Anda di halaman 1dari 24

PENGAUDITAN 2

PERTIMBANGAN PENGAUDITAN SIKLUS PENDAPATAN

OLEH :
KELOMPOK 3
1. Ni Putu Dora Mahayani (1902622010598) / 02
2. Ni Komang Fitri (1902622010601) / 05
3. Putu Mika Cahyanti (1902622010607) / 11
4. Ni Putu Ayu Riskiani (1902622010618) / 22
5. Ni Luh Wayan Cempaka Suandewi Putri (1902622010626) / 30

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2019
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
hidayah-Nya serta keluasan ilmu-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah yang berjudul “Pertimbangan Pengauditan Siklus Pendapatan” disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pengauditan 2 yang diampu oleh Ida Ayu Nirma
Prameswari .,SE, M.Si. Makalah ini telah kami susun dengan baik dan saksama
berdasarkan beberapa refrensi buku yang kami pilih untuk dijadikan referensi utama. Tidak
pula dipungkiri bahwa bantuan dari banyak pihak yang dengan sukarela membantu kami
sehingga mempermudah proses penyusunan makalah ini.
Kami sebagai penyusun menyadari akan adanya beberapa kekurangan dalam susunan
makalah kami, sehingga saran dan masukan dari pembaca kami harapkan untuk
memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam susunan makalah ini di penyusunan makalah
berikutnya.
Besar harapan kami bahwa makalah ini bisa bermanfaat bagia siapapun yang membacanya,
serta dapat menjadi sumber kontribusi penambahan pengetahuan bagi para pembaca.

Gianyar, 27 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan............................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1.Pertimbangan Aktivitas Pengendalian Transaksi Penerimaan Kas dan Transaksi
Penjualan..........................................................................................................3
2.2. Penghimpunan dan Pendokumentasian Pemahaman.......................................6
2.3. Penetapan Risiko Pengendalian............................................................7
2.4. Pengajuan Pengendalian.......................................................................8
2.5. Pertimbangan Aktivitas Pengendalian Transaksi Penyesuaian
Penjualan....................................................................................................................9
2.6. Pengujian Substantif Saldo Piutang Dagang.......................................15
2.7. Pertimbangan Program Audit..............................................................16
2.8. Pengujian Substantif Kas....................................................................17
BAB III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................19
3.2. Saran...............................................................................................................19
DAFTAR PUSAKA...........................................................................................................20

iii
iv
BAB I

PANDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tujuan audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat apakahlaporan
keuangan secara keseluruhan telah disajikan secra wajar, sesuai dengan
prinsipakuntansi berlaku umum. Laporan keuangan merupakan kumpulan rekening-
rekeningtertentu yang disajikan dengan cara tertentu. Sebagai contoh, neraca atau
laporan keuanganterdiri dari rekening rekening aktiva, rekening kewajiban rekening
modal. Kelompokrekening aktiva terdiri atas kas, piutang usaha, persediaan, tanah,
gedung, dan sebagainya.Demikian pula kelompok-kelompok yang sama. Untuk dapat
memberikan pendapat tentanglaporan keuangan secara keseluruhan, auditor harus
memberikan seluruh rekening yangmembentuk laporan keuangan yang bersangkutan.
(Jusup, Al.Haryono 2002)Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban
manajemen kepada pihak di luar perusahaan atas posisi keuangan dan hasil operasi
perusahaan selama suatu periode tertentu(biasanya satu tahun). Laporan keuangan
disusun berdasarkan standar akuntansi dan praktikakuntansi yang lazim dalam dunia
akuntansi. Standar akuntansi diterbitkan oleh profesiakuntan dengan nama Standar
Akuntansi Keuangan. Standar akuntansi ini dijadikan acuanoleh semua pihak yang
terkait dengan laporan keuangan. Agar pihak di luar perusahaanmempercayai laporan
keuangan yang disusun oleh manajemen, maka dibutuhkan jasa pihakketiga yang
bertugas untuk memeriksa dan menyatakan bahwa laporan keuangan telahdisusun
sesuai dengan standar akuntansi. Pihak ketiga ini biasa disebut Auditor
Independen.Laporan keuangan dalam proses penyusunannya dilakukan dengan cara
manual atau terkomputerisasi.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana Perimbangan Aktivitas Pengendalian Transaksi Penerimaan Kas
Dan Transaksi Penjualan ?
1.2.2. Bagaimana Penghimpunan Dan Pendokumentasian Pemahaman ?

