Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN


Kepemimpinan adalah proses yang sangat penting dalam setiap
organisasi karena kepemimpinan inilah yang akan menentukan sukses atau
gagalnya suatu organisasi.
Menurut Robbins (1993), kepemimpinan itu didefinisikan sebagai
kemampuan seseorang untuk memengaruhi sebuah kelompok menuju kepeda
pencapaian tujuan kelompok tersebut.
Kepemimpinan telah didefinisikan dalam kaitannya dengan ciri-ciri

individual, perilaku, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan

peran, tempatnya pada suatu posisi administrasi, serta persepsi oleh orang lain

mengenai keabsahan dari pengaruh. (Azrul Azwar, 1998).

JAMES A.F. Stonner dan Henry Mintzber menyampaikan, bahwa


kepemimpinan berkaitan erat dengan fungsi manajemen yang amat penting yaitu
penggerakkan pelaksana (actuating), pengarahan (directing), atau memerintah
(command), kemampuan koordinasi (coordinating), pengawasan dan
pengendalian (controlling), berkomunikasi (communicating), menuntut,
membimbing (leading : memimpin) dan mengambil keputusan (decision making)
dan menjadi nara sumber (resourcing).
G.R. Terry mengungkapkan, kebanyakan pemimpin-pemimpin efektif
merupakan orang yang bermotivasi tinggi dan menetapkan standar-standar
prestasi tinggi bagi mereka sendiri. Mereka ingin mengetahui banyak hal, bersifat
energik dan merasa di tantang oleh problem –problem yang sulit di pecahkan
oleh mereka. Seorang pemimpin mengugah keinginan seseorang untuk
melaksanakan suatu hal. Ia menunjukkan arah yang harus di tempuh dan ia
membina anggota-anggota kelompok kearah penyelesaian hasil pekerjaan
kelompok.
George R.Terry : “kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang
lain untuk bekerja keras dengan penuh kemampuan untuk tujuan kelompok”
“kepemimpinan adalah hubungan dimana satu orang yakni pemimpinan
mempengaruhi pihak lain untuk bekerja sama secara sukarela di dalam
mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan untuk mencapai hal yang di
inginkan oleh pemimpin tersebut”.
Dubin :“ Kepemimpinan adalah aktivitas para pemegang kekuasaan dan
membuat keputusan.
Harold koontz dan cyrillo’donnell : “Kepemimpinan adalah
mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum”.
“Kepemimpinan adalah seni membujuk bawhan untuk menyelesaikan pekerjaan-
pekerjaan merekA dengan semangat keyakinan.”
Orwalay Tead : “Kepemimpinan adalahn aktivitas mempengaruhi
orang-orang agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang mereka
inginkan”.
Seorang tujuan dapat mempengaruhi bawahannya untuk melaksanakan
kehenaknya untuk mencapai organisasi, menurut Jhon Frech, Bertram Raven,
Lenc magginsa, Amitzai, etzioni dan lain-lain, antara lain karena adanya daya
kekuatan (power) :
1. Daya kekuatan memaksa (coercive power)
2. Daya kekuatan memberi (reward power)
3. Daya kekuatan yang sah (legitimate power)
4. Daya kekuatan karena keahlian (expert power)
5. Daya kekuasaan refrensi (kekuatan menjadi nara sumber, acuan/ sumber
referensi)
6. Daya kekuatan kharisma (charismatic power)
7. Data kekuatan jabatan (position power)
8. Daya kekuatan pribadi (personal power)
9. Daya kekuatan informasi (information power)
10. Daya kekuatan informasi (information power)
11. Daya kekuatan koneksi (connection power) dan sebagainya.
Ralph M. Stogdill : “ Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi
kegiatan-kegiatan sekelompok orang yang terorganisir dalam usaha mereka
menetapkan tujuan dan mencapai tujuan”.
Kepemimpinan sebagai konsep menejemen seperti dikemukakan oleh
Ralph M. Stogdill dapat dirumuskan ke dalam berbagai macam defenisi,
bergantung dari mana titik tolak pemikirannya.
1. Suatu seni untuk menciptakan kesesuaian paham
2. Suatu bentuk persuasi dan inspirasi
3. Sesuat kepribadian yang mempunyai pengaruh
4. Tindakan dan prilaku
5. Titik sentral proses kegiatan kelompok
6. Hubungan kekuatan atau kekuasaan
7. Sarana pencapaian tujuan
8. Suatu hasil dari interaksi
9. Adalah peranan yang dipolakan
10. Sebagai inisiasi (permulaan) struktur.
Untuk mendalami arti dan lingkup pengertian dan butir – butir
kepemimpinan di atas, dikemukakan beberapa uraian serta penjelasan secara
singkat sebagai berikut :
1. Kepemimpinan sebagai suatu seni untuk menciptakan kesesuaian paham. Ini
berarti bahwa setiap pemimpin (leader) melalui kerja sama yang sebaik –
baiknya harus mampu membuat para bawahan mencapai hasil yang telah
ditetapkan. Peranan pimpinan memberikan dorongan terhadap bawahan untuk
mengerjakan apa yang dikehendaki pemimpin.
2. Kepemimpina sebagai suatu bentuk persuai dan inspirasi. Adalah suatu
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain yang dilakukan bkan melalui
paksaan melaingkan himbauan dan persuasi.
3. Kepemimpinan adalah suatu kepribadian yang memiliki pengaruh, kepribadian
dapat diartikan sebagai sifat – sifat (traits) dan watak pemimpin yang
menunjukkan keunggulan, sehingga menyebabkan pemimpin tersebut memiliki
pengaruh terhadap bawahan.

