Anda di halaman 1dari 35

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Fungsi Pendidikan di Sekolah

Pendidikan dilaksanakan sesuai dengan aturan-aturan yang ada, selain


itu dalam pendidikan pastinya memiliki tujuan, manfaat, dan tak lupa juga
pastinya adanya fungsi pendidikan. Lembaga pendidikan sekolah juga
memiliki fungsi dalam proses kegiatannya, fungsi sekolah tersebut
diwadahi dalam bentuk proses pendidikan dan proses pembelajaran yang
didalamnya ada proses memanusiakan manusia. Tiga fungsi pendidikan
yang ada menjadi pilar penting bagi sekolah dalam hubungannya dengan
masyarakat mengingat sekolah merupakan salah satu dari jaringan
kemasyarakatan. Danim (2012:2), menjelaskan tiga fungsi dari sekolah
tersebut meliputi (1) fungsi pendidikan sebagai penyadaran; (2) fungsi
progresif pendidikan; (3) dan fungsi mediasi pendidikan.

1. Fungsi pendidikan sebagai penyadaran


Fungsi penyadaran atau juga disebut fungsi konservasi
mengartikan bahwa sekolah memiliki tanggungjawab dalam
mempertahankan nilai-nilai kebudayaan masyarakaat yang ada dan
membantu untuk membentuk manusia menjadi jati dirinya.Fungsi
penyadaran atau juga fungsi konservatif ini juga menjadikan sekolah
berfungsi untuk selalu mempertahankan nilai-nilai adab dan moral.
Fungsi penyadaran atau fungsi konservatif di sekolah saat ini
belum secara maksimal menjadi fungsi dalam wujud usaha pewarisan
budaya dan seleksi budaya, hal ini ditunjukkan dengan semakin
berkurangnya generasi saat ini yang mengerti atau memahami atau
bahkan mewarisi nilai-nilai moral, sikap, maupun budaya dari warisan
para leluhur.
Fungsi penyadaran atau fungsi konservatif dirasa sangat perlu
dilakukan di sekolah sebagai proses dalam konservasi budaya melihat

1
2

kondisi masyarakat umum yang mulai kehilangan budaya yang


dimiliki secara perlahan-lahan. Kebudyaan lokal yang menjadi ciri
khas bagisuatu daerah juga mulai memudar dikalangan masyarakat,
karena semakin sedikitnya yang mewarisi kebudayaan tersebut.Oleh
karena itu konservasi budaya lokal untuk mempertahankan ciri khas
daerah menjadi hal yang urgent untuk dilakukan bagi sekolah.

2. Fungsi progresif pendidikan


Fungsi progresif atau juga disebut fungsi reproduksi mengartikan
bahwa sekolah memiliki fungsi untuk menjaga eksistensinya sebagai
pembaru atau pengubah kondisi masyarakat yang ada saat ini ke
bentuk kondisi masyarakat yang lebih baik.Selain itu fungsi progresif
atau fungsi reproduksi juga menjadikan sekolah sebagai sarana dalam
pengembangan, reproduksi, dan desiminasi ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Kaitannya dalam proses usaha konservasi budaya lokal, fungsi
progresif atau fungsi reproduksi menjadi salah satu fungsi sekolah
yang harus dilakukan mengingat fungsi progresif mengarahkan kondisi
masyarkat menjadi lebih baik. Masyarakat yang mulai luntur
kebudayaannya dengan fungsi progresif di sekolah dapat mencegah hal
itu terjadi dan bisa jadi mengembalikan lagi budaya yang mulai pudar
menjadi muncul kembali, dengan hal seperti itu dapat menjadikan
sekolah menuju ke arah atau kondisi yang lebih baik.

3. Fungsi mediasi pendidikan


Fungsi mediasi menjadi jembatan bagi fungsi penyadaran dan
fungsi progresif untuk melengkapi fungsi sekolah. Fungsi mediasi
mengartikan pentingnya keberadaan institusi pendidikan sebagai
wahana sosialisasi, pembawa bendera moralitas, wahana proses
pemanusiaan, serta sebagai pembinaan idealisme sebagai manusia
terpelajar. Dengan fungsi mediasi, semakin menguatkan bahwa
3

keberadaan sekolah menjadi sangat vital dalam usaha konservasi


budaya.

B. Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat Dalam Dual System

1. Pengertian manajemen hubungan masyarakat


Setiap organisasi pasti membutuhkan suatu pengorganisasian untuk
menjalankan setiap kegiatannya, pengorganisasian tersebut dilakukan
dalam bentuk manajemen. Baik organisasi profit maupun nonprofit,
pasti menerapkan manajemen, mulai dari organisasi dalam bidang
ekonomi, hukum, militer, maupun pendidikan. Salah satu substansi
manajemen adalah manajemen hubungan masyarakat.Manajemen
hubungan masyarakat diperlukan sebagai sarana dari dalam ke luar
maupun dari luar ke dalam, serta hubungan masyarakat bisa menjadi
bentuk-bentuk kerjasama suatu organisasi dengan pihak luar.
Fund and Wagnel dalam Nasution (2010:9), mengatakan bahwa
hubungan masyarakat adalah segenap kegiatan dan teknik yang
digunakan organisasi atau individu untuk menciptakan atau
memelihara suatu sikap dan tanggapan yang baik dari pihak luar
terhadap keberadaan dan aktivitasnya.
Institut Of Public Relations (IPR) dalam Mulyono (2008:202),
hubungan masyarakat adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan
secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan
dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi
dengan segenap khalayaknya.
Cutlip (2006:6), mengungkapkan bahwa public relations (PR)
adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan
hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan public
yang memengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut.
Menurut Kriyantono (2012:2), public relations (PR) adalah proses
membangun relasi, kepercayaan, dan kerjasama antara individu dengan
individu dan organisasi dengan publiknya melalui strategi atau
program komunikasi yang dialogis dan partisipatif.
4

Adapun pendapat Iriantara (2010:6), sebagai proses komunikasi,


public relations (PR) merupakan kegiatan yang terorganisasi dan
bertujuan sehingga bisa dibedakan dengan kegiatan komunikasi yang
dilakukan begitu saja dan tak memiliki tujuan yang jelas.
Hubungan masyarakat buka hanya berarti sebatas hubungan
komunikasi antara dua pihak saja, namun komunikasi yang dilakukan
memiliki tujuan yang jelas dan tujuan yang ingin dicapai bersama-
sama.
Ruslan (2012:119), mengatakan bahwa manajemen hubungan
masyarakat merupakan komunikasi dua arah antara organisasi dengan
public secara timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan
manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerjasama serta
pemenuhan kepentingan bersama.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas mengenai hubungan
masyarakat, peneliti menyimpulkan bahwa manajemen hubungan
masyarakat adalah proses merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan, dan mengawasi kegiatan yang dilakukan dua belah
pihak yaitu suatu organisasi dengan public secara bersama-sama dalam
mencapai suatu tujuan yang sama dan saling membantu melengkapi
kebutuhan masing-masing, serta saling menjaga hubungan baik
diantaranya.
Sekolah dalam konteks hubungan masyarakat berarti sekolah
memiliki kerjasama dengan publik atau pihak yang memiliki tujuan
yang sama dengan sekolah ataupun ingin saling melengkapi kebutuhan
dengan pihak sekolah.

