Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KANKER PAYUDARA (CA MAMAE)

Disusun oleh :

Maulida Yulianti

202102040043

PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

2021
A. DEFINISI
Kanker payudara disebut juga carcinoma mammae adalah sebuah
tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ini dapat
tumbuh dalam kelenjar susu, jaringan lemak, maupun pada jaringan ikat
payudara yang dapat menyebar kebagian lain di seluruh tubuh
Suryaningsih dan Sukaca (2009, h.6). Kanker payudara adalah
pertumbuhan sel payudara yang tidak tekontrol karena perubahan
abnormal dari gen yang mengatur pertumbuhan sel. Secara normal, sel
payudara yang tua akan mati, kemudian di gantikan sel sel payudara baru.
Regenerasi sel seperti ini berguna untuk mempertahankan fungsi
payudara. Pada kasus kanker payudara, gen yang mengatur pertumbuhan
sel termutasi (Santoso, 2009)

B. ETIOLOGI
Penyebab kanker payudara belum dapat ditentukan, tetapi terdapat
beberapa factor resiko yang telah ditetapkan, keduanya adalah lingkungan
dan genetic. Kanker payudara memperhatikan proliferasi keganasan sel
epitel yang membatasi ductus atau lobus payudara. Pada awalnya hanya
terdapat hyperplasia sel dengan perkembangan sel-sel yang atipikal dan
kemudian berlanjut menjadi karsinoma insitudan menginvasi stroma.
Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk tumbuh dari satu sel menjadi
massa. Hormone steroid yang dihasilkan oleh ovarium juga berperan
dalam pembentukan kanker payudara (estradisol dan progesterone
mengalami perubahan dalam lingkungan seluler)
Factor resiko terjadi kanker payudara :
1. Riwayat pribadi tentang kanker payudara
2. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga
langsung) dari wanita dengan kanker payudara
3. Menarke dini
4. Nullipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama
5. Menopous pada usia lanjut
6. Riwayat penyakit payudara jinak
7. Pemajaan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum
usia 30 tahun beresiko hamper 2x lipat
8. Obesitas resiko terendah diantara wanita pascamenopouse
9. Kontrasepsi oral
10. Terapi pergantian hormone
11. Masukan alcohol

C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Suryaningsih dan Bertiani (2009) gejala gejala yang
umum di rasakan oleh penderita kanker payudara antara lain:
1. Timbul benjolan pada payudara dapat diraba dengan tangan, semakin
lama benjolan semakin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.
2. Bentuk ukuran dan berat salah satu payudara berubah.
3. Pada awal stadium benjolan bisa dibergeser bila di gerakan, pada
staadium lanjut benjolan biasanya melekat pada dinding dada dan
kulit sekitarnya.
4. Timbul benjolan kecil di bawah ketiak.
5. Keluar darah, nanah atau cairan encer dari puting susu.
6. Kulit payudara mengkerut seperti kulit jeruk.
7. Pada stadium lanjut timbul nyeri tulang, penurunan berat badan,
pembengkakan lengan atau ulserasi.

