A. Pengertian Otonomi Daerah Otonomi daerah dapat diartikan pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Dengan demikian, otonomi daerah adalah suatu instrumen politik dan instrumen administrasi/manajeman yang digunakan untuk mengoptimalkan sumber daya lokal, sehingga dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemajuan masyarakat di daerah, terutama dalam menghadapi tantangan global, mendorong pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat, dan mengembangkan demokrasi. B. Latar Belakang Otonomi Daerah Krisis ekonomi dan politik yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 telah memporak-porandakan hampir seluruh aspek ekonomi dan politik yang mengakibatkan semakin rendahnya tingkat kemampuan dan kapasitas negara dalam menjamin kesinambungan pembangunan. Ada beberapa alasan mengapa otonomi daerah sangat penting, yaitu: 1. Sistem manajemen negara dan pemerintahan yang sentralistik, dimana kewenangan dan pengelolaan dipegang oleh pemerintah pusat, sedangkan daerah tidak memiliki kewenangan untuk mengelola dan mengatur daerahnya. 2. Pembagian kekayaan dirasakan tidak adil dan tidak merata. 3. Kesenjangan sosial (dalam makna seluas-luasnya) antara satu daerah daeran lain yang sangat terasa. Sebagai respon dari hal tersebut, pada masa reformasi dicanangkan suatu kebijakan sistem pemerintahan yang cukup penting yaitu melaksanakan otonomi daerah dan pengaturan perimbangan keuangan antar pusat dan daerah. C. Tujuan dan Prinsip 1. Segi politik, otoda bertujuan untuk mencegah penumpukan kekuasaan di pusat dan membangun masyarakat yang demokratis. 2. Segi pemerintahan, otoda bertujuan untuk mencapai pemerintahan yang efisien. 3. Segi sosial budaya, otoda bertujuan agar perhatian lebih fokus kepada daerah. 4. Segi ekonomi, otoda bertujuan agar masyarakat dapat turut berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi di daerah masing-masing. Berdasarkan pasal 18 UUD 1945, pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia didasarkan pada: 1. Otonomi nyata, penyelenggaraan dan kewenangan pemerintahan secara nyata diperlukan serta tumbuh, hidup, dan berkembang di daerah. 2. Otonomi luas, keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan di semua bidang. 3. Otonomi bertangjawab, berupa perwujudan pertanggungjawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi. D. Pemerintahan Daerah Menurut UU no. 32 Tahun 2004 1. Otonomi Daerah Otonomi daerah, menurut pasal 1 angka 5 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemeritahan Daerah (UU Pemda): Hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2. Otonomi Khusus Wujud nyata dari amanat MPR-RI pada masa reformasi tentang koreksi terhadap berbagai penyimpangan pelaksanaan pancasila dan UUD 1945 dimuat dalam: a. Ketetapan MPR-RI No. IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara tahun 1999-2004, pada Bab IV huruf G mengenai Pembangunan Daerah dalam angka 2 antara lain memuat kebijakan otonomi khusus bagi Aceh dan Irian Jaya; b. Dalam salah satu bagian dari Ketetapan MPR-RI No. IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Bagian III mengenai Rekomendasi. Dari ketetapan tersebut, diambilah langkah-langkah yang perlu ditempuh, yaitu: 1) Daerah Istimewa Aceh a. Mempertahankan integrasi bangsa di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan menghargai kesetaraan dan keseragaman sosial budaya masyarakat Aceh, melalui penetapan Daerah Istimewa Aceh sebagai daerah otonomi khusus yang diatur dengan undang- undang; b. Menyelesaikan kasus Aceh secara berkeadilan dan bermartabat dengan melakukan pengurusan dan pengadilan yang jujur bagi pelanggar hak asasi manusia, baik selama pemberlakuan Daerah Operasi Militer maupun pasca pemberlakuan Daerah Militer. 2) Irian Jaya a. Mempertahankan integrasi bangsa di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan tetap menghargai kesetaraan dan keseragaman sosial budaya masyarakat Irian Jaya melalui penetapan otonomi khusus yang diatur dengan undang-undang; b. Menyelesaikan kasus pelanggaran hak asasi manusia di Irian Jaya melalui proses pengadilan yang jujur dan bermartabat.
E. Hakekat Otonomi Daerah dalam NKRI
Dalam menyelenggarakan pemerintahan, terdapat tiga asas yang dianut, yaitu: 1. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem NKRI. 2. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu. 3. Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah untuk melaksakan tugas tertentu. Ada beberapa alasan ideal mengapa asas desentralisasi diterapkan bagi penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, sebagaimana yang diungkapkan oleh The Liang Gie, diantaranya: 1. Dilihat dari sudut politik, desentralisasi dimaksudkan untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja yang pada akhirnya dapat menimbulkan tirani. 2. Dalam bidang politik, desentralisasi sebagai tindakan pendemokrasian, untuk menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri dalam mempergunakan hak-hak demokrasi. 3. Dari sudut teknik organisator pemerintahan, desentralisasi semata-mata untuk mencapai suatu pemerintahan yang efisien. Apa yang dianggap lebih utama untuk diurus oleh pemerintah setempat, pengurusannya diserahkan kepada daerah. 4. Dari sudut kultur, desentralisasi perlu diadakan supaya adanya perhatian dapat sepenuhnya ditumpukan kepada kekhususan sesuatu daerah, seperti geografi, keadaan penduduk, kegiatan ekonomi watak kebudayaan atau latar belakang sejarahnya. 5. Dari sudut kepentingan pembangunan ekonomi, desentralisasi diperlukan karena pemerintah daerah dapat lebih banyak dan secara langsung membantu pembangunan tersebut.
F. Peluang dan Tantangan dalam Menjalakan Oonomi Daerah
1. Peluang a. Otonomi daerah dapat meningkatkan tingkat perekonomian, meningkatkan kualitas kesehatan, pendidikan dan mendorong penciptaan lapangan kerja, menjaga kelestarian SDA dan lahan, serta kerukunan. b. Tingkat perekonomian daerah dapat meminimalisisr pengaruh dari dalam dan luar negeri yang memunculkan tindakan radikalisme serta mengancam keamanan dalam negeri. c. Otonomi daerah dapat memunculkan pemempin daerah yang kapabel dan akseptabel melalui pemilihan kepala daerah. 2. Tantangan a. Otonomi daerah dituntut untuk semakin mempererat persatuan dan kesatuan bangsa. b. Otonomi daerah dituntut unruk menumbuhkan kemandirian dalam melenggarakan tata kelola pemerintahan daerah. c. Otonomi daerah dituntut untuk mengharmoniskan pemanfaatan berbagai sumber daya lokal dan kearifan daerah. d. Momentum regional dan global memberikan tantangan bagi setiap daerah untuk meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan keanekaragaman daerah.