikian juga merupakan
pemancar sempurna, artinya intensitas radiasinya tertinggi diantara semua benda lain yang
sama suhunya. Keunggulan dalam memancar ini meliputi seluruh spektrum. Para ilmuwan
menggunakan “lubang pada dinding rongga yang dipanaskan” sebagai sumber radiasi termal
karena ternyata pola spektrumnya paling mendekati benda sempurna hitam. Lubang pada
dinding satu rongga menyerap semua radiasi yang datang, sehigga dari segi absorbsi
memenuhi sifat benda sempurna hitam (cavity radiation). λ 4
Sampai akhir abad 19 mekanisme pengalihan energi kalor menjadi energi radiasi di
dinding rongga belum diketahui, lalu andaikan bahwa pada permukaan dinding terdapat
sistem fisika sub-atomik yang berperan dalam pengalihan tersebut. Energi rata-rata sistem E
dari termodinamika diketahui bahwa rapat energi radiasi ρ T (λ) di dalam rongga dinyatakan
sebagai :


ρ T(λ) ∆ λ = E ∆ λ .........................................................(1)
λ4

Atau dapat ditulis dalam bentuk frekuensi sebagai :


8 π v2
ρ T (v) dv = E d v......................................................(2)
c3
Rapat energi ρ T (λ) adalah jumlah energi radiasi berpanjang gelombang λ persatuan
volume yang ada di dalam rongga dengan dinding bersuhu T. Dari termodinamika diketahui
hubungan antara rapat energi ρ T (λ) di dalam rongga dan Radiansi spektral R T (λ) dari
permukaan lubang rongga adalah :
R T (λ) = c/4 ρ T(λ) ..........................................................(3)

5
Lengkung radiasi spektral sebenarnya telah diketahui para ilmuwan lama sebelum abad
19 berakhir, tetapi keterangan yang melandasi bentuknya belum dapat diungkapkan. Bentuk
lengkung radiansi spektral untuk suhu yang berbeda-beda, diperlihatkan Gambar di bawah ini
:

Gambar(1). Lengkung radiansi spektral benda sempurna hitam

Banyak waktu telah dicurahkan para ilmuwan dalam mempelajari lengkung radiansi
spektral yang telah diperoleh secara eksperimental. Hasil analisis empiris telah dirumuskan
dalam beberapa kaedah yang diperoleh dari pengukuran. Kaedah- kaedah itu adalah :
a. Hukum Stefan-Boltzman
Intensitas radiasi total meliputi seluruh panjang gelombang yang dipancarkan
oleh suatu benda sempurna hitam berbanding lurus dengan T-4. Secara
matematis dapat dituliskan sebagai :

RT = ∫ RT (λ)dλ = σ T-4 ...................................(4)


0

dengan = tetapan Stefan-Boltzman = 5,67 x 10-8 watt/m2K4

b. Hukum pergeseran Wien


Kedudukan λm untuk setiap lengkung radiansi spektral berbanding terbalik
dengan suhu pemancarnya T melalui hubungan:
λm. T = b = 2,898 x 10-3 mK...............................(5)

6
dimana b = tetapan Wien.

Hubungan- hubungan empirik tersebut telah banyak bermanfaat untuk hal-hal praktis
dalam fisika, tetapi yang terpenting adalah mencari landasan dasar tentang radiansi termal
yang belum terwujud. Rayleigh-Jeans dan Planck telah berupaya menyumbangkan hasil
pemikiran tentang konsep radiansi termal.

Rayleigh membuat hipotesis tentang rongga radiansi, antara lain :

a. Pemancaran dan penyerapan energi oleh dinding suatu rongga radiasi


terjadi melalui osilator linier atomik pada dinding rongga.
b. Dalam kesetimbangan termodinamika antara radiasi dalam rongga dan
pancaran oleh dinding rongga, emisi radiasi oleh dinding rongga sama
besar dengan penyerapannya.
c. Sesuai dengan kaedah fisika klasik setiap moda getar osilator linier atomik
melalui memiliki dua derajat kebebasan.

