Anda di halaman 1dari 24

TUGAS PROPOSAL METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN PESERTA JKN DI FKTP
KOTA PALEMBANG SELAMA MASA PANDEMI COVID-19

Oleh

Nama : Rizky Putri Pratiwi


Nim : 10012682125028

DOSEN PENGAMPU
Dr. Iche Andriyani Liberty,SKM.,M.Kes

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (S2)


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Upaya dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat oleh
pemerintah adalah dengan menyelenggarakan program JKN.1 JKN adalah sistem
perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan
dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang
layak.1
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di era JKN meliputi semua fasilitas
kesehatan yang bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan berupa Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas
Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL), dimana FKTP berupa Puskesmas
atau yang setara, dokter, praktek dokter gigi, klinik pratama atau yang setara dan
rumah sakit kelas D pratama atau yang setara.2 BPJS merupakan badan hukum yang
dibentuk dengan Undang Undang untuk menyelenggarakan program Jaminan
Kesehatan Nasional.3
Pelayanan kesehatan bermutu sering dikaitkan dengan pelayanan kesehatan
yang memuaskan pasien. Kepuasan pasien merupakan bagian menyeluruh dalam
pelaksanaan jaminan mutu layanan kesehatan, dimana kepuasan pasien adalah
dimensi mutu layanan kesehatan yang penting. Kepuasan pasien merupakan
tanggapan terhadap terpenuhinya kebutuhan sesuai harapan pasien.4 Salah satu
sasaran yang dicapai dalam pengembangan JKN adalah kepuasan pasien.
Parasuraman dan Beryy dalam penelitian oleh Widiastuti mengidentifikasi 5 dimensi
dalam menilai mutu pelayanan. Kelima dimensi karakteristik mutu pelayanan tersebut
adalah bukti langsung (tangibles), kehandalan (reliability), daya tanggap
(responsiveness), jaminan (assurance), dan empati (emphaty).4
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah tingkat kepuasan pasien peserta JKN terhadap mutu pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di FKTP kota Palembang selama masa pandemic COVID-
19?

1.3. Tujuan Penelitian


a. Tujuan Umum
Mengetahui kepuasan pasien peserta JKN terhadap mutu pelayanan kesehatan
gigi dan mulut di FKTP kota Palembang berdasarkan dimensi tangibles, reliability,
responsiveness, assurance dan emphaty.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik pasien gigi dan mulut pada fasilitas kesehatan
tingkat pertama di kota Palembang selama masa pandemic COVID-19
2. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien gigi dan mulut pada fasilitas
kesehatan tingkat pertama di kota Palembang
3. Untuk mengetahui kepuasan berdasarkan dimensi kualitas mutu poli gigi pada
fasilitas kesehatan tingkat pertama di kota Palembang selama masa pandemic
COVID-19
4. Untuk mengetahui hubungan antara faktor demografi terhadap kepuasan
pasien gigi dan mulut pada fasilitas kesehatan tingkat pertama di kota
Palembang selama masa pandemic COVID-19
5. Untuk mengetahui perbedaan antara klinik pratama dan puskesmas dalam
melayani pasien gigi dan mulut di kota Palembang selama masa pandemic
COVID-19

1.4. Manfaat Penelitian


a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai sumber informasi dalam
memperkuat hasil-hasil studi yang berkaitan dengan kepuasan pasien dalam
pelayanan kesehatan gigi dan mulut, sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat menjadi evaluasi dan pertimbangan bagi pemerintah
dan penyelenggara BPJS selaku penegelola JKN dalam peningkatan mutu pelayanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jaminan Kesehatan Nasional