1
1.2.3. Bagaimana Penetapan Risiko Pengendalian ?
1.2.4. Bagaimana Pengujian Pengendalian ?
1.2.5. Bagaimana Pertimbangan Aktivitas Pengendalian Transaksi Penyesuaian
Penjualan ?
1.2.6. Apa Saja Contoh Pengujian Substantif Saldo Piutang Dagang ?
1.2.7. Bagaimana Pertimbangan Program Audit ?
1.2.8. Apa Saja Contoh Pengujian Subsantif Kas ?
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Agar Pembaca Mengetahui Perimbangan Aktivitas Pengendalian Transaksi
Penerimaan Kas Dan Transaksi Penjualan
1.3.2. Agar Pembaca Mengetahui Penghimpunan Dan Pendokumentasian
Pemahaman
1.3.3. Agar Pembaca Mengetahui Penetapan Risiko Pengendalian
1.3.4. Agar Pembaca Mengetahui Pengujian Pengendalian
1.3.5. Agar Pembaca Mengetahui Pertimbangan Aktivitas Pengendalian Transaksi
Penyesuaian Penjualan
1.3.6. Agar Pembaca Mengetahui Contoh Pengujian Substantif Saldo Piutang
Dagang
1.3.7. Agar Pembaca Mengetahui Pertimbangan Program Audit
1.3.8. Agar Pembaca Mengetahui Contoh Pengujian Subsantif Kas

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pertimbangan Aktivitas Pengendalian Transaksi Penerimaan Kas Dan


Transaksi Penjualan
Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit atas sistem penjualan tunai
dapat digolongkan menjadi beberapa kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan:
a. Review kinerja. Aktivitas pengendalian ini mencakup review atas kinerja
sesungguhnya dari transaksi penjualan tunai (misalnya) dibandingkan dengan
anggaran, prakiraan atau kinerja periode sebelumnya.
b. Pengolahan informasi. Dua pengelompokkan untuk aktivitas pengendalian jenis in
adalah pengendalian umum dan pengendalian aplikasi. Pengendalian umum ini
terkait dengan pengendalian atas operasional penjualan tunai, pengembangan dan
pemeliharaan sistem aplikasi. Sedangkan pengendalian aplikasi berlaku untuk
pengolahan aplikasi secara individual. Pengendalian ini membantu menetapkan
bahwa transaksi penjualan tunai adalah sah, diotorisasi semestinya dan diolah
dengan lengkap dan akurat.
c. Pengendalian fisik. Aktivitas ini mencakup keamanan fisik aktiva yang dijual
termasuk penjagaan memadai seperti fasilitas yang terlindungi dari akses vang
tidak dikehendaki.
d. Pemisahan tugas. Pembebanan tanggung jawab ke orang yang berbeda untuk
memberikan otorisasi transaksi perjualan tunai, pencatatan transaksi pemjualan
kredit, menyelenggarakan penyimpan ini aktiva vang dijual dimaksudkan untuk
mengurangi kemungkinan atau kesempatan orang untuk berbuat curang
Aktivitas pengendalian diperlukan dalam sistem penjualan tunai ini untuk
menghindari adanya salah saji material yang disebabkan oleh lemahnya pengendalian
yang ada. Aktivitas pengendalian dapat dilakukan dalam sistem penjualan tunai ini
untuk mengatasi :

3
a. Penerimaan kas telah disetor ke bank tetapi belum dicatat dalam jurnal
penerimaan kas
b. Penerimaan kas telah dicatat dalam jurnal penerimaan kas tetapi belum disetor ke
bank.
c. Penerimaan kas telah salah diposting
d. Penerimaan kas dicatat dalam jurnal dengan jumlah yang salah.
e. Pencatatan penerimaan kas dilakukan pada periode akuntansi yang salah
Berikut ini penjelasan mengenai dokumen yang digunakan, fungsi yang dilibatkan,
jaringan prosedur yang terkait serta bagan alir dari sistem penerimaan kas.
A. Dokumen dan Catatan:
1. Remittance Advice, yaitu document yang dikirim ke pelanggan bersama
dengan faktur penjualan, untuk dikembalikan bersama pembayaran. Dokumen
ini digunakan untuk mengindikasikan nama pelanggan, nomor faktur
penjualan, dan jumlah yang dibayarkan. Kegunaan dokumen ini adalah untuk
memungkinkan pendepositan secara langsung atas uang, yang diterima, dan
untuk meningkatkan pengendalian atas penjagaan aset.
2. Prelist, yaitu daftar penerimaan kas yang diterima melalui pos
3. Kertas perhitungan kas, yaitu daftar kas dan cek dalam register kas.
4. Laporan ringkasan kas harian, yaitu laporan yang menunjukkan total jumlah
kas yang diterima kasir melalui kasa atau melalui pos.
5. Slip deposit tervalidasi, yaitu slip setoran uang ke bank yang telah divalidasi
bank. Dokumen ini digunakan sebagai bukti bahwa pendepositan telah benar-
benar diterima oleh bank.
6. File transiksi penerimaan kas, (dalam sistem EDP), yaitu file komputer yang
digunakan untuk menyimpan data transaksi penerimaan kas yang tervalidasi
Apabila data transaksi penerimaan kas dari pelunasan piutang dimasukkan,
maka saldo piutang dalam file master piutang dagang, secara otomatis akan
berkurang sejumlah kas yang diterima.