D. PATOFISIOLOGI
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang
disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi:
1. Fase Inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik
sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan
genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen,
yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar
matahari. tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama
terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan
lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap
suatu karsinogen. bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat
sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
2. Fase Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi
akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi
tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa
faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan
suatu karsinogen).
Kanker mammae merupakan penyebab utama kematian pada
wanita karena kanker (Maternity Nursing, 1997). Penyebab pasti
belum diketahui, namun ada beberapa teori yang menjelaskan
bagaimana terjadinya keganasan pada mammae, yaitu:
Mekanisme hormonal, dimana perubahan keseimbangan
hormone estrogen dan progesterone yang dihasilkan oleh ovarium
mempengaruhi factor pertumbuhan sel mammae (Smeltzer & Bare,
2002). Dimana salah satu fungsi estrogen adalah merangasang
pertumbuhan sel mammae.
Suatu penelitian menyatakan bahwa wanita yang diangkat
ovariumnya pada usia muda lebih jarang ditemukan menderita
karcinoma mammae, tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa hormone
estrogenlah yang, menyebabkan kanker mammae pada manusia.
Namun menarche dini dan menopause lambat ternyata disertai
peningkatan resiko kanker mammae dan resiko kanker mammae lebih
tinggi pada wanita yang melahirkan anak pertama pada usia lebih dari
30 tahun.
Virus, Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu
menyebabkan adanya massa abnormal pada sel yang sedang
mengalami proliferasi. Genetik, kanker mammae yang bersifat
herediter dapat terjadi karena adanya “linkage genetic” autosomal
dominan. Penelitian tentang biomolekuler kanker menyatakan delesi
kromosom 17 mempunyai peranan penting untuk terjadinya
transformasi malignan. Mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya
ditemukan pada klien dengan riwayat keluarga kanker mammae dan
ovarium) serta mutasi gen supresor tumor p 53.
Defesiensi imun terutama limfosit T menyebabkan penurunan
produksi interferon yang berfungsi untuk menghambat terjadinya
proliferasi sel dan jaringan kanker dan meningkatkan aktivitas
antitumor. Gangguan proliferasi tersebut akan menyebabkan timbulnya
sel kanker pada jaringa epithelial dan paling sering pada system duktal.
Mula-mula terjadi hyperplasia sel dengan perkembangan sel atipikal.
Sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi
stroma. Kanker butuh waktu 7 tahun untuk dapat tumbuh dari sebuah
sel tunggal menjadi massa yang cukup besar untuk bias diraba. Invasi
sel kanker yang mengenai jaringan yang peka terhadap sensasi nyeri
akan menimbulkan rasa nyeri, seperti periosteum dan pelksus saraf.
Benjolan yang tumbuh dapat pecah dan terjadi ulserasi pada kanker
lanjut.
Pertumbuhan sel terjadi irregular dan bisa menyebar melalui
saluran limfe dan melalui aliran darah. Dari saluran limfe akan sampai
di kelenjer limfe menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjer limfe
regional. Disamping itu juga bisa menyebabkan edema limfatik dan
kulit bercawak (peau d’ orange). Penyebaran yang terjadi secara
hematogen akan menyebabkan timbulnya metastasis pada jaringan
paru, pleura, otak tulang (terutama tulang tengkorak, vertebredan
panggul).
Pada tahap terminal lanjut penderita umumnya menderita
kehilangan progersif lemak tubuh dan badannya menjadi kurus disertai
kelemahan yang sangat, anoreksia dan anemia. Simdrom yang
melemahkan ini dinyatakan sebagai kakeksi kanker.
E. PATHWAY

Factor predisposisi & Mendesak sel syaraf Interupsi sel syaraf


resiko tinggi hiperplasi
pada sel mammae
Nyeri

Mendesak jaringan Mensuplai nutrisi ke Mendesak pembuluh


sekitar jaringan ca darah

Menekan jaringan pada Hipermetabolisme ke Aliran darah terhambat


mammae jaringan

Hipoksia
Peningkatan konsistensi Pe hipermetabolisme jar
mammae lain BB turun
Necrosis jaringan

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Bakteri patogen
kebutuhan tubuh
Resiko infeksi

Mammae membengkak Ukuran mammae abnormal

Masa tumor mendesak


ke jaringan luar Mammae asimetrik Defisiensi pengetahuan
ansietas
Gangguan citra tubuh

Perfusi jaringan terganggu Infiltrasi pleura perietale

Ulkus Ekspansi paru menurun


Kerusakan integritas
kulit/jaringan
Ketidakefektifan pola nafas
F. KARAKTERISTIK LUKA KANKER
1. Eksudat banyak (mengeluarkan cairan yang berlebihan).
2. Bau tidak sedap
3. nyeri
4. mudah berdarah
5. Gatal-gatal
6. Ekskoriasi kulit sekitar luka (pinggiran luka mudah teriritasi).
7. Mudah terinfeksi
8. Sulit sembuh

G. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa,
agama, status perkawinan, alamat, nomor MR, tanggal masuk dan
penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya
seperti penyakit payudara jinak hyperplasia tipikal.
2) Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan
epitel proliferative mempunyai resiko dua kali lipat biasanya
mengalami kanker payudara, wanita dengan hyperplasia tipikal
mempunyai resiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit
ini
3) Biasanya pasien mempunyai riwayat pemakaian terapi
penggantian hormon dalam waktu yang lama (lebih dari 10-15
tahun)seperti estrogen suplemen.
4) Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi
oral.
5) Riwayat perokok, konsumsi alkohol dan tinggi lemak, dan
makanan yang memakai penyedap dan pengawet.
6) Biasanya klien mempunyai riwayat menarche atau menstruasi
pertama pada usia yang relative mudah dan menopause pada
usia yang relative lebih tua
7) Biasanya klien mempunyai riwayat nulipara (belum pernah
melahirkan), infertilitas, dan melahirkan anak pertama pada
usia yang relative lebih tua(lebih dari 35 tahun), serta tidak
menyusui
b. Riwayat kesehatan sekarang
1) Biasanya klien mengatakan timbul benjolan pada payudara
yang dapat diraba dengan tangan, makin lama benjolan ini
makin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.
2) Klien mengatakan terasa nyeri pada payudara saat benjolan
mulai membesar.
3) Klien mengeluh keluar nanah, darah atau cairan encer dari
puting susu pada wanita yang tidak hamil.
4) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk akibat neoplasma
menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting
kulit.
5) Biasanya klien mengatakan tubuh terasa lemah, tidak nafsu
makan , mual, muntah, ansietas.
6) Terdapat edema ( bengkak) pada lengan atau kelainan kulit,
ruam kulit, dan ulserasi.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Kemungkinan ada keluarga yang menderita kanker terutama
ibu, anak perempuan serta saudara perempuan. Risikonya
meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker pada usia
kurang dari 60 tahun. Risiko meningkat 4-6 kali jika terjadi
pada dua orang saudara langsung.
2) Tiga atau lebih keluarga dari sisi keluarga yang sama terkena
kanker payudara atau ovarium.
3) Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker
payudara atau ovarium dibawah 40 tahun.
4) Adanya keluarga dari sisi yang sama yang terkena kanker
payudara atau ovarium.
5) Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum klien, biasanya di kaji tingkat kesadaran klien,
BB,Tinggi badan, tekanan darah, suhu, RR, Nadi.
b. Kepala
1) Rambut
Biasanya kulit kepala dan rambut klien akan rontok atau
alopesia karna pengaruh kemoterapi, kulit kepala tidak tampak
bersih.
2) Wajah
Biasanya tidak terdapat edema atau hematon.
3) Mata
Biasanya mata simetris kiri dan kanan Konjungtiva anemis
disebabkan oleh nutrisi yang tidak adekuat Sklera tidak
ikterik,palpebra tidak edema.
4) Hidung
Biasanya hidung kurang bersih, tampak sekret, adanya
pernafasan cuping hidung yang disebabkan klien sesak nafas
terutama pada pasien yang kankernya sudah bermetastase ke
paru-paru.
5) Bibir
Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih.
6) Gigi
Biasanya gusi klien mudah terjadi pendarahan akibat rapuhnya
pembuluh darah dan caries positif
7) Lidah
Lidah biasanya tampak pucat, dan lidah klien kurang bersih.
c. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
d. Dada atau Thorak
1) Inspeksi
Pada stadium 1
biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang
disebabkan oleh pembengkakan pada payudara,dengan ukuran
1-2 cm.
Pada stadium 2
biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang
juga disebabkan payudara dengan ukuran dengan tumor 2,5-5
cm.
Pada stadium 3A
biasanya dada klien juga tidak simetris kiri dan kanan yang
disebabkan oleh pembengkakan tumor yang sudah meluas
dalam payudara besar tumor 5-10 cm.
Pada stadium 3B
bentuk dada juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan
oleh pembengkakan dan kanker sudah melebar ke seluruh
bagian payudara bahkan mencapai kulit, dinding dada,tulang
rusuk,dan otot dada.
Pada stadium 4
Bentuk dada tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan
oleh pembengkakan dan mestastase jauh keorgan lain seperti
paru-paru.
2) Palpasi
Pada stadium 1
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena
kanker belum bermetastase keorgan lain
Pada stadium 2
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena
kanker belum bermetastase keorgan lain
Pada stadium 3A
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena
kanker belum bermetastase keorgan lain
Pada stadium 3B
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena
kanker belum bermetastase keorgan lain seperti tulang rusuk,
dinding dada dan otot dada.
Pada stadium 4
biasanya tidak fremitus kiri dan kanan yang juga disebabkan
oleh karena kanker sudah metastase ke organ yang lebih jauh
seperti paru-paru sehingga mengakibatkan paru –paru
mengalami kerusakan dan tidak mampu melakukan fungsinya.
3) Perkusi
Pada stadium 1
biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien.
Pada stadium 2
biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien
karena kanker belum mengalami metastase.
Pada stadium 3A
Masih akan terdengar sonor pada lapangan paru karena kanker
belum metastase.
Pada stadium 3B
biasanya terdengar bunyi redup yang dapat di temukan pada
infiltrate paru dimana parenkim paru lebih padat / mengadung
sedikit udara dan bunyi pekak pada paru-paru paien yang
disebabkan pada paru-paru pasien didapatkan berisi cairan
disebut dengan efusi pleura jika kanker telah bermetastase pada
organ paru.
Pada stadium 4
biasanya akan terdengar pekak pada paru-paru pasien yang
disebabkan pada paru-paru pasien didapatkan berisi cairan
yang disebut dengan efusi pleura akibat metastase dari kanker
mammae yang berlanjut,dan nafas akan terasa sesak.
4) Auskultasi
Pada stadium 1
biasanya akan terdengar vesikuler (bunyi hampir terdengar
seluruh lapangan paru dan inspirasi lebih panjang, lebih keras,
nadanya lebih tinggi dari ekspirasi. suara nafas tambahan tidak
ada, seprti ronchi (-) dan wheezing (-)
Pada stadium 2
biasanya bunyi nafas terdengar vesikuler (bunyi hampir seluruh
lapangan paru clan inspirasi lebih panjang lebih keras, nadanya
lebih tinggi dari ekspirasi. Biasanya buni nafas klien juga dapat
terdengar bronkovesikuler dengan bronchial. Suara nafas
tambahan tidak ada, seperti ronchi (-) dan wheezing (-)
Pada stadium 3 A
Biasanya bunyi nafas berbunyi vesikuler (bunyi hampir seluruh
lapangan paru dan inspirasi yang lebih panjang, lebih keras,
nadanya lebih tinggi dari ekspirasi, dan bronkovesikuler yaitu
pada daerah suprasternal, interscapula: campuran antara
element vaskuler dengan bronchial. Suara nafas tambahan tidak
ada, seperti : Ronchi (+) dan wheezing (-)
Pada stadium 3 B
biasanya nafas klien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi
lebih panjang, lebih keras nadanya lebih tinggi dari pada
inspirasi dan terdengar dan terdapat suara nafas tambahan
seperti: Ronchi dan Wheezing ini disebabkan oleh kanker
sudah menyebar ke seluruh bagian payudara, dan mencapai ke
dinding dada, tulang rusuk, dan otot dada sehingga
mengakibatkan terjadinya penurunan ekspansi paru dan
compressive atelektasis.
Pada stadium 4
biasanya bunyi nafas pasien bisa terdengar bronchial yaitu
ekspirasi lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi, dari
pada inspirasi dan terdengar. Dan terdapat suara tambahan
seperti : Ronchi dan wheezing. Ini disebabkan oleh kanker
metastase ke bagian tubuh lainnya seperti parupare sehingga
mengakibatkan terj adnnya penurunan ekspansi paru dan
compressive atelektasis sehingga terjadi penumpukan secret
pada daerah lobus paru.
e. Jantung (Kardiovaskuler)
1) Inspeksi
Biasanya iktus tidak terlihat
2) Palpasi
Biasanya iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
3) Perkusi
Batas jantung normal, (batas jantung kanan RIC II, linea
staralis dektra, batas jantung kiri RIC V,1 jari media linea
clavukularis sinistra)
4) Auskultasi
Biasanya irma jantung murni,murmur (-)
f. Mammae (payudara)
1) Inspeksi
Biasanya ada benjolan yang menekan payudara.adanya ulkus
dan berwarna merah dan payudara mengerut seperti kulit jeruk
2) Palpasi
Teraba benjolan payudara yang mengeras dan teraba
pembengkakan dan teraba pembesaran kelenjar getah bening
diketiak atau timbul benjolan kecil di bawah ketiak.
g. Perut
1) Inspeksi
Biasanya tidak ada pembesaran
2) Palpasi
Biasanya bising usus (-)
3) Perkusi
Biasanya lien dan hepar tidak teraba
4) Auskultasi
Tympani
h. Genitourinari
Biasanya genetalia bersih
i. Ekstremitas
Biasanya ekstremitas tidak odema,tidak ada lesi
j. Sistem intergument
Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit klien dan turgor
kulit klien tidak elastis
k. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Nutrisi
a) Makan
Sehat: biasanya makan 3 kali sehari dan habis satu porsi
Sakit : biasanya 3 kali sehari,dan hanya menghabiskan
setengah porsi
b) Minum
Sehat: biasanya minum 6-8 gelas sehari
Sakit :biasanya klien hanya menghabiskan minum 3-5 gelas
sehari
l. Eliminasi
1) Miksi
Sehat : biasanya frekuensi BAK sehari 1500 cc
Sakit : biasanya frekuensi BAK sehari 800 cc,karateristiknya
warna kekunangan,pekat dan bau khas
2) Defekasi
Sehat : biasanya frekuensi BAB 1 kali sehari
Sakit : pada saat sakit 1 kali dalam 3 hari karateristik warna
kehitaman atau kemerahan, konsistensi padat dan bau khas

