Anda di halaman 1dari 5

TUGAS !

MEMBUAT RANGKUMAN POKOK PEMIKIRAN DARI EMPAT PAKAR


PENDIDIKAN .

Dosen : Ns. Robertus Mashyuri, S.Kep, M.Mkep

KELOMPOK 3

1. MELISA (119351716)

2. SITTI RAJA (119471716)

3. CRISIA MAYLOPUW (119101712)

4. YENNY ANGEL SAINJAKIT (119511703)

5. MAGDALENA BADMOMOLIN (119281702)

6. MEGAWATI TURALELY (119341704)

7. MOSES TAWUN (120191823)


1. JEAN PEAGET (PERKEMBANGAN KOGNITIF)

Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1)


kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf; 2) pengalaman, yaitu hubungan
timbal balik antara orgnisme dengan dunianya; 3) interaksi social, yaitu pengaruh-
pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan social, dan 4)
ekullibrasi, yaitu adanya kemampuan atau system mengatur dalam diri organisme agar dia
selalu mempau mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap
lingkungannya.

Piaget mengemukakan penahapan dalam perkembangan intelektual anak yang


dibagi ke dalam empat periode, yaitu :

Periode sensori-motor ( 0 – 2,0 tahun )

Periode pra-operasional (2,0 – 7,0 tahun )

Periode operasional konkret ( 7,0 – 11,0 tahun )

Periode opersional formal ( 11,0 – dewasa )

Piaget memperoleh gelar Ph.D dalam biologi pada umur 21, ia kemudian tertarik pada
psikologi dan mempelajari anak-anak abnormal di salah satu rumah sakit di Paris. Pada
periode hidupnya, Piaget semakin tertarik pada logika anak dan metode berpikir yang
berbeda-beda yang digunakan anak dalam menjawab peertanyaan pada usia yang berbeda
pula. Selanutnya Piaget bekerja melakukan penelitian selama kurang lebih 40 tahun.
Studinya dipusatkan pada persepsi anak dalam pemahamannya mengenai alam/benda,
jumlah, waktu, perpindahan, ruang, dan geometri. Ia menganalisis operasi-operasi mental
yang digunakan oleh anak, cara berpikir simbolis dan logika mereka.

Tujuan teori Piaget adalah untuk menjelaskan mekanisme dan proses perkembangan
intelektual sejak masa bayi dan kemudian masa kanak-kanak yang berkembang menjadi
seorang individu yang dapat bernalar dan berpikir menggunakan hipotesis-hipotesis.

Piaget menyimpulkan dari penelitiannya bahwa organisme bukanlah agen yang pasif
dalam perkembangan genetik. Perubahan genetic bukan peristiwa yang menuju
kelangsungan hidup suatu organisme melainkan adanya adaptasi terhadap lingkungannya
dan adanya interaksi antara organisme dan lingkungannya. Dalam responnya organisme
mengubah kondisi lngkungan, membangun struktur biologi tertentu yang ia perlukan
untuk tetap bisa memoertahankan hidupnya.perkembangan kognitif yang dikembangkan
Piaget banyak dipengaruhi oleh pendidikan awal Piaget dalam bidang biologi. Dari hasil
penelitiannya dalam bidang biologi. Ia sampai pada suatu keyakinan bahwa suatu
organisme hidup dan lahir dengan dua kecenderunngan yang fundamental, yaitu
kecenderunag untuk :

1. beradaptasi

2. organisasi ( tindakan penataan )