2. Hubungan masyarakat sekolah dalam dual system


Dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang otonomi
daerah, pendidikan merupakan aspek yang masuk dalam otonomi
daerah yaitu diberikannya otomasi untuk mengembangkan pendidikan
di lembaga pendidikannya pada penyelenggara kurikulumnya. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, salah satu upaya yang dapat
5

dilakukan SMK untuk tetap menghasilkan lulusan yang dapat bersaing


di DU/DI, yakni dengan menjalin hubungan kerjasama dalam bentuk
kemitraan antara SMK dengan DU/DI. Keputusan Mendikbud No
323/1996 tentang penyelenggraan Pendidikan Dual System atau biasa
disebut Pendidikan Sistem Ganda memuat kebijakan hubungan antara
SMK dengan DU/DI dalam rangka praktek kerja industri (prakerin).
Kebijakan tersebut tetap berlangsung walaupun terjadi perubahan
sistem pemerintaahan dari sentralisasi ke desentralisasi termasuk
pengelolaan pendidikan.
Pendidikan sistem ganda dapat menjembatani antara SMK dengan
DU/DI dalam pengembangan kurikulum dan kegiatan prakerin. Indra
(2009:45) menjelaskan bahwa Pendidikan Sistem Ganda merupakan
implementasi dari konsep link and match, yaitu perancangan
kurikulum, proses pembelajaran dan penyelenggaraan evaluasi
diselenggarakan secara bersama-sama antara pihak sekolah dengan
DU/DI. Sistem ini merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan keahlian kejuruan yang memadukan secara sistematik dan
sinkron anatara program pendidikan yang diajarkan di sekolah dengan
penguasaan keahlian secara langsung yang di dapat di DU/DI.
Pendidikan Sistem Ganda memadukan antara teori dan praktik yang
pelaksanaannya dilakukan melalui hubungan kerjasama sekolah
dengan DU/DI, sehingga pendidikan dapat dilakukan di sekolah
maupun di DU/DI.
Pendidikan Sistem Ganda tentu memiliki tujuan yang ingin dicapai
dan tujuan Pendidikan Sistem Ganda diperlukan untuk mengarahkan
jalannya program. Nurharjadmo dalam Fachrudin (2012:20)
mengatakan bahwa tujuan diadakannya Pendidikan Sistem Ganda
adalah (1) menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian
profesional; (2) memperkokoh link and match antara sekolah dengan
DU/DI; (3) meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan
tenaga kerja; (4) memberi pengakuan dan penghargaan terhadap
pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan.
6

Pendidikan Sistem Ganda merupakan sistem yang saling mengisi


dan melengkapi antara dunia pendidikan di sekolah dengan keahlian
profesi yang di dapat melalui pengalaman kerja berlangsung di sekolah
dan DU/DI. Program Pendidikan Sistem Ganda dilaksanakan di setiap
SMK dalam pelaksanaanya melibatkan dua pihak yaitu pihak sekolah
dan DU/DI. Faktor penentu terlaksananya Pendidikan Sistem Ganda
adalah kesediaan dari pihak DU/DI untuk bekerjasama. Keberhasilan
sekolah mengajak DU/DI bekerjasama tergantung pada kemampuan
sekolah meyakinkan DU/DI bertanggungjawab secara bersama-sama
dalam pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda.
Pendidikan Sistem Ganda erat hubungannya dengan praktek kerja
industri yang termasuk dalam karakteristik dalam program pendidikan
dan pelatihan bersama, karena dalam kegiatan prakerin terdapat
hubungan antara sekolah dengan DU/DI namun tetap terjadi proses
pembelajaran yang dilakukan bersama antara DU/DI dan sekolah.
Pembelajaran dalam Pendidikan Sistem Ganda tetap terdapat pelajaran
pada umunya yang kemudian dikembangkan dalam bentuk praktek di
DU/DI

3. Tujuan hubungan masyarakat sekolah


Hubungan sekolah dan masyarakat adalah sarana yang
menghubungkan dua pihak yaitu sekolah dan masyarakat, hubungan
masyarakat di sekolah memiliki peran secara langsung maupun tidak
langsung bagi perkembangan pribadi peserta didik di sekolah.Dalam
hal ini sekolah menjadi representatif dari masyarakat sebagai sistem
sosial. Oleh karena hal itu, sekolah berkewajiban memberikan
penjelasan mengenai tujuan, program, dam keadaan sekolah dan juga
sekolah berkewajiban mengetahui keadaan masyarakat dan mengetahui
apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Suhardan (2008:280), berpendapat bahwa tujuan dari pelaksanaan
kegiatan hubungan masyarakat disekolah adalah (a) Meningkatkan
kualitas pembelajaran dan pertumbuhan peserta didik; (b) Memahami
7

kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang sekaligus menjadi desakan


yang dirasakan saat ini; (c) Mengembangkan program-program
sekolah ke arah yang lebih maju dan lebih membumi agar dapat
dirasakan secara langsung oleh masyarakat sebagai pengguna jasa
pendidikan.
Bent dan Kroneberg dalam Daryanto (2010:75), mengemukakan
tiga hal tujuan utama dari hubungan sekolah dengan masyarakat, yaitu
(a) Untuk mencegah kesalahpahaman anatara masyarakat terhadap
sekolah (to prevent misunderstanding); (b) Untuk memperoleh
sumbangan-sumbangan finasnsiil dan material dari masyarakat (to
secure financial support); (c) Untuk menjalin kerjasama dalam
pembuatan kebijaksanaan-kebijaksanaan (to secure copporation in
policy making).
Kriyantono (2008:6), mengatakan bahwa tujuan dari public
relations antara lain (a) Menciptakan pemahaman publik; (b)
Membangun citra korporat; (c) Membangun opini public yang
mendukung (favourable); (d) Membentuk goodwill dan kerjasama.
Tujuan-tujuan tersebut dapat dilaksanakan melalui berbagai cara
menarik perhatian masyarakat terhadap sekolah dan saling membina
hubungan baik antara sekolah dengan masyarakat dan terus
memelihara hubungan baik tersebut. Sekolah dapat memberitahu
kepada masyarakat mengenai kegiatan yang ada di sekolah baik yang
sudah dilakukan, belum dilakukan, maupun masih dalam tahap
rencana, sehingga masyarakat mengetahui lebih dekat menegenai
sekolah, selain itu sekolah juga perlu terjun langsung ke masyarakat
untuk mengetahui hal apa yang sedang dibutuhkan masyarakat atau
setidaknya mengetahui kondisi masyarakat di lapangan.

4. Tugas-tugas hubungan masyarakat sekolah


Hubungan masyarakat di sekolah memiliki kewajiban yang harus
dilakukan dalam setiap tanggungjawabnya, kewajiban tersebut menjadi
beban kerja dari hubungan masyarakat. Nawawi (1983:74),
8

menyimpulkan bahwa yang menjadi tugas pokok atau beban kerja


hubungan masyarakat suatu organisasi/lembaga adalah (a) memberikan
informasi dan menyampaikan ide kepada masyarakat atau pihak-pihak
yang membutuhkannya. Menyebarluaskan informasi dan gagasan-
gagasan itu agar diketahui maksud dan tujuannya serta kegiatan-
kegiatan termasuk kemungkinan dipetik manfaatnya oleh pihak-pihak
luar di organisasi; (b) membantu pimpinan yang karena tugas-tugasnya
tidak dapat langsung memberikan informasi kepada masyarakat atau
pihak-pihak yang memerlukannya; (c) membantu pimpinan
mempersiapkan bahan-bahan tentang permasalahan dan informasi
yang akan disampaikan atau yang menarik perhatian masyarakat pada
saat tertentu. Dengan demikian pimpinan selalu siap dalam
memberikan bahan-bahan informasi yang up to date; (d) membantu
pimpinan dalam mengembangkan rencana dan kegiatan-kegiatan
lanjutan yang berhubungan dengan pelayanan kepada masyarakat
(public service) sebagai akibat dari komunikasi timbal balik dengan
pihak luar, yang ternyata menumbuhkan harapan atau penyempurnaan
policy atau kegiatan yang telah dilakukan oleh organisasi.