4
7. Jurnal penerimaan kas. Jurnal ini sebenarnya tidak hanya digunakan untuk
menjurnal kas dari penjualan tunai atau piutang dagang, tetapi juga untok kas
dari sumber penerimaan lainnya

B. Fungsi -Fungsi dalam Penjualan Tunai


Ada tiga fungsi yang terkait dalam transaksi penerimaan kas dari transaksi
penjualan yaitu:
1. Penerima kas,
2. Pendepositan kas di bank,
3. Pencatat penerimaan kas.
C. Fungsi Penerima Kas
Risiko utama vang terdapat dalam transaksi ini adalah pencurian kas
sebelum maupun sesudah pencatatan penerimaan kas. Risiko lainnya adalah
kemungkinan kesalahan yang terjadi dalam pengolahan selanjutnya atas kas yang
diterima. Oleh karena itu, prosedur pengendalian yang tepat harus diterapkan.
Setiap terjadi penerimaan kas, harus langsung dibuatkan dokumentasinya.
Disamping itu, uang atau kas yang diterima harus dijaga keamanannya.
Penerimaan kas dapat dilakukan penerimaan dilakukan melalui kasa perusahaan
maupun melalui post . Di samping itu, penerimaan kas dapat juga dilakukan
melalui transfer uang dari dari rekening pelanggan ke rekening perusahaan yang
ada di bank. Untuk mengolah penerimaan kas melalui kasa, perlu digunakan
register kas seperti yang terdapat pada kasa beberapa supermarket dan department
store. Supervisor perlu melakukan pengamatan baik secara periodik maupun
mendadak atas transaksi penerimaan kas melalui kas. Supervisor perlu
memastikan bahwa seluruh perjualan tunai diolah melalui register perhitungan
kas. Supervisor juga perlu melakukan pengecekan independen mengenai akurasi
kertas penghitungan kas. Disamping itu, supervisor perlu memeriksa kesesuaian
kas atau uang yang ada di kasa dengan print out yang berisi total jumlah
penerimaan kas. Berbagai pengendalian di atas berkaitan erat dengan asersi
keberadaan atan keterjadian kelengkapan, dan penilaian atau pengalokasian.

5
D. Fungsi Pendepositan Kas di Bank
Prosedur pengendalian diterapkan dalam bentuk prosedur yang
mengharuskan semua penerimaan kas didepositkan pada hari itu juga (hari
penerimaan kas). Pengendalian ini berkaitan dengan asersi keberadaan atau
keterjadian. Disamping itu, perlu dilakukan Juga pengecekan independen atas
kesesuaian prelist dengan kertas perhitungan kas. Jumlah yang telah sesuai
tersebut kemudian dimasukkan ke ikhtisar kas harian. Pengendalian ini berkaitan
dengan asersi keberadaan atau keterjadian, dan kelengkapan. Setelah didepOsit,
laporan ringkasan kas harian dan dideposit tervalidasi dikirim ke bagian
akuntansi.
E. Fungsi Pencatat Penerima Kas
Fungsi ini melakukan penjurnalan penerimaan kas melalui kasa maupun pos,
dan melakukan posting penerimaan ke rekening pelanggan yang bersangkutan
atas penerimaan melalui pos. P'engendalian dalam fungsi ini dimaksud kan untuk
member kepastian bahwa hanya penerimaan yang valid (asersi keberadaan dan
keterjadian) dan semua penerimaan aktual (asersi kelengkapan) yang dicatat pada
jumlah tepat (asersi penilaian dan pengalokasian).
Prosedur pengendalian diterapkan dengan cara:
1. Pengendalian akses
2. Pemisahan tugas penjurnal dan pemosting
3. Pencatatan atau penjualan dilakukan berdasar ikhtisar kas har?an
4. Pengecekan independen atas kesesuaian jumlah penjurnalan dan posting
dengan prelist atau dengan periodik ikhtisar oleh kas harian karyawan dan slip
yang deposit tidak terlibat tervalidasitransaksi kas
5. Rekonsiliasi bank periodik oleh karyawan yang tidak terlibat transaksi kas
2.2. Penghimpunan dan Pendokumentasian Pemahaman
Penghimpunan pemahaman dapat dilakukan dengan cara mengajukan pertanyan
atau wawancara, observasi, menelaah dokumen atau menelaah kembali pengalaman
auditor pada audit periode sebelumnya dengan klien tersebut. Dokumentasi

6
pemahaman dilakukan dengan menggunakan kuesioner, flowchart, atau memo atau
uraian tertulis naratif.
Berikut adalah contoh pertanyaan dalam kuisioner transaksi pengeluaran kas :

FUNGSI CONTOH PERTANYAAN


1 Apakah semua pengeluaran dibayar dengan cek ?
Apakah penandatangan cek memeriksa keberadaan dokumen
2 pendukung ?
Pembayaran Apakah voucher dan dokumen pendukung dicap lunas apabila
Utang 3 ditandatangani ?
4 Apakah cek bernomor urut digunakan ?
5 Apakah ada pembatasan akses ke buku cek dan tanda tangan cek ?

1 Apakah ada pemisahan tugas pelaksana dengan pencatat transaksi


pengeluaran kas ?
2 Apakah ada pengecekan independen kesesuaian dijurnal dan
Pencatatan diposting dengan ringkasan voucher harian ?
Pengeluaran Kas 3 Apakah rekonsiliasi bank independen secara periodik disusun ?

4 Apakah pencatatan pengeluaran kas dicatat sesegera mungkin ?

2.3. Penetapan Risiko Pengendalian


Salah saji dan pengendalian yang perlu, dikembangkan auditor berdasar
pengetahuannya atas pengolahan transaksi pengeluaran kas atau checklist standar
milik kantor akuntan publiknya. Melalui pemahaman struktur pengendalian intern
klien, auditor dapat mengetahui apakah pengendalian yang diperlukan, telah
dirancang, dan dijalankan oleh klien.
Pengujian pengendalian yang dilakukan dapat menghasilkan bukti mengenai
efektivitas rancangan dan operasi pengendalian dalam transaksi pengeluaran kas.
Bukti tersebut kemudian digunakan untuk menetapkan risiko pengendalian untuk
setiap asersi yang signifikan yang terkait dengan transaksi pengeluaran kas.

7
SALAH SAJI PENGENDALIA PENGUJIAN
FUNGSI
POTENSIAL N YANG PERLU PENGENDALIAN

Mengamati
Penandatangan cek
Cek dikeluarkan penandatangan cek
menelaah voucher
atas pembelian melaksanakan
dan dokumen
tanpa otorisasi pengecekan dokumen
pendukung
Pembayaran pendukung
Utang
Voucher dan
dokumen Memeriksa
Sebuah voucher
pendukung di cap keberadaan cap lunas
dibayar dua kali
lunas apabila telah atas cek terbayar
dibuatkan ceknya
Memeriksa bukti
Pengeluaran cek Penggunaan cek
penggunaan cek
tidak dicatat bernomor urut
bernomor urut
Pencatatan
Pengeluaran Kas Kesalahan dibuat Adanya rekonsiliasi
Memeriksa
dalam pencatatan bank independen
rekonsiliasi bank
cek secara periodik

2.4. Pengujian Pengendalian


Pengujian pengendalian pengeluaran kas dan pencatatan meliputi langkah-
langkah berikut :
a. Mengendalikan deposit bank (Sp setoran dan cek) sebelum dibawa personel klien.
b. Membandingkan total jumlah rupiah dalam cek dengan total tercantum dalam slip
deposit.
c. Membandingkan cek dengan rincian dalam catatan penerimaan kas dan buku
piutang dagang. serta menilai kewajaran selang waktu penerimaan kas buku dan
penyetoran ke bank.
d. Membandingkan penyurnalan dalam jurnal penerimaan kas dengan daftar deposit
dalam laporan bank bulanan, Serta memastikan bahwa penerimaan kas yang tidak
terdaftar dalam laporan bank sudan terdattar dalam laporan bank bulan
berikutmya.
e. Mengusut total dalam jurnal pernerimaan kas dengan posting dalam buku besar.

8
f. Mendokumentasikan setiap temuan penyimpangan yang diperoleh melalui kelima
langkah di atas.
2.5. Pertimbangan Aktivitas Pengendalian Transaksi Penyesuaian Penjualan
Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit atas transaksi penyesuaian
penjualan dapat digolongkan menjadi beberapa kebijakan dan prosedur yang
berkaitan dengan:
a. Review kinerja. Aktivites pengendalian ini mencakup review atas kinerja
sesungguhnya dari transaksi yang berkaitan dengan penjualan dibanding kan
dengan anggaran atau prakiraan penyesuaian penjualan periode sebelumnya
b. Pengolahan informasi . dua kelompok untuk pengendalian jenis ini adalah
pengendalian umum dan pengendalian aplikasi. Pengendalian umum ini terkait
dengan pengendalian atas operasional dari transaksi operasional dari transaksi
penyesuaian penjualan, pengembangan dan pemeliharaan, sistem aplikasi
.sedangkan pengendalian aplikasi berlaku untuk pengolahan aplikasi secara
individual untuk masing-masing transaksi tersebut. Pengendalian ini membantu
menetapkan bahwa transaksi penyesuaian penjualan adalah sah diotorisasi dengan
semestinya dan diolah dengan lengkap dan akurat.
c. pengendalian fisik. Aktivitas ini mencakup keamanan fisik aktva yang di terima
Kembali,terma asuk penjagaan memadai seperti fasilitas yang terlindungi dari
akses yang tidak di hendaki.
d. Pemisahan tugas. Pembebanan tanggung jawab ke orang yang berbeda untuk
memberikan otorisasi transaksi penyesualan penjualan, pencatatan transaksi
penyesuaian penjualan, menyelenggarakan penyimpanan aktiva yang diterima
kembali yang dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan atau kesempatan
orang untuk berbuat curang .
Transaksi penyesuaian penjualan yang dimaksud di sini meliputi transaksi retur
penjualan dan transaksi penghapusan piutang. Aktivitas pengendalian diperlukan
dalam kedua prosedur ini adalah untuk mencegah adanya kemungkinan salah sapi
mencakup :
Prosedur retur penjualan:

9
1. Pemisahan tugas antara fungsi yang berwenang memberi otorisasi transaksi
retur penjualan dengan fungsi yang menangani dan mencatat transaksi tersebut
2. Penggunaan memo kredit yang diotorisasi oleh pejabat berwenang.
3. Penerimaan barang yang hanya didasarkan pada adanya otorisasi retur
penjualan.
4. Dilakukan perhitungan secara independen atas barang yang diretur
5. Setiap pencatatan harus dilandasi pada dokumen pendukung yang lengkap
seperti penyesuaian hutang akibat retur penjualan yang didasarkan pada meme
kredit yang telah diotorisasi.
Prosedur penghapusan piutang
1. Pemisahan fungsi antara fungsi operasional dan fungsi pencatat.
2. Penggunaan bukti memorial yang terotorisasi.
3. Setiap pencatatan harus dilandasi dengan dokumen sumber dan dokumen
pendukung yang lengkap.
4. Pertanggungjawaban semua bukti memorial secura periodik.

