Anda di halaman 1dari 13

CRITICAL BOOK REPORT

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengelolahan Laboratorium

Dosen Pengampu :

Drs. Nono Sebayang, S.T., M.Pd.

Mena Fadilia Lukman, M.Pd.T

Siti Zulfa Yuzni, S.T., M.Si.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 10

ANATA BELLA CHRISTIN 5183111022

IVANDRE HUTAJULU 5183311002

HANS RODEN NAINGGOLAN 5183111026

PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN - B

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmatnya kepada kita semua sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penyusunan makalah ini didasari mengenai Critical Book Report. Makalah ini disusun dalam
rangka untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Pengelolahan Laboratorium. Pada kesempatan
ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan penyempurnaan.


Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan
khususnya bagi para siswa segabai sarana pembelajaran.

Medan, Juni 2020

Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR


Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam
meringkas dan menganalisi sebuah buku serta membandingkan buku yang dianalisis
dengan buku yang lain, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik sebuah karya tulis
yang dianalisis
Seringkali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami,
terkadang  kita hanya memilih satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih belum
memuaskan misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan, oleh karena itu penulis
membuat CBR Pengelolahan Laboratorium ini untuk mempermudah pembaca dalam
memilih buku referensi terkhusus pada pokok bahasa tentang Pengelolahan
Laboratorium.

B. Tujuan Penulisan CBR


Mengkritisi atau membandingkan sebuah buku tentang pengelolahan laboratorium
serta membandingkan dengan dua buku yang berbeda dengan topik yang sama. Yang
dibandingkan dalam buku tersebut yaitu kelengkapan pembahasannya, keterkaitan antar
babnya, dan kelemahan dan kelebihan pada buku-buku yang dianalisis.

C. Manfaat CBR
Manfaat yang dapat kita simpulkan pada hal diatas ialah:
 Menambah wawasan pengetahuan tentang pengertian pengelolahan laboratorium,
teori-teori pengelolahan laboratorium dan lainnya.
 Mempermudah pembaca mendapatkan inti dari sebuah buku yang telah di lengkapi
dengan ringkasan buku , pembahasan  isi buku, serta kekurangan dan kelebihan buku
tersebut.
 Melatih siswa merumuskan serta mengambil kesimpulan-kesimpulan atas buku-buku
yang dianalisis tersebut.
D. Identitas buku yang di review
1. Judul buku : Modernisasi Bengkel Laboratorium Kejuruan Abad 21
2. Pengarang : Dr. Ir. M Bakrun, MM
3. Kota terbit : Jakarta
4. Tahun terbit : 2018
5. Penerbit : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
6. Tebal buku : 300 halaman
7. ISBN : 976-979-562-046-4
BAB II
RINGKASAN BUKU

“Modernisasi Bengkel Laboratorium Kejuruan Abad 21”

BAB I – BENGKEL DAN LABOATORIUM SMK


Bengkel atau disebut dengan istilah “shop” atau “workshop” merupakan tempat yang
digunakan untuk praktikum maupun produksi. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2010),
menerangkan definisi bengkel adalah tempat untuk berlatih, serta melakukan kegiatan dengan
arah dan tujuan yang jelas. Laboratorium/bengkel merupakan ruangan yang dilengkapi
dengan peralatan khusus untuk melakukan percobaan, penyelidikan dan sebagainya. Ini
artinya, bengkel bukan hanya sekedar melakukan eksperimental saja, melainkan untuk
melakukan pekerjaan yang jelas produk yang dihasilkan.
Bengkel atau laboratorium merupakan tempat yang menyediakan lingkungan untuk
simulasi siswa dalam mengaplikasikan dalam bentuk praktik dari pengetahuan teori yang di
dapat. Bengkel praktik juga dapat dikatakan sebagai tempat siswa mengembangkan
ketrampilan praktik. Jeff E, at. al (1999: 3) mengemukakan “workshop is a place where work
occurs, where tools are used to accomplish this work, where things may be repaired, and
where the work may result in particular product or outcome”. Artinya bahwa bengkel adalah
tempat dimana terdapat suatu pekerjaan terjadi, adanya alat-alat yang digunakan untuk
menyelesaikan pekerjaan, adanya hal-hal yang mungkin dapat diperbaiki, dan adanya
pekerjaan yang dapat membuat atau menghasilkan produk tertentu.
Bengkel atau laboratorium merupakan tempat yang menyediakan lingkungan untuk
simulasi siswa dalam mengaplikasikan dalam bentuk praktik dari pengetahuan teori yang di
dapat. Bengkel praktik juga dapat dikatakan sebagai tempat siswa mengembangkan
ketrampilan praktik. Jeff E, at. al (1999: 3) mengemukakan “workshop is a place where work
occurs, where tools are used to accomplish this work, where things may be repaired, and
where the work may result in particular product or outcome”. Artinya bahwa bengkel adalah
tempat dimana terdapat suatu pekerjaan terjadi, adanya alat-alat yang digunakan untuk
menyelesaikan pekerjaan, adanya hal-hal yang mungkin dapat diperbaiki, dan adanya
pekerjaan yang dapat membuat atau menghasilkan produk tertentu.
Beberapa definisi tentang bengkel diatas dapat ditarik garis besarnya bahwa bengkel
merupakan tempat yang dilengkapi dengan peralatan untuk mengembangkan ketrampilan,
melakukan percobaan dan penyelidikan serta tempat dimana ada kegiatan suatu pekerjaan
baik itu memperbaiki, membuat atau menghasilkan suatu produk tertentu. Sekolah kejuruan
khususnya SMK, bengkel merupakan faktor penting dalam proses belajar mengajar dan
bahkan menjadi faktor penentu dari pembentukan ketrampilan siswa karena bengkel
merupakan sarana yang paling efektif bagi siswa untuk melakukan praktik.
Bengkel sebagai tempat mengembangkan ketrampilan siswa harus di dukung dengan
kondisi bengkel sebaik mungkin. Jeff E, at. al (1999: 67) mengemukakan: “the workshop can
provide a safe environment for participants to try out new things before applying them
outside in the real word”. Artinya bengkel dapat menyediakan lingkungan yang aman bagi
para siswa untuk mencoba hal-hal baru sebelum menerapkannya dalam dunia nyata yaitu
dunia industri. Bengkel sekolah yang baik adalah bengkel yang mengadopsi dari industri.
Bengkel akan menerapkan lingkungan, peralatan dan peraturan yang ada sama dengan
industry, agar siswa terbiasa dengan lingkungan industri, terbiasa dengan alat yang ada di
industri, dan memahami peraturan-peraturan yang diterapkan di industri.

BAB II - MENATA BENGKEL YANG SEHAT, SELAMAT, NYAMAN DAN


MODERN

Bengkel dan laboratorium erat kaitannya dengan kecelakaan kerja, oleh karena itu
keselamatan dan kesehatan kerja menjadi prioritas utama penguna bengkel, keterawatan alat
dan mesin, serta melindungi produk praktik dari cacat produksi. Estetika, pergerakan, dan
waktu dapat menjadi suplemen dalam menghasilkan produk yang berkualitas dengan efisiensi
yang tinggi.

A. Bengkel sehat dan selamat :


 Mengenali Bahaya (Hazard) di dalam Bengkel & Laboratorium
 Pengelolaan Bengkel & Laboratorium dengan Memperhatikan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
B. Bengkel yang Nyaman
 Menerapkan Prinsip Ergonomic Checkpoint
 Penerapan Budaya 5S/5R
 Penggunaan Material Handling
C. Bengkel yang Modern
 Pembelajaran Berorientasi Abad 21
 Pendekatan 4C’s dalam Penataan Bengkel dan Laboratorium Kejuruan
 Pembelajaran STEM dalam Bengkel dan Laboratorium
 Babak Baru Revolusi Industri 4.0
 Sektor Strategis SMK yang Terdisrupsi Revolusi Industri 4.0

BAB III - PROTOTYPE BENGKEL DAN LABORATORIUM KEJURUAN

A. Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa


 Bengkel Teknik Pemesinan

 Bengkel Otomasi Industri

B. Bidang Keahlian Pariwisata


 Laboratorium Tata Busana

 Laboratorium Tata Boga

C. Bidang Keahlian Kemaritiman


 Bengkel Nautika Kapal Penangkap Ikan

 Bengkel Industri Perikanan Laut

D. Bidang Keahlian Industri Kreatif


 Laboratorium Desain Komunikasi Visual

 Bengkel Desain Interior dan Teknik Furnitur

E. Bidang Keahlian Agribisnis dan Agroteknologi


 Laboratorium Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura

 Laboratorium Otomatisasi Pertanian

F. Fasilitas Pendukung Bengkel dan Laboratorium SMK


 Ruang Penyimpanan

 Ruang Instruktur

 Ruang Area Praktik

 Ruang I-Spaces (Digital Classroom)

 Ruang Display

BAB IV - KEBIJAKAN PENINGKATAN MUTU BENGKEL

A. Program SMK Revitalisasi


SMK Revitalisasi merupakan program atau bantuan yang diberikan Direktorat
Pembinaan SMK kepada sekolah-sekolah untuk meningkatkan daya saing SMK.
Program ini merupakan wujud menjalankan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9
tahun 2016, tentang Revitalisasi SMK dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya
Saing Sumber Daya Manusia Indonesia. Tujuan dari revitalisasi ini diantaranya
pengembangan dan penyelarasan kurikulum dengan DUDI, inovasi pembelajaran
yang mendorong keterampilan Abad 21, pemenuhan dan peningkatan profesionalitas
guru dan tenaga kependidikan, standarisasi sarana dan prasarana utama, pemutakhiran
program kerja sama industri, pengelolaan dan penataan lembaga, serta peningkatan
akses sertifikasi kompetensi.
B. Program SMK Teaching Factory
Program SMK Teaching Factory (TeFa) diterjunkan di Indonesia mulai tahun
2011 yang didasarkan pada kerjasama Direktorat Pembinaan SMK dengan Vocational
Education and Training (TVET) negara Jerman dan Swiss. Metode pembelajaran
TeFa merupakan turunan pada dual system metode yang mengintegrasikan dua
lingkungan utama dalam setiap kegiatan peserta didik, yakni lingkungan sekolah dan
lingkungan perusahaan (industri). Peserta didik tidak hanya melakukan kegiatan
belajar di sekolah, tetapi juga melakukan praktik (kompetensi dasar) dan kerja
(mengaplikasikan kompetensinya) di industri dalam jangka waktu yang relatif
panjang.
Pembelajaran teaching factory adalah suatu konsep pembelajaran di SMK
berbasis produksi/jasa yang mengacu kepada standar dan prosedur yang berlaku di
industri, dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri.
Pembelajaran Teaching Factory memiliki beberapa model pelaksanaan. Zainal Nur
Arifin (2014) menyebutkan bahwa terdapat tiga model pelaksanaan TeFa yang dapat
dikembangkan SMK sebagai berikut:
 Model 1: Teaching factory dilakukan di bengkel dan laboratorium yang dimiliki
oleh lembaga pendidikan itu sendiri. Pengelolaan dan pelaksanaannya terintegrasi
ke dalam Sistim Akademik. Peserta didik melaksanakan praktek di
Bengkel/Laboratorium sekaligus menghasilkan produk berupa barang atau jasa
yang dijual ke konsumen.
 Model 2: Lembaga pendidikan membangun pabrik/industri bekerjasama dengan
industri sebagai Teaching factory-nya. Lokasinya Teaching Factory berada di
dalam atau diluar lingkungan sekolah/lembaga pendidikan. Pengelolaan
pabrik/industri tidak terintegrasi dengan Sistim Akademik, namun pabrik/industri
tersebut dimanfaatkan pula untuk tempat praktek mahasiswa
 Model 3: Teaching Factory dibangun melalui kerjasama dengan
industri/perusahaan menyelenggarakan program khusus (kelas kerjasama).
Tempat pendidikan dan pelatihan peserta didik dapat dilaksanakan di lingkungan
sekolah/lembaga pendidikan atau di fasilitas yang dimiliki oleh industri pasangan.
C. Program Kelas Industri
Kelas industri merupakan bagian dari program pembelajaran alternatif yang
merupakan pilihan bagi peserta didik untuk belajar sambil praktik langsung dengan
Dunia Usaha/Industri yang relevan dengan minat studinya. Kelas industri mengacu
pada konsep pembelajaran Workbased competence yang mengartikan bahwa
perpaduan kompetensi teori dan praktek sesuai dengan kondisi nyata dengan tempat
bekerja. Terealisasikan hal ini perlu terjalin hubungan yang harmonis antara SMK dan
dunia usaha/dunia kerja (link and match) sehingga materi pembelajaran produktif
harus relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia industri. Hubungan erat
diharapkan tidak ada celah kesenjangan antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
dengan dunia usaha/dunia industri.
D. SMK CSR
Program Corporate Social Responsibility (CSR) memegang peranan yang sangat
besar dalam mewujudkan keberlangsungan usaha Perusahaan. Perusahaan
berkompetisi melalui program CSR mulai menjamah SMK. Komitmen perusahaan
yang sistematis dan bekelanjutan secara konsisten dilakukan perusahaan untuk
mendukung kebijakan dalam pengembangan SMK. Identifikasi tim CSR perusahaan
memberikan bantuan secara obyektif sesuai dengan kriteria tim CSR perusahaan bagi
SMK yang layak mendapatkan bantuan.
SMK dengan bantuan CSR pada umumnya akan mendapatkan bantuan dengan
nilai yang lebih besar dari bantuan pemerintah. Sekolah-sekolah dengan CSR
foundation identik dengan kemajuan di bidang sarana dan prasarana praktikum.
Berbasis layanan CSR berkualitas, perusahaan akan memberikan bantuan dengan
kualitas sarana dan prasarana yang terbaik dan terstandarisasi dengan harapan sekolah
yang menikmati bantuan alat dan ruang praktikum tersebut dapat meningkat kualitas
lulusannya. SMK menjadi penting sekali memperbanyak kerjasama kemitraan dengan
perusahaan dengan harapan mendapatkan banyak bantuan dari program CSR
perusahaan.
BAB III