Program Jaminan Kesehatan Nasional atau disingkat JKN hadir dalam
pelayanan kesehatan karena perintah peraturan perundang-undangan. Peraturan
perundang-undangan mengatur dengan rinci tujuan, prinsip, para pelaku, dan tata
kelola JKN dalam satu kesatuan sistem penyelenggaraan program jaminan sosial,
yaitu Sistem Jaminan Sosial Nasional. Penetapan hal-hal tersebut melalui proses
penetapan kebijakan publik.1
Peraturan Perundang-undangan yang memerintahkan dan memberi
kewenangan penyelenggaraan JKN terbentang luas, mulai dari undang-undang NKRI
1945 hingga peraturan Menteri dan Lembaga. Pemerintah telah mengundangkan 22
peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum penyelenggaraan program
JKN dan tata kelola BPJS Kesehatan.1 JKN telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2014
masuk dalam strategi utama program pembangunan kesehatan Kementerian
Kesehatan RI tahun 2010-2014 yang menetapkan tema prioritas pembangunan
kesehatan tahun 2010-2014 adalah peningkatan akses dan kualitas pelayanan
kesehatan.1,2

2.2 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

2.2.1 Pengertian BPJS

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang


dibentuk dengan Undang-Undang untuk menyelenggarakan program jaminan
sosial.2,4 BPJS menurut UU SJSN adalah transformasi dari badan penyelenggara
jaminan sosial yang sekarang telah berjalan dan dimungkinkan untuk membentuk
badan penyelenggara baru sesuai dengan dinamika perkembangan jaminan sosial.
BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan adalah badan hukum publik menurut UU
BPJS. Tiga kriteria ini digunakan untuk menentukan bahwa BPJS merupakan badan
hukum publik, yaitu: 1) Cara pendiriannyaatauterjadinya badan hukum itu, diadakan
dengan konstruksi hukum publik, yaitu: didirikan oleh penguasa (Negara) dengan
Undang-Undang. 2) Lingkungan kerjanya, yaitu dalam melaksanakan tugasnya badan
hukum tersebut pada umumnya dengan publik dan bertindak dengan kedudukan yang
sama dengan publik. 3) Wewenang, badan hukum tersebut didirikan oleh penguasa
Negara dan diberi wewenang untuk membuat keputusan, ketetapan atau peraturan
yang mengikat umum.2

BPJS merupakan badan hukum publik karena memenuhi ketiga persyaratan


tersebut di atas. Ketiga persyaratan tersebut tercantum dalam berbagai norma dalam
UU BPJS, yaitu:2

1. BPJS dibentuk dengan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan


Penyelengara Jaminan Sosial.
2. BPJS berfungsi untuk menyelenggarakan kepentingan umum, yaitu Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang berdasarkan asas kemanusiaan, manfaat dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. BPJS dberi delegasi kewenangan untuk membuat aturan yang mengikat
umum.
4. BPJS bertugas mengelola dana publik, yaitu dana jaminan sosial untuk
kepentingan peserta.
5. BPJS berwenang melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan
peserta dan pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional.
6. BPJS bertindak mewakili Negara RI sebagai anggota organisasi atau lembaga
internasional.
7. BPJS berwenang mengenakan sanksi administrasi kepada peserta atau
pemberi kerja yang tidak memenuhi kewajibannya.
8. Pengangkatan anggota Dewan Pengasas dan anggota Direksi oleh Presiden,
setelah melalui proses seleksi publik.
BPJS wajib menyampaikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya
dalam membentuk laporan pengelolaan program dan laporan keuangan tahunan yang
telah diaudit oleh akuntan publik kepada Presiden, dengan tembusan kepada SJSN,
paling lambat 30 Juni tahun berikutnya. BPJS mengumumkan laporan pengelolaan
program dan laporan keuangan tahunan kepada publik dalam bentuk ringkasan
eksekutif melalui situs BPJS dan melalui paling sedikit dua media massa cetak yang
memiliki peredaran luas secara nasional.2,5

2.2.2 Kepesertaan BPJS

Peserta BPJS Kesehatan adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja
paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran, meliputi:3

1. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI) yaitu fakir miskin, orang
tidak mampu, dengan penetapan peserta sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (non PBI) yaitu terdiri
dari: 3
A. Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya:
a) Pegawai Negeri Sipil;
b) Anggota TNI;
c) Anggota POLRI;
d) Pejabat Negara;
e) Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri;
f) Pegawai Swasta; dan
g) Pekerja yang tidak termasuk huruf (a) sampai dengan (f) yang menerima
upah, termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.
B. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya: 3
a) Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri; dan
b) Pekerja yang tidak termasuk huruf (a) yang bukan penerima upah, termasuk
WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.
2.2.3. Alur Pelayanan BPJS
Alur pelayanan BPJS dimulai dari tahapan pendaftaran. Apabila peserta
memilih terdaftar di Puskesmas atau Klinik sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertamanya maka:7
a. Pendaftaran

b. Pelayananan
a. Tingkat Pertama
b. Tingkat Lanjutan

Pelayanan kesehatan yang dijamin oleh BPJS meliputi:

1. 1 Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama yaitu pelayanan yang meliputi


pelayanan kesehatan non spesialistik yang mencakup:3
a) Administrasi pelayanan;
b) Pelayanan promotif dan preventif;
c) Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
d) Tindakan medis non spesialistik; baik operatif maupun non operatif;
e) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
f) Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis;
g) Pemeriksaan penunjang diagnostic laboratorium tingkat pratama; dan
h) Rawat Inap Tingkat Pertama sesuai dengan indikasi medis.
1. 2 Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, meliputi pelayanan
kesehatan rawat jalan dan rawat inap, yang mencakup:3
a) Administrasi pelayanan;
b) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis
dan dokter subspesialis;
c) Tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non bedah sesuai dengan
indikasi medis;
d) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
e) Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis;
f) Rehabilitasi medis;
g) Pelayanan darah;
h) Pelayanan kedokteran forensik klinik;
i) Pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal setelah dirawat inap di
fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan bpjs kesehatan; berupa pemulasaran
jenazah tidak termasuk peti mati dan mobil jenazah;
j) Perawatan inap non intensif; dan
k) Perawatan inap di ruang intensif.
1. 3 Persalinan adalah persalinan yang ditanggung BPJS Kesehatan di Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama maupun Tingkat Lanjutan adalah persalinan sampai
dengan anak ketiga, tanpa melihat anak hidup/meninggal.
1. 4 Ambulans adalah ambulans yang hanya diberikan untuk pasien rujukan
dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan,
dengan tujuan menyelamatkan pasien.

