Anda di halaman 1dari 18

JURNAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA  MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SEJARAH


PESERTA DIDIK  DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING DI SMAN 19 KAB. TANGERANG TAHUN AJARAN 2020/2021

Oleh :

Asep Rahmat Hidayat, S.Pd[1]

Abstrak

Dalam Kegiatan pembelajaran di SMAN 19 Kab. Tangerang, Guru masih berperan


dominan sehingga menimbulkan kebosanan dan kurang motivasi bagi peserta didik.
Hal ini tentunya berimbas kepada hasil belajar peserta didik itu sendiri. Di kelas 12 IPS
1 masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM 70, hal ini tentunya harus
di perbaiki salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran yang berbeda agar
motivasi belajar siswa meningkat dan hasil belajar nya pun meningkat.

Model Pembelajaran Problem Based Learning merupakan salah satu model


pembelajaran inovatif dan aktif yang melibatkan para siswa untuk belajar memecahkan
masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa mendapatkan
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah, serta memiliki keterampilan untuk
memecahkan masalah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji model pembelajaran problem based
learning dalam meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar sejarah pada kelas 12
IPS 1 SMAN 19 Kab. Tangerang tahun ajaran 2020/2021

Hasil analisis didapatkan terjadi peningkatan motivasi belajar dari pra siklus (54,25%)
pada siklus I (71,42%) pada siklus II (88,57%), untuk hasil belajar nya terjadi
peningkatan dari pra siklus (64,45%) pada siklus I (76,66%) pada siklus II (88%).

Kata Kunci : Sejarah, Problem Based Learning, Motivasi, Hasil Belajar

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk
menyerupai orang dewasa, sedangkan menurut Piaget pendidikan  diartikan sebagai
penghubung dua sisi, disatu sisi individu yang tumbuh dan disisi lain nilai sosial,
intelektual, dan moral yang menjadi tanggung jawab pendidik untuk mendorong indivdu
tersebut.[2] Selain itu Pendidikan juga merupakan suatu caraa pembentukan
kemampuan manusia untuk menggunakan akal pikiran atau rasional mereka sebagai
jawaban dalam menghadapi berbagai masalah yang timbul dimasa yang akan dating.
Salah satu tujuan pendidikan yaitu untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Dengan pendidikan yang baik kita akan mudah mengikuti perkembangan zaman
dimasa yang akan datang sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi kehidupan.

Motivasi belajar merupakan suatu dorongan internal dan eksternal yang menyebabkan
seseorang (individu) untuk bertindak atau berbuat mencapai tujuan, sehingga
perubahan tingkah laku pada diri siswa diharapkan terjadi. Dalam proses belajar
motivasi dapat tumbuh maupun hilang atau berubah dikarenakan adanya faktor – faktor
yang mempengaruhinya, faktor-faktor tersebut adalah cita-cita, kemampuan belajar,
kondisi siswa, kondisi lingkungan, unsur-unsur dalam proses pembelajaran seperti
bahan ajar, strategi, metode, teknik, model, dan media, yang

digunakan dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada kegiatan pembelajaran di SMAN


19 Kab. Tangerang Provinsi Banten pada tanggal 22 Oktober 2020 di kelas XII IPS 1
diperoleh keterangan bahwa secara umum motivasi belajar peserta didik dalam
kegiatan belajar sangat kurang, hal ini ditandai dengan gejala (1) pada saat
pembelajaran di kelas siswa sulit dikondisikan atau kelas tidak kondusif, (2) saat guru
mengajukan pertanyaan, hanya beberapa siswa saja yang menjawab sedangkan siswa
lainnya hanya terdiam, (3) saat guru meminta siswa untuk mengajukan pertanyaan,
tidak ada satu pun siswa yang merespon, (4) cepat merasa bosan ketika diberikan
tugas-tugas, (5) rendahnya sebagian hasil belajar siswa.

Karena rendahnya Motivasi belajar tersebut, hal ini juga berdampak pada hasil belajar
siswa di SMAN 19 Kab. Tangerang. Dari hasil evaluasi masih ditemukan permasalahan
dengan rendahnya nilai yang diperoleh peserta didik pada pelajaran Sejarah, hal itu
dibuktian dengan hasil rata-rata nilai ulangan peserta didik pada ulangan yang
dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2020, dari 35 siswa, sebanyak 21 siswa (60%)
belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70.00. Dari hasil pengamatan
tersebut maka dilakukan upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik hingga
peserta didik dapat mmencapai hasil belajar yang makksimal dan mencapai nilai
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah.