4. Kepemimpinan adalah tindakan atau perilaku ini digambarkan sebagai


serangkaian perilaku seseorang yang mengarahkan kegiatan –kegiatan
bersama. Dari serangkaian perilaku tersebut dapat berupa menilai anggota
kelompok , menentukan hubungan kerjasama, mampu memperhatikan
kepentigan bawahan,dsb.
5. Kepemimpinan merupakan titiksentral proses kegiatan kelompok, dalam
kehidupan organisasi dari kepemimpinan diharapkan lahir sebagai gagasan baru,
memberikan dorongan lahirnya perubahan, kegiatan dan seluruh proses kegiatan
kelompok.
6. Kepemimpinan merupakan hubungan kekuatan dan kekuasaan sekelompok
orang antara yang memimpin dan yang dipimpin, hubungan tersebut
mencermingkan seseorang atau sekelompok orang berprilaku karna akibat
adanya kebiwaan/ kekuasaan yang ada pada orang yang memimpin.
7. Kepemimpinan sebagai sarana penciptaan tujuan. Dalam Hal ini pemimpin
merupakan seseorang yang memiliki suatu program dan berprilaku secara
bersama – sama dengan anggota kelompok dengan mempergunakan cara atau
gaya tertentu, sehingga kepemimpinan mempunyai perana sebagai kekuatan
dinamik yang mendorong, memotivasi dan mengkoordinasi organisasi dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
8. Kepemimpinan merupakan hasil dari interaksi, kepemimpinan adalah merupakan
suatu proses social, merupakan hubungan antara pribadi dimana pihak lain
mengadakan pentesuaian.
9. Kepemimpinan adalah peranan yang dibedakan dalam oganisasi setiap
anggota mempunyai perana yang berbeda – beda.
10. Kepemimpinan adalah sebagai inisiasi struktur. Kepemimpinan jangan diaggap
sebagai jabatan pasif, melainkan harus berperan sebagai suatu jabatan yang
terlibat dalam suatu tindakan.
Menurut Sullivan dan Decker Kepemimpinan merupakan penggunaan
keterampilan seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan
sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya. Kepemimpinan
merupalan interaksi antar kelompok, proses mempengaruhi kegiatan suatu
organisasi dalam pencapaian tujuan. Claus dan Bailey dalam Lancaster
mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu kelompok kegiatan yang
mempengaruhi anggota kelompok, bergerak menuju pencapaian tujuan yang
ditentukan. Stogdill mendefinisikan sebagai suaru proses mempengaruhi aktivitas
kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan.
Berdasarkan pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain dalam mencapai
tujuan organisasi. Kadang-kadang ada kecenderungan menggunakan istilah
kepemimpinan dan manajemen untuk pengertian yang sama. Sebenarnya kedua
istilah ini mempunyai pengetian yang berbeda. Manajemen merupakan
pengkoordinasian dan pengintegrasian semua sumber yang ada melalui proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam
pencapaian tujuan. Sebaliknya konsep kepemimpinan menekankan pada proses
perilaku yang berfungsi di dalam dan di luar sutu organisasi. Dalam konteks
organisasi, kepemimpinan terutama menekankan pada funsi pengarahan yang
meliputi memberitahu, menunjukkan dan memotivasi bawahan. Fungsi
manajemen ini sangat terkait dengan faktor manusia dalam suatu organisasi
yang mencakup interaksi antar manusia dan berfokus pada kemampuan
seseorang dalam mempengaruhi orang lain. Kepemimpinan dalam keperawatan
merupakan penggunaan keterampilan seorang pemimpin (perawat) dalam
mempengaruhi perawat lain dibawah pengawasannya untuk pembagian tugas
dan tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan
sehingga tujuan keperawatan tercapai. Setiap perawat mempunyai potensi yang
berbeda dalam kepemimpinan, namum keterampilan ini dapat dipelajari sehingga
selalu dapat ditingkatkan.
Kepemimpinan adalah proses dalam mempengaruhi kegiatan – kegiatan
seseorang atau keleompok dalam usahanya mencapai tujuan di dalam suatu
situasi tertentu. Dari berbagai pendapat tersebut, memberikan gambaran bahwa
kepemimpinan dilihat dari sudut pendakatan apapun mempunyai sifat universitas
dan merupakan suatu gejala sosial yang memberikan makna:
1. Kepemimpianan adalah sesuatu yang melekat pada diri seseorang pemimpin
berupa sifat-sifat tertentu : kepribadian (personality), kemampuan (ability), dan
kesanggupan (capabilility).
2. Kepemimpianan adalah serangkaian kegiatan (activity) pemimpin tidak dapat di
pisahkan dengan kedudukan (posisi) serta gaya atau perilaku pemeimpin itu
sendiri.
3. Kepemimpinan adalah sebagai proses antar hubungan atau interaksi antara
pemimpin, bawahan, and sutuasi.

2.2 SIFAT-SIFAT KEPEMIMPINAN

1. Kompeten. Menunjukkan kompetensi kepemimpinan dalam mengambil


keputusan yang tepat.
2. Berwawasan ke Depan. Dapat menetapkan tujuan secara menyeluruh; memiliki
visi yang dapat dikomunikasikan dengan baik dan kemudian dimiliki oleh seluruh
anggota organisasi; mempunyai gambaran bagaimana cara untuk meraih
keberhasilan dan menetapkan prioritas berdasarkan nilai-nilai inti perusahaan.
3. Menginspirasi. Memperlihatkan kepercayaan diri dalam semua interaksi;
memegang kendali; memiliki daya tahan; senantiasa berkomunikasi, memberi
inpsirasi, dan memberdayakan para karyawan untuk terus berprestasi.
4. Mengaktualisasi Diri. Terus mengembangkan potensi diri dan mencari
tantangan baru.
5. Jujur & Rendah Hati. Selalu bersikap tulus, rendah hati, dapat diandalkan, dan
jujur dalam menjaga kepercayaan.
2.3 TEORI KEPEMIMPINAN MENURUT KI HJAR DEWANTARA
1. Ing ngarso sung tulodo
a. Di depan memberi teladan
b.Pemimpin harus bisa menjadikan dirinya panutan dan diikuti
orng-orng yang dipimpinnya.
2. Ing madya mangun karso
a. Di tengah menumbuhkan karsa (inisiatif)
b. Dapat membangkitkan semangat swakarsa dan kreatifitas orng-orang
yang dipimpinnya
3. Tut wuri handayani
a. Mengikuti dari belakang dengan mengikuti
b. Memberi kesempatan dan mendorong orang-orang yang
dipimpin untuk berani didepan dan bertanggung jawab

2.4. TEORI LAHIRNYA SEORANG PEMIMPIN

Para ahli teori kepemimpinan telah mengemukakan beberapa teori


tentang timbulnya Seorang Pemimpin. Dalam hal ini terdapat 3 [tiga] teori yang
menonjol [Sunindhia dan Ninik Widiyanti, 1988:18], yaitu:
1. Teori Genetik
Penganut teori ini berpendapat bahwa, “pemimpin itu dilahirkan dan bukan
dibentuk” [Leaders are born and not made]. Pandangan terori ini bahwa,
seseorang akan menjadi pemimpin karena “keturunan” atau ia telah dilahirkan
dengan “membawa bakat” kepemimpinan. Teori keturunan ini, dapat saja terjadi,
karena seseorang dilahirkan telah “memiliki potensi” termasuk “memiliki potensi
atau bakat” untuk memimpin dan inilah yang disebut dengan faktor “dasar”.
Dalam realitas, teori keturunan ini biasanya dapat terjadi di kalangan
bangsawan atau keturunan raja-raja, karena orang tuanya menjadi raja maka
seorang anak yang lahir dalam keturunan tersebut akan diangkan menjadi raja.
2. Teori Sosial
Penganut teori ini berpendapat bahwa, seseorang yang menjadi
pemimpin dibentuk dan bukan dilahirkan [Leaders are made and not born].
Penganut teori berkeyakinan bahwa semua orang itu sama dan mempunyai
potensi untuk menjadi pemimpin. Tiap orang mempunyai potensi atau bakat
untuk menjadi pemimpin, hanya saja paktor lingkungan atau faktor pendukung
yang mengakibatkan potensi tersebut teraktualkan atau tersalurkan dengan baik
dan inilah yang disebut dengan faktor “ajar” atau “latihan”.
Pandangan penganut teori ini bahwa, setiap orang dapat dididik, diajar,
dan dlatih untuk menjadi pemimpin. Intinya, bahwa setiap orang memiliki potensi
untuk menjadi pemimpin, meskipun dia bukan merupakan atau berasal dari
keturunan dari seorang pemimpin atau seorang raja, asalkan dapat dididik, diajar
dan dilatih untuk menjadi pemimpin.

3. Teori Ekologik
Penganut teori ini berpendapat bahwa, seseorang akan menjadi
pemimpin yang baik “manakala dilahirkan” telah memiliki bakat kepemimpinan.
Kemudian bakat tersebut dikembangkan melalui pendidikan, latihan, dan
pengalaman-pengalaman yang memungkinkan untuk mengembangkan lebih
lanjut bakat-bakat yang telah dimiliki.
Jadi, inti dari teori ini yaitu seseorang yang akan menjadi pemimpin
merupakan perpaduan antara faktor keturunan, bakat dan lungkungan yaitu
faktor pendidikan, latihan dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan
bakat tersebut dapat teraktualisasikan dengan baik.
Selain ketiga teori tersebut, muncul pula teori keempat yaitu Teori
Kontigensi atau Teori Tiga Dimensi. Penganut teori ini berpendapat bahwa, ada
tiga faktor yang turut berperan dalam proses perkembangan seseorang menjadi
pemimpin atau tidak, yaitu:
1. Bakat kepemimpinan yang dimilikinya.
2. Pengalaman pendidikan, latihan kepemimpinan yang pernah
diperolehnya, dan
3. Kegiatan sendiri untuk mengembangkan bakat kepemimpinan tersebut.
Teori ini disebut dengan teori serba kemungkinan dan bukan sesuatu yang
pasti, artinya seseorang dapat menjadi pemimpin jika memiliki bakat, lingkungan
yang membentuknya, kesempatan dan kepribadian, motivasi dan minat yang
memungkinkan untuk menjadi pemimpin
Menurut Ordway Tead, bahwa timbulnya seorang pemimpin, karena :
1. Membentuk diri sendiri [self constituded leader, self mademan, born
leader]
2. Dipilih oleh golongan, artinya ia menjadi pemimpin karena jasa-jasanya,
karena kecakapannya, keberaniannya dan sebagainya terhadap
organisasi.
3. Ditunjuk dari atas, artinya ia menjadi pemimpin karena dipercaya dan
disetujui oleh pihak atasannya [Imam Mujiono, 2002: 18].

2.4 TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN


Ada beberapa tipe kepemimpinan yang diakui keberadaannya ialah :
1. Tipe Otokratik
Dilihat dari segi persepsinya, seorang pemimpin yang otokratik
adalah seorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otokratik
cenderung mengadung nilai organisasional yang berkisar pada
pembenaran segala cara yang ditempuh untuk pencapaian tujuannya.
Sesuatu tindakan akan dinilainya benar apabila tindakan itu
mempermudah tercapainya tujuan dan semua tindakan yang menjadi
penghalang akan dipandangnya sebagai sesuatu yang tidak baik dan
dengan demikian akan disingkirkannya, apabila perlu dengan tindakan
kekerasan.
2. Tipe yang Paternalistik
Persepsi seorang pemimpin yang paternalistic tentang peranannya
dalam kehidupan organisasional dapat dikatakan dawarnai oleh harapan
para pengikutnya kepadanya. Harapan itu pada umumnya berwujud
keinginan agar pemimpin meraka mampu berperan sebagai bapak yang
bersifat melindungi dan layak dijadikan sebagai tempat bertanya dan
untuk memperoleh petunjuk.
3. Tipe yang Kharismatik
Tipe kepemimpinan kharismatik mempunyai karakteristik yang khas
yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh
pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya
seorang pemimpin kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh
banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat
menjelaskan secara kongkret mengapa orang tertentu itu dikagumi.

4. Tipe yang Laissez Faire


Seorang pemimpin yang laissez faire adalah pemimpin yang
berkisar pada pandangannya bahwa pada umumnya organisasi akan
berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri
dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi
tujuan organisasi, sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus
ditunaikan oleh masing-masing anggota dn seorang pimpinan tidak perlu
terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional.
Seorang pemimpin laissez faire cenderung memilih peranan yang
pasif dan membiarkan organisasi berjalan menurut temponya sendiri
tanpa banyak mencampuri bagaimana organisasi harus dijalankan dan
digerakkan.
5. Tipe yang Demokratis
Pemimpin yang demokratis biasanya memandang peranannya
selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen
organisasi sehingga bergerak sebagai suatu totalitas. Seorang pemimpin
yang demokratis perilakunya mendorong para bawahannya
menumbuhkan dan mengembangkan daya inovasi dan kreativitasnya.
Dengan sungguh-sungguh ia mendengarkan pendapat, saran dan bahkan
kritikan orang lain, terutama para bawahannya. Bahkan seorang pemimpin
yang demokratis tidak akan takut membiarkan para bawahannya
berprakarsa. Karakteristik seorang pemimpin yang demokratis lainnya
yang sangat positif adalah dengan cepat ia menunjukkan penghargaannya
kepada para bawahannya yang berprestasi tinggi.

2.5. UNSUR DAN GAYA KEPEMIMPINAN


Kepeminpinan hanya akan muncul jika ditemukan sekurang-kurangnya 4 unsur
pokok,yaitu :
1. Adanya pemimpin
Adanya pemimpin yakni seseorang yang mendorong dan atau
mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang lain,sehingga tercipta
hubungan kerja yang serasi dan menguntungkan.
2. Adanya pengikut
Adanya pengiku yakni seseorang atau sekelompok orang yang
mendapat dorongan atau pengaruh sehingga bersedia melakukan
berbagai aktifitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Adanya sifat dan ataupun perilaku tertentu

Adanya sifat atau perilaku tertentu yang dimiliki oleh pemimpin


yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong ataupun memperngaruhi
seseorang atau sekelompok orang.