m. Istirahat dan Tidur


Sehat: biasanya jam tidur siang 2 jam dan malam 9 jam sehari
Sakit : biasanya saat sakit susah tidur karena rasa nyeri yang
dirasakan di bagian payudara
n. Kebersihan Diri
Sehat : biasanya klien mandi 2 kali sehari,menggosok gigi 2 kali
sehari,cuci rambut 1 kali dalam 2 hari,pakain di ganti sesudah
mandi
Sakit : biasanya pada sakit mandi 1 kali sehari,menggosok gigi 1
kali sehari,cuci rambut 2 kali seminggu,pakain di ganti 1 kali
sehari.
o. Data sosial ekonomi
Biasanya di tanyakan pada klien tentang pekerjaan, sumber
penghasilan dalam keluarga dan perubahan yang dialami sejak
klien sakit, penangguang jawab biaya perawatan klien selama sakit
dan masalah keuangan yang dialami saat ini.
p. Data psikologi
Biasanya keadaan psikologi saat sakit lemas dan takut di rawat di
rumah sakit, harapan klien terhadap penyakitnya dapat segera
sembuh setelah diobati, dukungan dari keluarga baik dalam
perubahan terhadap konsep diri tidak seperti biasanya.
q. Data spritual
Biasanya pelaksaanaan ibadah klien selama sakit tertinggal dan
agak terganggu di bandingkan dengan sehat rutin dan rajin
beribadah, pandangan klien terhadap penyakit tetap optimis selama
segala penyakit ada obatnya.
r. Pemeriksaan laboratorium/penunjang
1) Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit
meningkat, trombosit meningkat.
2) Pemeriksaan urin, diperiksa apakah ureum dan kreatini
meningkat
3) Tes diagnostik yang biasanya di lakukan pada penderita
karsinoma mammae adalah sinar X, sinar X ini di perlukan
selain untuk screening pra-operasi, juga untuk melihat apakah
ada penyebaran kanker ke paru-paru, ultrasonografi :
diperlukan bersamaan dengan mammografi untuk membedakan
krista yang berisi cairan dengan jenis lesi lainnya.

4) Respon Hormone
Diperlukan untuk mengetahui adanya peningkatan hormone
estrogen dan progesteron.
s. Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus
Pemeriksaan ini di lakukan pada lesi yang secara klinis dan
radiologi di curigai ganas. Biopsi jarum halus dilakukan dengan
menusuk tumor dengan jarum halus dan di sedot dengan spuit 10
cc sampai jaringan tumor diperiksa di laboratorium oleh ahli
patologi anatomi untuk mengetahui apakah jaringan tersebut ganas
(maligna) atau jinak (benigna)
t. Penanda tumor(zat yang di hasilkan dan di sekresi oleh sel tumor
dan di temukan dalam serum missal CEA, antigen spesifik frosfat,
alfa-fetoprotein, HCG, asam dll)dapat membantu dalam
mendiagnosis kanker tetapi lebih bermanfaat sebagai prognostik
u. Tes kimia skrining
1) Elektrolit(natrium,kalium,kalsium)
2) Tes ginjal (BUN)
3) Tes hepar (bilirubin,AST/SGOT alkalin fosfat,LDH)
4) Tes tulang(alkalin fosfat,kalsium)
5) Sinar X dada
Menyelidiki penyakit paru metastasis

H. DIAGNOSA
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. Kerusakan integritas kulit
3. Defisiensi pengetahuan ansietas
4. Gangguan Citra Tubuh
5. Ketidakefektifan pola napas
6. Resiko infeksi