2.3 Penyelenggaraan BPJS dalam Kedokteran Gigi


Organisasi Kesehatan Dunia, mendorong seluruh negara mengembangkan
jaminan kesehatan untuk semua penduduknya (Universal Health Coverage). Dengan
jaminan kesehatan tersebut semua penduduk di negara yang mengembangkan
jaminan kesehatan ini termasuk peserta jaminan kesehatan.4
Di Indonesia, pada tanggal 1 Januari 2014 telah didirikan suatu Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selaras dengan tujuan Organisasi
Kesehatan Dunia dalam mengembangkan jaminan kesehatan untuk semua penduduk.
BPJS Kesehatan ini merupakan badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program kesehatan.4
BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan sosial kesehatan. BPJS Kesehatan dibentuk dengan UU No. 40
Tahun 2004 Tentang SJSN dan UU No. 24 Tahun 2011 Tentang BPJS.1
Kedua UU ini mengatur pembubaran PT Askes Persero dan
mentransformasikan PT Askes Persero menjadi BPJS Kesehatan. Pembubaran PT
Askes Persero dilaksanakan tanpa proses likuidasi dan dilaksanakan dengan
pengalihan aset dan liabilitas, hak, dan kewajiban hukum PT Askes Persero menjadi
pegawai BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan berbadan hukum publik yang
bertanggungjawab langsung kepada Presiden. BPJS Kesehatan berkedudukan dan
berkantor pusat di ibu kota Negara RI. BPJS Kesehatan memiliki kantor perwakilan
di provinsi dan kantor cabang di kabupaten/kota. Dalam rangka melaksanakan fungsi
sebagai penyelenggara program jaminan kesehatan sosial bagi seluruh penduduk
Indonesia, BPJS Kesehatan bertugas:1
1. Menerima pendaftaran Peserta JKN
2. Mengumpulkan iuran JKN dari Peserta, Pemberi Kerja, dan Pemerintah
3. Mengelola dana JKN
4. Membiayai pelayanan kesehatan dan membayarkan manfaat JKN
5. Mengumpulkan dan mengelola data Peserta JKN
6. Memberi informasi mengenai penyelenggaraan JKN.
Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, BPJS Kesehatan diberi kewenangan
untuk:1
1. Menagih pembayaran iuran
2. Menempatkan dana jaminan sosial untuk investasi jangka pendek
danjangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-
hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai
3. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan Peserta dan
pemberi Kerja dalam memenuhi kewajibannya
4. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar
pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
Pelaksanaan BPJS yang mulai dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2014,
merupakan tantangan bagi kita semua termasuk para Dokter Gigi, dimana pelayanan
kesehatan diharapkan lebih baik, terstruktur serta menerapkan kendali mutu dan
kendali biaya.6
Pada saat ini kesadaran masyarakat Indonesia akan kesehatan gigi dan mulut
masih rendah dan cenderung mencari pengobatan pada saat muncul keluhan. Rata-
rata masyarakat berkunjung ke Dokter Gigi dalam kondisi memerlukan perawatan
yang kompleks dengan resiko biaya yang lebih tinggi. Keadaan ini menunjukkan
bahwa effective demand untuk pengobatan gigi di Indonesia masih rendah, yaitu
hanya 7% dari populasi. Akibat terlambatnya perawatan gigi maka sebagian besar
kasus penyakit gigi berakhir dengan kehilangan gigi dikarenakan pencabutan. Pola
masyarakat yang seperti ini memerlukan tindakan pencegahan dan promosi yang
bersifat intervensi yang hanya dapat dilakukan apabila Dokter Gigi berperan pada
pelayanan primer.6
Sistem pembiayaan yang digunakan dalam sistem JKN untuk pelayanan
primer adalah sistem kapitasi, sedangkan untuk pelayanan sekunder dan tersier
dengan menggunakan sistem DRG (Diagnosis Related Group), dimana besaran tarif
ditentukan berdasarkan kelompok diagnosa, yang di Indonesia digunakan istilah
Indonesia Case Based Group (INA CBG`s).6
Pola pembiayaan yang berlaku selama ini menggunakan sistem out of pocket
atau yang dikenal fee for service, sehingga timbul permasalahan dalam persepsi pola
pembiayaan dikalangan Dokter Gigi. Hal ini dikarenakan paradigma yang dilakukan
dengan sistem out of pocket adalah paradigma sakit, yaitu semakin banyak orang
yang sakit, maka meningkat juga pendapatan yang diterima oleh Dokter Gigi. Sistem
out of pocket yang sudah dijalankan cukup lama ini telah memberikan kenyamanan
pada pola praktek Dokter Gigi di Indonesia.6
Perubahan yang akan terjadi dengan penerapan sistem kapitasi di JKN akan
mendapatkan reaksi oleh Dokter Gigi yang berbeda-beda bahkan sampai mengusik
rasa yang tidak nyaman (uncomfort zone).6

2.4 Kepuasan Pasien


Kepuasan menjadi bagian menyeluruh dari kegiatan jaminan mutu layanan
kesehatan, dimana kepuasan pasien menjadi salah satu dimensi mutu layanan
kesehatan yang penting dengan demikian kepuasan pasien merupakan salah satu
tujuan dari peningkatan mutu layanan kesehatan. Kepuasan pasien merupakan respon
pasien terhadap kesesuaian harapan sebelum menerima pelayanan dan setelah
pelayanan yang diterima pasien. Kepuasan merupakan tanggapan pasien dengan
terpenuhinya kebutuhan dan harapan.2
Salah satu sasaran yang dicapai dalam pengembangan JKN adalah kepuasan
pasien, dimana dalam peta jalan JKN disebutkan bahwa paling sedikit 75% pasien
menyatakan puas diberikan pelayanan oleh faskes yang bekerjasama dengan BPJS
pada tahun 2014 dan pada akhirnya mencapai kepuasan pasien sebesar 85% pada
tahun 2019. Perpres No. 12 Tahun 2013 menyebutkan bahwa dalam jangka waktu
paling sedikit tiga bulan peserta JKN berhak memilih FKTP yang diinginkan. Adanya
mutasi peserta JKN tentu akan berdampak bagi FKTP terkait besaran kapitasi dan
jumlah peserta yang bisa dilayani.2
Parasuraman dan Beryy dalam Widiastuti telah melaksanakan penelitian dan
mengidentifikasi lima dimensi dalam menilai mutu pelayanan.
Kelima dimensi karakteristik mutu pelayanan:2
1. Bukti langsung (tangibles) bahwa mutu pelayanan kesehatan dapat
dirasakan oleh para penggunanya secara langsung dengan menggunakan inderanya
(mata, telinga dan rasa) untuk menilai mutu layanan kesehatan yang diterima meliputi
ketersediaan sarana dan prasarana, kebersihan dan kenyamanan ruang penerimaan
pasien, ketersediaan sarana komunikasi, tempat parkir, penampilan staf yang rapi,
menarik dan bersih.
2. Kehandalan (reliability) meliputi kemampuan memberikan pelayanan
dengan segera, terpercaya, akurat, sesuai dengan yang telah dijanjikan dan bersikap
simpati kepada pelanggan.
3. Daya tanggap (responsiveness) yaitu keinginan dan kemampuan dalam
memberikan pelayanan yang tanggap, cepat, tepat waktu dan tidak lama kepada
pelanggannya.