Dokumen dan Catatan


1. Memo kredit, yaitu dokumen yang mengindikasikan pengurangan pendapatan
penjualan karena adanya barang terjual yang dikembalikan lagi oleh pelanggan,
atau karena pemberian potongan penjualan. Format dokumen ini mirip dengan
faktur penjualan. Perbedaan utamanya adalah dokumen ini akan mengurangi
saldo piutang dagang, sedang faktur penjualan akan menambah salkdo piutang
dagang
2. Jurnal retur penjualan, jurnal ini digunakan untuk mencatat dan merekam retur
penjualan. Beberapa perusahaan sering menggabungkan jurnal retur penjua lan
ke dalam jurnal penjualan. Jadi, dalam jurnal penjue lan sudah ada kolom pada
sisi kredit untuk mencatat retur penjualan ke dalam jurnal penjualan.
3. Formulir otorisasi piutang tak tertagih. Dokumen ini hanya dipakai intern dalam
perusahaan. Dokumen ini berisi otorisasi penghapusan piutang dagang dengan

10
mendebet rugi piutang tak tertagih. Formulir ini disebut juga memo
pengotorisasi penghapusan piutang.
Fungsi Transaksi ini melibatkan fungsi penyesuaian penjualan berikut ini:
1. Pemberiah potongan penjualan
2. Pemberian hak retur penjualan
3. Penghapusan piutang dagang
4. Penetapan cadangan kerugian piutang
Pada beberapa perusahaan, saldo individual rekening penyesuaian ini mungkin
jumlahnya relative kecil, tidak material. Akan tetapi rekening penyesuaian
penjualan mungkin sangat material bagi laporan keuangan. P'ada beberapa
perusahaan, auditor perlu mempertimbangkan adanya salah saji potensial karena
terdapat kemungkinan transaksi penyesuaian penjualan yang fiktif atau tidak valid
untuk menutupi pencurian uang atau kas, penggelapan, atau manipulasi. Sebagai
contoh, karyawan yang melakukan pencurian kas perusahaan dapat
menyembunyikan perbuatannya dengan memanipulasi bukti dan data sedemikian
rupa, misalnya dengan menghapus piutang dagang secara ilegal, mencatat potongan
penjualan yang lebih besar dari pada yang semestinya.

Pemberian Potongan Penjualan


Perusahaan kadang memberikan potongan penjualan yang berbeda
jumlahnya untuk setiap pelanggan yang berbeda. Perusahaan cenderung
memberikan potongan penjualan yang lebih besar kepada pelanggan setia yang telah
dikenal baik. Perusahaan juga akan menaikkan besarnya jumlah potongan untuk
meningkatkan omzet penjualannya. Pengendaltan yang dapat diterapkan adalah
adanva otorisasi yang memadai atas pemberian potongan penjualan, misalnya ada
tanda tangan direktur pemasaran.

Pemberian Hak Retur Penjualan

11
Perusahaan sering menghadapi masalah bahiwa pelanggan tidak puas
dengan barang yang telah dibeli. Pelanggan seringkali ingin mengembalikan barang
tersebut. Pada nota penjualan perusahaan retail seperti supenarket atau departemen
store memang sering dijumpai tulisan barang yang dibeli tidak dapat dikembalikan
atau ditukar. Bertoiak belakang dengan hal tersebut, supermarket dan departemen
store tersebut sering mengembalikan barang dagangannya kepada pemasok atau
supplier. Dalam hal ini, perusahaan pemasok perlu menerapkan pengendalian yang
memadaiatas otorisast retur penjualan.
Retur penjualan harus dicatat secara tepat baik dalam jurnal retur penjualan,
maupun buku pembantu piutang dagang dan persediaan. Memo kredit biasanya
dikeluarkan untuk setiap retur penjualan. Memo kredit tersebut harus diotorisasi
oleh fungsi penjualan dalam bentuk penandatanganan pada memo kredit.
Persetujuan retur penjualan diwujudkan dalam bentuk tanda tangan otorisasi dari
fungsi penjualan pada formulir memo kredit. Hal itu dimaksud kan untuk
mendukung pengendalian dan penjagaan catatan.
Untuk mengurangi risiko terjadinya retur penjualan yang tidak diotorisasi,
digunakan prosedur bahwa tidak akan terjadi penerimaan barang darn konsu men
tanpa otorisasi dari bagian penjualan. Bagian penjualan harus meyakinkan bahwa
barang yang diretur adalah barang yang dijual. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengecekan yang layak atas barang yang diterima dari konsumen untuk menjamin
asersi keberadaan dan keterjadian. Dari aspek pencatatan, dokumen sumber yang
digunakan sebagai dasar untuk melakukan pencatatan adalah memo kredit. Data
dari dokumen sumber ini dicatat melalui dua jalur: (1) dicatat ke dalam jurnal
umum dan kemudian diringkas ke dalam rekening pengendali putang dalam buku
besar (2) dicatat dalam buku pembantu piutang sebagai rincian rekening pengerndali
yang tercantum dalam buku besar. Selain itu secara periodik dilakukan pengecekan
terhadap pertanggungawaban memo kredit yang telah dibuat dengan meminta
fungsi penjualan mempertanggungjawabkan penggunaan formulir memo kredit.
Pengujian pengendalian dilakukan dengan:

12
a. Melakukan pengamatan terhadap prosedur persetujuan retur penjualan.
Pengamatan ini ditujukan untuk membuktikan adanya pemisahan fungsi
(operasi, penyimpanan, dan akuntansi) dan transaksi retur penjualan telah
dilaksanakan oleh lebih dari satu unit organisasi sefhingE8a tercipta adanya
pengecekan intern.
b. Mengambil samnpel transaksi retur penjualan dari jurnal umum dan
nmelakukan
pemeriksaan terhadap dokumen pendukung.
c. Memeriksa penggunaan formulir bernomor urut tercetak dan
pertanggungjawaban formulir tersebut.
d. Mengambil sampel memo kredit dan melakukan pengusutan ke dokumen
dan
catatan akuntansı.
e. Memeriksa adanya pengecekan independen terhadap posting ke buku
pembantu.

Penghapusan Piutang Dagang


Fungsi ini sering disebut juga sebagai fungsi penetapan rekening rug piutang
tak tertagih. Banyak perusahaan sering menghadapi masalah adanya piutang dagang
yang tidak dapat dilunasi pelanggan. Apabila perusahaan menyimpulkan bahwa
suatu jumlah piutang dagang tidak dapat ditagih, maka piutang dagang tersebut
harus dihapuskan.
Fungsi pemberi intormasi mengenai kemampuan debitur ada di tangan fungsi yang
memberikan otorisasi kredit. Pencatatan penghapusan piutang memerlukan bukti
ketidakmampuan debitur dalam melunasi kewajibannya. P'engendalian yang dapat
diterapkan adalah adanya otorisasi yang tepat atas penghapusan piutang Dalam hal
ini diperlukan otorisasi direktur keuangan yang dapat berupa surat keputusan
direktur keuangan atau memo pengotorisasi penghapusan piutang.
Pengujian pengendalian dilakukan dengan:

13
a. Melakukan pengamatan terhadap prosedur persetujuan pembebanan
kerugian piutang. Dalam pengamatan ini auditor memeriksa perhitungan
umur piutang yang dipakai sebagai dasar penentuan jumlah kerugian
piutang yang dibebankan ke tahun yang diaudit dan persetujuan bukti
memorial oleh manajer yang berwenang
b. Memeriksa jurnal umum dan melakukan pemeriksaan terhadap dokumen
Pendukung
c. Memeriksa bukti digunakannya formulir bernomor urut tercetak dan
pertanggung
jawaban pemakaian formulir tersebut.
d. Memeriksa bukti memorial yang disetujui dan melakukan pengusutan ke
dokumen dan catatan akuntansi yang bersangkutan.

Penetapan Cadangan Kerugian Piutang


Cadangan kerugian piutang harus memadai untuk mengantisipasi terjadinya
piutang tak tertagih. Auditor harus memperhatikan kemungkinan perusahaan
mencatat cadangan kerugian piutang yang overstated untuk memperbaiki posisi
keuangannya. Pengendalian yang dapat diterapkan adalah adanya otorisasi yang
tepat atas penetapan besarnya cadangan kerugian piutang.
Cadangan kerugian piutang biasanya hanya dibuat setahun sekali, pada svat
disusun laporan keuangan tahunan. Umumnya daftar umur putang digunakan
seba,gai dasar untuk mengestimasi jumlah piutang yang dapat direalisasikan. Untuk
menjamin transaksi cadangan kerugian piutang terjadi berdasarkan otorisasi yang
berwenang, sistem pembuatan cadangan kerugian piutang menggunakan bukti
memorial. Pengendalian lain yang dapat diterapkan secara menyeluruh etas keempat
fungsi tersebut, adalah penggunaan dokumen yang tepat dan bernomor urut, yaitu
memo kredit, dan memo otorisasi penghapusan. Disamping itu, perusahaan perlu
mengadakan pemisahan tugas pengotorisasi transaksi penyesuaan penjualan dengan
pelaksana penerimaan kas, dan pencatat penerimaat kas.
Pengujian pengendalian yang dapat dilakukan:

14
a. Melakukan penghitungan kembali potongan harga. dan memeriksa apakah
pembayaran dilakukan dalam periode potongan harga.
b. Menginspeksi memo kredit retur penjualan dan melihat apakah ada persetujuan
atau tanda tangan fungsi penjualan. Auditor juga perlu membandingkan memo
tersebut dengan laporan penerimaan untuk memastikan bahwa retur penjualan
hanya diberikan atas setiap barang yang telah benar-benar dikembalikan.
c. Menginspeksi memo pengotorisasi penghapusan piutang dan melihat apakah
ada persetujuan atau tanda tangan direktur keuangan.
d. Mengamati kegiatan penjualan termasuk transaksi penyesuaian penjualan untuk
melihat apakah ada pemisahan tugas yang memadai antara pengotorisasi
transaksi penyesuaian penjualan dengan pelaksana penerimaan kas, dan
pencatat penerimaan kas.

2.6. Pengujian Substantif Saldo Piutang Dagang


Rekening piutang dagang digunakan untuk menampung pencatatan aset
perusahaan berupa piutang yang timbul dari penjualan barang dan jasa. Pada kegiatan
perusahaan normal, piutang dagang akan dilunasi dalam jangka waktu kurang dari
satu tahun. Oleh karena itu, piutang dagang termasuk dalam aktiva atau aset lancar.
Rekening nominal yang berkaitan erat dengan piutang dagang adalah penjualan.
Pemeriksaan aktiva lancar relatif lebih memakan waktu dan biava daripada
pemeriksaan aktiva tetap. Hal ini, terutama disebabkan oleh tingginya frekuensi
transaksi yang mempengaruhi aktiva lancar,seperti penjualan barang dagang maupun
pembelian bahan baku, bahan pembantu, maupun pembelian persediaan.
Penetapan Risiko Deteksi
Dalam rangka untuk merancang pengujian substantif, akuntan pertama kali
harus menentukan tingkat risiko deteksi yang diterima untuk masing-masing asersi
terkait signifikan. Tinggi rendahnya risiko deteksi tergantung pada besarnya risiko
audit yang ditetapkan, risiko bawaan, dan risiko pengendalian. Pada umumnya risiko
bawaan untuk keberadaan dan keterjadian, dan asersi penilaian dan pengalokasian
tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya risiko bahwa penjualan kredit dicatat melebihi

15
jumlah yang semestinya (overstated), dan risiko bahwa rekening piutang tak tertagih
dicatat lebih dari yang semestinya (understated).
Risiko pengendalian masing-masing asersi tergantung risiko pengendalian transaksi
lain yang mempengaruhi transaksi piutang dagang (penjualan kredit, penerimaan kas,
penyesuaian penjualan). Risiko pengendalian diperoleh auditor berdasar bukti atau
hasil pengujian pengendalian. Auditor terakhir menentukan besarnya risiko deteksi
dengan memperhatikan besarnya risiko audit yang ditetapkan, risiko bawaan, dan
risiko pengendalian. Beberapa auditor menggunakan matriks untuk mencatat dan
mengkorelasikan berbagai kompenen resiko yang harus dipertimbangkan dalam
merancang tes substantif untuk setiap pernyataan saldo rekening masing – masing.

Keberadaan
Hak dan Penilaian/ Penyajian dan
Kompenen risiko dan Kelengkapan
Kewajiban Alokasi Pengungkapan
Keterjadian
Risiko Audit Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Risiko Bawaan Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang
Risiko
Pengendalian
Rendah Rendah Sedang Sedang Sedang
Transaksi
Penjualan
Risiko
Pengendalian
Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang
Transaksi
Penerimaan Kas
Risiko
Pengendalian
Sedang Rendah Sedang Tinggi Sedang
Penyesuaian
Penjualan
Penggabungan
Risiko Rendah Sedang Sedang Tinggi Sedang
Pengendalian
Risiko Deteksi
Sedang Sedang Tinggi Rendah Sedang
yang Diterima

2.7. Pertimbangan Program Audit


Auditor dapat merancang program audit untuk mencapai tingkat risiko deteksi
yang dapat diterima untuk masing-masing asersi. Pada umumnya pengujian substantif

16
lebih banyak diterapkan untuk asersi keberadaan dan keterjadian, serta penilaian dan
pengalokasian. Ini konsisten dengan potensi overstated saldo piutang dagang dan
understated saldo piutang tak tertagih.
Bila tingkat risiko deteksi yang dapat diterima adalah rendah untuk suatu asersi, maka
lebih banyak prosedur pengujian substantif yang perlu dilakukan, dan auditor perlu
mengintensifkan efektivitas prosedur pengujiannya. Di samping itu, auditor juga
dapat memodifikasi penentuan waktu dan luas pengujian substantif tertentu.
Dalam pelaksanaan pengujian substantif piutang dagang, auditor terutama
mengandalkan bukti yang diperoleh melalui konfirmasi yang diperoleh langsung dari
dan menelaah dokumentasi yang dilakakan dalam organisasi klien.
2.8. Pengujian Subsantif Kas
Prosedur yang terkait dengan pengujian substantif untuk kas adalah sebagai berikut :