Dalam proses pembelajaran di Kurikulum 2013, guru seyogyanya telah menggunakan


model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Akan tetapi hal tersebut sulit
diwujudkan terutama di kelas XII karena waktu belajar yang sangat singkat dan materi
yang cukup banyak membuat guru pada akhirnya menerapkan model ceramah. Seteah
dilakukan pembelajaran dengan model ceramah, ternyata ini belum menampakkan hasil
yang maksimal. Salah satu hal yang menyebabkan itu adalah kurangnya kreatifitas
peserta didik dalam proses berpikir kritis dan mencari sumber serta kurangnya
kerjasama antar anggota kelompok dalam  proses pembelajaran.

Peranan guru masih dikatakan seperti satu-satunya sumber belajar, padahal dalam
kurikulum 2013 peranan guru adalah sebagai fasilitator bagi peserta didik dan juga
berperan sebagai konselor, konsultan, pemberi kritik yang bersahabat. dan guru juga
harus dapat mengelola kelas. Hal ini meyebabkan siswa juga tidak maksimal dalam
menelusuri lebih dalam mengenai materi yang sedang mereka telusuri informasinya
dan ketika peyampaian pun banyak siswa yang tidak focus mendengarkan temannya
berbicara. Pembelajaran yang diharapkan pada saat ini adalah pembelajaran yang
berpusat kepada peserta didik dan memaksimalkan peranan guru sebagai fasilitator
dalam pembelajaran.

Dalam pembelajaran sejarah, peserta didik masih sulit menemukan kebermaknaan


dalam pembelajaran sejarah yang dapat diterapkan dalam kehidupan saat ini karena
pada hakikatnya pembelajaran sejarah merupakan pembelajaran yang abstrakk. Untuk
mendapatkan kebermaknaan tersebut terlebih dahulu peserta didik perlu dibiasakan
untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan
bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak
mereka sendiri sehingga dapat menjelaskan dengan kemampuan komunikasi yang baik
dan kreatif.

Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa


pengetahuan kita adalah konstruksi atau bentukan kita sendiri[3]. Dalam pandangan
konstruktivisme, pengetahuan dibina secara aktif oleh seseorang yang berpikir.
Seseorang tidak akan menyerap pengetahuan dengan pasif. Untuk membangun suatu
pengetahuan baru, peserta didik akan menyesuaikan informasi atau pengetahuan yang
disampaikan guru dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimilikinya melalui
berinteraksi sosial dengan peserta didik lain atau dengan gurunya. Pembelajaran akan
efektif bila guru dapat mengidentifikasi masalah yang dihadapi dikelasnya, kemudian
menganalis dan menentukan faktor yang menjadi penyebab utama, yang selanjutnya
menentukan tindakan pemecahannya. Oleh karena itu, guru harus menyediakan suatu
kondisi belajar yang dapat membantu berlangsungnya proses konstruksi pengetahuan
pada diri peserta didik dimana guru berperan sebagai fasilitator bagi peserta didik..

Salah satu model pembelajaran yang berlandaskan dengan pendekatan pembelajaran


konstruktivisme adalah model pembelajaran  Problem Based Learning.[4] Metode
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), yang selanjutnya disingkat
PBL merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi.
Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam
benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan
sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun
kompleks.[5] Dengan model pembelajaran Problem Based Learning guru dapat
merencanakan suatu pembelajaran yang dapat membuat siswa berani untuk
mengungkapkan pendapat atau ide-idenya tanpa rasa takut, selain itu juga dapat
meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik yang disesuaikan dengan
pengetahuan awal yang dimiliki peserta didik.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil
belajar sejarah peserta didik dengan judul “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar dan
Hasil Belajar Sejarah Peserta Didik  Dengan Metode Pembelajaran Problem Based
Learning di SMAN 19 Kab. Tangerang”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah penelitian


ini, yaitu : 1. Bagaimana meningkatan motivasi belajar sejarah peserta didik dengan
model pembelajaran Probem Based Learning di SMAN 19 Kab. Tangerang?” 2.
“Bagaimana meningkatan hasil belajar sejarah peserta didik dengan model
pembelajaran Probem Based Learning di SMAN 19 Kab. Tangerang?”

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk meningkatkan motivasi belajar sejarah Peserta didik di SMAN 19 Kab.
Tangerang dengan model pembelajaran Probem Based Learning. Dan untuk
meningkatkan hasil belajar sejarah Peserta didik di SMAN 19 Kab. Tangerang dengan
model pembelajaran Probem Based Learning.

Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Peserta didik dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar pada mata
pelajaran sejarah.

2. Bagu Guru

Mengoptimalan peran guru sebaai fasilitator dan pembimbing peserta didik dalam
pembelajaran.

3. Bagi Sekolah
Bagi sekolah penelitian ini bermanfaat untuk memberikan input untuk menyediakan
sarana bagi guru untuk menciptakan pembelajan yang inovatif untuk meningkatkan 
motivasi dan hasil belajar peserta didik.

KAJIAN TEORITIS

Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan dalam
pembelajaran. Seorang peserta didik akan belajar dengan baik apabila ada faktor
pendorongnya yaitu motivasi belajar. Peserta didik akan belajar dengan sungguh-
sungguh jika memiliki motivasi belajar yang tinggi.