Berdasarkan hipotesis ini maka energi rata-rata osilator linier atom E = k B T, karena

1
setiap derajat bebas berenergi kB T. Jika harga energi ini disubsitusikan ke dalam ungkapan
2
radiansi spektral persamaan (a) dan (b) diperoleh:


R T (λ) = c/4 kBT .................................................................(6)
λ4

dengan : kB = tetapan Boltzman = 1,38 x 10-23 J/K

T = suhu mutlak (K)

Jika hasil persamaan (6) diplot, dan dicantumkan bersama dengan lengkung
eksperimental terlihat bahwa pada panjang gelombang rendah harga R T (λ) akan sangat
meningkat, bahkan menjadi ∞ untuk harga λ yang mendekati 0. Dapat disimpulkan dari
lengkung eksperimental dan lengkung teoritik, bahwa teori Rayleigh tentang radiasi termal
tidak memadai. Pada λ rendah bahkan menghasilkan radiansi berharg ∞, sesuatu yang tidak
mungkin dalam termodinamika. Penyimpangan hasil ramalan Rayleigh-Jeans untuk panjang
gelombang pendek ini dinamakan bencana ultraviolet (ultraviolet catastrophe). Hal ini dapat
diperlihatkan pada gambar berikut :

7
Gambar(2) Penyimpangan Lengkung Radiansi Eksperimental dan teoritik oleh Rayleigh-
Jeans

Ternyata konsep klasik tentang ekipertasi energi untuk menerangkan radiasi termal
benda sempurna hitam membawa bencana ultraviolet. Akhirnya Planck muncul dengan
seperangkat asumsi baru berhasil menerangkan bentuk lengkung radiansi termal.

Hipotesis Planck tentang radiasi termal oleh benda sempurna hitam adalah sebagai:

a. Penyerapan dan pemancaran energi oleh dinding rongga radiasi terjadi melalui
osilator linier harmonik yanng terdapat pada dinding-dinding itu.
b. Energi osilator-osilator harmonik tersebut hanya dapat memiliki harga diskrit
tertentu yang memenuhi hubungan E= nhv,
Dengan : v = frekuensi osilasi
h = 6,63 x 10−34
n = bilangan bulat ( sejati) = 0, 1, 2, ...
c. Penyebaran energi osilator sesuai dengan distribusi Boltzman,
sebagai :
1 EAT
P ( E ) ∆ ∈= c ∆ E ...................................................(7)
knT
P(E) ∆ E menggambarkan besarnya probabilitas bahwa osilator menggambarkan
besarnya probabilitas bahwa osilator memiliki energi antara E dan E+ ∆ E.

8
d. Transisi osilator dari tingkat energi tinggi ke tingkat yang lebih rendah hanya dapat
terjadi dengan: ∆ E=hv . Beda energi itu dipancarkan sebagai radiasi termal benda
sempurna hitam.
Secara lebih lengkap hipotesis planck tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Transformasi energi kalor dari dinding rongga menjadi energi termal terjadi melalui
osilator-osilator harmonik yang ada pada permukaan dinding rongga.
b. Dipostulatkan bahwa energi osilator harmonik memiliki energi dengan harga diskrit
tertentu ( E= nhv ). Berarti plank meninggalkan konsep fisika klasik bahwa harga
energi osilator harmonik bersifat komtinu yang dapat memililki setap harga antara 0
dan ∞.
c. Fungsi P(E) menunjukkan sebaran energi di antara osilator-osilator harmonik,
tepatnya P(E) ∆ Ememberikan besarnya probabilitas osilator memiliki energi antara
E dan ( E + ∆ E ¿. Jika selang energi meliputi harga antara 0 sampai ∞ maka
probabilitasnya adalah satu, yang tercermin dari:

∫ P ( E ) dE=1......................................................(8)
0

Harga P(E) sama dengan 0 untuk E=∞, menyatakan bahwa probabilitasnya 0, bahwa
suatu osilator memiliki energi yang tak berhingga.
d. Energi yang dipancarkan osilator senantiasa ∆ E= hv. Walaupun planck
menghipotesiskan bahwa energi osilator terkuantisasi, tetapi dia tidak menganggap
bahwa energi termalyang dipancarkan juga terkuantisasi dalam kuantum energi.
Dianggapnya bahwa energi radiasi tetap merambat sebagai gelombang di dalam
rongga radiasi. Einstenlah yang mempostulatkan bahwa energi yang dipancarkan oleh
osilator tetap merambat sebagai kuantum energi, dan tidak sebagai gelombang.

Penentuan energi rata-rata osilator E berdasarkan hipotesis planck sangat penting. Harga
rata-rata energi itu kemudian di substitusikan ke persamaan (1). Harga E ditetapkan menurut
batasan dari rata-rata suatu besaran E = nhv yang memiliki fungsi distribusi P (E) yaitu:

dalam bentuk panjang gelombang sebagai :

hc 1
E= λ hc ..............................................................(9)
λk b T
c −1

9
Dengan hipotesisnya ini planck menemukan rumus untuk radiasi benda hitam sempurna
sebagai :

8 π v2 hv
pr ( v )= .............................................................(10)
c2 λc
−1
kb T
c
Ternyata bentuk lengkung dari radiansi spektral pada persamaan (10) berimpit dengan
lengkung eksperimen, artinya teori planck cocok dengan hasil eksperimen untuk semua harga
panjang gelombang atau frekuensi spektral yang ada.
Dengan bantuan einsten yang mempostulatkan bahwa energi yang dipancarkan
merambat sebagai paket energi yang dikenal dengan “ foton”. Dengan temuan planck ini
sekaligus dapat menerangkan hukum Stefan-Boltzman dan hukum pergeseran wien. Jadi
dengan hipotesis planck akhirnya dapat menjawab persoalan besar selama ini menyangkut
pancaran energi oleh benda sempurna hitam yang merupakan gejala kuantum. Dengan
menganggap bahwa cahaya terkuantisasi yang energinmya terbagi dalam paket-paket energi
tertentu (foton).
(Husna,2003:35-42)

2.2 FOTON DAN EFEK FOTOLISTRIK

Dalam pembahasan radiasi benda hitam Planck telah mempostulatkan bahwa atom-
atom dinding rongga berlaku sebagai osilator yang mempunyai energi terkuantumkan secara
diskrit. Namun Planck tetap menganggap bahwa radiasi gelombang elektromagnet yang
dipancarkannya mempunyai distribusi energi yang kontinu.
Pada tahun 1905 Einstein mengusulkan bahwa radiasi elektromagnet terdiri atas
paket-paket energbak partikel. Jika frekuensi gelombang elektromagnet tersebut adalah v,
besar paket energinya adalah hv. Paket energi ini disebut foton, trepancar waktu osilator
harmonis sumber turun tingkat tenaganya.
Dengan konsep ini Einstein berhasil menjelaskan peristiwa fotolistrik yang pertama
kali diamati oleh Hertz dan selanjutnya diteliti secara eksperimental oleh P. Lenard. Dengan
peralatan seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.5. mereka mengamati bahwa cahaya yang
menyinari suatu elektrode dapat melepaskan elektron-elektron dari permukaan elektrode
tersebut. Elektron-elektonr yang terlepas ini memiliki energi kinetik yang bertambah besar
dengan bertambah besarnya frekuensi cahaya.