5. Peran hubungan masyarakat sekolah


Permendiknas nomor 19 tahun 2007 tentang standar pengelolaan
satuan pendidikan dasar dan menengah, poin perencanaan program
bagian peran serta masyarakat dan kemitraan Sekolah/Madrasah,
menyebutkan bahwa (a) sekolah/madrasah melibatkan warga dan
masyarakat pendukung sekolah/madrasah dalam mengelola
pendidikan; (b) warga sekolah/madrasah dilibatkan dalam pengelolaan
akademik; (c) masyarakat pendukung sekolah//madrasah dilibatkan
dalam pengelolaan non akademik; (d) keterlibatan peran serta warga
sekolah/madrasah dan masyarakat dalam pengelolaan dibatasi pada
kegiatan tertentu yang ditetapkan; (e) setiap sekolah/madrasah
menjalin kemitraan dengan lembaga lain yang relevan, berkaitan
dengan input, proses, output, dan pemanfaatan lulusan; (f) kemitraan
9

sekolah/madrasah dilakukan dengan lembaga pemerintah atau non


pemerintah; (g) kemitraan SD/MI/SDLB atau yang setara dilakukan
minimal dengan SMP/MTs/SMPLB atau yang setara, serta dengan
TK/RA/BA atau yang setara di lingkungannya; (h) kemitraan
SMP/MTs/SMPLB atau yang setara dilakukan minimal dengan
SMA/SMK/SMALB, MA/MAK, SD/MI atau yang setara, serta dunia
usaha dan dunia industri; (i) kemitraan SMA/SMK, MA/MAK, atau
yang setara dilakukan minimal dengan perguruan tinggi, SMP/MTs,
atau setara, serta dunia usaha dan dunia industri di lingkungannya; (j)
sistem kemitraan sekolah/madrasah ditetapkan dengan perjanjian
secara tertulis.
Ruslan (2010:24), menjelaskan bahwa ada beberapa peran bagi
hubungan masyarakat, peran-peran tersebut antara lain:
a. Communicator, artinya hubungan masyarakat berperan sebagai
komunikator baik secara langsung maupun tidak langsung,
melalui media cetak/elektronik dan lisan atau tatap muka dan
sebagainya, disamping itu juga bertindak sebagai mediator.
b. Relationship, hubungan masyarakat berperan dalam
membangun hubungan yang positif antara lembaga yang
diwakilinya dengan public internal dan eksternal. Juga
berupaya menciptakan saling pengertian, kepercayaan,
dukungan, kerjasama, dan toleransi antara kedua belah pihak.
c. Back up management, hubungan masyarakat berperan dalam
melaksanakan dukungan manajemen atau penunjang kegiatan
lain, seperti manajemen promosi, pemasaran, operasional,
personalia, dan sebagainya untuk mencapai tujuan bersama
dalam suatu kerangka tujuan pokok lembaga/organisasi.
d. Good image maker, hubungan masyarakat berperan
menciptakan citra atau publikasi yang positif dalam
melaksanakan manajemen kehumasan untuk membangun citra
atau nama baik lembaga/organisasi dan produk yang
diwakilinya.
10

Beberapa hal di atas menjelaskan bahwa hubungan masyarakat di


sekolah memiliki peran yang penting dalam peningkatan mutu sekolah
hubungan masyarakat di sekolah dapatdilakukan dengan melakukan
kerjasama dengan lembaga yang dianggap lebih baik maupun dengan
lembaga yang bisa saling menguntungkan.

6. Media hubungan masyarakat sekolah


Kegiatan hubungan masyarakat di sekolah tentunya membutuhkan
media untuk mengenalkan sekolah maupun tujuan dari sekolah itu
kepada masyarakat. Melalui media hubungan masyarakat, dapat
semakin membina dan memeliharan hubungan baik antara sekolah
dengan masyarakat yang nantinya akan tercapainya tujuan dari sekolah
yang ingin disampaikan pada masyarakat.
Kriyantono (2008:28), mengatakan bahwa untuk dapat melakukan
pekerjaannya, seorang public relations mempunyai alat kegiatan
(public relations tools) atau bisa disebut juga media public relations
meliputi (a) publisitas; (b) special events; (c) corporate advertising;
(d) newsletter; (e) speaker bureau; (f) lobbying; (g) charitable
contributions; (h) thank you notes and letter; (i) audio-visual
instrument; (j) sponsorships; (k) letters of denial.
Anggoro (2008:213), menjelaskan bahwa media-media dalam
hubungan masyarakat dibedakan dibagi menjadi dua, yaitu media
hubungan masyarakat eksternal dan media hubungan masyarakat
internal. Media hubungan masyarakat eksternal meliputi (a) jurnal
eksternal; (b) media audiovisual; (c) literature edukatif; (d) komunikasi
lisan; (e) pameran; (f) seminar dan konferensi; (g) sponsor. Sedangkan
untuk media hubungan masyarakat internal meliputi (a) jurnal internal;
(b) papan pengumuman; (c) kaset video dan CCTV; (d) stasiun radio
sendiri; (e) jaringan telepon internal; (f) kotak saran; (g) insentif
bicara; (h) siaran umum; (i) obrolan langsung; (j) dewan pekerja; (k)
presentasi; (l) video atau slide; (m) literatur pengenalan/informasi; (n)
11

konferensi staff dan rapat dinas; (o) inspeksi pimpinan; (p) tur staff;
(q) acara kekeluargaan; (r) pameran dan peragaan; (s) klub sosial.
Dari beberapa uraian diatas, dapat dikatakan bahwa media dalam
hubungan masyarakat memiliki posisi yang penting dalam
memperkenalkan sekolah kepada pihak masyarakat.Dengan adanya
media hubungan masyarakat di sekolah, dapat membantu ketercapaian
tujuan dari sekolah khususnya dalam tujuan konservasi budaya.

7. Kegiatan hubungan masyarakat sekolah


Hubungan masyarakat di sekolah pastinya memiliki kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan guna untuk mencapai tujuan sekolah,
kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilakukan dari sekolah dengan
beberapa pihak, Alma dan Hurriyati (2008:52-53), menjelaskan ada
enam kegiatan hubungan masyarakat dengan beberapa pihak, antara
lain (a) hubungan dengan komunitas; (b) hubungan dengan karyawan
dan calon karyawan; (c) hubungan dengan pers; (d) hubungan dengan
konsumen; (e) hubungan dengan pemerintah pusat, pemda,
lingkungan; (f) hubungan dengan Opinion Leaders.
Suryosubroto (2012:25), menggolongkan kegiatan hubungan
masyarakat menjadi dua yaitu hubungan masyarakat internal dan
hubungan masyarakat eksternal.Kegiatan internal merupakan kegiatan
publisitas kedalam dengan sasaran warga sekolah.dalam kegiatan
hubungan masyarakat internal terdapat kegiatan langsung berupa tatap
muka dan kegiatan tidak langsung yaitu lewat media.Sedangkan dalam
kegiatan hubungan masyarakat eksternal juga terdapat kegiatan
langsung berupa tatap muka dan kegiatan tidak langsung yang
memakai media.
Gunawan (2002:188), mengatakan bentuk-bentuk operasional dari
hubungan masyarakat di sekolah memiliki bermacam-macam bentuk,
hal ini terjadi karena menyesuaikan dengan kreativitas sekolah, kondisi
dan situasi sekolah, fasilitas sekolah, dan lain sebagainya.
12

Berdasarkan penjabaran diatas, dapat dikatakan bahwa setiap


kegiatan hubungan masyarakat memerlukan perhatian, karena setiap
kegiatan humas merupakan lamgkah dalam pencapaian tujuan sekolah.
Tanpa adanya perhatian pada hubungan masyarakat di sekolah, kinerja
sekolah tidak akan maksimal dan setiap kegiatannya tidak dapat
dilakukan secara baik dan menyeluruh.