PEMBAHASAN

Dari buku yang berjudul Modernisasi Bengkel Laboratorium Kejuruan Abad 21, tim
penulis menanggapi bahwa buku yang di karang oleh Dr. Ir. M Bakrun, MM., sudah sangat
baik untuk di publikasikan ke khalayak banyak. Menurut tim penulis, buku ini sangatlah
lengkap tentang pembahasan tentang bengkel atau laboratorium. Bengkel atau disebut dengan
istilah “shop” atau “workshop” merupakan tempat yang digunakan untuk praktikum maupun
produksi. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2010), menerangkan definisi bengkel
adalah tempat untuk berlatih, serta melakukan kegiatan dengan arah dan tujuan yang jelas.
Laboratorium/bengkel merupakan ruangan yang dilengkapi dengan peralatan khusus untuk
melakukan percobaan, penyelidikan dan sebagainya. Ini artinya, bengkel bukan hanya
sekedar melakukan eksperimental saja, melainkan untuk melakukan pekerjaan yang jelas
produk yang dihasilkan.

Dengan materi-materi mengenai laboratorium yang sehat, aman dan nyaman sangat
membantu sekolah-sekolah untuk menerapkan bagaimana laboratorium yang baik dan benar.
Didalam buku ini juga membahas mengenai laboratorium yang modern seperti Pembelajaran
Berorientasi Abad 21, Pendekatan 4C’s dalam Penataan Bengkel dan Laboratorium Kejuruan
dan Pembelajaran STEM dalam Bengkel dan Laboratorium.

Jadi, dapat dikatakan bahwa buku yang berjudul Modernisasi Bengkel Laboratorium
Kejuruan Abad 21 ini sudah sangat baik dan penggunaan bahsa yang dipakai si pengarang
juga sangat baik dan sangat mudah untuk dipahami oleh si pembaca.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari penjabaran mengenai kritikan buku yang berjudul Modernisasi Bengkel
Laboratorium Kejuruan Abad 21 sudah sangat baik, dari kualitas pewarnaan buku juga
sangat menarik dengan gambar-gambar yang dicantumkan didalam buku tersebut,
sehingga si pembaca akan lebih bersemangat untuk membaca buku tersebut. Materi-
materi yang dicantumkan didalam buku tersebut juga sangat terstruktur sehingga sangat
mudah untuk dipahami.

B. SARAN
Adapun saran yang tim penulis beikan adalah untuk pengarang-pengarang lainnya
dapat mencontoh sistematis dari buku yang berjudul Modernisasi Bengkel Laboratorium
Kejuruan Abad 21 ini agar menghasilkan buku-buku yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

 Arikunto, Suharsimi (1988). Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi


Kejuruan. Jakarta: Depdikbud.
 Barnawi (2012), Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah. Yogyakarta: Arruzz Media.
 Handoko, T. Hani (1995). Manajemen. Edisi kedua. Yogyakarta: BPFEYogyakarta.
 Husaini Usman (2004). Manajemen (teori, Praktik, dan Riset Pendidikan). Jakarta: PT
Bumi Aksara
 Ismara, I. & Prianto, E. (2017). Bagaimankah agar Laboratorium dan Bengkel
Pendidikan Vokasi menjadi Nyaman, Selamat, dan Sehat. Yogyakarta: UNY Press.
 Kowalski, Theodore J. (2010). The School principal: Visionary Leadership, and
Competent Management.
 Leighbody & Kidd (1968). Methode of Teaching Shop and Technical Subject. Canada:
Delmar Publisher.
 Nolker, Helmut (1983) Pendidikan Kejuruan: Pengajaran, Kurikulum, Perencanaan.
Jakarta: Gramedia Permendiknas No 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan
Prasarana. Jakarta:-
 Prakken Publications (1982). Modern School Shop Planning. Michigan: Prakken
Publications.
 Sahertian, Piet A. (1994). Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah.
 Sutjipto. & Mukti, Basori (1993). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.
 Storm, George. (1995). Managing The Occupational Education Laboratory. Michingan:
Prakken Publications, Inc.
 Sukardi, Th (2008). Pengembangan Model Bengkel Kerja Praktik Sekolah Menengah
Kejuruan. Disertasi PPs UNY: Tidak diterbitkan
 Their, Herbert, D. (1970). Teaching Elementary School Science. A laboratory approach.
New York: Heath and Company
 World Health Organization (2011). Laboratory Quality Management System. Lyon:
WHO Press.

Anda mungkin juga menyukai