10
Gambar (3)
Cahaya dari lampu menyinari elektrode K (fotokatode). Elektron-elektron terlepas
dari elektrode tersebut dan bergerak menuju elektrode A (anode atau kolektor) dan
menimbulkan arus listrik dalam rangkaian luar yang dapat diamati dengan galvanometer G.
Energi kinetik elektron yang terlepas tersebut (disebut foto elektron) dapat diukur dengan
memasang tegangan searah V yang besarnya dapat diatur. Kutub positif dihubungkan pada
elektrode K dan kutub negatif pada elektrode A, dengan demikian elektrode A memberikan
gaya tolak pada elektron. Jika energi penghambat potensial listrik elektron yang timbul akibat
pemasangan tegangan searah ini samadengan atau lebih besar dari energi kinetik fotoelektron
mula-mula K sewaktu terpancar dari fotokatode, aliran elektron di anode dan juga arus di G
akan berhenti. Potensial ini disebut potensial penghenti (stopping potential)i VP. Jika muatan
elektron adalah –e, maka
K=e V P...........................................(11)
Hasil-hasil eksperimen menunjukkan :
a. Tidak ada waktu tunda antara penyinaran elektrode dan terlepasnya fotoelektron
(timbulnya arus).
b. Pada frekuensi cahaya yang tetap (λ juga tetap warna sama) arus i yang timbul
sebanding lurus dengan intensitas cahaya I.
c. Pada frekuensi dan intensitas cahaya yang tetap, arus i yang timbul berkurang
dengan bertambahnya potensial V yang terpasang.
d. Untuk suatu permukaan bahan, nilai potensial penghenti Vp tergantung pada
frekuensi cahaya v dan bukan pada intensitas cahaya I.

11
Gambar (5)

Einstein menjelaskan hasil-hasil pengamatan di atas sebagai berikut. Elektron-


elektron pada fotokatode yang disinari menyerap foton cahaya, masing-masing sebesar h v.
Sebelum elektron dapat lepas dari permukaan fotokatode, energi yang telah diserap tersebut
harus dapat digunakan elektron untuk melawan energi ikat elektron pada permukaan
fotokatode. Energi yang diperlukan untuk melepaskan ikatan ini disebut fungsi kerja(work
function) Ф fotokatode yang berkaitan dengan potensial fungsi kerja sebesar W = Ф/e. Energi
masih tersisa adalah (h v – Ф) yang berupa energi kinetik fotoelektron sewaktu terpancar dari
katode. Selanjutnya untuk mengehentikan elektron tersebut agar tidak mencapai anode,
diperlukan tegangan penghenti VP. Jadi berlaku

K=hv−Ф=e V P...........................................(12)

Atau

V P=( he ) v− Фe =( he ) v−W ..........................................(13)


Persamaan fotolistrik Einstein ini sangat memadai untuk menjelaskan hasil
eksperimen di atas. Grafik VP hasil eksperimen yang diperoleh untuk berbagai macam
frekuens v untuk suatu bahan fotokatode tertentu sebagai fungsi v akan berbentu garis lurus,
dan lereng garis lurus ini dapat digunakan untuk menentukan nilai h/e secara teliti. Dengan
mengisikan nilai e yang diperoleh dengan percobaab tetes minyak Milikan, dapatlah nilai
tetapn Planck ditentukan (Kusminarto, 1992 : 32 – 34)

Kita ingat bahwa gelombang cahaya membawa energi, dan sebagian energi yang
diserap oleh logam dapat terkonsentrasi pada elektron tertentu dan muncul kembali sebagai

12
energi kinetik. Jika kita memeriksa lebih teliti kita akan mendapatkan bahwa efek fotolistrik
tidak dapat ditafsirkan sedemikian sederhana.

Gambar (6)

Salah satu sifat yang khususnya menimbulkan pertanyaan pengamat ialah distribusi
energi elektron yang dipancarkan (yang disebut fotoelektron), trenyata tak bergantung dari
intensitas cahaya. Berkas cahaya yang kuat menghasilkan fotoelektron lebih banyak daripada
berkas yang lemah yang berfrekuensi sama, tetapi energi elektron rata-rata sama saja (gambar
2.2). dan juga dalam batas ketelitian eksperimen (sekitar 10-9s), tak terdapat kelambatan
waktu antara datangnya cahaya pada permukaan logam dan terpancarnya elektron.
Pengamatan serupa itu tidak dapat dimengerti dengan memakai teori elektromagnetik cahaya.

