0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
9 tayangan1 halaman
Setelah penghimpunan Al-Quran oleh Utsman, naskah asli diserahkan kepada Hafsah dan salinannya dikirim ke berbagai daerah Islam. Utsman memerintahkan pembakaran mushaf lain agar tidak terjadi perselisihan. Tulisan Al-Quran kemudian disempurnakan dengan penambahan tanda baca seperti titik di atas dan bawah huruf serta tanda bunyi.
Setelah penghimpunan Al-Quran oleh Utsman, naskah asli diserahkan kepada Hafsah dan salinannya dikirim ke berbagai daerah Islam. Utsman memerintahkan pembakaran mushaf lain agar tidak terjadi perselisihan. Tulisan Al-Quran kemudian disempurnakan dengan penambahan tanda baca seperti titik di atas dan bawah huruf serta tanda bunyi.
Setelah penghimpunan Al-Quran oleh Utsman, naskah asli diserahkan kepada Hafsah dan salinannya dikirim ke berbagai daerah Islam. Utsman memerintahkan pembakaran mushaf lain agar tidak terjadi perselisihan. Tulisan Al-Quran kemudian disempurnakan dengan penambahan tanda baca seperti titik di atas dan bawah huruf serta tanda bunyi.
Hasil yang Diperoleh dari Penghimpunan Al-Qur’an Pada Masa
Utsman Bin Affan Setelah proses pengerjaan penghimpunan ini selesai, lalu khalifah Utsman menyerahkan kembali mushaf yang asli itu kepada Hafsah. Dan selanjutnya beberapa naskah salinannya dikirim ke berbagai kawasan Islam. Khalifah Utsman memerintahkan supaya catatan tentang ayat-ayat Al-Quran atau mushaf-mushaf lainnya yang bertebaran dikalangan kaum muslimin, segera dibakar. Sebab, jika semua mushaf dengan bermacam-macam cara penulisannya itu dipertahankan, maka tentu akan menambah tajamnya pertengkaran dan permusuhan. Apalagi kehidupan kaum muslimin ketika itu sudah agak jauh dari kehidupan semasa Rasulullah masih hidup.1
Setelah itu, dilakukan kembali usaha untuk penyempurnaan tulisan mushaf
Utsman. Penulisan ayat-ayat Al-Quran, dari sejak pengumpulan, pembukuan serta penggandaan dapat dikategorikan sebagai “Tulisan Kufi”, yaitu salah satu jenis khat (tulisan) yang dibangsakan kepada nama kota Kuffah. Penulisan Al-Quran tersebut belum diberi tanda-tanda perbedaan huruf berupa titik-titik (titik satu,dua, dan tiga baik di atas ataupun di bawah) dan berupa syakl (tanda-tanda bunyi; seperti fathah, kasrah, dhammah, saknah dan lain sebagainya), dan juga tanpa pemisah satu ayat dengan ayat lainnya, dan lain-lain tanda baca seperti yang telah sempurna dalam mushaf-mushaf Al- Quran yang ada sekarang ini.
Pada perkembangan selanjutnya, perhatian orang kepada usaha memudahkan
penulisan Al-Quran semakin besar. Perbaikan mushaf rasm Utsmani berjalan secara bertahap. Pada tahap mulanya upaya difokuskan membuat tanda fathah berupa satu titik di atas huruf, kasrah berupa satu titik di bawah huruf, dhammah berupa satu titik di antara bagian yang memisahkan huruf, dan saknah berupa dua titik, maka kemudian terjadi perubahan penentuan dengan mengambil berbagai macam bentuk ke arah perbaikan selanjutnya. Al-Kholil misalnya, membuat perubahan harakat yang berasal dari huruf, fathah adalah dengan tanda sempang di atas huruf, kasrah berupa sempang di bawah huruf, dhammah dengan waw kecil di atas huruf, dan tanwin dengan tambahan tanda serupa. Alif yang dihilangkan dan diganti, pada tempatnya dituliskan dengan warna merah. Hamzah yang dihilangkan, dituliskan berupa hamzah dengan warna merah tanpa huruf. Pada “nun” dan “tanwin” sebelum huruf “ba” diberi tanda iqlab berwarna merah. Sedangkan “nun”dan “tanwin” sebelum huruf tekak (halaq) diberi tanda sukun dengan warna merah. “nun”dan “tanwin” tidak diberi tanda apa-apa ketika idgham dan ikhfa’. Setiap huruf yang harus dibaca sukun (mati) diberi tanda sukun dan huruf yang diidghamkan tidak diberi tanda sukun, tetapi huruf yang sesudahnya diberi tanda syaddah, kecuali huruf “ta” sebelum “ta” maka sukun tetap dituliskan.