2. PAULO FREIRE (PENINDASAN DAN KEMISKINAN)

Mengenai filosofi pendidikan yang membebaskan dan memanusiakan manusia maka


saya menjadi teringat dengan pemikiran Paulo Freire mengenai pemikirannya tentang
filosofi pendidikan. Sebagai seorang yang mengalami langsung seperti apa pahitnya
kondisi pendidikan yang sangat mengekang kebebasan dan malah membuat masyarakat
yang dilihatnya saat itu sangat jauh dengan realitas dirinya, pemikirannya mengenai
pendidikan menjadi sangat ampuh dalam memperbaiki paradigma masyarakat dalam
memahami seperti apa essensi pendidikan yang sebenarnya apalagi bagi kaum - kaum
yang tertindas.
Pengalaman yang dialaminya di tempat kelahirannya di Brasil telah menunjukkan
realitas seperti itu, menurutnya pendidikan yang diterapkan oleh negara justru telah
menjadi alat penindas bagi masyarakat miskin dan sangat jauh membuat masyarakat
terasing pada realitas dirinya, dimana pendidikan yang seharusnya menjadi alat untuk
mencerahkan pemikiran masyarakat malah berbalik fungsi menjadi alat untuk
menghegemoni pemikiran masyarakat agar menjadi tunduk dan patuh terhadap
pemerintah walaupun kondisi pemerintah pada saat itu sangat jauh dari harapan.Maka
tidaklah heran ketika itu pemikirannya sangat ditakuti oleh kalangan penguasa dan
keleluasaan Freire dalam mengemukakan pemikirannya dihujani berbagai tekanan dan
ancaman dari kalangan penguasa, bahkan berujung di dalam jeruji besi.
Intinya, Freire melalui pemikirannya beranggapan bahwa sudah saatnya bagi negara
untuk mengganti secara total sistem pendidikan yang menurutnya sangat menindas
tersebut dengan sistem pendidikan yang baru karena baginya pendidikan adalah suatu
proses pembebasan dan untuk memanusiakan manusia.
Sebagai solusi atas sistem pendidikan yang telah dikritisinya tersebut, Paulo Freire
kemudian menawarkan satu sistem pendidikan yang baru yang secara teoritis
dipengaruhi oleh pemikiran Plato, Aristoteles, dan pemikiran kaum Marxis.
Baginya pendidikan adalah suatu proses pencarian kebenaran dan pencarian realitas diri
serta sebagai alat untuk membebaskan diri dari segala bentuk penindasan dan belenggu
yang mengikatnya.
Hal inilah sebenarnya menjadi inti dari pemikiran beliau tentang pendidikan. Seperti
pada pembahasan sebelumnya disebutkan bahwa pendidikan yang terjadi saat ini sangat
mengekang dan menindas masyarakat, pendidikan seperti itulah yang disebut Freire
dengan sebutan Pendidikan Gaya "Bank". Secara aplikatif, pendidikan gaya bank ini
menjadikan peserta didik sebagai objek dari proses pendidikan dan menganggap bahwa
peserta didik sebagai wadah kosong yang harus diisi dengan pemahaman - pemahaman
serta pengetahuan - pengetahuan yang telah ditentukan oleh sistem pendidikan beserta
kurikulumnya, yang artinya, peserta didik dalam hal ini memposisikan peserta didik
sebagai orang yang tidak tahu apa - apa dan harus diisi pengetahuan oleh pendidik
supaya bisa tahu dalil-dalil tentang pendidikan yang harus dihapal tanpa diberikan
pemahaman yang komprehensif mengenai fungsi teori tersebut secara implementatif
dalam realitas kehidupan mereka
3. IVAN ILLICH (KRITIK PENDIDIKAN)

Filosofi pendidikan Ivan Illich merupakan kritik terhadap institusi pendidikan yang
telah menjadi sebuah komoditas. Illich mengatakan bahwa institusi pendidikan sekarang
ini menyerupai sebuah pabrik yang mengambil “bahan baku” anak-anak, lalu mengubah
mereka menjadi “produk” pekerja yang dibutuhkan oleh pemilik kepentingan dan
kekuasaan. Untuk menjadi “produk” yang lulus, murid harus sesuai dengan kriteria-
kriteria Illich menyatakan bahwa institusi pendidikan mengalienasikan murid dari jati
diri mereka sendiri. Dengan janji bahwa murid yang masuk ke dalam institusi
pendidikan akan mendapatkan sukses dan terjamin keberlangsungan hidupnya, industri
pendidikan menjadi seperti “agama baru” yang menjanjikan keselamatan.
Illich juga menyebut pendidikan sebagai sebuah komoditas yang produksinya
dimonopoli, dibatasi distribusinya, dan dinaikkan harganya jauh di atas kemampuan
orang biasa.
Dengan membuat sekolah sebagai kewajiban, masyarakat menjadi terbiasa untuk
melihat proses belajar bukan sebagai proses mengerti dan memahami, namun sebagai
sesuatu yang dikonsumsi, disimpan, dihitung, dan dihargai setara dengan nilai orang
tersebut di dalam masyarakat.
Perlu diklarifikasi bahwa Illich tidak membenci sekolah. Menurut Illich, semua
institusi yang sudah terlalu besar akan menjadi counterproductive dan proses yang
secara dasarnya baik bisa menjadi buruk. Melihat ukuran institusi sekolah sudah terlalu
besar, Illich merasa bahwa sekolah hasilnya malah counterproductive dan membuat
murid-murid lebih bodoh.mereka butuhkan.Sebagai filosof dan kritikus sosial, Illich
menulis sejumlah buku bertema kritik-kritik terhadap kultur modern, yang membentang
dalam berbagai isu, mulai pendidikan, pengobatan, pekerjaan, penggunaan energi,
pembangunan, dan gender. Pemikiran yang akan disoroti dalam tulisan ini, adalah
pemikiran pendidikan Ivan Illich dalam buku kontroversialnya yang berjudul
“Deschooling Society”.
Buku yang ditulis Illich dalam rangka mengkritisi praktek kemapanan pendidikan
yang selama beberapa tahun diselenggarakan oleh sekolah ini, dianggap sangat
berbahaya oleh beberapa pihak. Ia dianggap telah menyadarkan masyarakat akan urgensi
peninjauan ulang beberapa konsep yang selama ini dianggap mapan oleh sebagian besar
masyarakat. Ivan Illich memang berbeda dengan beberapa pemikir pendidikan lainnya
seperti Paulo Freire. Ivan dianggap bukan sebagai pemikir yang memiliki massa seperti
layaknya Freire.
Pemikiran-pemikiran Freire diikuti oleh banyak orang dikarenakan mempunyai target
yang jelas, yaitu kaum tertindas (proletar dalam bahasa Marx) yang termarjinalkan oleh
praktek pendidikan yang memang tidak adil lagi sangat menindas. Namun pemikiran
Illich tetap penting dan, tentu saja, tetap menarik untuk dikaji. Menurut Illich,
pendidikan yang berlangsung di Amerika Latin saat itu tidak mampu menjawab bahkan
menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh siswa. Sekolah hanya mendorong kepada
pengasingan siswa dari hidup. Sekolah hanya memaksa semua anak untuk memanjat
tangga pendidikan yang tidak berujung dan tidak meningkatkan mutu, melainkan hanya
menguntungkan individu-individu yang sudah mengawali pemanjatan itu sejak dini.
Pengajaran yang diwajibkan di sekolah membunuh kehendak banyak orang untuk belajar
mandiri, pengetahuan dilakukan ibarat komoditi, dikemas-kemas dan dijajakan.
4. RUDOLF STEINER (PENDIDIKAN DINI)