Marilah kita tinjau cahaya yang jatuh pada permukaan zat natrium dalam peralatan
seperti pada gambar 2.1 arus fotolistrik terdeteksi jika energi elektromagnetik 10 -6 W/m2,
terserap oleh permukaan. Ada 1019 atom pada selapis natrium setebal 1 atom yang luasnya 1
m2 sehingga jika kita anggap cahay datang diserap pada lapisan teratas dari atom-atom
natrium maisng-masing atom menerima energi rata-rata dengan laju 10-25 W. Pada laju ini 1,6
x 106 s – sekitar 2 minggu diperlukan oleh sebuah atom untuk mengumpulkan sekitar 1 eV
energi yang biasa dimiliki fotoelektron, dan jika kita memasukkan beberapa elektronvolt
yang diperlukan untuk menarik elektron ke luar dari permukaan natrium, waktu yang
diperlukan menjadi sekitar 2 bulan. Dalam waktu maksimum yang diperbolehkan 10-9s, teori
elektromagnetik menyatakan bahwa atom natrium rata-rata hanya mengumpulkan 10-5 eV
untuk diberikan pada salah satu elektronnya.

13
Sama anehnya bila dipandang dari teori gelombang ialah fakta bahwa energi
fotoelektron bergantung pada frekuensi cahaya yang dipakai (gambar 2-3). Pada frekuensi di
bawah frekuensi kritis yang merupakan karakteristik dari masing-masing logam, tidak
terdapat elektron apapun yang dipancarkan. Di atas frekuensi ambang ini fotoelektron
mempunyai selang energi dari 0 sampai suatu harga maksimum tertentu, dan harga
maksimum ini bertambah secara linear terhadap frekuensi. Frekuensi yang lebih tinggi
menghasilkan energi fotoelektron maksimum yang lebih tinggi pula. Jadi cahay biru yang
lemah menimbulkan elektron dengan energi lebih tinggi daripada yang ditimbulkanoleh
cahaya merah yang kuat, walaupun cahaya merah menghasilkan jumlah yang lebih besar.

Gambar 2-4 merupakan plot energi fotoelektron maksimum Kmaks terhadap frekuensi v
dari cahaya yang datang untuk beberapa eksperimen. Jelaslah bahwa hubungan antara
Kmaksdan frekuensi v mengandung tetapan pembanding yang dapat dinyatakan dalam bentuk

K maks=h ¿..........................................(14)

Dengan vo menyatakan frekuensi ambang, di bawah frekuensi tersebut tidak terdapat


pancaran foto dan h menyatakan tetapan. Penting untuk diperlihatkan harga h ialah 6,626 x
10-34 J s selalu sama, walaupun vo berubah untuk logam berlainan yang disinari

14
Gambar (7)

Gambar (8)

(Beiser, 1989 : 40 – 44)

Teori kuantum cahaya sepenuhnya berhasil menerangkan efek fotolistrik. Teori ini
meramalkan secara tepat bahwa energi maksimum fotoelektron harus bergantung pada
frekuensi cahaya datang dan tidak bergantung pada intensitas, berlawanan dengan yang
diusulkan oleh teori gelombang, dan teori ini dapat menerangkan, mengapa cahaya yang
sangat lemah dapat menghasilkan emisi fotoelektron yang berlawanan dengan teori
gelombang. Teori gelombang tidak dapat memberi alasan mengapa harus ada frekuensi

15
ambang sehingga jika dipakai cahaya berfrekuensi lebih rendah daripada itu, tidak terdapat
fotoelektron yang teramati, tidak peduli bagaimana kuatpun berkas cahayanya, sesuatu hal
yang merupakan akibat wajar dari teori kuantum (Beiser, 1989 : 47)