I. INTERVENSI
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tujuan : masalah ketidakseimbangan nutrisi dapat teratasi
Kriteria hasil : Perasaan mual berkurang atau hilang dan pasien
mengatakan nafsu makan meningkat
Intervensi :
a. Kaji status nutrisi pasien (penurunan BB, mukosa oral,riwayat mual
dan muntah)
R/ menetapkan derajat masalah untuk menentukan intervensi
selanjutnya
b. Fasilitasi pasien untuk diet makanan yang disukai (sesuai indikasi)
R/ memperhitungkan keinginan pasien dapat meningkatkan nafsu
makan
c. Ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan
R/ mencegah rasa tak enak karena sisa makanan dan sisa sputum.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi
R/ merencanakan diet dengan gizi yang cukup
2. Kerusakan integritas kulit
Tujuan : masalah Kerusakan integritas kulit teratasi
Kriteria Hasil :
- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit
dan perawatan alami
- Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya cedera berulang
- Integritas kulit yang baik bias dipertahankan sensasi, elastisistas,
temperature, hidrasi, pigmentasi, tidak ada luka/lesi pada kulit
Intervensi :
a. Observasi terhadap eritema dan kepucatan serta palpasi area sekitar
terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap merubah posisi
R/ hangat dan pelunakan adalah tanda perusakan jaringan
b. Lakukan massage pada daerah yang menonjol yang baru
mengalami tekanan pada waktu berubah posisi
R/ menghindari kerusakan-kerusakan kapiler
c. Ajarkan pasien menjaga kulit seminimal mungkin hindari trauma,
panas terhadap kulit
R/ Mempertahankan keutuhan kulit
d. Kolaborasi dengan tim medis pemberian antibiotic
R/ untuk mencegah infeksi
3. Defisiensi pengetahuan ansietas
Tujuan : masalah Defisiensi pengetahuan teratasi
kriteria hasil :
- pasien dan keluarga mengatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pengobatan
- pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
Intervensi :
a. Gambarkan tanda dan gejala yang bias muncul pada penyakit
dengan cara yang tepat
R/ agar pasien mengerti proses koping ketika sakit
b. Berikan informasi kepada pasien tentang proses penyakit
R/ meningkatkan pengetahuan dan kesiapan pasien mengahadapi
penyakitnya
c. Ajarkan dan instruksikan pasien mengenal tanda dan gejala
R/ untuk melaporkan pada perawat dengan cara yang tepat
d. Rujuk pasien pada grup agensi di omunitas local, dengan cara yang
tepat
R/ menentukan penangan secara spesifik
4. Gangguan Citra Tubuh
Tujuan : masalah gangguan citra tubuh tertasi
kriteria hasil :
- Body image positif
- Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
- Mendeskrisikan secara factual perubahan fungsi tubuh
- Mempertahankan interaksi sosial
Intervensi :
a. Monitor frekuensi kalimat yang mengkritik diri sendiri
R/ untuk mengetahui seberapa besar klien mampu menerima
keadaan dirinya
b. Bantu klien untuk mengenali tindakan yang akan meningkatkan
penampilannya
R/untuk meningkatkan percaya diri klien
c. Berikan dukungan emosi klien
R/ klien bias menerima keadaan dirinya
d. Anjurkan keluarga untuk selalu mendampingi
R/ klien dapat merasa masih ada orang yang memperhatikannya
5. Ketidakefektifan pola napas
Tujuan : masalah ketidakefektifan pola nafas teratasi
kriteria hasil :
TTV dalam rentang normal (tekanan darah 120-90/90-60 mmHg, nadi
80-100 x/menit, pernapasan 18x24 x/menit, suhu 36-37,5oC), tidak
sesak napas, tidak ada otot bantu pernapasan tambahan
a. Auskultasi suara napas, catat hasil penurunan daerah ventilasi atau
tidak adanya suara tambahan
R/ memonitor kepatenan jalan napas
b. Posisikan pasien semi fowler
R/ untuk memaksimalkan potensial ventilasi
c. Ajarkan keluarga untuk selalu memberikan posisi pasien semi
fowler
R/ untuk memaksimalkan potensial ventilasi
d. Kolaborasi pemberian O2 tambahan
R/ meningkatkan ventilasi dan asupan oksigen
6. Resiko infeksi
Tujuan : masalah resiko infeksi tertasi
kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda infeksi, menunjukkan terjadinya proses
penyembuhan luka
a. Monitor karakteristik, warna, ukuran, cairan dan bau luka
R/ untuk mengetahui keadaan luka dan perkembangannya
b. Lakukan perawatan luka secara steril
R/ agar tidak terjadi infeksi dan terpapar oleh kuman atau bakteri
c. Ajarkan klien dan keluarga untuk melakukan perawatan luka
R/ memandirikan pasien dan keluarga
d. Kolaborasi pemberian antibiotic
R/ pemberian antibiotic untuk mencegah timbulnya infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Huda Amin, Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC – NOC. Jilid I. Yogyakarta : Mediaction

(Maternity Nursing, 1997)

Santoso, S. 2009. Buku Pintar Kanker. Power Book: Yogyakarta

Suryaningsih dan Sukaca. 2009. Kupas Tuntas Kanker Payudara. Paradigma


Indonesia: Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai