Oleh :
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji model pembelajaran problem based
learning dalam meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar sejarah pada kelas 12
IPS 1 SMAN 19 Kab. Tangerang tahun ajaran 2020/2021
Hasil analisis didapatkan terjadi peningkatan motivasi belajar dari pra siklus (54,25%)
pada siklus I (71,42%) pada siklus II (88,57%), untuk hasil belajar nya terjadi
peningkatan dari pra siklus (64,45%) pada siklus I (76,66%) pada siklus II (88%).
PENDAHULUAN
Motivasi belajar merupakan suatu dorongan internal dan eksternal yang menyebabkan
seseorang (individu) untuk bertindak atau berbuat mencapai tujuan, sehingga
perubahan tingkah laku pada diri siswa diharapkan terjadi. Dalam proses belajar
motivasi dapat tumbuh maupun hilang atau berubah dikarenakan adanya faktor – faktor
yang mempengaruhinya, faktor-faktor tersebut adalah cita-cita, kemampuan belajar,
kondisi siswa, kondisi lingkungan, unsur-unsur dalam proses pembelajaran seperti
bahan ajar, strategi, metode, teknik, model, dan media, yang
Karena rendahnya Motivasi belajar tersebut, hal ini juga berdampak pada hasil belajar
siswa di SMAN 19 Kab. Tangerang. Dari hasil evaluasi masih ditemukan permasalahan
dengan rendahnya nilai yang diperoleh peserta didik pada pelajaran Sejarah, hal itu
dibuktian dengan hasil rata-rata nilai ulangan peserta didik pada ulangan yang
dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2020, dari 35 siswa, sebanyak 21 siswa (60%)
belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70.00. Dari hasil pengamatan
tersebut maka dilakukan upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik hingga
peserta didik dapat mmencapai hasil belajar yang makksimal dan mencapai nilai
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah.
Peranan guru masih dikatakan seperti satu-satunya sumber belajar, padahal dalam
kurikulum 2013 peranan guru adalah sebagai fasilitator bagi peserta didik dan juga
berperan sebagai konselor, konsultan, pemberi kritik yang bersahabat. dan guru juga
harus dapat mengelola kelas. Hal ini meyebabkan siswa juga tidak maksimal dalam
menelusuri lebih dalam mengenai materi yang sedang mereka telusuri informasinya
dan ketika peyampaian pun banyak siswa yang tidak focus mendengarkan temannya
berbicara. Pembelajaran yang diharapkan pada saat ini adalah pembelajaran yang
berpusat kepada peserta didik dan memaksimalkan peranan guru sebagai fasilitator
dalam pembelajaran.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil
belajar sejarah peserta didik dengan judul “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar dan
Hasil Belajar Sejarah Peserta Didik Dengan Metode Pembelajaran Problem Based
Learning di SMAN 19 Kab. Tangerang”.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk meningkatkan motivasi belajar sejarah Peserta didik di SMAN 19 Kab.
Tangerang dengan model pembelajaran Probem Based Learning. Dan untuk
meningkatkan hasil belajar sejarah Peserta didik di SMAN 19 Kab. Tangerang dengan
model pembelajaran Probem Based Learning.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Peserta didik dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar pada mata
pelajaran sejarah.
2. Bagu Guru
Mengoptimalan peran guru sebaai fasilitator dan pembimbing peserta didik dalam
pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
Bagi sekolah penelitian ini bermanfaat untuk memberikan input untuk menyediakan
sarana bagi guru untuk menciptakan pembelajan yang inovatif untuk meningkatkan
motivasi dan hasil belajar peserta didik.
KAJIAN TEORITIS
Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan dalam
pembelajaran. Seorang peserta didik akan belajar dengan baik apabila ada faktor
pendorongnya yaitu motivasi belajar. Peserta didik akan belajar dengan sungguh-
sungguh jika memiliki motivasi belajar yang tinggi.