TEORI KUANTUM CAHAYA

Dalam tahun 1905 Einstein menemukan bahwa paradoks yang timbul dalam efek
fotolistrik dapat dimengerti hanya dengan memasukkan pengertian radikal yang pernah
diusulkan lima tahun sebelumnya oleh fisikawan teoritis Jerman Max Planck. Ketika itu
Planck mencoba menerangkan radiasi karakteristik yang dipancarkan oleh benda mampat.
Kita mengenal pijaran dari sepotong logam yang menimbulkan cahaya tampak, tetapi panjang
gelombang lain yang tak terlihat mata juga terdapat. Sebuah benda tidak perlu sangat panas
untuk bisa memancarkan gelombang elektromagnetik – semua benda memancarkan energi
seperti itu secara malar (kontinu) tidak peduli berapa temperaturnya. Pada temperatur kamar
sebagian besar radiasinya terdapat pada bagian inframerah dari spektrum sehingga tidak
terlihat.

Sifat yang diamati dari radiasi benda hitam ini tidak dapat diterangkan berdasarkan
prinsip fisis yang dapat diterima pada waktu itu. Planck dapat menurunkan rumus yang dapat
menerangkan radiasi spektrum ini (yaitu kecerahan relatif dari berbagai panjang gelombang
yang terdapat) sebagai fungsi dari temperatur benda yang meradiasikannya kalau ia
menganggap bahwa radiasi yang dipancarkan terjadi secara tak malar (diskontinu),
dipancarkan dalam caturan kecil, suatu anggapan yang sangat asing dalam teori
elektromagnetik. Catuan ini disebut kuanta. Planck mendapatkan bahwa kuanta yang
berpautan dengan frekuensi tertentu vdari cahaya semuanya harus berenergi sama dan bahwa
energi ini E berbanding lurus dengan v. Jadi

E=hv...............................................(15)

Dengan h, pada waktu ini disebut tetapan Planck, berharga

h=6,626 x 10−34 J . s

Ketika ia harus menganggap bahwa energi elektromagnetik yang diradiasikan oleh


benda timbul secara terputus-putus, Planck tidak pernah menyangsikan bahwa penalarannya
melalui ruang merupakan gelombang elektromagnetik yang malar. Einstein mengusulkan
bukan saja cahay dipancarkan menurut suatu kuantum pada suatu saat, tetapi juga menjalar

16
menurut kuanta individual; anggapan yang lebih berlawanan dengan fisika klasik. Menurut
hipotesis ini efek fotolistrik dapat diterangkan dengan mudah. Rumusan empiris persamaan
2.1 dapat ditulis

hv=K maks+ hv o..................................(16)

Pengusulan Einstein berarti bahwa tiga suku dalam persamaan 2.3 dapat ditafsirkan
sebagai berikut :

hv=isi energi dari masing−masing kuantum cahaya datang

K maks=energi fotoelektronmaksimum

h v o= energi minimum yang diperlukan untuk melepaskan


sebuah elektron dari permukaanlogam yang disinari

harus ada energi minimum yang diperlukan oleh elektron untuk melepaskan diri dari
permukaan logam, jika tidak demikian, tentu elektron akan terlepas walaupun tidak ada
cahaya datang. Energi hvo merupakan karakteristik dari permukaan itu disebut fungsi kerja.
Jadi persamaan 2.3 menyatakan bahwa

energi energi elektron fungsi kerja


= +
kuantum maksimum permukaan

beberapa contoh fungsi kerja fotolistrik terlihat pada tabel 2.1. untuk melepaskan
elektron dari permukaan logam biasanya memerlukan separuh dari energi yang diperlukan
untuk melepaskan elektron dari atom bebas dari logam yang bersangkutan (lihat tabel 10.1),
sebagai contoh, energi ionisasi cesium ialah 3,9 eV dibandingkan dengan fungsi kerjanya 1,9
eV. Karena spektrum cahaya tampak berkisar dari 4,2 hingga 7,9 x 10 4 Hz yang bersesuaian
dengan energi kuantum 1,7 hingga 3,3 eV, jelaslah dari tabel 2.1 bahwa efek fotolistrik ialah
suatu gejala yang terjadi dalam daerah cahaya tampak dan ultraungu.