C. Internalisasi Nilai Budaya

1. Pengertian Internalisasi
Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa internalisasi
merupakan pola penghayatan terhadap suatu ajaran doktrin atau nilai
sehingga merupakan keyakinan dan kesadaran akan kebenaran doktrin
atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Kartono
(2000:236), mengungkapkan bahwa internalisasi merupakan
pengaturan ke dalam fikiran atau kepribadian, perbuatan, nilai-nilai,
patokan-patokan, ide atau praktik dari oang lain yang ditanamakan
kepadadiri sendiri. Reber dalam Mulyana (2004:21) sendiri
mengatakan bahwa internalisasi memiliki makna pemahaman nilai
yang diperoleh harus dapat dipraktikkan dan berimplikasi pada sikap
yang permanen dalam diri seseorang.
Internalisasi yang diartikan dari beberapa ahli tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa internalisasi merupakan proses penanaman nilai ke
dalam jiwa seseorang sehingga nilai yang diajarkan dapat tercermin
atau dilakukan pada kegiatan bersosial atau bermasyarakat pada
kehidupan sehari-hari. Salah satu hal yang dapat diinternalisasikan
adalah kebudayaan karena suatu budaya merupakan perwujudan dari
karakter suatu bangsa. Internalisasi nilai budaya sendiri dapatdiartikan
sebagai penanaman nilai-nilai kebaikan dari suatu budaya yang
ditanamkan pada diri seseorang dan diharapkan seseorang tersebut
dapat mencerminkan nilai-nilai budaya yang diinternalisasikan pada
kehidupan bermasyarakat sehari-hari.
13

2. Tahap-tahap Internalisasi Nilai Budaya Melalui Pendidikan


Muhaimin (1996:153) mengungkapakan internalisasi nilai dapat
dilakukan melalui kegiatan pembelajaran. Tahap-tahap tersebut antara
lain (1) tahap transformasi nilai; (2) tahap transaksi nilai; (3) dan tahap
tran internalisasi
a. Tahap transformasi nilai
Tahap ini merupakan tahap dimana seorang pendidik
menginformasikan nilai-nilai yang baik dan yang buruk kepada
siswa secara verbal maupun non verbal. Transformasi nilai yang
dilakukan hanya bersifat pemindahan pengetahuan dari pendidik ke
siswanya atau bisa diaktakan bahwa pemindahan nilai masih
berada pada aspek kognitif saja.
b. Tahap transaksi nilai
Tahap ini dilakukan dengan cara adanya komunikasi duaarah
yang terjadi anatara pendidik dan siswa yang bersifat timbal balik
sehingga ada hubungan interaksi keduanya. Tahap transasksi nilai
dapat membantu pendidik memberikan pengaruh kepada siswanya
terhadap nilai-nilai kebaikan dan keburukan yang telah diajarkan,
serta di lain sisi siswa mampu menentukan nilai-nilai mana yang
sesuai dengan dirinya.
c. Tahap tran-internalisasi
Tahap ini merupakan tahapan yang jauh lebih mendalam yang
berbeda dengan tahap transformasi maupun transaksi yang hanya
masih bersifat komunikasi verbal tetapi juga dengan sikap dan
kepribadian yang aktif. Dalam tahapan ini, pendidik harus bersifat
seperti apa yang Ia ajarkan kepada para siswanya agar tidak
bertentangan dengan yang diajarkan. Hal ini dilakukan karena
adanya kecenderungan dari seorang siswa meniru sikap mental dan
kepribadian dari pendidik.
14

D. Konservasi Budaya

1. Pengertian Konservasi
Piagam dari International Council of Monuments and Site
(ICOMOS) tahun 1981, yaitu Charter for the Conservation of Places
Cultural Significance, Burra, Australia yang lebih dikenal dengan
Burra Charter, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
konservasiadalah konsep proses pengelolaan suatu tempat, ruang, atau
obyek agar makna kultural yang terkandung di dalamnya terpelihara
dengan baik. Pada dasarnya kegiatan konservasi bertujuan untuk
menjaga keberadaan dan kualitas cagar budaya agar dapat
dipertahankan untuk jangka waktu yang panjang.

2. Ruang Lingkup Konservasi


Kegiatan konservasi memiliki ruang lingkup diantaranya
preservasi, restorasi, rekontruksi, adaptasi, dan revitalisasi.
a. Preservasi adalah melestarikan suatu budaya yang telah diabngun
di suatu tempat dalam keadaan aslinya tanpaa ada perubahan dan
mencegah kerusakannya.
b. Restorasi adalah mengembalikan bangunan yang telah dibangun di
suatu tempat ke kondisi semula yang diketahui, dengan
menghilangkan tambahan atau membangunkembali komponen
semula tanpa menggunakan bahan baru.
c. Rekontruksi adalah membangun kembali suatu tempat sesuai
mungkin dengan kondisi semula yang diketahui dan dibedakan
dengan menggunakan bahan baru atau lama.
d. Adaptasi adalah merubah suatu tempat sesuai dengan penggunaan
yang dapat digabungkan.

3. Prinsip-prinsip Konservasi
15

Prinsip Konservasi memiliki 2 prinsip yang harus secara terus


menerus dipertahankan dalam melaksanakan konservasi, yaitu prinsip
arkeologis dan prinsip teknis.
a. Prinsip arkeologis mengartikan bahwa konservasi harus
memperhatikan nilai arkeologis yang terkandung di dalam benda
cagar budaya yang meliputi keaslian bahan, keaslian desain,
keaslian teknologi pengerjaan, dan keaslian tata letak.
b. Prinsip teknis mengartikan bahwa setiapkegiatan konservasi harus
dilakukan secara efektif, efisien, aman dan perlu dilakukan
pengamatan secara berkala baik terhadap cagar budaya maupun
lingkungannya untuk mengetahui efektifitas penanganan
konservasi yang dilakukan.

4. Konservasi budaya
Kata konservasi awalnya digunakan untuk melakukan upaya
pelstarian atau perbaikan untuk benda cagar alam atau cagar budaya
ataupun benda yang memiliki nilai arkeologis, namun dengan
seiringnya waktu kata konservasi juga digunakan untuk usaha
pelestarian yang dilakukan untuk pelestarian budaya terutama budaya
kesenian. Ranjabar (2006:114) mengemukakan bahwa pelestarian
budaya adalah usaha untuk mempertahankan nilai-nilai seni budaya,
nilai tradisional dengan mengembangkan perwujudan yang bersifat
dinamis, serta menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang selalu
berubah dan berkembang.
Alwasilah (2006:18) mengatakan ada tiga langkah yang dapat
dilakukan dalam usaha pelestarian budaya, yaitu (1) pemahaman untuk
menimbulkan kesadaran; (2) perencanaan secara kolektif; dan (3)
pembangkitan kreatifitas kebudyaaan. Pelestarian budaya bisa
dilakukan bila budaya tersebut masih memiliki wujud artinya budaya
yang dilestarikan memang masih ada dan diketahui, walaupun pada
perkembangannya semakin terkikis atau dilupakan. Pelestarian itu
hanya bisa dilakukan secara efektif jika benda yang dilestarikan itu
16

masih ada dan masih digunakan. Budaya yang sudah tidak digunakan
oleh masyarakat dengan sendirinya budaya tersebut akan hilang (Prof.
Dr. I Gede Pitana, Bali Post, 2003)