4. Jaminan (assurance) yaitu kriteria yang berkaitan dengan pengetahuan,


kesopanan dan kepercayaan pelanggan kepada petugas. Dimensi ini meliputi
keramahan, kompetensi teknis dan keamanan.
5. Empati (empathy) yaitu kriteria yang berkaitan dengan kepedulian dan
perhatian kepada setiap pelanggan, memahami kebutuhan mereka dan bisa dihubungi
pelanggan yang membutuhkan bantuan.
2. 5 KERANGKA KONSEP

Peserta JKN

Jasa Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Di FKTP Kota Palembang

Klinik Pratama Puskesmas

1. Tangibles (Bukti Langsung)


 Kerapian, kebersihan, kenyamanan ruang pemeriksa
 Kenyamanan ruang tunggu pasien
 Keadaan kesiapan alat kesehatan yang digunakan untuk memeriksa pasien
2. Reliability (Kehandalan)
 Kecepatan prosedur pendaftaran
 Waktu tunggu pasien untuk diperiksa
 Ketepatan jadwal pelayanan
3. Responsiveness (Daya Tangkap)
 Ketanggapan dokter gigi/petugas menangani keluhan pasien
 Kecepatan tindakan dokter gigi/petugas
BAB 3
 Kejelasan informasi yang diberikan dokter gigi/petugas tentang penyakit
4. Assurance (Jaminan)
 Keterampilan dokter gigi dalam menjaga kerahasiaan pasien
 Keramahan dokter gigi/petugas
5. Emphaty (Perhatian)
 Ketersediaan waktu luang dokter gigi/petugas
 Kesabaran dokter gigi/petugas
 Perhatian dokter gigi/petugas

Sangat Puas Tidak Puas

Puas
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah non-eksperimen dengan metode kuantitatif yang
menggunakan desain survey deskriptif. Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui
tingkat kepuasan pasien peserta JKN terhadap mutu pelayanan kesehatan gigi dan
mulut di FKTP kota Palembang selama Pandemi COVID 19.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di FKTP (Klinik Pratama dan Puskesmas) di Palembang.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah peserta JKN yang berkunjung ke poli gigi FKTP
kota Palembang.
3.3.2 Besar Sampel
Perhitungan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus :
n=Z 2 1−∝/2 P ¿ ¿
Keterangan :
n : besar sampel minimum
Z2 1−∝/2 : nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu (96%)  Zα
score = 1,96
P : proporsi dari penelitian yang telah ada (bila tidak ada dianggap 50%
atau 0,5)
d : kesalahan yang dapat ditolerir (13%)
3.3.3 Sampel
Sampel diperoleh dengan cara Purposive Sampling berdasarkan kriteria
inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan.

3.4 Kriteria Pemilihan Sampel


3.4.1 Kriteria inklusi
a. Peserta JKN yang sudah pernah melakukan perawatan di poli gigi Puskesmas
Padang Bulan pada masa pandemic COVID-19.
b. Peserta JKN berumur minimal 17 tahun, dimana pada umur 17 tahun terjadi
perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental) serta taraf berpikir yang semakin
matang dan dewasa.