Waldorf berasal dari Jerman dan telah menyebar ke seluruh dunia. Banyak yang
tertarik dengan pendekatan ini karena mereka melihatnya sebagai sebuah alternatif untuk
pendidikan tradisional dan sebagai inspirasi untuk memperbaiki pendidikan. Model
pembelajar Waldorf bertujuan untuk meningkatkan lingkungan pembelajaran yang sehat,
tidak tergesa-gesa sesuai perkembangan bagi anak-anak.
Dikembangkan di eropa oleh Rudolf  steiner seorang pendidik, visionary dan ilmuwan
besar, tujuannya pengasuhan yang artistic, spiritual dan intelektual,untuk mencapai
potensi anak. Rudolf mempercayai pendidikan dalam pemikiran dan jiwa .Anak
diajarkan sehingga  mereka menjadi artis, ilmuwan , penulis, tukang kayu, ahli
matematika dan sebagainya. Bertujuan untuk mengembangkan kepribadian anak secara
keseluruhan.
Pendidikan ditekankan pada pemberian materi berdasarkan sesuatu yang nyata dan
pendidikan yang layak bagi anak prasekolah dan metode pengajarannya yang penuh
inspirasi dapat memperkenalkan suatu dimensi baru dan yang menyenangkan dalam
pendidikan.Pendidikan anak usia dini Waldorf telah diterapkan pada berbagai tempat
pelayanan termasuk rumah dan tempat penitipan anak. Program dukungan orang tua, dan
program-program taman kanak-kanak dan berbagai usia bagi anak-anak 3-7 tahun.
Pendekatan ini dibuat oleh Rudolf Steiner (1861-1925).
Sekolah Waldorf di sebagian tempat dikenal sebagai Sekolah Steiner, yang diambil
dari nama Rudolf Steiner. Sedangkan nama sekolah Waldorf diambil dari nama sekolah
pertama yang didirikan dan dikembangkan Rudolf Steiner. Sekolah itu dibangun di Kota
Stutgart Jerman tahun 1919 sekolah tersebut dibangun untuk mendidik anak-anak
pekerja pabrik.
Sekolah Waldorf bertambah hingga tahun 2011, sudah ada 1.003 sekolah Waldorf di
60 negara, serta lebih dari 2000 pendidikan anak usia dini. Sekolah-sekolah tersebut
menerapkan model pendidikan yang dikembangkan oleh Rudolf Steiner.
Pendidikan yang menyeluruh ataupun terintegrasi ini diberikan dengan
memperhatikan perkembangan alamiah anak. Berdasarkan perkembangan fisik dan
psikologis anak, secara umum, Rudolf Steiner membagi tahapan perkembangan anak
menjadi 3 kelompok usia, yaitu 0-7th, 7-14th, dan 14-21th. Hal ini dikaitkan dengan
tahapan perkembangan indera anak. Steiner mengemukakan 12 indera yang fokus
pengembangannya berdasarkan ketiga kelompok usia tersebut. 
Pendidikan Waldorf membeberkan kunci pendidikan kurikulum:
 Usia anak 0-7 dalam perkembangan dan belajarnya cenderung meniru, maka
berikanlah contoh dan hal yang baik (Good)
 Usia anak 7-14 yang sudah berfikir abstrak dan imajinasi-nya sangat berkembang,
maka berikanlah dan tunjukkanlah hal yang indah (Beauty)
 Usia anak 14-21 yang sudah berfikir kritis, dimasa ini perkembangan judgement-nya
sangat penting dan menonjol, maka berikan dan tunjukkan kebenaran (Turth).

Anda mungkin juga menyukai