5. Upaya konservasi kebudayaan bangsa Indonesia


Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 52 tahun
2007 tentang Pedoman Pelestarian dan Pengembangan Adat Istiadat
dan Nilai Sosial Budaya Masyarakat pasal 3 menyebutkan pelestarian
tersebut dapat dilakukan dengan cara:
a. Konsep dasar
b. Program dasar
c. Strategi pelaksanaan

E. Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat Dalam Perspektif Konservasi


Budaya

1. Hubungan Masyarakat Dalam Pelestarian Budaya


Chrisyanti dan Widodo pada Jurnal Universitas Sebelas Maret
Surakarta tahun 2015 dengan judul “RRI dan Media Pelestarian
Budaya (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Humas Radio Republik
Indonesia Surakarta dalam Memabangun Citra RRI Surakarta Sebagai
Media Pelestari Budaya Jawa di Surakarta)”, mengatakan bahwa
strategi yang dilakukan humas RRI Surakarta untuk dapat berupaya
melestarikan budaya jawa dapat dilakukan dengan cara:
a. Menjalin relasi
Maksudnya adalah humas RRI mengelola relasi atau kerjasama
dengan sebaik mungkin, mengingat humas RRI harus memiliki
relasi yang baik dengan media massa ataupun lembaga lain. Humas
RRI sangat menerapkan fungsi dan perannya sebagai penghubung
antara RRI dengan masyarakat. Pendekatan humas dilakukan
secara personal dengan lembaga-lembaga lain guna menanamkan
kepercayaan terhadap Humas RRI mengingat kembali bahwa
17

Humas sangat diperlukan untuk menyampaikan pesan-pesan


kepada publik eksternal melalui media.
Hubungan masyarakat baik di RRI ataupun lembaga lain harus
selalu menjaga citra positif dengan lembaga lain. Hubungan antara
humas dengan lemabaga lain harus dipelihara dengan baik dan
dapat dilakukan secara personal maupun kelembagaan untuk
menjaga hubungan yang komunikatif serta menghindarkan dari
kesalahpahaman anatara kedua belah pihak.
Humas dan media merupakan mitra kerja yang sangat
menguntungkan dan tidak dapat terpisahkan. Media massa menjadi
media komunikasi yang dapat meningkatkan suatu penjualan
produk dari perusahaan maupun jasa. Apabila humas bekerjasama
dengan media massa untuk mengenalkan produk maupun jasa
suatu perusahaan, maka dapat untuk menarik minat dan perhatian
dari masyarakat.
b. Mengadakan event
Acara khsusus yang diadakan oleh RRI Surakarta seperti lomba
busana, karawitan, lomba wayang, serta melakukan siaran radio
mengenai acara tersebut untuk memperkenalkan budaya jawa
ternyata mampu untuk menarik minat masyarakat untuk hadir
menyaksikan event yang diselenggarakan. Tak hanya itu, RRI
Surakarta sering mementaskan tim wayang orang ke luar daerah
guna memperkenalkan budaya kesenian wayang orang ke daerah
lain sebagai salah satu usaha pelestarian budaya jawa.
RRI Surakarta memiliki kegiatan bernama Program Events
yaitu event yang berorientasi pada budaya jawa dengan tujuan
melestarikan, mengembangkan budaya-budaya kesenian jawa yang
mulai secara perlahan-lahan ditinggalkan.
2. Hubungan Masyarakat di Sekolah Dalam Pelestarian Budaya
Sekolah merupakan tempat belajar bagi para peserta didik untuk
mengetahui dan belajar ilmu pengetahuan yang ada, namun juga dapat
menjadi tempat untuk belajar tentang budaya. Melihat kondisi
18

sekarang dimana sebuah budaya kesenian sudah mulai memudar, perlu


adanya usaha yang dilakukan untuk mencegah budaya kesenian itu
menghilang, slah satu yang dapat dilakukan adalah mengenalkan
budaya kesenian tersebut ke masyarakat.
Untuk memperkenalkan budaya kesenian bangsa yang mulai pudar,
perlu adanya hubungan masyarakat di sekolah untuk melakukan usaha
pelestarian budaya. Melihat Jurnal diatas, humas sekolah dapat meniru
apa yang dilakukan oleh humas RRI, yaitu menjalin relasi. Hubungan
kerjasama anatar humas sekolah bisa dilakukan salah satunya dengan
DU/DI dengan tujuan untuk melestarikan budaya kesenian yang mulai
ditinggalkan, selain itu hubungn masyarkat sekolah haruslah menjalin
kerjasama dengan media massa seperti humas RRI Surakarta.
Kerjasama sekolah dengan DU/DI dapat dilakukan dengan cara
pendekatan personal maupun kelembagaan guna mencapai tujuan
bersama yaitu melestarikan budaya kesenian bangsa.
Kerjasama yang dilakukan tak hanya dengan DU/DI saja, namun
perlu adanya kerjasama dengan media massa seperti yang dilakukan
RRI Surakarta, mengingat bahwa media massa memiliki peran penting
yang mampu untuk memperkenalkan budaya kesenian kepada
masyarkat umum, serta mampu untuk menarik minat dan
mempengaruhi masyarakat melalui unsur budaya.
Salah satu kegiatan humas sekolah yang dapat dilakukan dengan
meniru humas RRI adalah mengadakan event atau kegiatan baik di
sekolah maupun luar daerah, baikitu merupakan event yang diadakan
sendiri, maupun mengikuti lomba, dirasa perlu dilakukan guna
semakin memperluas pengenalan budaya kesenian bangsa yang mulai
memudar.
Penelitian mengenai hubungan masyarakat sudah banyak
dilakukan, dan penelitian mengenai usaha pelestarian budaya sudah
banyak juga dilakukan. Yang menjadi perhatian peneliti adalah sebuah
penelitian yang membahas hubungan masyarakat dalam usaha
pelestarian budaya. Namun, penelitian yang ada tidak membahas
19

hubungan masyarakat sekolah dalam upaya pelestarian budaya. Belum


adanya teori yang membahas secara jelas hubungan masyarakat
sekolah dalam usaha pelestarian budaya serta belum adanya penelitian
tentang hubungan masyarakat sekolah dalam upaya pelestarian budaya,
menjadikan peneliti tertarik meneliti tentang hubungan masyarakat di
sekolah dalam usaha pelestarian atau konservasi budaya untuk
dilakukan. Mengacu pada humas RRI yang telah melakukan usaha
pelestarian wayang orang melalui kegiatan humasnya, peneliti
beranggapan bahwa humas sekolah di SMKN 12 Surabaya, juga
memiliki kegiatan humas yang dilaksanakan untuk usaha pelestarian
budaya kesenian wayang gagrag Jawa Timur sebagai fokus pada
penelitian ini.

F. Penelitian yang relevan

Penelitian yang relevan dalam suatu penelitian diperlukan untuk


memberikan gambaran umum peneletian yang akan diteliti, penelitian
yang relevan juga menjadi salah satu acuan dasar dalam proses penelitian
yang akan dilakukan, selain itu penelitian yang relevan juga menjadi salah
satu referensi bagi peneliti, untuk itu berikut penelitian yang dianggap
relevan bagi peneliti dalam penelitian ini:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Saturday U. Omeluzor dkk, pada
Journal Of Information and Knowledge Management Volume 5 No. 1
Tahun 2014 dengan judul “Preservation Of African Culture In The
Information Age”, hasil dari penelitian ini adalah (a) Kemajuan
teknologi, informasi, dan komunikasi menjadi hal yang sangat penting
dan vital dalam usaha melindungi dan pelestarian budaya africa dan
bisa menjadi ajang promosi africa; (b) Kemajuan teknologi komunikasi
dan informasi bila diadaptasi dan disesuaikan dengan kebutuhan suatu
budaya, maka dapat menjadi faktor yang kuat dalam penyebaran
budaya tersebut.
20

2. Penelitian yang dilakukan oleh Zainal A. Hasibuan dkk, pada


International Journal Of Machine Learning and Computing Vol. 1 No.
5 Tahun 2012 dengan judul “Preservation of Cultural Heritage and
Natural History Through Game Based Learning”, hasil dari penelitian
ini adalah (a) Para siswa dapat mengembangkan ilmu pengetahuan
mereka tentang budaya Indonesia melalui permainan; (b) media
pembelajaran budaya melalui permainan elektronik “DayaBaya” dapat
menjadi salah satu cara untuk usaha konservasi budaya.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Mercedes Camille B. Ocampo dan
Pauline I. Delgado, pada International Journal of Humanities and
Social Science Vol. 4 No. 9 Tahun 2014 dengan judul “Basic
Education and Cultural Heritage : Prospects and Challenges”, hasil
dari penelitian ini adalah Perbaikan sistem pendidikan dalam
pembelajaran tentang warisan budaya harus secara wajib dilakukan.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Tulay Ocal, pada Journal Scientific
Research Publishing Social Studies Education Faculty of Education
Nigde University Turkey Tahun 2016 dengan judul “Necessity of
Cultural Historical Heritage Education in Social Studies Teaching”,
hasil dari penelitian ini adalah (a) pembelajaran tentang pentingnya
sejarah membuat peserta didik di sekolah turki tidak hanya menghargai
budaya turki saja namun juga budaya serta sejarah negara lain; (b)
pengetahuan tentang sejarah dan warisan budaya harus dimiliki secara
lebih oleh guru pendidikan sosial untuk dapat diajarkan pada generasi
berikutnya.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Emiko Kakiuchi, pada Jurnal National
Graduate Institute For Policy Studies Roppongi, Minatoku, Japan
Tahun 2014 dengan judul “Cultural Heritage Protection System in
Japan : Current Issues and Prospects For The Future”, hasil dari
penelitian ini adalah (a) Kebudayaan jepang selama 150 tahun dapat
dilindungi karena adanya peran pemerintah dalam membuat kebijakan-
kebijakan yang menjadi hal penting untuk menjaga kelestarian budaya
yang dimiliki; (b) Kebudayaan di Jepang dapat dijaga karena memiliki
21

banyak stakeholder yang berperan penting dalam menjaga budaya


Jepang.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Deva Andrian Aditya, pada Skripsi
tahun 2015 dengan judul “Pelestarian Kesenian Lengger Di Era
Modern (Studi Kasus Kelompok Kesenian Taruna Budaya Desa
Sendangsari Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo)”. Hasil dari
penelitian ini adalah (a) Pelestarian kesenian lengger dilakukan dengan
cara pementasan kesenian lengger; (b) Faktor pendukung usaha
pelestarian budaya kesenian lengger adalah ketersediaan sarana
prasarana dan adanya dukungan dari masyarakat dan faktor
penghambatnya adalah dana yang minim dan kurangnya dukungan
pemerintah.
7. Penelitian yang dilakukan oleh T.E. Ardhoyo tahun 2013 dalam Jurnal
Ilmiah WIDYA Vol. 1 No. 1 dengan judul “Peran dan Strategi Humas
(Public Realations) Dalam Mempromosikan Produk Perusahaan”,
hasil dari penelitian ini adalah (a) Peran dan fungsi humas dapat
terlaksana dalam pencapaian tujuan perusahaan dengan maksimal
melalui manajemen komunikasi; (b) Strategi humas untuk promosi
produk perusahaan secara efektif dapat dilakukan melalui kegiatan
publisitas, pameran, sponsorship dan lain-lain.
8. Penelitian yang dilakukan oleh Yulianto dan Budi Sutrisno tahun 2014
dalam jurnal pendidikan dan ilmu sosial Vol. 24 No. 1 dengan judul
“Pengelolaan Kerjasama Sekolah Dengan Dunia Usaha/Dunia Industri
(Studi Situs SMK Negeri 2 Kendal)”, hasil dari penelitian ini
menunjukkan pelaksanaan kerjasama dari pihak sekolah dan Dunia
Usaha/Dunia Industri dilakukan melalui MoU dengan bidang
kerjasama yang telah disepakati yaitu validasi kurikulum, kunjungan
industry, guru tamu, prakerin, UKK, OJT guru, bantuan peralatan
praktek, beasiswa, dan penempatan lulusan.
9. Penelitian yang dilakukan oleh Christeward Alus tahun 2014 dalam
Jurnal Acta Diurna Vol. 3 No. 4 dengan judul “Peran Lembaga Adat
Dalam Pelestarian Kearifan Lokal Suku Sahu Di Desa Balisoan
22

Kecamatan Sahu Kabupaten Halmahera Barat”, hasil dari penelitian ini


menunjukkan bahwa (a) Kinerja dari lembaga adat dirasa kurang,
sehingga tidak bisa menyusun rencana program pelestarian budaya
makan bersama di sasadu; (b) Pelestarian budaya makan bersama di
sasadu akan lebih berhasil bila ada kerjasama antara pihak lembaga
adat dan pemerintah daerah.
10. Penelitian yang dilakukan oleh Eko Ardi Wibowo, pada Skripsi tahun
2015 dengan judul “Manajemen Humas Sekolah Dalam Mendorong
Partisipasi Masyarakat (Analisis Kegiatan Amal Bakti Santri Pondok
Pesantren Modern Muhammadyah Boarding School Yogyakarta)”,
hasil penelitian ini adalah (a) Untuk mendorong partisipasi masyarakat
dalam kegiatan ABAS, humas memiliki peran penting untuk
mendorong partisipasi masyarakat, serta melakukan sosialisasi kepada
berbagai pihak yang ada yang memiliki peran penting bagi
masyarakat; (b) Implikasi peran serta masyarakat sebagai partner
pendidikan dapat memberi dampak atau pengaruh bagi perkembangan
pendidikan santri, kemajuan lembaga, dan bagi lingkungan
masyarakat.
11. Penelitian yang dilakukan oleh A. Safril Mubah, pada Jurnal
Departemen Hubungan Internasional, FISIP,Universitas Airlangga
dengan judul “Strategi Meningkatkan Daya Tahan Budaya Lokal
dalam Menghadapi Arus Globalisasi”, hasil dari penelitian ini adalah
(a) Kelemahan penguasaan teknologi, komunikasi dan Informasi serta
luasnya pasar menjadikan Indonesia sebagai target potensial bagi
budaya asing; (b) Strategi yang bisa dilakukan untuk menjaga
kebudayaan bangsa adalah membangun jati diri bangsa, memperkokoh
identitas bangsa, pemahaman falsafah budaya pada seluruh
masyarakat, penerbitan peraturan daerah yang melindungi budaya
lokal, dan pemanfaatan teknologi, informasi dan komunikasi untuk
mengenalkan budaya lokal ke masyarakat dunia.
12. Penelitian yang dilakukan oleh Reny Triwardani dan Christina
Rochayanti, pada Jurnal Reformasi Vol. 4 No. 2 Tahun 2014 dengan
23