Menurut Hamzah B. Uno “motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
siswa yang sedang belajar untuk mengadakan tingkah laku, pada umumnya dengan
beberapa indikator atau unsur-unsur yang mendukung. Indikator-indikator tersebut,
antara lain: adanya hasrat dan keinginan berhasil, dorongan dan kebutuhan dalam
belajar, harapan dan cita-cita masa depan, penghargaan dalam belajar, dan lingkungan
belajar yang kondusif.”[6]

Sejalan dengan pendapat di atas, Sardiman A. M menjelaskan motivasi belajar adalah


seluruh daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar yang memberikan arah pada kegiatan
belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat dicapai.[7]

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah
seluruh daya penggerak psikis yang ada dalam diri individu siswa yang dapat
memberikan dorongan untuk belajar demi mencapai tujuan dari belajar tersebut.

Hakikat Hasil Belajar Sejarah

Belajar tidak semata-mata menghafalkan fakta-fakta yang terdapat dalam materi


pelajaran atau latihan membaca dan menulis. Belajar adalah proses seseorang
memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap.[8]  Menurut pengertian
secara psikologis, belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya[9]. Menurut Gagne
dalam Siregar belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relative menetap yang
dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang bertujuan atau
direncanakan.  Mendukung pendapat Gagne, Wittig[10]  seperti yang dikutip oleh Syah
mengungkapkan bahwa belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi
dalam keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman. Jadi,
seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan diakhir dari aktivitasnya itu telah
memperoleh perubahan dalam dirinya dengan pemilikan pengalaman baru, maka
individu itu dapat dikatakan telah belajar. Akan tetapi perubahan yang terjadi akibat
belajar adalah perubahan yang bersentuhan dengan aspek kejiwaan dan
mempengaruhi tingkah laku.

Berdasarkan uraian diatas, bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang diperoleh
dari pengalamannya dan dari proses pembelajaran yang telah direncanakan.

Tujuan belajar yang utama adalah untuk mendapatkan pengetahuan ditandai dengan
kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir ini dapat berkembang bila ada bahan
pengetahuan. Sedangkan dengan kemampuan berpikir akan memperkaya
pengetahuan. Kedua adalah untuk menanamkan konsep dan keterampilan. Ketiga
adalah untuk pembentukan sikap, meliputi: sikap mental, perilaku, dan pribadi peserta
didik. Tujuan pembelajaran akan terlaksana dengan adanya proses pembelajaran dan
salah satu keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia


menerima pengalaman belajarnya (Nana sudjana, 1991 dalam Penilaian hasil Proses
Belajar Mengajar; 21).  Menurut Gagne seperti yang dikutip oleh Djiwandono, hasil
belajar memiliki lima kategori besar yang meliputi informasi verbal, keterampilan
intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik.[11]  Selain Gagne, Bloom
telah mengklasifikasikan jenis-jenis tingkah laku pada hasil belajar yang harus dicapai
peserta didik setelah melalui proses pembelajaran. Klasifikasi ini selanjutnya terkenal
dengan nama taksonomi Bloom yang meliputi tiga ranah pengetahuan, yaitu:  ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.[12]

1. Domain Kognitif mencakup kemampuan intelektual menngenal lingkungan yang


terdiri atas enam macam kemampuan yaitu pengetahuan, pemahaman,
penerapan analysis, sintesis, dan penilaian.
2. Domain Afektif mencakup kemampuan-kemampuan emosional yang berkaitan
dengan aspek perasaan, nilai, sikap, dan minat perilaku peserta didik. Menrut
Krathwohl, Bloom, dan Mansia bahwa domain afektif berdasarkan lima katagori,
yaitu penerimaan, pemberian respon, penghargaan, pengorganisasian,
karakterisasi.
3. Domain Psikomotorik yaitu kemampuan– kemampuan motorik menggiatkan dan
mengkoordinasikan gerakan terdiri dari: gerakan refleks, gerakan dasar,
kemampuan perceptual, kemampuan jasmani, gerakan-gerakan telatih, dan
komunikasi kondusif.

Hasil belajar dapat diperoleh dengan menggunakan alat evaluasi berupa tes. Tes
tersebut dapat berupa pertanyaan untuk mengukur pengetahuan intelegensi,
keterampilan, dan kemampuan bakat. Hal ini didukung oleh pendapat Nawawi dalam
Liyawati yang menyatakan bahwa hasil belajar yaitu suatu tingkat keberhasilan peserta
didik dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk
skors hasil test pelajaran tersebut.

Berdasarkan uraian teori-teori tersebut, hasil belajar adalah tingkat kemampuan yang
dicapai peserta didik setelah mereka melewati proses belajar yang didapat melalui
serangkaian tes dan tingkat kemampuan itu meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik.