Menurut Hamzah B. Uno “motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
siswa yang sedang belajar untuk mengadakan tingkah laku, pada umumnya dengan
beberapa indikator atau unsur-unsur yang mendukung. Indikator-indikator tersebut,
antara lain: adanya hasrat dan keinginan berhasil, dorongan dan kebutuhan dalam
belajar, harapan dan cita-cita masa depan, penghargaan dalam belajar, dan lingkungan
belajar yang kondusif.”[6]
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah
seluruh daya penggerak psikis yang ada dalam diri individu siswa yang dapat
memberikan dorongan untuk belajar demi mencapai tujuan dari belajar tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang diperoleh
dari pengalamannya dan dari proses pembelajaran yang telah direncanakan.
Tujuan belajar yang utama adalah untuk mendapatkan pengetahuan ditandai dengan
kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir ini dapat berkembang bila ada bahan
pengetahuan. Sedangkan dengan kemampuan berpikir akan memperkaya
pengetahuan. Kedua adalah untuk menanamkan konsep dan keterampilan. Ketiga
adalah untuk pembentukan sikap, meliputi: sikap mental, perilaku, dan pribadi peserta
didik. Tujuan pembelajaran akan terlaksana dengan adanya proses pembelajaran dan
salah satu keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar.
Hasil belajar dapat diperoleh dengan menggunakan alat evaluasi berupa tes. Tes
tersebut dapat berupa pertanyaan untuk mengukur pengetahuan intelegensi,
keterampilan, dan kemampuan bakat. Hal ini didukung oleh pendapat Nawawi dalam
Liyawati yang menyatakan bahwa hasil belajar yaitu suatu tingkat keberhasilan peserta
didik dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk
skors hasil test pelajaran tersebut.
Berdasarkan uraian teori-teori tersebut, hasil belajar adalah tingkat kemampuan yang
dicapai peserta didik setelah mereka melewati proses belajar yang didapat melalui
serangkaian tes dan tingkat kemampuan itu meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Ward dan Stepien dalam Ngalimun mengemukakan bahwa problem based learning
merupakan salah satu model pembelajaran inovatif dan aktif yang melibatkan para
siswa untuk belajar memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga
siswa mendapatkan pengetahuan yang berhubungan dengan masalah, serta memiliki
keterampilan untuk memecahkan masalah.
Pendapat lain tentang Problem Based Learnig juga diungkapkan bahwa Problem Based
Learning yang selanjutnya disebut PBL, adalah salah satu model pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik dengan cara menghadapkan para peserta didik tersebut
dengan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupannya[13].
Setelah mengetahui penjelasan tentang arti problem based learning berdasarkan uraian
diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa problem based learning merupakan
salah satu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan membangun
kesadaran kritis peserta didik akan adanya masalah yang akan dipecahkan melalui
tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa mendapatkan sebuah pengetahuan tentang
cara pemecahan masalah.
Kerangka Berfikir
Salah satu indikator keberhasilan suatu proses pembelajaran, bisa dilihat dari hasil
belajar. Hasil belajar sejarah di SMA Negeri 19 Kab. Tangerang kurang begitu
memuaskan. Dalam hal ini proses pembelajaran merupakan komponen yang pokok
dalam mencapai sustu tujuan pembelajaran yang maksimal. Kegiatan pembelajaran
yang efektif nantinya akan menjadi suatu hal yang harus dilakssanakan oleh guru.
Tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran akan terlihat dari hasil belajar peserta didik
yang mereka dapatkan. Faktor yang mendukung keberhasilan peserta didik dalam
proses pembelajaran salah satunya adalah cara mengajar dari para guru. Guru kurang
maksimal dalam menjalankan peranannya sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Hal
ini meyebabkan peserta didik juga tidak maksimal dalam menelusuri lebih dalam
mengenai materi yang sedang mereka telusuri informasinya dan kurang kreatifnya
peserta didik saat proses berpikir kritis.
Guru merupakan salah satu unsur penting dalam proses pembelajaran. Maka, guru
sejarah sudah seharusnya memaksimalkan peranannya sebagai fasilitator dan motifator
bagi peserta didik agar kegiatan pembelajaran sejarah lebih bermakna dan tidak
dianggap sebagai pelajaran yang hanya berupa hafalan. Salah satu model
pembelajaran yang menekankan pada keaktifan peserta didik dan memaksimalkan
peranan guru sebagai fasilitator adalah model pembelajaran Problem Based Learning.
Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang
menekankan pada Peserta didik, Peserta didik dituntut untuk lebih aktif dan berani
mengungkapkan pendapat dan guru yang berperan sebagai fasilitator.
Hipotesis Tindakan
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar melalui model
pembelajaran problem based learning pada mata pelajaran sejarah kelas 12 IPS 1
Semester 1 SMAN 19 Kab. Tangerang Tahun ajaran 2020/2021. PTK adalah
bagaimana guru dapat mengorganisasi kondisi praktek pembelajaran dan belajar dari
pengalamannya sendiri, dapat mencobakan gagasan perbaikan dalam praktek
pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 19 Kab. Tangerang kelas XII IPS
1 Tahun Ajaran 2020/2021 yang berjumlah 35 siswa dengan rincian 19 siswa
perempuan dan 16 siswa laki-laki. Objek dalam penelitian ini adalah pelaksanaan hasil
yang diperoleh dari pembelajaran melalui model pembelajaran problem based learning
pada mata pelajaran sejarah kelas 12 IPS 1 Semester 1 SMAN 19 Kab. Tangerang
Tahun ajaran 2020/2021.
Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dimulai dari bulan
Oktober sampai bulan Desember tahun 2020.
Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 19 Kab. Tangerang yang beralamat di Jalan Raya
Serang KM. 1,5 Ds. Saga Kecamatan Balaraja Kabupaten Tangerang Provinsi Banten.
Alasan sekolah ini dipilih sebagai tempat penelitian adalah karena sekolah ini belum
pernah menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dan tempat peneliti
mengajar pada saat ini.
Prosedur Penelitian
Sebelum mengadakan tindakan penelitian, peneliti mengadakan observasi serta
mencari data kemampuan awal penguasaan materi Program Linier Dua Variabel dari
siswa.
Model penelitian yang digunakan adalah model kemmis dan taggart, yaitu model spiral,
dimana dalam model spiral ini terdiri dari 2 siklus dan dari setiap siklus terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Walaupun pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus namun bila ternyata dari dua
siklus yang direncanakan masih terdapat masalah yang harus dipecahkan maka dapat
dilanjutkan dengan siklus berikutnya. Pelaksanaan prosedur penelitian yang dilakukan
oleh peneliti adalah sebagai berikut :
Siklus I:
Perencanaan
Refleksi
Siklus II
Perencanaan
Refleksi
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Dokumentasi
2. Observasi
3. Angket
4. Tes Evaluasi
Siklus I
Hasil Pengamatan
Jumlah Pencapaian
No Aspek yang Diamati
Siswa (%)
1 Siap mengikuti pelajaran 33 94.28
2 Mendengarkan pelajaran guru 28 80.00
3 Mencatat 23 65.71
4 Bertanya 17 54.84
5 Menjawab pertanyaan guru 18 51.35
6 Mengembangkan pendapat 17 48,57
7 Mengerjakan tugas dengan baik 30 85.71
8 Mengumpulkan tugas tepat waktu 31 88.57
Rata-rata 25 71.42
Berdasarkan tabel di atas partisipasi belajar siswa yang siap mengikuti pelajaran
sebesar 94,28% artinya siswa sudah hampir seluruhnya siap mengikuti pelajaran
dengan baik. Hal tersebut disebabkan pembelajaran dilaksanakan secara daring
menggunakan platform Microsoft 365.
Siswa yang fokus mendengarkan materi yang dijelaskan oleh guru hanya sebesar 80 %
artinya siswa sudah mulai terangsang untuk memperhatikan materi yang disajikan
dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning. Berarti model
pembelajaran ini sudah mampu membangkitkan perhatian peserta didik terhadap materi
pembelajaran. Masih ada 20 % siswa yang belum memperhatikan penjelasan materi
oleh guru. Hal ini disebabkan oleh tingkat kesulitan terhadap materi yang diberikan
sehingga mengakibatkan beberapa siswa masih cenderung tidak focus. Hal tersebut
terjadi apabila guru sedang tidak menjelaskan materi atau sedang memberikan
pertanyaan kepada siswa lain.