Audit Objectives   Prosedur


Keberadaan, Hak, Korfirmasi saldo kas pada akhir tahun termasuk uang yang di bank
Penilaian dan bentuk deposit yang lain
Memverifikasi keakutan matematis catatan saldo kas :
1 Memberi foot pada jurnal kas
Penilaian
2 Melakukan tracing ke buku besar dan rekonsiliasi yang
dipersiapkan oleh client
3 Melakukan perhitungan kas yang dipegang oleh klien
Cut off Test
Mendapatkan pernyataan cut off test dari bank dengan
membandingkan cek yang dibatalkan slip deposito debit/kredit
memo dari bank
Keberadaan,
Kelengkapan 1 Melakukan verifikasi keakuratan cut off dari bank
Penilaian
2 Menguji informasi dan melakukan tracing terhadap item-item
yang ada dalam rekonsiliasi
Rekonsiliasi saldo kas yang tercatat dengan konfirmasi bank
Menguji transfer antar perusahaan dan antar bank
Menelaah laporan keuangan untuk menentukan apakah ?
Penyajian dan
1 Saldo kas diklasifikasi dengan benar
Pengungkapan
2 Pengungkapannya mencukupi

17
Konfirmasi Saldo Kas
Saldo kas yang menunjukkan deposito pada bank dikonfirmasi oleh auditor.
Sebagai tambahan pada saldo kas, informasi berkaitan dengan utang dan utang
bersyarat diwajibkan dalam standar konfirmasi bank
Verifikasi Keakuratan matematis
Auditor menghitung kembali perhitungan klien dan jurnal kas dan rekonsiliasi
bank. Total jurnal dibandingkan dengan rekonsiliasi bank dan melakukan tracing ke
posting di buku besar. Dana kas kecil meskipun jumlahnya secara keseluruhan tidak
material tetap dilakukan pengujian mengingat kas sangat mudah untuk
diselewengkan.
Cut off Test
Cut off Test berkaitan dengan asersi keberadaan dan kelengkapan. Umumnya
tes ini melibatkan rekonsiliasi semua dokumentasi internal dan eksternal yang
berkaitan dengan saldo kas, contohnya :
a. Dokumentasi internal seperti jurnal kas, buku besar dan rekonsiliasi bank
b. Dokumentasi eksternal seperti laporan bank akhir tahun, laporan cut off bank dan
konfirmasi bank
Laporan cut off kas dapat diperoleh secara langsung oleh auditor dari bank. Laporan
cut off dari bank tidak menunjukkan transaksi dari bulan ke bulan melainkan
menunjukkan transaksi beberapa hari sesudah akhir tahun dan digunakan untuk
verifikasi item-item yang direkonsiliasi.
Cek yang dibatalkan, slip deposito dan debit/ kredit memo dari bank yang menyertai
laporan cut off hendaknya dibandingkan dengan debit dan kredit yang ada dalam
laporan untuk memverifikasi keakuratan laporan itu. Masing-masing item dalam
laporan cut off kemudian di tracing ke rekonsiliasi yang dipersiapkan oleh klien dan
ke jurnal kas Internal auditor biasanya mempersiapkan bentuk rekonsiliasi yang
disebut proof of cash untuk verifikasi keandalan rekonsiliasi bank bulanan.

18
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit atas sistem penjualan tunai dapat
digolongkan menjadi beberapa kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan review
kinerja, pengelolaan informasi, pengendalian fisik, pemisahan tugas.
Penghimpunan pemahaman dapat dilakukan dengan cara mengajukan pertanyan atau
wawancara, observasi, menelaah dokumen atau menelaah kembali pengalaman
auditor pada audit periode sebelumnya dengan klien tersebut.
Salah saji dan pengendalian yang perlu, dikembangkan auditor berdasar
pengetahuannya atas pengolahan transaksi pengeluaran kas atau checklist standar
milik kantor akuntan publiknya. Melalui pemahaman struktur pengendalian intern
klien, auditor dapat mengetahui apakah pengendalian yang diperlukan, telah
dirancang, dan dijalankan oleh klien.
Pengujian pengendalian pengeluaran kas dan pencatatan meliputi langkah-langkah
mengendalikan deposit bank (Sp setoran dan cek) sebelum dibawa personel klien,
membandingkan total jumlah rupiah dalam cek dengan total tercantum dalam slip
deposit, membandingkan cek dengan rincian dalam catatan penerimaan kas dan buku
piutang dagang, membandingkan penyurnalan dalam jurnal penerimaan kas dengan
daftar deposit dalam laporan bank bulanan, mengusut total dalam jurnal pernerimaan
kas dengan posting dalam buku besar, dan mendokumentasikan setiap temuan
penyimpangan yang diperoleh melalui kelima langkah di atas.
3.2. Saran
Setelah disusunnya makalah mengenai Pertimbangan Pengauditan Siklus Pendapatan,
diharapkan dapat menambah wawasan pembaca khususnya dimata kuliah
Pengauditan 2. Begitu juga alangkah baiknya apabila kita mencari sumber referensi
lebih banyak dari berbagai sumber sehingga ilmu dan wawasan yang kita dapatkan
semakin luas.

19
DAFTAR PUSTAKA
Santoso, Totok Budi.Dasar-Dasar Prosedur Pengauditan Laporan
Keuangan.Yogyakarta:Akademi Manajemen Perusahaan YKPN

20

Anda mungkin juga menyukai