Hakikat Model Pembelajaran Problem Based Learning

Ward dan Stepien  dalam Ngalimun mengemukakan bahwa problem based learning
merupakan salah satu model pembelajaran inovatif dan aktif yang melibatkan para
siswa untuk belajar memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga
siswa mendapatkan pengetahuan yang berhubungan dengan masalah, serta memiliki
keterampilan untuk memecahkan masalah.

Pendapat lain tentang Problem Based Learnig juga diungkapkan bahwa Problem Based
Learning yang selanjutnya disebut PBL, adalah salah satu model pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik dengan cara menghadapkan para peserta didik tersebut
dengan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupannya[13].

Setelah mengetahui penjelasan tentang arti problem based learning berdasarkan uraian
diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa problem based learning merupakan
salah satu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan membangun
kesadaran kritis peserta didik akan adanya masalah yang akan dipecahkan melalui
tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa mendapatkan sebuah pengetahuan tentang
cara pemecahan masalah.

Nata mengemukakan bahwa pemecahan masalah merupakan bagian dari agenda


kehidupan dan manusia dilarang untuk melarikan diri dari tanggung jawab dalam
memecahkan masalah tersebut. Perintah ajaran Islam mengenai tanggung jawab
memecahkan masalah tersebut dimaksudkan agar manusia mendapatkan hikmah,
pelajaran, dan nilai-nilai positif bagi dirinya.[14]

Kerangka Berfikir

Salah satu indikator keberhasilan suatu proses pembelajaran, bisa dilihat dari hasil
belajar. Hasil belajar sejarah di SMA Negeri 19 Kab. Tangerang kurang begitu
memuaskan. Dalam hal ini proses pembelajaran merupakan komponen yang pokok
dalam mencapai sustu tujuan pembelajaran yang maksimal. Kegiatan pembelajaran
yang efektif nantinya akan menjadi suatu hal yang harus dilakssanakan oleh guru.
Tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran akan terlihat dari hasil belajar peserta didik
yang mereka dapatkan. Faktor yang mendukung keberhasilan peserta didik dalam
proses pembelajaran salah satunya adalah cara mengajar dari para guru. Guru kurang
maksimal dalam menjalankan peranannya sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Hal
ini meyebabkan peserta didik juga tidak maksimal dalam menelusuri lebih dalam
mengenai materi yang sedang mereka telusuri informasinya dan kurang kreatifnya
peserta didik saat proses berpikir kritis.

Guru merupakan salah satu unsur penting dalam proses pembelajaran. Maka, guru
sejarah sudah seharusnya memaksimalkan peranannya sebagai fasilitator dan motifator
bagi peserta didik agar kegiatan pembelajaran sejarah lebih bermakna dan tidak
dianggap sebagai pelajaran yang hanya berupa hafalan. Salah satu model
pembelajaran yang menekankan pada keaktifan peserta didik dan memaksimalkan
peranan guru sebagai fasilitator adalah model pembelajaran Problem Based Learning.
Model pembelajaran Problem Based Learning  merupakan model pembelajaran yang
menekankan pada Peserta didik, Peserta didik dituntut untuk lebih aktif dan berani
mengungkapkan pendapat dan guru yang berperan sebagai fasilitator.

Dalam penelitian ini dikemukakan kerangka berfikir mengenai pengaruh model


pembelajaran Problem Based Learning  terhadap motivasi dan hasil belajar sejarah.
Model Pembelajaran Problem Based Learning  adalah model pembelajaran yang
diawali dengan mengembangkan minat peserta didik terhadap materi yang diajarkan
dengan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Kemudian peserta didik
mulai membentuk kelompok yang heterogen untuk berdiskusi antar teman sekelompok.
Setelah berdiskusi dengan teman sekelompok, mereka diminta untuk menjelaskan
konsep dengan kalimat sendiri untuk dipersentasikan ke kelompok lain dalam forum
diskusi yang dilanjutkan dengan kegiatan tanya jawab dan kemudian ditutup dengan
evaluasi dari guru dan peserta didik sendiri tentang pengetahuan yang mereka peroleh
dengan mengajukan pertanyaan terbuka.

Berdasarkan penjelasan tersebut, penggunaan model pembelajaran Problem Based


Learning bertujuan agar peserta didik tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi
dapat berperan aktif untuk menggali, menganalisis, dan mengevaluasi pemahamannya
terhadap konsep yang dipelajari sehingga pada akhirnya peserta didik dapat
memperoleh hasil yang maksimal dan memuaskan pada saat diadakan evaluasi. Maka
dari itu peneliti menduga bahwa model pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Hipotesis Tindakan

Pembelajaran sejarah dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based


Learning dapat meningkatkan motivasi belajar sejarah di SMA Negeri 19 Kab.
Tangerang tahun ajaran 2020/2021. Dan dapat meningkatkan hasil belajar sejarah di
SMA Negeri 19 Kab. Tangerang tahun ajaran 2020/2021.