Seperti telah kita lihat, foton cahaya berfrekuensi v berenergi hv. Untuk bisa
menyatakan hv dalam elektronvolt (eV), kita ingat

1 eV =1,60 x 10−19 J

TABEL 2.1 FUNGSI KERJA FOTOLISTRIK


METAL LAMBANG FUNGSI KERJA,eV

17
Cesium Cs 1,9
Kalium K 2,2
Natrium Na 2,3
Lithium Li 2,5
Kalsium Ca 3,2
Tembaga Cu 4,5
Perak Ag 4,7
Platina Pt 5,6

Jadi rumus

6,63 x 10−34 J . s
E= xv
1,60 x 10−19 J /eV

¿ 4,14 x 10−15 v eV . s

Memperbolehkan kita untuk mencari eergi foton berfrekuensi v langsung dari


elektronvolt. Jika diberikan panjang gelombang λ sebagai ganti v, maka karena v=c/λ kita
dapatkan

( 4,14 x 10−15 eV . s ) x (3 x 108 m/s)


E=
λ

1,24 x 10−6 eV . m
¿
λ

Dengan λ dinyatakan dalam meter. Bila λ dinyatakan dalam suatu angstrom dengan 1
angstrom = 10-10 m, maka

1,24 x 104 eV . Å
E= ............................(17)
λ

(Beiser, 1989 : 44 – 4

BAB III

PENUTUP

3.1 kesimpulan

18
Benda hitam adalah suatu benda yang permukaannya sedemikian sehingga menyerap
semua radiasi yang datang padanya ( tidak ada radiasi yang dipantulkan keluar dari benda
hitam).
Hukum yang bersangkutan dengan radiasi benda hitam :
1.      Hukum Stefan-Boltzmann
2.      Hukum Pergeseran Wien
3.      Teori Planck
4.      Hukum Rayleigh-Jeans

Peristiwa pelepasan elektron dari logam oleh radiasi disebut efek fotolistrik, diamati
pertama kali oleh Heinrich Hertz (1887). Elektron yang terlepas dari logam disebut foto-
elektron. Hamburan Compton adalah suatu efek yang merupakan bagian interaksi sebuah
penyinaran terhadapsuatu materi. Efek Compton adalah salah satu dari tiga proses yang
melemahkan energi suatu sinar ionisasi. Bila suatu sinar jatuh pada permukaan suatu materi
sebagian daripada energinya akan diberikan kepadamateri tersebut, sedangkan sinar itu
sendiri akan di sebarkan.
Foton adalah partikel elementer dalam fenomena elektromagnetik. Sebagai gelombang,
satu foton tunggal tersebar di seluruh ruang dan menunjukkan fenomena gelombang seperti
pembiasan oleh lensa dan interferensi destruktif ketika gelombang terpantulkan saling
memusnahkan satu sama lain.

3.2 saran

Perlu adanya pembaharuan dan pemahaman pada materi ini. Selain itu untuk materi
radiasi benda hitam dan efek fotolistrik , semoga dengan adanya makalah ini semakin
menambah ilmu pengetahuan dan kami mengharapkan kepada pembaca makalah bisa
memberikan masukan dan saran untuk perbaikan lkmakalah ini selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Beiser, Arthur. 1989. Konsep Fisika Modern Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga.

19
Husna, Nailil.2003.Penyusunan Diktat Mata Kuliah Fisika Modern di Jurusan Fisika
FMIPA Universitas Negeri Padang. Padang: FMIPA UNP.

Kusminarto. 1992. Pokok-pokok Fisika Modern. Jakarta : Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan
Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.

20

Anda mungkin juga menyukai