Anda di halaman 1dari 4

Studi Kasus : Penerapan Latihan Predialitik Untuk Mengurangi Kelelahan Pasien

Rawat Inap Menjalani Hemodialisis


Nugroho Lazuardi
1 Universitas Muhammadiyah Semarang, Indonesia
2 Tugurejo Hospital of Central Java Province, Indonesia

Abstrak
Penelitian ini dilakukan di Ruang Hemodialisa RS Tugurejo Semarang. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif, penelitian dengan desain eksperimen semu. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh latihan pradialitik pada tingkat kelelahan di pasien yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit
Tugurejo, Jawa Tengah, Indonesia. Besar sampel adalah 4 responden di kelompok intervensi tanpa
kelompok kontrol. Pengukuran tingkat kelelahan (pre dan post-test) menggunakan PFS (Piper Fatigue
Scale) yang berisi 22 pernyataan subjektif. Intervensi Latihan Pradialitik diberikan selama 5 sesi dengan
durasi 10-15 menit. Hasil studi ini menunjukkan bahwa tingkat kelelahan pasien hemodialisis mengalami
penurunan setelah intervensi latihan pradialitik selama 5 sesi. Skor kelelahan responden 1 mengalami
penurunan dari skor 4,8 (kelelahan sedang) menjadi 3,2 (kelelahan ringan), responden 2 dari skor 6,3
(kelelahan sedang) menjadi 4,3 (kelelahan sedang), responden 3 dari skor 9 (kelelahan berat) sampai
dengan 7 (berat) kelelahan), dan responden 1 dari skor 4,9 (kelelahan sedang) menjadi 2,4 (kelelahan
ringan ). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan pada masing-masing dimensi tingkat
kelelahan sehingga intervensi latihan pradialitik efektif untuk mengurangi kelelahan pada pasien yang
menjalani hemodialisis.

PENGANTAR
Kelelahan adalah masalah yang paling sering dirasakan sebagai efek samping dari penderita CKD
yang menjalani hemodialisis yang dapat menyebabkan gangguan fisik, masalah sosial, dan psikologis yang
mengganggu aktivitas sehari-hari dan kualitas hidup pasien. Kelelahan disebabkan oleh perubahan kondisi
kesehatan, tidur gangguan, gangguan psikologis dan miskin status nutrisi.
Intervensi nonfarmakologis yang dapat diberikan kepada pasien CKD dengan hemodialisis dengan
kelelahan bersifat progresif Relaksasi otot, rentang gerak, dan latihan pernapasan atau Latihan pradialisis.
Latihan pradialitik dapat meningkatkan darah aliran, dan jumlah area kapiler di otot, sehingga dapat
mengurangi terjadinya komplikasi seperti kelelahan, otot, kram, dan kecemasan.

METODE
Desain pada penelitian ini yaitu kuasi-eksperimental pada satu grup (kelompok intervensi) dengan
pre dan post-test. Populasi adalah pasien dengan penyakit ginjal kronis di Instalasi Hemodialisa Tugurejo
Rumah Sakit, Jawa Tengah, Indonesia.
Teknik pengambilan sampel adalah kenyamanan sampling, dimana peneliti memilih sampel di
lokasi penelitian sesuai dengan kriteria penelitian sampai jumlah sampel penelitian diperoleh. Pasien yang
memenuhi kriteria akan direkrut sebagai responden.
Penelitian ini menggunakan Skala Kelelahan Piper (PFS) untuk mengukur tingkat kelelahan pasien
hemodialisis. Instrumen PFS bisa mewakili perasaan subjektif dari responden dalam mengungkapkan
kelelahannya. Pengumpulan data dilakukan sebelum dan setelah diberikan selama 5 kali pertemuan dengan
durasi 10-15 menit.
Responden yang bersedia dan setuju menjadi responden diminta untuk mengisi kuesioner. Sebelum
perlakuan, responden dijelaskan. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan ciri-ciri dan tingkat
kelelahan di antara responden.
Responden diberikan intervensi dalam bentuk latihan pradialisis dengan kombinasi otot progresif
gerakan relaksasi, rentang gerak, dan latihan pernapasan. Gerakan dalam hal ini latihan fisik
dikombinasikan dengan prinsip peregangan dan relaksasi yang sama otot-otot di wajah, leher, bahu,
tangan/lengan, dan kaki. Latihan diberikan sebelum proses hemodialisis dimulai selama 5 pertemuan pada
hari Senin dan Kamis sesuai dengan jadwal responden untuk hemodialisis. Durasi dari intervensi adalah
10-15 menit dengan masing-masing gerakan 8 ketukan dan disertai dengan musik.

HASIL
Pelaksanaan latihan pradialisis pada pasien dengan ginjal kronis penyakit di Unit Hemodialisa
RSUD Tugurejo dari tanggal 9 Mei 2019, hingga 23 Mei 2019, dengan 4 pasien sebagai responden yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil dari analisis penelitian adalah sebagai berikut:
Berdasarkan data ciri-ciri responden (tabel 1), hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar (75%) berusia
>50 tahun dan semua responden berjenis kelamin laki-laki dan berpendidikan SMA tingkat. Sebanyak 3
responden (75%) adalah menikah dan 1 responden (25%) adalah duda, sedangkan untuk durasi HD, 2
responden (50%) menjalani 12-24 bulan HD dan 2 responden (50%) menjalani HD > 24 bulan.

responden 1 dari skor 4,8 (kelelahan sedang) hingga 3,2 (kelelahan ringan). Responden 2 dari skor
6,3 (kelelahan sedang) menjadi 4,3 (kelelahan sedang). Responden 3 dari skor 9 (kelelahan parah) sampai 7
(kelelahan berat). Responden 4 dari skor 4,9 (kelelahan sedang) sampai 2,4 (kelelahan ringan). skor
kelelahan rata-rata adalah 6,25 (sedang kelelahan) di pre-test dan rata-rata skor kelelahan adalah 4,25
(kelelahan ringan) di pasca-tes. Hasilnya menunjukkan bahwa ada penurunan tingkat kelelahan setelah
diberikan intervensi pradialisis latihan (post-test) selama 5 kali pertemuan yaitu 2 responden (50%)
mengalami kelelahan ringan, 1 responden (25%) kelelahan sedang, dan 1 responden (25%) kelelahan berat.
Nilai tingkat kelelahan sebelum intervensi dilakukan dengan tingkat kelelahan minimum 4,8 dan
maksimal 9. Sebelum diberikan intervensi, responden berada di rentang skor kelelahan yang cukup
bervariasi. Ada satu responden dengan skor kelelahan 9, hal ini disebabkan oleh faktor usia (>50 tahun).
Hasil subjektif yang didapat dari empat responden mengatakan bahwa tubuh mereka kondisi lebih
baik setelah HD dilakukan dan akan memiliki status kesehatan maksimal 1 hari setelah HD, bagaimanapun,
responden akan merasa secara signifikan lelah setelah 2-3 hari setelah HD.
Selama HD, empat responden mengatakan mereka lebih suka menggunakan waktu mereka untuk
tidur atau menutup mata mereka. Dua responden bisa tidur nyenyak selama HD (1-2 jam) dan dua
responden hanya bisa memejamkan mata tanpa tidur nyenyak.
Menurut pernyataan dari responden, penyebab yang berlebihan kelelahan karena dia selalu merasa
tidak bahagia karena masalah keluarga,menjadikan mudah tersinggung dan emosional. Responden lain
mengatakan bahwa kelelahan tersebut disebabkan oleh tidak memiliki banyak aktivitas dan kakinya sering
bengkak yang mengganggu kegiatannya. Keempat responden memiliki kualitas tidur yang buruk,
ditunjukkan dengan waktu tidur itu cuma 3-4 jam sehari, sering bangun bangun di malam hari dan
mengalami kesulitan untuk memulai tidur lagi, bangun lama jadi faktor yang menambah kelelahan.

DISKUSI
Pada pembahasan pada penelitian ini menunjukkan data bahwa responden mengalami kelelahan
kadarnya bervariasi menurut usia. Usia adalah faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan individu.
Penderita CKD yang menjalani HD usia di atas 40 tahun berisiko mengalami berbagai komplikasi yang
dapat mengganggu kualitas hidup, termasuk kelelahan. Salomo menjelaskan bahwa semakin tua seseorang,
kondisi fisiknya akan lemah dan menyebabkan kondisi kelelahan.
Menurunnya kondisi fisik di usia tua menghasilkan tingkat kelelahan yang lebih tinggi. Kelelahan
muncul sebagai akibat dari berbagai faktor, termasuk faktor fisiologis (anemia, malnutrisi, uremia,
hiperparatiroidisme, peradangan) yang timbul dari kronis penyakit ginjal. Keluhan kelelahan dalam pasien
yang menjalani hemodialisis karena banyak faktor, termasuk status gizi buruk, gangguan psikologis,
perubahan kondisi kesehatan, dan gangguan tidur.
Studi ini menunjukkan bahwa ada penurunan tingkat kelelahan setelah diberikan intervensi
pradialisis latihan (post-test) 5 kali. Hasil ini mendukung sebuah penelitian bahwa latihan pradialytic
efektif dalam mengurangi tingkat kelelahan pada ginjal kronis pasien penyakit yang menjalani
hemodialisis. Manfaat latihan fisik mulai terasa dirasakan oleh responden terutama dari minggu keempat
dan seterusnya.
Latihan fisik secara teratur dapat meningkatkan aliran darah ke otot, meningkatkan jumlah kapiler
dan menambah area dan permukaan kapiler, sehingga meningkatkan pergerakan urea dan racun dari
jaringan ke pembuluh darah yang kemudian dialirkan ke dialyzer atau mesin hemodialisa. Latihan fisik
juga dapat menunjukkan perbaikan dalam tubuh kebugaran, fungsi fisiologis, kelincahan, mengurangi
tingkat kelelahan, kelincahan dan meningkatkan kekuatan otot. Latihan pradialytic juga mampu membuat
responden rileks, meningkatkan sirkulasi keseluruhan, dan menurunkan tekanan darah.
Selain latihan fisik, dukungan internal dan motivasi sosial juga diperlukan untuk Kualitas hidup
pasien HD. Pasien yang melakukan latihan fisik mungkin mengalami komplikasi yang lebih sedikit.
Banyak pasien yang proses hemodialisisnya ditunggu oleh keluarga membuat pasien nyaman. Gaya hidup
juga harus dipertahankan, terutama pembatasan cairan untuk mengurangi edema ekstremitas atau edema
paru sehingga jantung dan paru-paru fungsinya lebih mudah dan mengurangi kelelahan atau sesak napas.

KESIMPULAN
1. Latihan pradialisis memiliki efek positif terhadap menurunkan tingkat kelelahan pasien dialisis.
2. Latihan pradialisis dapat diterapkan di unit hemodialisis untuk menurunkan kadar kelelahan dan dapat
meningkatkan kualitas hidup.
3. Pengukuran awal dilakukan pada hari pertama sebelum intervensi adalah kelelahan sedang dan yang
kedua setelah 5 kali diberikan intervensi menurun menjadi kelelahan ringan.

Anda mungkin juga menyukai