 
METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar melalui model
pembelajaran problem based learning pada mata pelajaran sejarah kelas 12 IPS 1
Semester 1 SMAN 19 Kab. Tangerang Tahun ajaran 2020/2021. PTK adalah
bagaimana guru dapat mengorganisasi kondisi praktek pembelajaran dan belajar dari
pengalamannya sendiri, dapat mencobakan gagasan perbaikan dalam praktek
pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.

Subjek dan Objek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 19 Kab. Tangerang kelas XII IPS
1 Tahun Ajaran 2020/2021 yang berjumlah 35 siswa dengan rincian 19 siswa
perempuan dan 16 siswa laki-laki. Objek dalam penelitian ini adalah pelaksanaan hasil
yang diperoleh dari pembelajaran melalui model pembelajaran problem based learning
pada mata pelajaran sejarah kelas 12 IPS 1 Semester 1 SMAN 19 Kab. Tangerang
Tahun ajaran 2020/2021.

Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dimulai dari bulan
Oktober sampai bulan Desember tahun 2020.

Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 19 Kab. Tangerang yang beralamat di Jalan Raya
Serang KM. 1,5 Ds. Saga Kecamatan Balaraja Kabupaten Tangerang Provinsi Banten.
Alasan sekolah ini dipilih sebagai tempat penelitian adalah karena sekolah ini belum
pernah menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dan tempat peneliti
mengajar pada saat ini.

Prosedur Penelitian
Sebelum mengadakan tindakan penelitian, peneliti mengadakan observasi serta
mencari data kemampuan awal penguasaan materi Program Linier Dua Variabel dari
siswa.

Model penelitian yang digunakan adalah model kemmis dan taggart, yaitu model spiral,
dimana dalam model spiral ini terdiri dari 2 siklus dan dari setiap siklus terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Walaupun pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus namun bila ternyata dari dua
siklus yang direncanakan masih terdapat masalah yang harus dipecahkan maka dapat
dilanjutkan dengan siklus berikutnya. Pelaksanaan prosedur penelitian yang dilakukan
oleh peneliti adalah sebagai berikut :

Siklus I:

Perencanaan

Tindakan dan Pengamatan

Refleksi

Siklus II

Perencanaan

Tindakan dan Pengamatan

Refleksi

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Dokumentasi
2. Observasi
3. Angket
4. Tes Evaluasi

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pra Tindakan (Pra Siklus)


Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan observasi terlebih dahulu pada
tanggal 22 Oktober 2020. Obsevasi dilakukan di kelas XII IPS 1 untuk mencari
informasi berdasarkam permasalahan yang ada. Observasi juga dilakukan untuk
mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran
di kelas, serta membahas penentuan. Kompetensi dasar sebagai materi yang akan
dikaji dalam penerapan media pembelajaran Problem Based Learning.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, ditemukan permasalahan


yang dihadapi oleh guru yaitu rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa. Hal ini
disebabkan oleh rendahnya partisipasi belajar siswa dalam proses pembelajaran
dikelas. Penggunaan metode ceramah dalam menyajikan materi dikelas membuat
siswa kurang bersemangat untuk mengikuti proses pembelajaran sehingga partisipasi
belajar siswa rendah. Selain itu, siswa terlihat kesulitan dalam menjawab pertanyaan
guru atau mengemukakan pendapat karena penyajian materinya hanya sebatas
menggunakan ceramah saja. Ditambah suasana pembelajaran kurang kondusif karena
banyak siswa yang kurang memperhatikan materi yang diberikan oleh guru.

Setelah pemberian materi pembelajaran selanjutnya guru mengadakan ulangan di kelas


XII IPS 1. Berdasarkan hasil ulangan di kelas XII IPS 1, guru memilih kelas XII IPS 1
sebagai objek penelitian kerena nilai rata-rata kelas XII IPS1 yang paling rendah di
antara kelas lainnya. Oleh sebab itu peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian di
kelas XII IPS 1 agar motivasi dan hasil belajar siswa dikelas tersebut meningkat.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang terjadi


khususnya pada standar kompetensi menganalisis peran aktif bangsa Indonesia pada
masa Perang Dingin dan dampaknya terhadap politik dan ekonomi global
Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan penerapan model pembelajaran Problem
Based Learning untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XII IPS 1

Siklus I

Hasil Pengamatan

Jumlah Pencapaian
No Aspek yang Diamati
Siswa (%)
1 Siap mengikuti pelajaran 33 94.28
2 Mendengarkan pelajaran guru 28 80.00
3 Mencatat 23 65.71
4 Bertanya 17 54.84
5 Menjawab pertanyaan guru 18 51.35
6 Mengembangkan pendapat 17 48,57
7 Mengerjakan tugas dengan baik 30 85.71
8 Mengumpulkan tugas tepat waktu 31 88.57
  Rata-rata 25 71.42
Berdasarkan tabel di atas partisipasi belajar siswa yang siap mengikuti pelajaran
sebesar 94,28% artinya siswa sudah hampir seluruhnya siap mengikuti pelajaran
dengan baik. Hal tersebut disebabkan pembelajaran dilaksanakan secara daring
menggunakan platform Microsoft 365.