3.4.2 Kriteria Eksklusi


Peserta JKN yang tidak bersedia menjadi responden penelitian.

3.5 Variabel Penelitian


3.5.1 Variabel Bebas
Pasien BPJS pada fasilitas tingkat pertama (Puskesmas dan Klinik Pratama) di
kecamatan lingkar dalam Kota Medan berdasarkan:
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
5. Penghasilan
6. Status Kepesertaan

3.5.2 Variabel Terikat


Tingkat kepuasan pasien.
3.6 Definisi Operasional
Definisi Cara Hasil Skala
No. Variabel
Operasional Pengukuran Pengukuran Pengukuran
1. Usia Ulang tahun Kuesioner Status Usia Kategorik
terakhir
responden.
Pembagian
kelompok umur
dibagi
berdasarkan
Definisi Cara Hasil Skala
No. Variabel
Operasional Pengukuran Pengukuran Pengukuran
Depkes RI 2009
yaitu:
a. Remaja (17-
25 tahun)
b. Dewasa (26-
45 tahun)
c. Lansia (46-65
tahun)
Manula (>65
tahun)
2. Jenis Laki-laki atau Kuesioner Perempuan/ Kategorik
Kelamin perempuan Laki-laki
3. Pendidikan Tingkat Kuesioner Status Kategorik
pendidikan pendidikan
terakhir yang
diselesaikan oleh
responden.
Pembagian
kelompok
pendidikan dibagi
berdasarkan UU
no.20 tahun 2003
yaitu:
a. Pendidikan
dasar
(Maksimal
tamatan
SMP)
b. Pendidikan
menengah
(SMA/SMK)
c. Pendidikan
tinggi
(D3/S1)
4. Pekerjaan Kegiatan yang Kuesioner Status pekerjaan Kategorik
harus dilakukan
responden untuk
memenuhi
kebutuhannya.
jenis pekerjaan
digolongkan
menjadi tiga
sesuai dengan
status kepesertaan
BPJS yaitu:
a. Tidak bekerja,
petani, pelajar
b. Pegawai
Negeri,
Definisi Cara Hasil Skala
No. Variabel
Operasional Pengukuran Pengukuran Pengukuran
c. Pegawai
Swasta
Wiraswasta
5. Penghasilan Pendapatan rata- Kuesioner Besarnya Kategorik
rata yang penghasilan
diperoleh
responden setiap
bulan yang dibagi
berdasarkan
Badan Pusat
Statistik tahun
2008 yaitu:
a. Penghasilan
menengah
kebawah (<
Rp 2,6 juta)
b. Penghasilan
menengah
(Rp 2,6 juta
sampai 6 juta)
c. Penghasilan
menengah
keatas (>6
juta)

6. Status Status bagi setiap Kuesioner Status Kategorik


Kepesertaan orang yang telah kepesertaan
membayar iuran
atau iurannya
dibayar oleh
pemerintah yang
digolongkan
menjadi tiga
yaitu:
a. Penerima
bantuan iuran
b. Pekerja
penerima upah
c. Pekerja bukan
penerima upah
7. Kepuasan Reaksi emosional Kuesioner Kepuasan Kategorik
terhadap kualitas pasien di
pelayanan yang kategorikan
dirasakan dan puas jika >
kualitas 90%, dan tidak
pelayanan yang puas jika ≤90%
dirasakan
Definisi Cara Hasil Skala
No. Variabel
Operasional Pengukuran Pengukuran Pengukuran
merupakan
pendapat
menyeluruh atau
sikap yang
berhubungan
dengan
keutamaan
pelayanan.
8. Tingkat Ukuran subjektif Kuesioner Tidak Puas Kategorik
Kepuasan hasil penilaian (24 Puas
perasaan pasien Pertanyaan)
yang
menggambarkan
pelayanan
kesehatan
sepenuhnya
sesuai kebutuhan
atau keinginan
pasien.
Kategori
penilaian :
a. Puas :>90%
(total skor
22-24)
b. Tidak puas :
≤90% (total
skor <22)

9. Dimensi Skala pengukuran Kuesioner Responsiveness Kategorik


Kualitas kepuasan pasien Reliability
Mutu terhadap kualitas Assurance
pelayanan Empathy
Tangibles

3.7 Prosedur Penelitian


1. Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengurus izin peneliti dari FKM
Unsri
2. Setelah surat izin penelitian diperoleh, peneliti kemudian mengumpulkan
data dari Puskesmas dan Klinik Pratama di Kota Palembang.
3. Peneliti mendatangi Puskesmas dan Klinik Pratama di Kota Palembang dan
menyebarkan kuesioner kepada pasien JKN yang datang ke Puskesmas atau Klinik
Pratama tersebut.
4. Sebelum pasien mengisi kuesioner, peneliti menjelaskan kepada subjek
penelitian mengenai penelitian yang akan dilakukan kemudian diberikan inform
consent
5. Setelah data diperoleh maka dilakukan tabulasi data dengan
mengelompokkan data kedalam tabel frekuensi dan melakukan coding data.
6. Semua data yang telah dikelompokkan dalam tabel dilakukan uji dengan
statistik.

3.8 Analisis Data


Analisis data dilakukan dengan cara:
1. Analisis univariat untuk mengetahui faktor demografi sampel penelitian yang
terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, dan status kepesertaan pasien
gigi dan mulut pada fasilitas kesehatan tingkat pertama di kota Palembang selama
masa pandemic COVID-19.

2. Analisis univariat untuk mengetahui kepuasan berdasarkan dimensi kualitas


mutu poli gigi pada fasilitas kesehatan tingkat pertama di kota Palembang selama
masa pandemic COVID-19.

3. Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara faktor demografi


terhadap kepuasan pasien gigi dan mulut pada fasilitas kesehatan tingkat pertama di
kota Palembang selama masa pandemic COVID-19

3.9 Etika Penelitian


1. Lembar persetujuan (Informed consent)
Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar persetujuan kepada
responden kemudian menjelaskan terlebih dahulu tujuan penelitian, tindakan yang akan
dilakukan serta menjelaskan manfaat yang diperoleh dan hal-hal lain yang berkaitan
dengan penelitian. Bagi responden yang setuju, diminta untuk menandatangani lembar
persetujuan (informed consent) agar dapat berpartisipasi dalam penelitian.
2. Kerahasiaan (Confidentiality)
Data yang terkumpul dalam penelitian ini dijamin kerahasiaannya oleh peneliti
karena data yang ditampilkan dalam bentuk data kelompok bukan data pribadi subjek.
DAFTAR PUSTAKA

1. Christasani PD, Satibi. Kajian faktor demografi terhadap kepuasan pasien


Jaminan Kesehatan Nasional pada fasilitas kesehatan tingkat pertama. J
Farmasi Sains dan Komunitas 2016; 13 (1): 28-33.
2. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia.
Paham BPJS badan penyelenggara jaminan sosial. Jakarta, 2014: 7.
3. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia.
Paham JKN jaminan kesehatan nasional. Jakarta, 2014: 8.
4. Ulinuha FE. Kepuasan Pasien BPJS terhadap pelayanan di Unit Rawat Jalan
Rumah Sakit Permata Edika Semarang tahun 2014. 2014:3-8.
5. Budiman, Suhat, Herlina N. Hubungan status demografi dengan
kepuasanmasyarakat tentang pelayanan jamkesmas di wilayah puskesmas
Tanjungsari Kabupaten Bogor tahun 2010. J Kesehatan Kartika 2010: 1-14.
6. Ningrum RM, Huda M, Liestyaningrum W, Yuliastuti C. hubungan mutu
pelayanan kesehatan BPJS terhadap kepuasan pasien di Poli Klinik THT
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. Surabaya:STIKES Hang Tuah: 2014:2-18.
7. Montol SA, Maramis FRR, Engkeng S. Hubungan antara status demografi
dengan kepuasan dalam pelayanan pasien Jamkesmas di wilayah kerja
Puskesmas Ratahan Kabupaten Minahasa Tenggara. 2013: 3-10.

Anda mungkin juga menyukai