judul “Implementasi Kebijakan Desa Budaya Dalam Upaya Pelestarian


Budaya Lokal”, hasil dari penelitian ini adalah (a) Kebijakan desa
budaya dari pemerintah Provinsi DIY menjadi kebijakan strategis
dalam melaksanakan pelestarian budaya lokal; (b) Desa budaya
menjadi wahana ekspresi dan apresiasi terhadap budaya lokal yang
memuat nilai kearifan lokal; (c) pelestarian budaya di desa budaya
melibatkan pemerintah daerah, pengelola desa budaya, dan masyarakat
lokal.
Hasil penelitian yang relevan dapat disajikan pada tabel 2.1 berikut
ini:
No. Penelitian Fokus Hasil Persamaan Perbedaan
Journal Of Information Penelitian ini berfokus Kemajuan teknologi, Sama-sama membahas Fokus berfokus tentang
and Knowledge pada peran teknologi informasi, dan komunikasi tentang usaha yang dapat usaha konservasi budaya
Management Volume 5 komunikasi dan informasi menjadi hal yang sangat dilakukan untuk usaha pada peran kemajuan
No. 1 Tahun 2014 dalam konservasi budaya penting dan vital dalam konservasi budaya. teknologi, informasi, dan
dengan judul di africa. usaha melindungi dan komunikasi sedangkan
“Preservation Of pelestarian budaya africa pada penelitian ini
African Culture In The Peneltian ini berfokus pada dan bisa menjadi ajang berfokus pada peran dan
Information Age” oleh budaya-budaya africa yang promosi africa. kerjasama humas sekolah
1. Saturday U. Omeluzor belum tercatat dan dengan DU/DI.
dkk. penyebarannya masih dari Kemajuan teknologi
mulut ke mulut dari komunikasi dan informasi Fokus penelitian yang
generasi ke generasi. bila diadaptasi dan ditulis penulis berfokus
disesuaikan dengan pada konservasi budaya
kebutuhan suatu budaya, wayang gagrag jawa timur.
maka dapat menjadi faktor
yang kuat dalam penyebaran
budaya tersebut.
2. International Journal Penelitian ini berfokus Para siswa dapat Sama-sama membahas Fokus budaya yang
Of Machine Learning pada usaha konservasi mengembangkan ilmu usaha yang dapat dilakukan dikonservasi adalah budaya

36
37

and Computing Vol. 1 budaya Indonesia melalui pengetahuan mereka tentang untuk konservasi budaya Indonesia secara umum,
No. 5 Tahun 2012 permainan elektronik budaya Indonesia melalui milik Indonesia. namun pada penelitian ini
dengan judul “DayaBaya”. permainan. berfokus pada budaya
“Preservation of Sasaran penelitian sama- kesenian wayang gagrag
Cultural Heritage and Media pembelajaran budaya sama merupakan siswa jawa timur.
Natural History melalui permainan SMK.
Through Game Based elektronik “DayaBaya” Penelitian dilakukan
Learning” oleh Zainal dapat menjadi salah satu dengan metode kuantitatif
A. Hasibuan dkk cara untuk usaha konservasi sedangkan penelitian ini
budaya Indonesia. menggunakan metode
kualitatif.
3. International Journal of Penelitian berfokus pada Perbaikan sistem Sama-sama berfokus pada Fokus usaha konservasi
Humanities and Social pemebelajaran tentang pendidikan dalam usaha pelestarian budaya budaya melalui substansi
Science Vol. 4 No. 9 warisan budaya dari 2 kota pembelajaran tentang yang dilakukan di dunia manajemen kurikulum
Tahun 2014 dengan di Filipina melalui warisan budaya harus secara pendidikan. sedangkan penelitian ini
judul “Basic Education kurikulum 2012 Filipina wajib dilakukan. pada substansi hubungan
and Cultural Heritage : pada jenjang pendidikan masyarakat sekolah SMK.
Prospects and dasar.
Challenges” oleh
38

Mercedes Camille B.
Ocampo dan Pauline I.
Delgado.
Journal Scientific Penelitian berfokus pada Pembelajaran an tentang Sama-sama membahas Fokus penelitian pada
Research Publishing usaha pemebelajaran pentingnya sejarah usaha yang dilakukan pemebelajaran sedangkan
Social Studies tentang warisan budaya membuat peserta didik di untuk konservasi budaya penelitian ini pada
Education Faculty of melalui pembelajaran sekolah turki tidak hanya khususnya di sekolah. kerjasama humas sekolah
Education Nigde pendidikan sosial. menghargai budaya turki dengan DU/DI.
University Turkey saja namun juga budaya
Tahun 2016 dengan serta sejarah negara lain.
4.
judul “Necessity of
Cultural Historical Pengetahuan tentang sejarah
Heritage Education in dan warisan budaya harus
Social Studies dimiliki secara lebih oleh
Teaching” oleh Tulay guru pendidikan sosial
Ocal. untuk dapat diajarkan pada
generasi berikutnya.
5. Jurnal National Fokus penelitian adalah Kebudayaan jepang selama Sama-sama berfokus pada Penelitian lebih berfokus
Graduate Institute For sistem yang dilakukan 150 tahun dapat dilindungi usaha yang dapat dilakukan pada peran pemerintah
Policy Studies untuk menjaga warisan karena adanya peran untuk konservasi budaya. dalam usaha konservasi
39

Roppongi, Minatoku, budaya yang dimiliki di pemerintah dalam membuat budaya sedangkan
Japan Tahun 2014 Jepang. kebijakan-kebijakan yang penelitian ini berfokus
dengan judul “Cultural menjadi hal penting untuk pada peran huma sekolah
Heritage Protection menjaga kelestarian budaya dengan DU/DI dalam
System in Japan : yang dimiliki. usaha konservasi budaya.
Current Issues and
Prospects For The Kebudayaan di Jepang dapat
Future” Oleh Emiko dijaga karena memiliki
Kakiuchi. banyak stakeholder yang
berperan penting dalam
menjaga budaya Jepang.

6. Skripsi tahun 2015 Fokus penelitian adalah Pelestarian kesenian lengger Sama-samaberfokus pada Objek yang diteliti adalah
dengan judul usaha pelestarian kesenian dilakukan dengan cara usaha pelestarian budaya. kelompok kesenian,
“Pelestarian Kesenian lengger. pementasan kesenian sedangkan peneliti memilih
Lengger Di Era Modern lengger. obyek para pelaku
(Studi Kasus Kelompok pendidikan jurusan
Kesenian Taruna Faktor pendukung usaha pedalangan dan DU/DI.
Budaya Desa pelestarian budaya kesenian
40

Sendangsari Kecamatan lengger adalah ketersediaan


Garung Kabupaten sarana prasarana dan adanya
Wonosobo)” oleh Deva dukungan dari masyarakat
Andrian Aditya. dan faktor penghambatnya
adalah dana yang minim
dan kurangnya dukungan
pemerintah.