Siswa yang fokus mendengarkan materi yang dijelaskan oleh guru hanya sebesar 80 %
artinya siswa sudah mulai terangsang untuk memperhatikan materi yang disajikan
dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning. Berarti model
pembelajaran ini sudah mampu membangkitkan perhatian peserta didik terhadap materi
pembelajaran. Masih ada 20 % siswa yang belum memperhatikan penjelasan materi
oleh guru. Hal ini disebabkan oleh tingkat kesulitan terhadap materi yang diberikan
sehingga mengakibatkan beberapa siswa masih cenderung tidak focus. Hal tersebut
terjadi apabila guru sedang tidak menjelaskan materi atau sedang memberikan
pertanyaan kepada siswa lain.

Masih sedikitnya siswa yang mencatat dikarenakan pembelajaran dilakukan secara


daring jadi banyak yg tidak mencatat. Oleh karena itu siswa yang mencatat hanya
sebesar 65,71% sedangkan siswa yang tidak mencatat sebesar 34,29%.

Partisipasi belajar siswa berupa bertanya sebesar 54,84% artinya bahwa masih banyak
siswa yang belum aktif untuk bertanya terhadap materi pembelajaran. Hal tersebut
disebabkan oleh banyaknya siswa yang malu untuk bertanya dan mereka belum
terbiasa dengan menggunakan model pembelajaran ini. Beberapa siswa yang mengaku
bahwa materi GNB merupakan materi yang sulit. Hal tersebut sebenarnya dapat
memacu siswa untuk bertanya namun kenyataannya tidak demikian sehingga masih
ada 45,16% siswa yang belum aktif untuk bertanya.

Siswa belum berani untuk menjawab pertanyaan dari guru. Mereka masih bingung dan
belum mengerti tentang GNB. Siswa hanya mampu menjawab soal yang diberikan oleh
guru berkaitan dengan GNB untuk perorangan karena paling mudah diingat. Walaupun
materi tersebut sudah disajikan lengkap beserta masing-masing contoh. Partisipasi
belajar siswa berupa menjawab pertanyaan guru sudah ada yaitu sebesar 51,42%.
Masih ada 48,58% siswa yang masih belum berani atau takut untuk menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Partisipasi belajar siswa untuk mengemukakan pendapat hanya sebesar 48,57%


artinya masih sangat sedikit sekali siswa yang mampu dan berani untuk
mengemukakan pendapatnya tentang materi pembelajaran. Masih ada 51,43% siswa
yang pasif. Hal ini disebabkan oleh tingkat kesulitan terhadap materi pembelajaran yang
disajikan.

Hasil Tes Individu


NO ASPEK Hasil Belajar Siklus I
1 Nilai rata-rata 76,66
2 Nilai tertinggi 90
3 Nilai terndah 40
4 Jumlah tuntas individu 22
5 Persentase ketuntasan belajar 62,85
6 Jumlah siswa remidi 13
7 Persentase siswa remidi 37,14
Berdasarkan tabel hasil belajar di atas rata-rata yang dicapai siswa hanya sebesar
76,66 sudah melewati dari batas KKM yaitu 70. Nilai terendah yang dicapai siswa
sebesar 40 dan nilai teringgi sebesar 90. Jumlah ketuntasan individu hanya diperoleh
22 orang peserta didik atau 62,85% , sedangkan jumlah siswa yang harus mengikuti
remidi 13 orang atau 37,14% .

Setelah ulangan remidi diselenggarakan ternyata hasilnya lebih dari 6,45% siswa tidak
mampu mencapai kriteria kelulusan minimal yaitu 70. Hal ini menandakan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning
belum berhasil meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Sehingga perlu
dilakukan upaya perbaikan agar dapat mencapai tujuan tersebut.

Rata-rata nilai yang diperoleh siswa secara keseluruhan menjadi keterangan terhadap
hasil belajar siswa pada standar kompetensi menganalisis peran aktif bangsa Indonesia
pada masa Perang Dingin dan dampaknya terhadap politik dan ekonomi global pada
siklus I. Prestasi belajar siswa ini diperoleh setelah siswa mengerjakan tes pada siklus
I.

Refleksi

Proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran problem based learning


berlangsung, guru maupun siswa telah melaksanakan pembelajaran dengan baik.
Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem based
learning ini, sudah mampu meningkatkan motivasi dan prestasi siswa. Hal ini dibuktikan
dengan respon positif yang dilakukan siswa dalam pembalajaran.