Partisipasi belajar siswa berupa bertanya sebesar 54,84% artinya bahwa masih banyak
siswa yang belum aktif untuk bertanya terhadap materi pembelajaran. Hal tersebut
disebabkan oleh banyaknya siswa yang malu untuk bertanya dan mereka belum
terbiasa dengan menggunakan model pembelajaran ini. Beberapa siswa yang mengaku
bahwa materi GNB merupakan materi yang sulit. Hal tersebut sebenarnya dapat
memacu siswa untuk bertanya namun kenyataannya tidak demikian sehingga masih
ada 45,16% siswa yang belum aktif untuk bertanya.
Siswa belum berani untuk menjawab pertanyaan dari guru. Mereka masih bingung dan
belum mengerti tentang GNB. Siswa hanya mampu menjawab soal yang diberikan oleh
guru berkaitan dengan GNB untuk perorangan karena paling mudah diingat. Walaupun
materi tersebut sudah disajikan lengkap beserta masing-masing contoh. Partisipasi
belajar siswa berupa menjawab pertanyaan guru sudah ada yaitu sebesar 51,42%.
Masih ada 48,58% siswa yang masih belum berani atau takut untuk menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Setelah ulangan remidi diselenggarakan ternyata hasilnya lebih dari 6,45% siswa tidak
mampu mencapai kriteria kelulusan minimal yaitu 70. Hal ini menandakan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning
belum berhasil meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Sehingga perlu
dilakukan upaya perbaikan agar dapat mencapai tujuan tersebut.
Rata-rata nilai yang diperoleh siswa secara keseluruhan menjadi keterangan terhadap
hasil belajar siswa pada standar kompetensi menganalisis peran aktif bangsa Indonesia
pada masa Perang Dingin dan dampaknya terhadap politik dan ekonomi global pada
siklus I. Prestasi belajar siswa ini diperoleh setelah siswa mengerjakan tes pada siklus
I.
Refleksi
Siklus II
Hasil Pengamatan
Jumlah Pencapaian
No Aspek yang Diamati
Siswa (%)
1 Siap mengikuti pelajaran 35 100.00
2 Mendengarkan pelajaran guru 31 88.57
3 Mencatat 28 80.00
4 Bertanya 29 82.85
5 Menjawab pertanyaan guru 30 85.71
6 Mengembangkan pendapat 29 82.85
7 Mengerjakan tugas dengan baik 31 88.57
8 Mengumpulkan tugas tepat waktu 32 91.42
Rata-rata 31 88.57
Tabel diatas dapat dilihat seluruh siswa yang siap mengikuti pelajaran dengan baik
sudah mencapai jumlah maksimal yaitu 100%. Kenaikan ini disebabkan oleh pemberi
motivasi yang diberikan oleh guru sudah mampu merangsang siswa untuk lebih giat
belajar dan model pembelajaran problem based learning membuat siswa lebih merasa
ingin tahu dengan isi media tersebut.
Partisipasi belajar siswa berupa bertanya maningkat menjadi sebesar 82,85% artinya
siswa mulai berani untuk bertanya tentang materi. Hal ini disebabkan oleh tampilan
media pembelajaran yang sangat jelas menggambarkan bagaimana ASEAN itu terjadi
sehingga memberikan gambaran siswa untuk bertanya. Namun masih ada 17,15%
siswa yang masih belum bertanya. Alasan mereka masih tetap sama yaitu takut untuk
bertanya kepada guru.
Siswa sudah mulai berani untuk menjawab pertanyaan dari guru karena materi yang
disajikan sangat jelas dan lengkap dan memuat semua isi materi. Hal ini dapat dilihat
dari meningkatnya jumlah siswa yang mampu menjawab pertanyaan guru yaitu sebesar
85,71%. Peningkatan ini disebabkan oleh model pembelajaran problem based learning
yang detail dan lengkap sehingga siswa mampu menjawab pertanyaan guru dengan
benar. Walaupun masih ada siswa yang masih belum mampu menjawab pertanyaan
yang diajukan karena kurang fokus terhadap materi yang dijelaskan. Namun
presentasenya tidak besar hanya 14,29% saja.
