B. Identitas Penanggungjawab
C. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama :
Badan terasa lemah dan nyeri ulu hati (skala : 4/10).
Riwayat Kesehatan Sekarang :
Hari Sabtu (11-10-2014), klien merasa lemas, penglihatan gelap dan tiba-tiba pingsan
setelah duduk dan berjalan sebentar. Klien dibawa oleh keluarga ke IGD RSUP pada
pukul 20.19 untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan.
Riwayat Alergi : Tidak Ada
Riwayat Operasi : 1 tahun yang lalu klien dioperasi pengangkatan batu ginjal kanan
Riwayat penyakit masa lalu :
Klien memiliki riwayat penyakit hipertensi yang terkontrol sejak ± 3 tahun, Hemoroid
interna sejak 1 tahun yang lalu dan kadang-kadang kambuh, klien juga pernah menderita
LUTS e.c BPH namun menghilang setelah therapy oral (Harral Tablet).
Riwayat penyakit keturunan :
Klien tidak mengetahui riwayat penyakit orang tuanya.
Konsumsi obat/ suplemen saat ini : tanggal 13 Oktober 2014
Amlodipin 1 x 5 mg (O) Asam Folat 1 x 15 mg (O)
Omeperazole 1 x 40 mg (O) Ardium 3 x 1 g (O)
Sucralfat 3 x 15 ml (O) Harnal 1 x 0,4 mg
II. ADAPTASI
A. Fisiologis
1. Oksigenasi
a. Fisik
Tidak ditemukan ketidaknormalan dari hasil pemeriksaan inspeksi, auskultasi,
palpasi maupun perkusi. RR: 18x/mnt.
b. Lab :
Tanggal 11 Oktober 2014 (17.22 WIB)
Variabel Nilai Nilai normal H/L
Hb 5,7 g/Dl 12-15 L
Eritrosit 2,19 x 106 /µL 4,3 – 5,5 L
Ket: Klien sudah mendapatkan transfusi darah (2 bag) dengan target Hb: 9 g/dL
c. Pemeriksaan diagnostik lain (Radiologi Thorax):
CTR < 50%, tidak terdapat Infiltrat, Cor dan Pulmo dalam batas normal.
2. Sirkulasi
a. Fisik
Kunjungtiva dan membran mukosa oral terlihat agak pucat, Nadi teraba agak lemah
dengan frekuensi 76 x/mnt, TD: 130/80 mmHg, bunyi jantung normal, CRT: 3
detik, JVP 5 -2 cmH2O, akral teraba hangat.
b. Laboratorium Hematologi 11 Oktober 2014 :
Nilai Nilai normal H/L
Hemoglobin 5,7 g/Dl 12.0-15.0 L
Hematokrit 18 % 36.0-46.0 L
Eritrosit 2,19 x 106 /µL 4,3 – 5,5 L
3 3 3 3
Trombosit 466 x 10 /mm 150-400 x10 /mm H
Ket: Keadaan Trombositosis reaktif merupakan kompensasi system tubuh terhadap
nilai eritrosit. Klien sudah mendapatkan transfusi darah (2 bag) dengan target Hb: 9
g/dL
Irama regular, HR 66 x/mnt. Gel P, QRS, P-R, Segmen ST dalam batas normal. Axis
jantung +80 derajat. Tidak terdapat iskemik / infark dan tanda-tanda gangguan elektrolit.
Kesimpulan : Sinus Rhytm.
3. Nutrisi
a. Fisik
Saat ini klien mendapatkan makanan diit dari RS dengan bentuk lunak tinggi serat
2100 kkal/hari. Klien mengeluh mual, namun nafsu makan masih baik. Kebersihan
oral cukup baik, makan melalui oral. Abdomen terlihat datar tidak terlihat
abnormalitas warna dan bentuk. Hati dan limfa tidak teraba, bising usus 10 x/mnt.
TB : 166 cm, BB : 65 Kg, IMT : 23,58 kg/cm2 (Resiko menjadi Obes).
b. Laboratorium pada tanggal 11 Oktober 2014:
Gula Darah Sewaktu 145 mg/dL (Normal : < 180 mg/dL)
Ket: Tidak ada riwayat DM
4. Eliminasi
a. Fisik
Riwayat hemoroid interna yang kadang-kadang kambuh, ± 1 minggu yang lalu klien
mengalami BAB bercampur darah dan lendir bewarna merah kehitaman. Saat ini
BAB 1-2 hari sekali dengan konsistensi lembek dan warna kekuningan.
BAK 4-5 x/hari dengan jumlah ±1700cc, warna jernih kekuningan, klien BAK
ditempat tidur dengan menggunakan wadah pengukur urin. Tidak ada keluhan yang
berkaitan dengan LUTS. Ginjal tidak teraba, tidak nyeri ketika dilakukan perkusi
ginjal, tidak ada distensi bladder.
b. Laboratorium tanggal 11 Oktober 2014 :
Ureum : 67 mg/dL (Normal: 20 – 40)
Kreatinin : 2,5 mg/dL (Normal: 0,8 – 1,5)
Hitung GFR : 26,76 ml/mnt/1,73m2 (≥ 90 ml/mnt/1,73m2)
Ket : Penurunan GFR Berat, belum terindikasi dialisis).
Kebiasaan tidur Malam : dari jam 22 sampai jam 04.30 total : 6.5 Jam
Siang : dari jam 13 sampai jam 15 total : 2 Jam
Kegiatan pengantar Lampu redup Lampu terang Membaca
tidur Minum minuman hangat lainnya : Tidak Ada
b. Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 11 Oktober 2014:
Nilai Nilai normal H/L
Hemoglobin 5,7 g/dL 12.0-15.0 L
Eritrosit 2,19 106 /µL 4,3 – 5,5 L
7. Sensori
a. Fisik
Terdapat keluhan nyeri pada bagian “ulu hati” dengan skala 4/10 (sedang). Respon
terhadap sentuhan dikulit baik. Fungsi penglihatan baik, klien tidak menggunakan
kaca mata untuk bantu penglihatan, reflek terhadap cahaya baik (3mm/3mm).
Pemeriksaan terhadap fungsi penciuman, pengecapan dan pendengaran juga
mendapatkan hasil yang baik.
9. Fungsi neurologi
a. Fisik
Tingkat kesadaran kompos mentis GCS E4M6V5. Berorientasi dengan tepat
terhadap waktu, tempat dan orang. Bicara jelas, wajah simetris, reaksi pupil
terhadap cahaya (+) dan isokor. Tidak ada perubahan dalam perhatian, bahasa
dan ingatan. Dapat menceritakan kejadian dengan benar secara berurutan.
Refleks patella (+), achilles (+), babinski (-).
Stimulus Fokal : Adaptif
Stimulus Kontekstual : -
Stimulus Residual : -
10. Endokrin
a. Fisik
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit DM atau masalah tiroid. Tidak
terdapat pembengkakan kelenjar tyroid dan getah bening.
b. Laboratorium tanggal 11 Oktober 2014:
Nilai Nilai normal H/L
Gula darah sewaktu 145 < 180 mg/dL
Identitas diri Pasien tidak merasa malu dengan Tidak ada gangguan pada Tidak ada faktor pencetus Pasien menerima
kondisi nya saat ini identitas diri pasien maupun faktor risiko yang kedaannya dan
dapat menyebabkan gangguan berharap penyakitnya
pada identitas diri pasien bisa cepat sembuh.
Keluarga memberikan
dukungan penuh
kepada klien.
Pengambilan Selama sakit, semua kegiatan Kelemahan Faktor pencetus yang mungkin Klien menyadari
peran digantikan dan kebutuhan terjadi yang menyebabkan terjadi bahwa selama sakit
klien selama di rumah sakit pengambilan peran adalah kondisi terbatas dalam
Pengkajian Stimulus
Pola Pengkajian Perilaku
Stimulus Fokal Stimulus Kontekstual Stimulus Residual
juga dibantu oleh istri dan klien yang masih belum bisa untuk beraktifitas dan
anak. beraktivitas secara penuh. berharap penyakitnya
segera sembuh.
Integrasi peran Selama di rumah sakit Tidak terdapat suatu Tidak ada faktor Klien menyadari
kebutuhan pasien dibantu masalah yang dapat pencetus/presipitasi dan faktor bahwa selama sakit
penuh oleh keluarga dan menyebabkan gangguan risiko terhadap integritas peran terbatas dalam
perawat integrasi peran. beraktifitas dan
berharap penyakitnya
segera sembuh
D. Adaptasi Interdependensi
Pengkajian Stimulus
Pola Pengkajian Perilaku
Stimulus Fokal Stimulus Kontekstual Stimulus Residual
Affectional Selama di rumah sakit Rasa nyeri saat bergerak Faktor yang mungkin dapat Klien berharap cepat sembuh
adequacy kebutuhan pasien dibantu yang dialami oleh pasien. menjadi pencetus adalah dan bisa melakukan aktivitas
penuh oleh keluarga proses inflamasi spondylitis seperti semula.