Siklus II

Hasil Pengamatan

Jumlah Pencapaian
No Aspek yang Diamati
Siswa (%)
1 Siap mengikuti pelajaran 35 100.00
2 Mendengarkan pelajaran guru 31 88.57
3 Mencatat 28 80.00
4 Bertanya 29 82.85
5 Menjawab pertanyaan guru 30 85.71
6 Mengembangkan pendapat 29 82.85
7 Mengerjakan tugas dengan baik 31 88.57
8 Mengumpulkan tugas tepat waktu 32 91.42
  Rata-rata 31 88.57
Tabel diatas dapat dilihat seluruh siswa yang siap mengikuti pelajaran dengan baik
sudah mencapai jumlah maksimal yaitu 100%. Kenaikan ini disebabkan oleh pemberi
motivasi yang diberikan oleh guru sudah mampu merangsang siswa untuk lebih giat
belajar dan model pembelajaran problem based learning membuat siswa lebih merasa
ingin tahu dengan isi media tersebut.

Partisipasi belajar siswa berupa mendengarkan materi pembelajaran meningkatkan


yaitu menjadi 88,57%. Peningkatan presentase tersebut disebabkan oleh pemberian
efek tersebut mampu merangsang minat siswa untuk fokus memperhatikan materi
pembelajaran. Selain itu cara mengajar yang baru yaitu dengan cara berdiskusi dengan
materi kontekstual membuat  siswa semakin aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Partisipasi belajar siswa berupa bertanya maningkat menjadi sebesar 82,85% artinya
siswa mulai berani untuk bertanya tentang materi. Hal ini disebabkan oleh tampilan
media pembelajaran yang sangat jelas menggambarkan bagaimana ASEAN itu terjadi
sehingga memberikan gambaran siswa untuk bertanya. Namun masih ada 17,15%
siswa yang masih belum bertanya. Alasan mereka masih tetap sama yaitu takut untuk
bertanya kepada guru.

Siswa sudah mulai berani untuk menjawab pertanyaan dari guru karena materi yang
disajikan sangat jelas dan lengkap dan memuat semua isi materi. Hal ini dapat dilihat
dari meningkatnya jumlah siswa yang mampu menjawab pertanyaan guru yaitu sebesar
85,71%. Peningkatan ini disebabkan oleh model pembelajaran problem based learning
yang detail dan lengkap sehingga siswa mampu menjawab pertanyaan guru dengan
benar. Walaupun masih ada siswa yang masih belum mampu menjawab pertanyaan
yang diajukan karena kurang fokus terhadap materi yang dijelaskan. Namun
presentasenya tidak besar hanya 14,29% saja.

Partisipasi belajar siswa berupa mengemukakan pendapat meningkat menjadi 82,85%


artinya bahwa siswa sudah berani mengemukakan pendapat mereka. Hal ini
disebabkan oleh model pembelajaran problem based learning yang diberikan media
video yang memuat keseluruhan materi pembelajaran sehingga siswa dapat
mengembangkan pikirannya untuk mengemukakan pendapatnya mengenai ASEAN.
model pembelajaran problem based learning mampu merangsang siswa untuk
mengemukakan pendapat walaupun masih ada 17,15% siswa yang masih pasif
terhadap aktivitas ini.
 

Hasil Tes Individu

NO ASPEK Hasil Belajar Siklus II


1 Nilai rata-rata 88
2 Nilai tertinggi 90
3 Nilai terendah 70
4 Jumlah tuntas individu 35
5 Persentase ketuntasan belajar 100
6 Jumlah siswa remidi 0
7 Persentase siswa remidi 0
 

Tabel diatas menunjukan bahwa rata-rata nilai yang dicapai siswa pada siklus II
sebesar 88. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 90, sedangkan nilai terendah
yang diperoleh siswa adalah 70. Jumlah ketuntasan individu adalah 35 orang siswa
atau 100%.

Prestasi siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dikarenakan oleh
persiapan yang lebih matang yaitu belajar yang diberikan kepada siswa lebih lama
dibandingkan pada siklus I. Hasil perhitungan nilai rata-rata yang diperoleh siswa
secara keseluruhan menjadi keterangan terhadap peningkatan prestasi belajar siswa
pada standar kompetensi ASEAN dalam siklus II.

Refleksi

Setelah selesai melakukan tindakan, hal yang kemudian dilakukan peneliti bersama
guru yaitu melakukan evaluasi dari hasil tes dan observasi. Hasil observasi pada siklus
II, dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran problem based learning
dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning dapat terlaksana
secara optimal. Partisipasi belajar siswa yang diharapkan peneliti dapat terwujud.
Partisipasi belajar siswa yang meningkatkan merupakan indikator yang menunjukan
bahwa siswa lebih termotivasi dalam belajar. Sedangkan hasil tes siswa menunjukan
bahwa dalam siklus II ini terjadi peningkatan rata-rata nilai ulangan melebihi kriteria
ketuntasan minimal. Siswa yang mencapai kriteria kelulusan minimal meningkatkan
menjadi 35 orang atau 100%.