4. Adanya situasi dan kondisi tertentu


Adanya situasi dan kondisi tertentu yang memungkinkan
terlaksananya kepemimpinan. Situasi dan kondisi yang dimaksud
dibedakan atas dua macam.
a. situasi dan kondisi yang terdapat dalam organisasi.
b. Situasi yang terdapat diluar organisasi yakni lingkungan secara
keseluruhan.

GAYA KEPEMIMPINAN
Karena dan sifat antara perilaku seseorang dengan orang lainnya tidak
pasti sama,maka gaya kepemimpinan (leadership style) yang telah
diperlihatkan pun tidak sama pula. Ada beberapa gaya kepemimpinan :

a. Diktator
Pada gaya kepemimpinan diktator,ini upaya pencapai tujuan
dilakukan dengan menimbukan ketakutan serta ancaman. Tidak ada
hubungan dengan bawahan,karena mereka dianggap hanya sebagai
pelaksana dan pekerja saja.

b. Autokratis (Autocratic)

Kepemimpinan gaya otokratis, otoriter, atau diktator adalah

kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala kegiatan yang
dilakukan diputuskan oleh pimpinan semata-mata. Ciri kepemimpinan gaya

otokratis antara lain adalah :

1. Wewenang mutlak terpusat pada pemimpin

2. Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan

3. Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan

4. Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan

5. Prakarsa harus selalu datang dari pimpinan

6. Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran,

pertimbangan atau pendapat.

7. Tugas-tugas bagi bawahan diberikan secara instruktif.

8. Lebih banyak kritik daripada pujian

9. Pimpinan menuntut kesetiaan mutlak tanpa syarat

10. Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman

11. Kaku dalam bersikap

12. Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan.

Penerapan kepemimpinan gaya otoriter dapat mendatangkan

keuntungan antara lain berupa kecepatan serta ketegasan dalam pembuatan

keputusan dan bertindak sehingga untuk sementara mungkin produktifitas

dapat naik. Akan tetapi disisi lain menimbulkan kerugian antara lain berupa

suasana kaku, tegang, mencekam, menakutkan sehingga dapat berakibat

lebih lanjut yakni timbulnya ketidakpuasan.

c. Demokratis (Democratic)

Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan

mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan, dengan peran serta bawahan dalam

pengambilan keputusan yang dilakukan secara musyawarah. Ciri

kepemimpinan gaya demokratis antara lain adalah :


1. Wewenang pimpinan tidak mutlak

2. Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada

bawahan

3. Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan

4. Komunikasi berlangsung timbal balik, baik yang terjadi antara

pimpinan dan bawahan maupun antara sesama bawahan.

5. Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan

6. Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran,

pertimbangan atau pendapat.

7. Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat

permintaan daripada instruktif.

8. Pimpinan meminta kesetiaan para bawahan secara wajar

9. Terdapat suasana saling percaya, saling hormat menghormati dan

saling menghargai

10. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul bersama pimpinan

dan bawahan.

Penerapan kepemimpinan gaya demokratis dapat mendatangkan

keuntungan antara lain berupa keputusan serta tindakan yang lebih obyektif,

tumbuhnya rasa ikut memiliki, serta terbinanya moral yang tinggi. Sedang

kelemahan gaya ini antara lain keputusan serta tindakan kadang-kadang

lamban, rasa tanggung jawab kurang, keputusan yang dibuat bukan

merupakan keputusan terbaik.

d. Kebebasan (Laissez-faire)

Kepemimpinan gaya kebebasan atau gaya liberal adalah

kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dalam hal ini peranan pimpinan

hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan kepada bawahan.


Setiap orang dapat melakukan kegiatan masing-masing sesuai dengan

kehendak masing-masing pula. Ciri kepemimpinan gaya liberal antara lain

adalah :

1). Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan

2). Keputusan lebih banyak dibuat oleh para bawahan

3). Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh para bawahan

4). Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh

bawahannya

5). Prakarsa selalu datang dari bawahan

6). Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok

7). Kepentingan pribadi lebih utama daripada kepentingan kelompok

8). Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh orang-perorang.

Penerapan pemimpin gaya liberal dapat mendatangkan keuntungan

antara lain para anggota atau bawahan akan dapat mengembangkan

kemampuan dirinya. Tetapi kepemimpinan jenis ini membawa kerugian bagi

organisasi antara lain berupa kekacauan karena tiap pejabat bekerja menurut

selera masing-masing.

Tidaklah mudah menentukan macam gaya kepemimpinan yang


terbaik, karena gaya kepemimpinan tersebut tergantung dari situasi dan
kondisi yang dihadapi. Lester R. Bitel menyebutkan bahwa semua gaya
kepemimpinan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dan
karena itu dapat mendatangkan keuntungan atau kerugian tergantung dari
penggunaannya yang tepat atau tidak.

2.6 Sejarah Vaksin


Menurut Mandal, penemuan vaksin merupakan penemuan yang
sangat penting dan berarti di dunia kesehatan. Selama paruh terakhir abad ke-20,
semua penyakit yang dulunya umum dijumpai di dunia berubah menjadi langka
sejak ditemukannya vaksin (Mandal, 2012:2)
Vaksin pertama yang dikembangkan adalah vaksin cacar oleh Edward
Jenner, dokter dari Inggris di Berkeley. Ia menemukan bahwa orang
yang minum susu dari sapi cacar relatif kebal terhadap penyakit cacar. Dia
mengambil eksudat dan sekresi dari sapi yang terkena cacar dan
dimasukkan ke dalam tubuh laki-laki berusia 8 tahun bernama James Phipps pada
14 Mei 1796, dan dari hasil yang dilakukan efektif karena anak laki-laki
tersebut tidak mengidap penyakit cacar karena sudah di vaksinasi. Jenner
mempublikasikan penemuannya pada tahun 1798 dan vaksinasi segera diterima
(Mandal, 2012:4)
Louis Pasteur mengembangkan penemuan Jenner dengan
mengembangkan vaksin rabies (sekarang disebut antitoxin). Dan di abad ke-19,
undang-undang wajib vaksinasi disahkan. Keberhasilan mereka dalam mencegah
penyakit seperti polio dan campak mengubah sejarah Kedokteran (Mandal, 2012:4)
Pada tahun 1967, WHO mempelopori kampanye imunisasi besar-besaran
terhadap cacar. Dalam sepuluh tahun, penyakit ini sudah divaksinasi. Vaksin
polio yang pernah beredar luas di hampir setiap wilayah di dunia, sekarang hanya
ada di beberapa negara, tanpa ada kasus yang didiagnosis di Amerika Serikat sejak
1979. Campak, gondong, rubella, difteri, dan pertusis berkurang dari epidemi yang
menakutkan menjadi wabah langka dalam beberapa decade (Mandal, 2012:4-5)
Kata Vaksin berasal dari istilah latin Variolae vaksin cinae (cacar sapi).
Pada tahun 1798 Edward Jenner menunjukan bahwa vaksin tersebut bisa
mencegah cacar pada manusia. Vaksin merupakan produk biologis yang dihasilkan
darimikroorganisme hidup, dan meningkatkan kekebalan terhadap penyakit
baik mencegah atau mengobati penyakit. Vaksin diberikan dalam bentuk cair, baik
suntikan, bahkan melalui mulut (Plotkin, 2013: 4).
Vaksinasi berasal dari kata “vaccine” yaitu zat yang dapat merangsang
timbulnya kekebalan aktif seperti BCG, Polio, DPT, Kepatitis B, dan lain-lain. Vaksin
juga menghasilkan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit atau virus baik
secara oral maupun injeksi (Sunarti, 2012: 9-10)
Menurut FI edisi V, vaksin adalah sediaan yang mengandung zat anti
genik yang mampu menimbulkan kekebalan aktif pada manusia. Vaksin dibuat dari
bakteria, riketsia dan dapat berupa suspense organisme hidup atau inaktif atau
fraksi-fraksinya atau toksoid. (Kemenkes RI, 2014 : 59)

Anda mungkin juga menyukai