7. Jurnal Ilmiah WIDYA Fokus penelitian adalah Peran dan fungsi humas Sama-sama membahas Fokus terletak pada humas
Vol. 1 No. 1 tahun 2013 peran dan strategi humas dapat terlaksana dalam peran dan strategi perusahaan sedangkan
dengan judul “Peran perusahaan dalam pencapaian tujuan hubungan masyarakat. peneliti berfokus pada
dan Strategi Humas mempromosikan produk perusahaan dengan humas sekolah.
(Public Realations) perusahaan. maksimal melalui
Dalam Mempromosikan manajemen komunikasi. Peran Humas untuk
Produk promosi produk
Perusahaan”oleh T.E. Strategi humas untuk perusahaan, sedangkan
Ardhoyo. promosi produk perusahaan peneliti mengambil peran
secara efektif dapat sebagai promosi atau
dilakukan melalui kegiatan konservasi budaya.
41

publisitas, pameran,
sponsorship dan lain-lain.
Jurnal pendidikan dan Fokus penelitian adalah Pelaksanaan kerjasama dari Sama-sama membahas Kerjasama yang dibahas
ilmu sosial Vol. 24 No. kerjasama antara SMK pihak sekolah dan Dunia tentang kerjasama jenjang merupakan kerjasama
1 tahun 2014 dengan dengan DU/DI. Usaha/Dunia Industri pendidikan SMK dengan secara umum sedangkan
judul “Pengelolaan dilakukan melalui MoU DU/DI. penelitian ini lebih berfous
Kerjasama Sekolah dengan bidang kerjasama pada kerjasama dalam
Dengan Dunia yang telah disepakati yaitu perspektif konservasi
8.
Usaha/Dunia Industri validasi kurikulum, budaya.
(Studi Situs SMK kunjungan industry, guru
Negeri 2 Kendal)” oleh tamu, prakerin, UKK, OJT
Yulianto dan Budi guru, bantuan peralatan
Sutrisno. praktek, beasiswa, dan
penempatan lulusan.
9. Jurnal Acta Diurna Vol. Fokus penelitian adalah Kinerja dari lembaga adat Sama-sama membahas Objek yang diteliti adalah
3 No. 4 tahun 2014 usaha pelestarian budaya dirasa kurang, sehingga tentang usaha yang dapat lemabaga adat, sedangkan
dengan judul “Peran makan bersama di sasadu. tidak bisa menyusun dilakukan untuk konservasi peneliti memiliki obyek
Lembaga Adat Dalam rencana program pelestarian budaya. yaitu SMK Jurusan
Pelestarian Kearifan budaya makan bersama di Pedalangan dan DU/DI.
Lokal Suku Sahu Di sasadu
42

Desa Balisoan
Kecamatan Sahu Pelestarian budaya makan
Kabupaten Halmahera bersama di sasadu akan
Barat” oleh Christeward lebih berhasil bila ada
Alus. kerjasama antara pihak
lembaga adat dan
pemerintah daerah.
10. Skripsi dengan judul Fokus penelitian adalah Untuk mendorong Sama-sama membahas Peran humas dalam
“Manajemen Humas peran humas dalam partisipasi masyarakat tentang peran humas mendorong partisipasi
Sekolah Dalam mendorong partisipasi dalam kegiatan ABAS, sekolah terhadap masyarakat untuk
Mendorong Partisipasi masyarakat mengikuti humas memiliki peran masyarakat. mengikuti kegiatan agama,
Masyarakat (Analisis kegiatan ABAS. penting untuk mendorong sedangkan peneliti meneliti
Kegiatan Amal Bakti partisipasi masyarakat, serta peran humas dalam
Santri Pondok melakukan sosialisasi mengajak masyarakat
Pesantren Modern kepada berbagai pihak yang berpartisipasi pada
Muhammadyah ada yang memiliki peran kegiatan budaya,
Boarding School penting bagi masyarakat. khususnya konservasi.
Yogyakarta)” tahun
2015 oleh Eko Ardi Implikasi peran serta
43

Wibowo. masyarakat sebagai partner


pendidikan dapat memberi
dampak atau pengaruh bagi
perkembangan pendidikan
santri, kemajuan lembaga,
dan bagi lingkungan
masyarakat.

11. Jurnal Departemen Fokus penelitian adalah Kelemahan penguasaan Sama-sama membahas Usaha pelestarian budaya
Hubungan usaha pelestarian budaya teknologi, komunikasi dan usaha yang dapat dilakukan yang diteliti bersifat secara
Internasional, yang bisa dilakukan Informasi serta luasnya guna melestarikan budaya. umum dan keseluruhan,
FISIP,Universitas terhadap arus globalisasi. pasar menjadikan Indonesia sedangkan peneliti lebih
Airlangga tahun 2012 sebagai target potensial berfokus pada pelestarian
dengan judul “Strategi bagi budaya asing. budaya melalui kerjsama
Meningkatkan Daya SMK Jurusan Pedalangan
Tahan Budaya Lokal Strategi yang bisa dengan DU/DI.
dalam Menghadapi dilakukan untuk menjaga
Arus Globalisasi”oleh kebudayaan bangsa adalah
A. Safril Mubah. membangun jati diri
44

bangsa, memperkokoh
identitas bangsa,
pemahaman falsafah
budaya pada seluruh
masyarakat, penerbitan
peraturan daerah yang
melindungi budaya lokal,
dan pemanfaatan teknologi,
informasi dan komunikasi
untuk mengenalkan budaya
lokal ke masyarakat dunia.
12. Jurnal Reformasi Vol. 4 Fokus penelitian adalah Kebijakan desa budaya dari Sama-sama membahas Fokus penelitian adalah
No. 2 Tahun 2014 implementasi kebijakan pemerintah Provinsi DIY tentang usaha pelestarian penerapan kebijakan,
dengan judul desa budaya menjadi kebijakan strategis budaya lokal. sedangkan peneliti
“Implementasi dalam melaksanakan berfokus pada pelaksanaan
Kebijakan Desa Budaya pelestarian budaya lokal kerjasama
Dalam Upaya
Pelestarian Budaya Desa budaya menjadi
Lokal” oleh Reny wahana ekspresi dan
45

Triwardani dan apresiasi terhadap budaya


Christina Rochayanti lokal yang memuat nilai
kearifan lokal.

Pelestarian budaya di desa


budaya melibatkan
pemerintah daerah,
pengelola desa budaya, dan
masyarakat lokal.

Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan


46

Dari beberapa penelitian terdahulu yang telah dipaparkan dapat dilihat


ada beberapa usaha yang dapat dilakukan dalam pelestarian budaya,
diantaranya adalah memanfaatkan kemajuan teknologi, informasi, dan
komunikasi untuk memeperkenalkan budaya, mengenalkan budaya lewat
media permainan digital, pembelajaran mengenai budaya di sekolah,
meminta peran pemerintah dalam menjaga budaya bangsa, kerjasama
dengan banyak stakeholder, pementasan kesenian kebudayaan,
mengenalkan budaya bangsa kepada masyarakat dunia, adanya kebijakan
yang berlaku. Diantara usaha-usaha tersebut ada faktor pendukungnya
yaitu ketersediaan sarana prasarana dan adanya dukungan dari masyarakat,
serta ada faktor penghambatnya yaitu ketersediaan keuangan dan
kurangnya peran pemerintah dalam usaha pelestarian budaya.

G. Kerangka berfikir

Kerangka berfikir menjadi penjelasan sementara dari permasalahan


yang ada pada penelitian ini. Kerangka berfikir disusun berdasar dari
kajian pustaka dan penelitian yang relevan, kerangka berfikir merupakan
hasil pemikiran sendiri dari peneliti, untuk itu berikut kerangka berfikir
dalam penelitian ini dalam gambar 2.1 berikut
47

KERJASAMA SMK JURUSAN


PEDALANGAN DENGAN DU/DI DALAM
USAHA KONSERVASI BUDAYA
KESENIAN WAYANG GAGRAG JAWA
TIMUR

Profil Kerjasama Jurusan Pedalangan Usaha yang Dilakukan SMK Jurusan


dengan DU/DI Pedalangan Dengan DU/DI Dalam Usaha
Konservasi Budaya Kesenian Wayang Gagrag
Jawa Timur

Internalisasi Nilai Budaya SMK Jurusan


Pedalangan

Adanya Kerjasama Antara SMK


Jurusan Pedalangan Dengan DU/DI,
Serta Adanya Partisipasi Masyarakat
yang Secara Bersama Berupaya Dalam
Usaha Konservasi Budaya Kesenian
Wayang Gagrag Jawa Timur

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Anda mungkin juga menyukai