Hasil pengamatan dan refleksi pada siklus II, maka dapat dikatakan bahwa penerapan
model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa. Keunggulan yang ada perlu dipertahankan untuk mendukung
peningkatan strategi pembelajaran selanjutnya. Hasil tes dan hasil observasi dari siklus
I ke siklus II telah mengalami peningkatan. Peneliti dan guru akhirnya mengadakan
kesepakatan siklus pembelajaran dapat dihentikan.

Pembahasan

Penelitian tindakan ini, peneliti menggunakan model pembelajaran problem based


learning dalam proses pembelajaran. Pembahasan dalam penelitian tindakan kelas ini
didasarkan atas hasil penelitian yang dilanjutkan dengan hasil refleksi pada akhir siklus.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan selama dua siklus, di mana masing- masing
siklus dilakukan dengan prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu perencanaan,
pengamatan, tindakan dan refleksi. Secara umum proses pembelajaran dengan lancar
sesuai dengan apa yang diharapkan.

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning ini


sangat membantu siswa untuk meningkatkan motivasi siswa dan menjadikan mereka
saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai materi yang
diajarkan oleh guru.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada siswa kelas 12 IPS 1 SMAN 19 Kab. Tangerang
Tahun ajaran 2020/2021 dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat
tahapan, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4)
refleksi. Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian maka dapat disimpulkan
sebagai berikut: Pembelajaran materi Perang Dingin dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning pada siswa kelas 12 IPS 1 SMAN 19 Kab.
Tangerang dirasa dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik
pada mata pelajaran sejarah. Dimana dapat dilihat dari peningkatan rata-rata perolehan
nilai pengetahuan dari sebelum tindakan 72 meningkatkan pada siklus I sebesar 76,66
dan meningkat pada siklus II menjadi 88. Untuk motivasi belajar pun ada peningkatan
dari rata-rata 82,85 % menjadi 88,57.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal antara laian sebagai
berikut:
1. Guru sejarah, hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya
dalam mengembangkan materi, menyampaikan materi, serta dalam mengelola
kelas, sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukannya dapat terus meningkat
seiring dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, guru
hendaknya mau membuka diri untuk menerima berbagai bentuk masukan, saran,
dan kritikan agar dapat lebih memperbaiki kualitas mengajarnya. Serta guru
harus lebih kreatif dan inovatif dalam menerapkan model pembelajaran yang
sesuai dengan tingkat kemauan siswa supaya pembelajaran lebih bervariasi dan
tidak monoton menggunakan paradigma lama sehingga anak tidak bosan.
2. Bagi siswa, agar supaya selalu fokus dan termotivasi dalam mengikuti pelajaran
supaya hasilnya lebih optimal.
3. Bagi sekolah, hendaknya berusaha menyediakan fasilitas yang dapat
mendukung kelancaran kegiatan pembelajaran.

Daftar Pustaka

Abuddin, Nata. 2009. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta:


Kencana

A.M, Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi dalam Belajar Mengajar. Jakarta : Raja


Grafindo Persada.

Arikunto, Suharsimi. 1993.  Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :


Rineka Cipta

Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Gradler, Margaret E. Bell. 1994. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta : PT. Raja


Grafindo Persada

Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka


Cipta.

Sagala, Syaiful. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Siregar, Eveline. 2007. Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas
Negeri Jakarta.
Suadnyana, I Nengah. 2001. Penerapan Model Siklus Belajar Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir  Rasional Siswa SD Kelas V. Aneka Widaya Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Singaraja No. 2 Tahun XXXIV.

Uno, Hamzah B. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara.

Wena, Made. 2009 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer : Suatu Tinjauan


Konseptual Operasional. Jakarta : Bumi Aksara.

Diakses dari http://www.ishaqmadeamin.com/2012/11/model-ptk-3-model-spiral-dari
kemmis.html , diakses pada tanggal 12 Oktober 2020 pukul 10.10

[1] Guru Sejarah SMAN 19 Kab. Tangerang

[2] Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2008), hal: 1

[3] Paul Suparno. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan, (Yogyakarta : Kanisius,


1997), hal: 18.

[4] Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer : Suatu Tinjauan


Konseptual Operasional, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), hal. 170.

[5] Ratumanan. Teori Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta : Bumi Aksara, 2002). hal.


123

[6] Hamzah B. Uno. Teori Motivasi dan Pengukurannya. (Jakarta : Bumi Aksara. 2011),


hal. 23.

[7] Sardiman A.M. Interaksi dan Motivasi dalam Belajar Mengajar. (Jakarta : Raja


Grafindo Persada. 2007), hal. 75

[8] Margaret E. Bell Gradler,  Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo


Persada, 1994), hal.1

[9] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta,


2003), hal.2

Anda mungkin juga menyukai