Abstrak : Pengertian ilmu berasal dari kata bahasa Arab ‘ilmu, Inggris
science, Belanda watenchap, dan Jerman wissenchap. Pengetahuan dapat
menjadi ilmu apabila mempunyai karakteristik khusus, disusun secara metodis,
sistematis, kohern (bertalian) tentang suatu bidang tertentu dan kenyataan
(realitas). Klasifikasi penggolongan ilmu mengalami perkembangan sesuai
zamannya. Filsafat merupakan salah satu bidang ilmu yang mengkaji cara
berpikir secara mendalam tentang sesuatu. dan agama yang merupakan
istilah Indonesia. Religion (bahasa Inggris), religi (bahasa Belanda), dan din
(bahasa Arab). Ada kata antara agama dengan kehidupan. Dalam agama
Islam ada agama langit (samawi) atau “agama wahyu” dan ada “agama bumi”
(ardhi) atau “agama non wahyu”. Menurut Max Weber, tidak ada masyarakat
tanpa agama. Ilmu, filsafat, dan agama punya fungsi masing-masing dan
mempunyai perbedaan dan pesamaan.
Abstract : The meaning of science comes from the Arabic word 'science,
English science, Dutch watenchap, and German wissenchap. Knowledge can
become science if it has special characteristics, is structured methodically,
systematically, coherently (related) about a particular field and reality
(reality). Classification of science has developed according to its time.
Philosophy is a field of science that examines how to think deeply about
something. and religion which is an Indonesian term. Religion (English
language), religion (Dutch language), and din (Arabic). There is a word
between religion and life. In Islam there is a heavenly religion (heavenly) or
"religious revelation" and there is an "earth religion" (ardhi) or "non-
revelation religion". According to Max Weber, there is no society without
religion. Science, philosophy, and religion have their respective functions and
have differences and similarities.
Keywords: Science, Philosophy and Religion.
Pendahuluan
Manusia dilahirkan tidak tahu dan tidak mengenal dengan apa-apa
yang ada disekitarnya, bahkan dengan dirinya sendiri. Ketika manusia mulai
mengenal dirinya, kemudian mengenal alam sekitarnya, karena manusia
adalah sesuatu yang berpikir, maka Ketika itu mulailah ia memikirkan dari
mana asal sesuatu, bagaimana sesuatu, untuk apa sesuatu, kemudian apa
manfaatnya sesuatu itu. Sebenarnya pada ketika manusia telah mulai tahu
dari mana asalnya, bagaimana proses terjadinya, siapa dia, untuk apa dia,
pada ketika itu ia telah berfilsafat. Karena filsafat itu pada intinya adalah
berusaha mencari kebenaran tentang segala sesuatu, baik yang ada maupun
yang mungkin tidak ada, dari mana asal sesuatu, bagiamana sesuatu itu
muncul dan untuk apa sesuatu itu ada, dari pemikiran seperti itu, maka
muncullah beraneka macam pandangan, pendapat dan pemikran serta
tanggapan, yang akhirnya menjadi suatu kesepakatan untuk diketahui secara
bersama-sama dan berlaku dilingkunganya. Kesepakatan tentang sesuatu itu
dan berlaku untuk umum serta menjadi kebiasaan pada komunitasnya secara
turun temurun hal itulah yang dinamakan tradisi, dari tradisi itulah
berkembang menjadi suatu ilmu. Seperti contoh menanam padi di sawah
harus ada air, kemudian harus dipikirkan dari mana mengambil air,
bagaimana menyupaikan air ke sawah, akhirnya memunculkan ide untuk
membuat kincir air atau membuat saluran air ke sawah (irigasi), hal-hal yang
seperti itulah yang akhirnya menjadi suatu ilmu.
jika disepakati dengan suatu konsep bahwa filsafat adalah induk dari
segala ilmu pengetahuan, maka oleh karena itu setiap metode, objek, dan
sistematika filsafat itu harus mempunyai arti fungsional bagi setiap
pengembangan ilmu pengetahuan yang lainnya. Dengan berdasarkan atas
konsep yang telah dikemukakan dan dipaparkan di atas, maka dengan jelas
dapat dipahami bahwa setiap ilmu pengetahuan yang lain yang bersifat
terapan merupakan pengembangan dari metode dan sistematika yang ada di
dalam disiplin filsafat.
Ilmu
Kata ilmu adalah berasal dari bahasa Arab yang di ambil dari akar
kata ‘alima-yua‘limu- ‘ilman/ilmun, yang berarti pengetahuan. Pemakaian
kata ilmu itu di dalam bahasa Indonesia dapat disejajarkan dengan istilah
science. Science adalah kata yang berasal dari Bahasa Latin: Scio, cire, yang
berarti pengetahuan.
Menurut Slamet Ibrahim. Pada zaman Plato sampai pada masa Al-
Kindi, batas antara filsafat dan ilmu pengetahuan boleh dikatakan tidak ada.
Seorang filosof (ahli filsafat) pasti menguasai semua ilmu pengetahuan.
Perkembangan daya berpikir manusia yang mengembangkan filsafat pada
tingkat praktis dikalahkan oleh perkembangan ilmu yang didukung oleh
teknologi. Wilayah kajian filsafat menjadi lebih sempit dibandingkan dengan
wilayah kajian ilmu. Sehingga ada anggapan filsafat tidak dibutuhkan lagi.
Filsafat kurang membumi sedangkan ilmu lebih bermanfaat dan lebih
praktis. Padahal filsafat menghendaki pengetahuan yang komprehensif yang
luas, umum, dan universal dan hal ini tidak dapat diperoleh dalam ilmu.
Sehingga filsafat dapat ditempatkan pada posisi dimana pemikiran manusia
tidak mungkin dapat dijangkau oleh ilmu.
Filsafat
Kata filsafat untuk pertama kali diperkenalkan oleh salah seorang
filosof Yunani yang sangat terkenal, Pythagoras. Dimana kata filsafat adalah
kata yang berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu kata
philos yang berarti cinta dan kata shopos yang berarti bijaksana. Maka oleh
karena itu kata filsafat kadang kala sering juga diartikan dengan cinta
kebijaksanaan. Filsafat juga bisa diartikan sebagai rasa ingin tahu secara
mendalam tentang asal muasal sesuatu, bagaimana sesuatu dan untuk apa
sesuatu. Filsafat bisa juga diartikan dengan cinta kebenaran, karena inti dari
filsafat itu adalah berusaha untuk mencari kebenaran dari sesuatu.
Sepintas, antara ilmu dan filsafat terlihat sama saja. Tetapi bila
ditelaah lebih jauh, akan terlihat perbedaan yang nyata antara keduanya.
Namun demikian, tentu ada sisi-sisi persamaan dan juga perbedaan-
perbedaan. “Walaupun filsafat muncul sebagai salah satu ilmu pengetahuan,
akan tetapi ia mempunyai struktur tersendiri dan tidak dapat begitu saja
dianggap sebagai ilmu pengetahuan”.
Agama
Agama merupakan istilah bahasa Indonesia secara etimologi selain
bahasa Indonesia berbeda-beda istilah. Religion (bahasa Inggris), religic
(bahasa Belanda), dan din (bahasa Arab). Tidak mudah untuk membuat
definitive agama. Menurut penulis definitive agama adalah kepecayaan
seseorang terhadap sesuatu yang bersifat spiritual dan hal-hal yang ghaib
(tidak dapat dilihat oleh mata), dalam agama Islam disebut keimanan.
Pengertian agama menunjukkan kepada jalan atau cara yang
ditempuh untuk mencari keridhaan tuhan. Dalam agama ada suatu yang
dianggap berkuasa yaitu tuhan, zat yang memiliki segala yang ada, yang
berkuasa, yang mengatur seluruh alam beserta isinya.
Dari definisi di atas, dapat dijelaskan bahwa pokok dan dasar dari
agama adalah keyakinan sekelompok manusia terhadap suatu zat (Tuhan).
Keyakinan dapat dimaknai dengan pengakuan terhadap eksistensi Tuhan
yang memiliki sifat agung dan berkuasa secara mutlak tanpa ada yang dapat
membatasinya. Dari pengakuan tentang eksistensi Tuhan tersebut,
menimbulkan rasa takut, tunduk, patuh, sehingga manusia mengekpresikan
pemujaan (penyembahan) dalam berbagai bentuk sesuai dengan aturan yang
telah ditetapkan oleh suatu agama.
Makna lainnya dari agama bila dirujuk dalam bahasa Inggris Relegion
(yang diambil dari bahasa Latin: Religio). Ada yang berpendapat berasal dari
kata Relegere (kata kerja) yang berarti “membaca kembali” atau “membaca
berulang-ulang”. Sedangkan pendapat lainnya mengatakan berasal dari kata
Religare yang berarti mengikat dengan kencang. Dalam makna tersebut
penekanannya ada dua, yaitu pada adanya ikatan antara manusia dengan
Tuhan, dan makna membaca, dalam arti adanya ayat-ayat tertentu yang
harus menjadi bacaan bagi penganut suatu agama.
Esensi agama adalah untuk pembebasan diri manusia dari
penderitaan, penindasan kekuasaan sang tiran untuk kedamaian hidup.
Islam, seperti juga Abrahamic Religious keberadaannya untuk manusia
(pemeluknya) agar dapat berdiri bebas di hadapan Tuhannya secara benar
yang diaktualisasikan dengan formulasi taat kepada hukum-Nya, saling
menyayangi dengan sesama, bertindak adil dan menjaga diri dari perbuatan
yang tidak baik serta merealisasikan rasa ketaqwaan. Dasar penegasan moral
keagamaan tersebut berlawanan dengan sikap amoral. Dalam
implementasinya institusi sosial keagamaan yang lahir dari etika agama
sejatinya menjadi sumber perlawanan terhadap kedhaliman, ketidak-adilan,
dan sebagainya.
Dari ungkapan di atas, dapat dipahami bahwa agama juga
mengandung pemahaman tentang adanya unsur agama yang memiliki peran
penting untuk mengharmoniskan kehidupan manusia. Dengan agama, suatu
komunitas menjadi saling menyayangi sesama manusia walaupun memeluk
agama yang saling berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa agama tidak semata-
mata interaksi manusia dengan Tuhan, tetapi juga menuntut sikap yang
saling menyayangi sesama manusia, walaupun berbeda agama sekalipun.
Untuk itu makna agama dapat dikatakan sangat luas, termasuk juga sebagai
wadah membina sikap saling saying menyayangi sesama manusia. Dengan
kata lain, agama bukan hanya mengatur urusan penyembahan manusia
terhadap Tuhannya, tetapi juga mengatur pola hidup manusia yang lebih baik
melalui sikap saling kasih mengasihi sesama mereka.