Anda di halaman 1dari 3

PANCASILA

ESSAY
“TOKOH PERINTIS BANGSA”

Disusun Oleh :
Justin Timothy - 00000055695

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


PROGRAM STUDI JURNALISTIK
UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA
Pertama-tama bagi para Tokoh perintis Bangsa kita yaitu Bangsa Indonesia saya
memanjatkan rasa terima kasih atas perjuangan dan tumpah darah untuk kemerdekaan
Bangsa. Setelah itu saya sebagai penulis akan menjelaskan latar belakang dan sejarah dari
Tokoh perintis Bangsa kita. Tokoh yang pertama Ialah Raden Soedirman atau Jenderal
Soedirman adalah seorang perwira tinggi pada masa Revolusi Nasional Indonesia.  Ia
menjadi panglima besar TNI pertama yang dihormati di Indonesia berkat jasanya dalam
menggugurkan para penjajah.  Ia dilantik pada tanggal 18 Desember 1945. Selama tiga
tahun berusaha melawan tentara kolonial Belanda, Soedirman berhasil mengalahkan
mereka melalui Perjanjian Linggarjati dan Renville yang turut disusun oleh Soedirman. 
Setelah melalui berbagai macam perjuangan, pada tahun 1948, Soedirman divonis
mengidap penyakit tuberkulosis yang menyebabkan paru-paru kanannya harus
dikempeskan pada November 1948.  Jenderal Soedirman meninggal kurang lebih satu
bulan setelah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia. 

Tokoh kedua yang akan saya bahas adalah Pangeran Diponegoro. Pangeran
Diponegoro lahir di Yogyakarta pada jumat 11 November 1785 dari ibu yang
merupakan seorang selir bernama R.A. Mangkarawati, dan ayahnya yang bernama
Gusti Raden Mas Surojo, yang di kemudian hari naik tahta bergelar
Hamengkubuwono III. Pada saat Pangeran Diponegoro lahir, Ia diberi nama Raden
Mas Mustahar yang akhirnya ia diberi gelar pangeran dengan nama Pangeran
Diponegoro pada 1812 ketika ayahnya naik tahta menjadi Hamengkubuwono
III. Sekitar 1825-1830, Pangeran Diponegoro memimpin Jawa Tengah dan sebagian
Jawa Timur dalam perang besar-besaran yang hampir-hampir meruntuhkan
kekuasaan imperialis Belanda di Indonesia. Perang ini diawali dengan keputusan
dan tindakan Hindia Belanda yang memasang patok-patok di atas lahan milik
Diponegoro di Desa Tegalrejo. Ditambah lagi, Hindia Belanda yang tidak
menghargai adat istiadat setempat serta eksploitasi berlebihan terhadap rakyat
dengan pajak tinggi. Belanda berhasil menangkap Pangeran Diponegoro beserta
keluarga dan pengikutnya pada 20 April 1830 yang kemudian dibawa dengan kapal
Pollux menuju Manado. Sesampainya di Manado, Pangeran Diponegoro dan
rombongannya langsung ditawan di Benteng Amsterdam. Selanjutnya, Ia pun
kembali dipindahkan ke Makassar. Hingga akhirnya pada 8 Januari 1855, Pangeran
Diponegoro meninggal dan dimakamkan di kota tersebut.

Anda mungkin juga menyukai