Tabel diatas menunjukan bahwa rata-rata nilai yang dicapai siswa pada siklus II
sebesar 88. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 90, sedangkan nilai terendah
yang diperoleh siswa adalah 70. Jumlah ketuntasan individu adalah 35 orang siswa
atau 100%.
Prestasi siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dikarenakan oleh
persiapan yang lebih matang yaitu belajar yang diberikan kepada siswa lebih lama
dibandingkan pada siklus I. Hasil perhitungan nilai rata-rata yang diperoleh siswa
secara keseluruhan menjadi keterangan terhadap peningkatan prestasi belajar siswa
pada standar kompetensi ASEAN dalam siklus II.
Refleksi
Setelah selesai melakukan tindakan, hal yang kemudian dilakukan peneliti bersama
guru yaitu melakukan evaluasi dari hasil tes dan observasi. Hasil observasi pada siklus
II, dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran problem based learning
dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning dapat terlaksana
secara optimal. Partisipasi belajar siswa yang diharapkan peneliti dapat terwujud.
Partisipasi belajar siswa yang meningkatkan merupakan indikator yang menunjukan
bahwa siswa lebih termotivasi dalam belajar. Sedangkan hasil tes siswa menunjukan
bahwa dalam siklus II ini terjadi peningkatan rata-rata nilai ulangan melebihi kriteria
ketuntasan minimal. Siswa yang mencapai kriteria kelulusan minimal meningkatkan
menjadi 35 orang atau 100%.
Hasil pengamatan dan refleksi pada siklus II, maka dapat dikatakan bahwa penerapan
model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa. Keunggulan yang ada perlu dipertahankan untuk mendukung
peningkatan strategi pembelajaran selanjutnya. Hasil tes dan hasil observasi dari siklus
I ke siklus II telah mengalami peningkatan. Peneliti dan guru akhirnya mengadakan
kesepakatan siklus pembelajaran dapat dihentikan.
Pembahasan
Simpulan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada siswa kelas 12 IPS 1 SMAN 19 Kab. Tangerang
Tahun ajaran 2020/2021 dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat
tahapan, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4)
refleksi. Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian maka dapat disimpulkan
sebagai berikut: Pembelajaran materi Perang Dingin dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning pada siswa kelas 12 IPS 1 SMAN 19 Kab.
Tangerang dirasa dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik
pada mata pelajaran sejarah. Dimana dapat dilihat dari peningkatan rata-rata perolehan
nilai pengetahuan dari sebelum tindakan 72 meningkatkan pada siklus I sebesar 76,66
dan meningkat pada siklus II menjadi 88. Untuk motivasi belajar pun ada peningkatan
dari rata-rata 82,85 % menjadi 88,57.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal antara laian sebagai
berikut:
1. Guru sejarah, hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya
dalam mengembangkan materi, menyampaikan materi, serta dalam mengelola
kelas, sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukannya dapat terus meningkat
seiring dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, guru
hendaknya mau membuka diri untuk menerima berbagai bentuk masukan, saran,
dan kritikan agar dapat lebih memperbaiki kualitas mengajarnya. Serta guru
harus lebih kreatif dan inovatif dalam menerapkan model pembelajaran yang
sesuai dengan tingkat kemauan siswa supaya pembelajaran lebih bervariasi dan
tidak monoton menggunakan paradigma lama sehingga anak tidak bosan.
2. Bagi siswa, agar supaya selalu fokus dan termotivasi dalam mengikuti pelajaran
supaya hasilnya lebih optimal.
3. Bagi sekolah, hendaknya berusaha menyediakan fasilitas yang dapat
mendukung kelancaran kegiatan pembelajaran.
Daftar Pustaka
Siregar, Eveline. 2007. Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas
Negeri Jakarta.
Suadnyana, I Nengah. 2001. Penerapan Model Siklus Belajar Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Rasional Siswa SD Kelas V. Aneka Widaya Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Singaraja No. 2 Tahun XXXIV.
Diakses dari http://www.ishaqmadeamin.com/2012/11/model-ptk-3-model-spiral-dari
kemmis.html , diakses pada tanggal 12 Oktober 2020 pukul 10.10