Sumber daya Klien sudah memahami tentang Klien dan keluarga sudah Salah satu anak klien Klien berharap mendapatkan
yang adekuat program terapi yang harus terpapar informasi merupakan calon dokter. pengobatan yang terbaik dan
dijalani untuk penyembuhan mengenai pengobatan berharap penyakit yang
penyakitnya perawatan di RS dialaminya saat ini dapat segera
sembuh.
1. Perfusi jaringan tidak efektif; perifer berhubungan dengan Penurunan konsentasi Hb dalam
Darah
2. Resiko Injury berhubungan dengan kelemahan dan abnormalitas komponen darah (Hb)
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik)
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidak-adekuatan pertahanan tubuh sekunder
V. RENCANA KEPERAWATAN
Tanggal/jam No. Dx Tujuan Intervensi
13-10-2014 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama - Monitor secara komprehensif sirkukasi perifer (nadi
3 x 24 jam tidak ada gangguan pada perfusi perifer, edema, kapillary refill, warna dan
jaringan perifer pasien dengan indikator: temperatur ekstremitas)
- Pengisian kapiler dbn - Elevasi anggota badan 20 derajat atau lebih tinggi
- Tekanan darah sistolik dbn dari jantung untuk meningkatkan venous return
- Tekanan darah diastolik dbn - Anjurkan mengubah posisi minimal setiap 2 jam sekali
- Kekuatan nadi dbn - Monitor status cairan masuk dan keluar
- Warna kulit normal - Dorong latihan ROM selama bedrest
- Kekuatan fungsi otot - Jaga keadekuatan hidrasi untuk mencegah peningkatan
- Suhu kulit hangat dan lembab viskositas darah
- Kadar Hb dbn - Kolaborasi pemberian tranfusi darah
- Monitor laboratorium Hb, Ht
- Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan RR
- Monitor jumlah dan irama jantung
- Monitor bunyi jantung
- Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
13-10-2014 2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama - Sediakan lingkungan yang aman bagi pasien
3 x 24 jam resiko trauma pasien dapat terkontrol - Identifiksi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan
dengan indikator : kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat
- Pengetahuan tentang resiko meningkat penyakit terdahulu pasien
- Memonitor faktor resiko dari lingkungan - Hindari lingkungan yang berbahaya
- Memonitor faktor resiko dari personal - Pasang side-rail tempat tidur
- Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi - Sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
resiko - Berikan penerangan yang cukup
- Menghindari paparan yang bisa mengancam - Anjurkan keluarga menemani pasien
kesehatan - Kontrol lingkungan dari kebisingan
- Memonitor perubahan status kesehatan - Pindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
- Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit
13-10-2014 3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
24 jam pasien dapat mengetahui tingkatan serta lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
mengontrol nyeri dengan indikator: presipitasi
- Melaporkan adanya nyeri - Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
- Luas bagian tubuh yang terpengaruh - Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
- Frekuensi nyeri pengalaman nyeri pasien
- Panjangnya episode nyeri - Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
- Dampak terhadap istirahat ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
- Mengenali faktor penyebab - Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
- Menggunakan metode pencegahan suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Menggunakan metode nonanalgetik untuk - Kurangi faktor presipitasi
mengurangi nyeri - Pilih dan latih / lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
- Mencari bantuan tenaga kesehatan farmakologi dan interpersonal)
- Mengenali gejala-gejala nyeri - Kolaborasi dalam pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri
- Mencatat pengalaman nyeri sebelumnya - Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Melaporkan nyeri sudah terkontrol
13-10-2014 4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama - Batasi pengunjung bila perlu
3 x 24 jam status kekebalan pasien meningkat - Instruksikan pengunjung untuk mencuci tangan saat
dengan indikator: berkunjung dan setelah berkunjung
- Tidak didapatkan tanda-tanda infeksi - Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci tangan
- Status respirasi sesuai yang diharapkan - Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
- Temperatur badan sesuai yang diharapkan - Gunakan universal precaution dan gunakan sarung tangan
- Integritas kulit selma kontak dengan kulit yang tidak utuh
- Integritas mukosa - Tingkatkan intake nutrisi dan cairan
- Tidak didapatkan fatigue kronis - Hitung balance cairan
- Leukosit absolut dalam batas normal - Observasi dan laporkan tanda dan gejal infeksi seperti
kemerahan, panas, nyeri, tumor
- Kaji temperatur tiap 4 jam
- Catat dan laporkan hasil laboratorium terutama leukosit
- Gunakan strategi untuk mencegah infeksi nosokomial
- Istirahat yang adekuat
- Kaji warna kulit, turgor dan tekstur, cuci kulit dengan
hati-hati
- Memonitor sirkukasi perifer S: Badan terasa lemah, - Memonitor sirkukasi S: Badan terasa lemah, - Memonitor sirkukasi S: Badan terasa lemah,
(nadi perifer, edema, aktivitas dibantu keluarga perifer (nadi perifer, aktivitas dibantu keluarga perifer (nadi perifer, aktivitas dibantu
kapillary refill, warna O: edema, kapillary refill, O: edema, kapillary keluarga
dan temperatur ekstremitas) - Edema (-),CRT: 2 detik warna dan temperatur - Edema (-), CRT: 2 detik refill, warna dan O:
- Mengelevasi anggota - Kunjungtiva dan membran ekstremitas) - Kunjungtiva dan temperatur ekstremitas) - Edema (-), CRT: 2
badan 20 derajat mukosa oral terlihat agak - Memonitor status cairan membran mukosa oral - Memonitor status detik
- Menganjurkan mengubah pucat, Nadi teraba agak masuk dan keluar terlihat agak pucat. cairan masuk dan - Kunjungtiva dan
posisi minimal setiap 2 lemah. - Memberikan transfuse - Kulit lembab, akral keluar membran mukosa oral
jam sekali - Kulit lembab, akral teraba darah 350cc teraba hangat - Memberikan transfuse sudah tidak anemis.
- Memonitor status cairan hangat - Memonitor laboratorium - TTV: TD 120/80 mmHg, darah 350cc - Kulit lembab, akral
masuk dan keluar - TTV : TD: 130/80 mmHg, Hb, Ht, Eritrosit Nadi: 84 x/mnt, RR: 20 - Memonitor laboratorium teraba hangat
Nadi: 76 x/mnt, RR: 18 x/mnt, S: 36,6°C - TTV : TD 120/70
- Mendorong latihan ROM - Memonitor tekanan darah, Hb, Ht, Eritrosit
x/mnt, S: 36,5°C - Balance Cairan : +150cc mmHg, Nadi: 80
selama bedrest nadi, suhu dan RR - Memonitor tekanan
- Balance Cairan : -75 - Bunyi Jantung: S1&S2 x/mnt, RR: 18 x/mnt,
- Memonitor laboratorium - Memonitor jumlah dan darah, nadi, suhu dan
- Bunyi Jantung: S1&S2 (+), S3&S4 (-) S: 36,5°C
Hb, Ht, Eritrosit irama jantung RR
(+), S3&S4 (-) - Lab tanggal 14 Oktober - Balance Cairan : +100
- Memonitor tekanan darah, - Lab tanggal 11 Oktober - Memonitor bunyi jantung 2014: Hb: 7,1 g/dL,
- Memonitor jumlah dan - Bunyi Jantung:
nadi, suhu dan RR - Memonitor suhu, warna irama jantung
2014: Hb: 5,7 g/dL, Ht: Eritrosit: 2,71 juta/µL S1&S2 (+), S3&S4 (-)
- Memonitor jumlah dan 18%, Erit: 2,19 juta/µL dan kelembaban kulit A: Masalah belum teratasi - Memonitor bunyi - Lab tanggal 15/10/
irama jantung A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan Intervensi jantung 2014: Hb: 10,5 g/dL,
- Memonitor bunyi jantung P: Lanjutkan Intervensi - Memonitor suhu, warna Eritrosit: 4,0 juta /µL
- Memonitor suhu, warna dan kelembaban kulit A: Masalah teratasi
dan kelembaban kulit sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
2. Resiko Injury berhubungan dengan kelemahan dan abnormalitas komponen darah (Hb)
13-10-2014 14-10-2014 15-10-2014
Memberikan penjelasan - Braden Skor : 18/23 2014: Hb: 7,1 g/dL, kesehatan dan ancaman gantungan Ringan)
pada pasien dan keluarga (Rendah). Eritrosit: 2,71 106 /µL injury masih ada. - Skor Resiko Jatuh :
atau pengunjung adanya - Lab tanggal 11 Oktober A: Masalah masih menjadi 70/150 (Tinggi)
perubahan status 2014: resiko - Lab tanggal 15
kesehatan dan ancaman Hb: 5,7 g/dL, Eritrosit: P: Lanjutkan tindakan Oktober 2014:
injury 2,19 106 /µL Hb: 10,5 g/dL,
A: Masalah masih menjadi Eritrosit: 4,0 juta /µL
resiko A: Masalah masih
P: Lanjutkan tindakan menjadi resiko
P: Lanjutkan tindakan
- Melakukan pengkajian S : Klien mengeluh nyeri - Memonitoring nyeri S : Klien mengeluh nyeri - Memonitoring nyeri S : Klien mengeluh
nyeri secara komprehensif dengan karakteristik : secara komprehensif Skala 2/10 (ringan) secara komprehensif nyeri Skala 2/10
termasuk lokasi, P : Saat bergerak, Q : - Mengobservasi reaksi O: - Mengobservasi reaksi (ringan)
karakteristik, durasi, Ditusuk-tusuk, R : Ulu Hati non verbal dari - TTV : TD 120/80 non verbal dari O:
frekuensi, kualitas dan (Epigastrium), S : 4/10 ketidaknyamanan mmHg, Nadi: 84 ketidaknyamanan - TTV : TD 120/70
x/mnt, RR: 20 x/mnt,
faktor presipitasi (Ringan), T : Intermitten. - Mengontrol lingkungan - Mengontrol mmHg, Nadi: 80
S: 36,6°C
- Mengobservasi reaksi non O: yang dapat lingkungan yang x/mnt, RR: 18
- Klien tidak tampak
verbal dari ketidak- - TTV : TD: 130/80 mmHg, mempengaruhi nyeri dapat mempengaruhi x/mnt, S: 36,5°C
sering meringis lagi
nyamanan Nadi: 76 x/mnt, RR: 18 - Mendorong penggunaan nyeri - Klien tidak tampak
- Keluarga tampak
- Membantu pasien dan x/mnt, S: 36,5°C tekhnik relaksasi dan - Mendorong meringis lagi
memberikan motivasi
- Keluarga tampak membe- distraksi untuk penggunaan tekhnik - Keluarga tampak
keluarga untuk mencari kepada klien
rikan motivasi kepada mengurangi nyeri relaksasi dan distraksi memberikan motivasi
dan menemukan dukungan - Lingkungan kondusif
klien - Menganjurkan klien untuk mengurangi kepada klien
- Mengontrol lingkungan - Klien mampu melaku-
- Lingkungan kondusif mendengarkan musik nyeri - Klien mampu mela-
yang dapat kan tekhnik relaksasi
- Klien mampu melakukan untuk mengurangi nyeri - Menganjurkan klien kukan tekhnik relak-
mempengaruhi nyeri dan distraksi dan
tekhnik relaksasi dan - Memberikan terapi mendengarkan musik sasi dan distraksi dan
seperti suhu ruangan, mendengarkan musik
distraksi Ardium 1 g (O), untuk mengurangi mendengarkan musik
pencahayaan dan religi yang disukainya
- Terapi diberikan : Omeperazole 40 mg (O), nyeri religi yang disukai-
kebisingan Ardium 1 g (O), Sucralfat 15 ml (O). - Terapi diberikan : - Memberikan terapi nya
- Mengajarkan tekhnik Omeperazole 40 mg (O), - Evaluasi keefektifan Ardium 1 g (O), Ardium 1 g (O), - Terapi diberikan :
relaksasi dan distraksi Sucralfat 15 ml (O). kontrol nyeri Omeperazole 40 mg (O), Omeperazole 40 mg Ardium 1 g (O),
untuk mengurangi nyeri A: Masalah teratasi Sucralfat 15 ml (O). (O), Sucralfat 15 ml Omeperazole 40 mg
- Memberikan terapi Ardium sebagian A: Masalah teratasi (O). (O), Sucralfat 15 ml
1 g (O), Omeperazole 40 P: Lanjutkan intervensi sebagian - Evaluasi keefektifan (O).
mg (O), Sucralfat 15 ml P: Lanjutkan intervensi kontrol nyeri A: Masalah teratasi
(O). sebagian
- Evaluasi keefektifan P: Lanjutkan intervensi
kontrol nyeri
- Menginstruksikan pengun- S : Mengerti cara - Mengobservasi tanda dan S : Tidak ada demam - Melakukan perawatan S : Tidak ada demam
jung untuk mencuci mengenali, mencegah gejala infeksi O: pada IV line O: TTV : TD 120/70
tangan saat berkunjung dan dan melaporkan tanda- - Memantau hasil - TTV : TD 120/80 - Menggunakan universal mmHg, Nadi: 80
setelah berkunjung tanda infeksi laboratorium terutama mmHg, Nadi: 84 precaution untuk x/mnt, RR: 18
- Menggunakan universal O: TTV : TD: 130/80 leukosit x/mnt, RR: 20 x/mnt, mencegah infeksi x/mnt, S: 36,5°C
precaution untuk mencegah mmHg, Nadi: 76 x/mnt, - Melakukan perawatan S: 36,6°C nosokomial - Diit oral tinggi serat
infeksi nosokomial RR: 18 x/mnt, S: 36,5°C pada IV line - Diit oral tinggi serat - Mengobservasi tanda 2100 kkal
- Meningkatkan intake - Diit oral tinggi serat - Menggunakan universal 2100 kkal dan gejala infeksi - BC: +100
nutrisi cairan 2100 kkal precaution untuk - Balance Cairan : +150cc - Menghitung balance - IUFD ditangan
- Menghitung balance cairan - Balance Cairan : -75 mencegah infeksi - Terpasang IUFD cairan kanan : NaCL 0,9%
- Terpasang IUFD ditangan kanan : NaCL /12 jam, balutan
- Mengobservasi tanda dan nosokomial - Memantau hasil
ditangan kanan : NaCL 0,9% /12 jam, balutan tampak rapi dan bersih
gejala infeksi - Menghitung balance cairan laboratorium terutama
0,9% /12 jam, balutan tampak rapi dan bersih - Lab tanggal 15/10/ 14:
- Memantau hasil laborato- leukosit
tampak rapi dan bersih - Lab tanggal 14 Oktober Leukosit: 10,36
rium terutama leukosit - Lab tanggal 11 Oktober 2014: Leukosit: 11,86 103/mm3, 9,5 g/dL,
- Menganjurkan istirahat 2014: Leukosit: 12,64 103/mm3, Hb: 7,1 g/dL, Eritrosit: 4,0 x106
yang adekuat 103/mm3, Hb: 5,7 g/dL, Eritrosit: 2,71 106 /µL /µL, Ureum : 39
- Melakukan perawatan Eritrosit: 2,19 106 /µL A: Masalah masih mg/dL, Kreatinin : 1,7
VII. PEMBAHASAN
Beberapa hal yang ditemukan dari hasil pengkajian pada Tn.MM sesuai dengan konsep teori
secara umum terkait karakteristik masalah sistem urologi khususnya CKD. Hal tersebut
seperti usia, riwayat kesehatan serta adanya indikator penurunan fungsi ginjal yaitu kadar
ureum dan kreatinin yang meninggi, serta masalah sekunder seperti hipertensi dan anemia.
Hipertensi bisa terjadi akibat retensi cairan dan sodium. Hal tersebut terjadi akibat gagal
ginjal kronik menyebabkan aliran darah ke ginjal menurun, sehingga mengaktivasi
apparatus juxtaglomerular untuk memproduksi enzim rennin yang menstimulasi angiotensin
I dan II serta menyebabkan vasokonstriksi perifer. Angiotensin II merangsang produksi
aldosteron dari korteks adrenal, meningkatkan reabsorpsi sodium dalam ginjal sehingga
akhirnya meningkatkan cairan interstitial dan sodium dalam darah.
Kondisi anemia yang ditemukan pada Tn.MM mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan kondisi ginjal dan komponen darah. Anemia yang disebabkan karena berkurangnya
produksi eritopoetin, sehingga rangsangan eritopoesis pada sumsum tulang berkurang,
hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik. Hal ini
berpengaruh pula tentunya terhadap pembentukan Hemoglobin yang tidak terlepas dari
peran eritrosit.
Meskipun dalam keadaan uremia, namun Tn.MM tidak mengalami dampak lain seperti
gangguan pernapasan (umumnya sesak), kulit dan sebagainya. Ini membuktikan keunikan
dalam kemampuan beradaptasi dari setiap sistem tubuh individu terhadap suatu kondisi /
masalah fisik.
Perawat telah mencoba berdiskusi dengan dokter yang bertanggungjawab terhadap
pengobatan Tn.MM mengenai indikasi perlunya pemberian antibiotik mengacu pada kadar
leukosit. Namun karena tidak ditemukannya tanda-tanda lain dari sistem tubuh yang
mengindikasikan adanya infeksi seperti demam dan sebagainya, pemberian antibiotik tidak
diberikan. Ginjal yang sakit lebih mudah mengalami infeksi dari pada biasanya. Pasien
CKD dapat ditumpangi pyelonefritis di atas penyakit dasarnya. Adanya pyelonepritis ini
tentu memperburuk lagi faal ginjal. Obat-obat anti mikroba diberi bila ada bakteriuria
dengan perhatian khusus karena banyak diantara obat-obat yang toksik terhadap ginjal atau
keluar melalui ginjal. Tindakan yang mempengaruhi saluran kencing seperti kateterisasi
sedapat mungkin harus dihindarkan. Infeksi ditempat lain secara tidak langsung dapat pula
menimbulkan permasalahan yang sama dan pengurangan faal ginjal.
Terapi musik terdiri dari dua kata, yaitu kata “terapi” dan “musik”. Terapi (therapi) adalah
penanganan penyakit. Terapi juga diartikan sebagai pengobatan, sedangkan musik adalah
suara atau nada yang mengandung bermacam-macam melodi dan irama yang disesuaikan
dengan hukum harmoni serta pendengar (Westrup & Harrison, 1989 dalam Kustiningsih,
2013).
Terapi musik adalah keahlian menggunakan musik atau elemen musik oleh seseorang
terapis untuk meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan mental, fisik,
emosional dan spiritual. Terapi musik juga diartikan usaha meningkatkan kualitas fisik dan
mental dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk
dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat untuk
kesehatan fisik dan mental. Dalam dunia kedokteran dan keperawatan, terapi musik disebut
sebagai terapi pelengkap (Complementary Medicine / Therapy). Potter & Perry (2006),
mendefinisikan terapi musik sebagai teknik yang digunakan untuk penyembuhan suatu
penyakit dengan menggunakan bunyi atau irama tertentu. Jenis musik yang digunakan
dalam terapi musik dapat disesuaikan dengan keinginan.
Musik mempunyai manfaat sebagai berikut: (1) efek mozart, adalah salah satu istilah untuk
efek yang bisa dihasilkan sebuah musik yang dapat meningkatkan intelegensia seseorang,
(2) refresing, pada saat pikiran seseorang lagi kacau atau jenuh, dengan mendengarkan
musik walaupun sejenak, terbukti dapat menenangkan dan menyegarkan pikiran kembali,
(3) motivasi, hal yang hanya bisa dilahirkan dengan “feeling” tertentu. Apabila ada
motivasi, semangatpun akan muncul, (4) terapi, berbagai penelitian dan literatur
menerangkan tentang manfaat musik untuk kesehatan, baik untuk kesehatan fisik maupun
mental, beberapa penyakit yang dapat ditangani dengan musik antara lain: kanker, stroke,
dimensia, nyeri, gangguan kemampuan belajar, dan bayi premature (Hanser dalam Putri
2012).
Menurut Turner dalam Apriyani (2010), musik dihasilkan dari stimulus yang dikirimkan
dari akson-akson serabut sensori assenden ke neuron-neuron Reticular Activating System
(RAS). Stimulus-stimulus ini akan ditransmisikan oleh nuclei spesifik dari thalamus
melewati area-area korteks serebral, system limbik dan sistem neuroendokrin. Sistem saraf
otonom berisi saraf simpatis dan para simpatis. Musik dapat memberikan rangsang pada
saraf simpatis dan para simpatis untuk menghasilkan respon relaksasi. Karakteristik respon
relaksasi yang muncul berupa penurunan nadi, otot relaksasi Sistem limbik ditentukan oleh
cincin yang berhubungan dengan cigulate girrus, hippocampus, forniks, badan mamilari,
hipothalamus, traktus mamilotalamik, thalamus anterior dan bulbus olfaktorius. Saat musik
dimainkan, maka semua area yang berhubungan dengan sistem limbik akan terstimulasi
sehingga menghasilkan perasaan dan ekspresi. Musik menghasilkan sekresi
phenylethylamin dari system limbik yang merupakan neuroamine yang berperan dalam
perasaan cinta. Efek musik pada sistem neuroendokrin adalah memelihara keseimbangan
tubuh melalui sekresi hormon dan zat kimia dalam darah. Efek musik terjadi dengan cara:
1. Musik merangsang pengeluaran endhorphine yang merupakan opiate tubuh secara alami
yang dihasilkan dari gland pituitary yang berguna dalam mengurangi nyeri,
mempengaruhi mood dan memori.
2. Mengurangi pengeluaran katekolamin seperti ephinefrine dan norephinefrine dari medulla
adrenal. Pengeluaran katekolamin menurunkan frekuensi nadi, tekanan darah, asam
lemak bebas, mengurangi konsumsi O2.
3. Mengurangi kadar kortikosteroid adrenal, Corticotrophin Releasing Hormone (CRH) dan
Adrenocorticotropic Hormone (ACTH) yang menghasilkan stres.
Penggunaan terapi musik dapat dilakukan dalam berbagai cara, mulai dari mendengarkan
kaset pilihan, menyanyikan, memainkan sebuah instrument musik yang disukai oleh
masing-masing anak atau mendengarkan dan melihat musik secara visual. Banyak faktor
harus diperhatikan saat mempertimbangkan tehnik tertentu, jenis musik dan kesukaan
individu terlibat aktif atau pasif dalam terapi, penggunaan musik secara kelompok atau
individu, lama musik yang digunakan dan hasil yang diinginkan (Snyder & Lindquist, 2002
dalam Apriyani 2010). Jenis Musik Sebagai Terapi Menurut Djohan, (2009):
1. Lagu-lagu Greorgian menggunakan ritme pernapasan alamiah untuk menciptakan
perasaan lapang atau santai. Lagu-lagu tersebut cocok untuk mengiringi belajar dan
meditasi dan dapat mengurangi stres.
2. Musik Barok yang lambat seperti Bach, Hendel, Vivialdi dan Corell. Memberikan
perasaan yang mantap, teratur dapat diramalkan dan keamanan serta menciptakan
suasana yang merangsang pikiran belajar dan bekerja.
3. Musik Klasik seperti Haydn dan Mozart serta instrumental, memiliki kejernihan
keanggunan dan kebeningan. Musik ini mampu memperbaiki konsentrasi, ingatan,
mengurangi stres dan persepsi.
4. Musik Romantik seperti Schubert, Schumann, Tchon Kovsky, Chopin, dan Liszt,
mengeluarkan ekspresi dan perasaan. Musik ini seringkali memunculkan tema tema
individualism, nasionalisme dan mistisme. Musik ini baik digunakan untuk meningkatkan
simpati rasa penderitaan dan kasih sayang.
5. Musik Impressionis seperti Debussy, Faure dan Ravel, didasarkan pada kesan kesan
suasana hati musikal yang mengalir bebas dan menimbulkan imajinasi imajinasi seperti
mimpi. Selama 15 menit lamunan musical diikuti beberapa menit peregangan dapat
membuka impuls-impuls kreatif dan membuat kita bersentuhan dengan alam tidak sadar.
6. Jazz, Blues, Dixieland, Soul, Calypso, Raggae (Afrika), dapat membawa kegembiraan
dan memberi ilham, melepaskan rasa gembira maupun kesedihan mendalam, membawa
kecerdasan, ironi dan menegakkan kemanusiaan bersama.
7. Salsa, Chumba, Maranga, Macarena (Amerika Selatan), membuat jantung semakin cepat,
meningkatkan pernapasan, dan membuat seluruh tubuh bergerak.
8. Musik Rock dapat menggugah nafsu, merangsang gerakan aktif, melepaskan ketegangan,
menutup rasa sakit, musik tersebut juga dapat meningkatkan ketegangan, disonansi, stres
dan rasa sakit pada tubuh apabila tidak dalam suasana batin untuk dihibur secara energik.
9. Band besar, Pop dan Top 40, Country-Western dapat mengilhami gerakan ringan hingga
moderat, menggugah emosi dan menciptakan rasa sejahtera.
RUJUKAN ANALISIS:
Apriyani, D. (2009). Pengaruh terapi musik terhadap mual muntah lambat akibat kemoterapi
pada anak usia sekolah yang menderita kanker di RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung,
tesis FIK-UI : Depok.
Kustiningsih. (2013). Pengaruh Terapi Musik Audio Visual Terhadap Nyeri Dan Kecemasan
Anak Usia Sekolah Pasca Bedah Di Rsup Dr Sardjito Yogyakarta. tesis FIK UI: Depok.
Potter, P.A dan Perry, A.G. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses dan
praktik (terjemahan). Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Putri, G.M. (2012). Redam cemas & depresi dengan terapi musik, akses 15 Oktober 2014,
http://health.com/read/2012/06/21/482/651214/redam-cemas-depresi-dengan-terapi-
musik