Anda di halaman 1dari 18

REKAYASA IDE

MK. PENDIDIKAN IPS


KELASTINGGI

PRODI SI PGSD FIP

Skor Nilai:

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PROBLEM BASED


LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR

Disusu Oleh :

Kelompok 10

Nama Kelompok :

1. Giant Ap Hutagaol 1193311161


2. Nona Lisa 1193311049
3. Tri Handayani 1193311071
4. Cristine Dahliana 1193311069

Kelas : H Ekstensi Pgsd 2019

Dosen : Husna Tambunan,S.Pd,M.Pd

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MEDAN

NOVEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Kuasa atas berkat dan Rahmatnya penulis masih diberi kesempatan dan
kesehatan untuk menyelesaikan Laporan Rekayasa Ide. Laporan ini kami
perbuat guna memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah Pendidikan
IPS Kelas Tinggi.

Dalam penulisan Laporan Rekayasa Ide ini penulis tentu saja tidak
dapat meyelesaiakannya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua yang selalu mendukung dan mendoakan.


2. Kepada Bapak dosen pengampu, Husna Tambunan,S.PdM.Pd.
3. kepada rekan-rekan sekalian.

Dalam pembuatan Laporan Rekayasa Ide ini penulis menyadari


banyak kekurangan serta jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
dengan segala kerendahan hati meminta maaf serta berharap menerima
kritikan atau saran yang membangun guna perbaikankedepannya.

Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga


Laporan Rekayasa Ide ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan para
pembacanya. Terima kasih.

Medan, November 2021

Penulis

Kelompok 10
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................. 1

B. Tujuan Rekayasa Ide....................................................................................................... 2

C. Tujuan Rekayasa Ide....................................................................................................... 2

BAB II IDENTIFIKASI PERMASALAHAN ........................................................................ 4

A. Permasalahan Umum ...................................................................................................... 4

B. Identifikasi Permasalahan ............................................................................................... 4

BAB III SOLUSI DAN PEMBAHASAN................................................................................ 6

A. Solusi Permasalahan ....................................................................................................... 6

B. Pembahasan dari Solusi Permasalahan .......................................................................... 10

BAB IV PENUTUP ............................................................................................................... 12

A. Kesimpulan .................................................................................................................. 12

B. Saran ............................................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 14


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan, mutu pendidikan yang


rendah, kualitas pendidikan yang jauh dari kata memuaskan, hal ini ditambah lagi dengan
minimnya sarana dan prasarana pendidikan yang layak bagi setiap warganya. Bahkan di
daerah tertentu terlihat jelas masih banyak warga Indonesia yang belum mendapatkan
pendidikan sesuai dengan nilai-nilai pancasila dan tujuan Negara yang tercantum
didalam UndangUndang Dasar 1945. Bangsa yang maju adalah bangsa yang dapat
menunjukan tingkat kemajuan pendidikannya.

Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi


proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran
adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Setiap
proses, apapun bentuknya, memiliki tujuan yang sama, yaitu mencapai hasil yang
memuaskan. Begitu pula proses pembelajaran yang diselenggarakan dengan tujuan agar
siswa mencapai pemahaman yang optimal terhadap materi yang diajarkan. Terkait
dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai
saat ini masih jauh dari yang diharapkan. Berbagai usaha juga dilakukan oleh guru untuk
meningkatkan minat belajar peserta didiknya agar kompetensi dapat tercapai.

Pendidikan IPS di sekolah dasar dapat dijadikan sebagai basis sosial sains yang
bisa di integrasikan dengan penanaman budi pekerti sehingga pembelajaran IPS
memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlaq.
Tujuannya adalah membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia yang baik, warga
masyarakat dan warga negara yang baik yang mampu bersosialisasi sesuai dengan nilai-
nilai sosial. Maka dari itu pembelajaran IPS sangat perlu diajarkan dalam pendidikan
sekolah dasar agar peserta didik dapat menerapkannya kedalam kehidupan sehari-hari
dalam mengembangkan aspek-aspek kehidupan manusia bermasyarakat.

Rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran berdampak pada hasil belajar


siswa pada mata pelajaran IPS. Banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM

1
(Kriteria Ketuntasan Minimum). Proses belajar mengajar yang berkembang di kelas
umumnya ditentukan oleh peran guru dan siswa sebagai individu - individu yang terlibat
langsung di dalam proses tersebut. Prestasi belajar siswa itu sendiri sedikit banyak
tergantung pada cara guru menyampaikan pelajaran pada anak didiknya. Oleh karena itu
kemampuan serta kesiapan guru dalam mengajar memegang peranan penting bagi
keberhasilan proses belajar mengajar pada siswa. Hal ini menunjukkan adanya
keterkaitan antara prestasi belajar siswa dengan model atau metode mengajar yang
digunakan oleh guru.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengangkat sebuah judul


penelitian tentang “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Problem Baes
Learning Pada Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar”

B. Tujuan Rekayasa Ide

Berdasarkan latar belakang di atas, Adapun yang menjadi tujuan penulisan


rekayasa ide ini yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui permasalahan pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.


2. Untuk mengetahui upaya apa yang dapat mengatasi permasalahan pembelajaran IPS
di Sekolah Dasar.

C. Tujuan Rekayasa Ide

1. Bagi Guru
Sebagai sarana untuk mengambil inisiatif dalam rangka penyempurnaan
proses belajar mengajar schingga antara guru sebagai pendidik dan pengajar bisa
melaksanankan tugasnya secara efektif dan efisien serta mampu memecahkan semua
permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran.

2. Bagi Masyarakat
Diharapkan bagi masyarakat lebih berperan aktif mendukung segala usaha
sekolah atau guru agar tercipta situasi lingkungan pendidikan yang mampu
meningkatkan minat dan semangat belajar siswa yang tentunya juga bisa
meningkatkan prestasi belajar siswa serta penyamalan yang terdapat pada
pembelajaran IPS.

2
3. Bagi Instansi
Sebagai bahan masukan dalam mengambil kebijaksanaan yang tepat dan
memberikan atau menambah sarana prasarana dalam rangka memberikan semangat
dan minat dalam proses belajar mengajar guna meningkatkan prestasi belajar siswa,
sekaligus meningkatkan mutu pendidikan.

4. Bagi Peneliti Lain


Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan untuk penelitian
selanjutnya dan juga diharapkan penelitian ini mampu memberikan perbandingan
dan tambahan wacana dalam bidang mutu pendidikan.

3
BAB II

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

A. Permasalahan Umum

Pembelajaran IPS di SD selama ini mata pelajaran IPS dianggap sebagai mata pelajaran
yang kurang penting dan dianggap sebagai mata pelajaran nomor dua. Banyak pandangan
menganggap mata pelajaran IPS kurang menarik atau membosankan. Pembelajaran IPS dinilai
monoton karena hanya mengedepankan hafalan materi dan siswa tidak diberi kesempatan untuk
menjelajah dan mengetahui contoh konkrit dari pembelajaran IPS.

Berdasarkan penelitian Aziz (2004), tentang penerapan pembelajaran IPS di kelas


ditemukan bahwa penyebab kurang aktifnya peserta didik dalam pembelajaran IPS disebabkan
antara lain; (1)selama ini dalam guru mengajarkan dengan memberi contoh soal dan
menyelesaikannya secara langsung, serta tidak memberi kesempatan peserta didik menunjukkan
idenya sendiri; (2) pola pengajaran selama ini masih dengan tahapan memberikan informasi
tentang materi-materi (termasuk memotivasi secara informarif), memberikan contoh-contoh dan
berikutnya latihan-latihan; dan (3) dalam merencanakan penyelesaian masalah tidak diajarkan
strategi-strategi yang bervariasi atau yang mendororng keterampilan berpikir kreatif seperti
membuat pertanyaan sendiriuntuk kemudian menemukan jawabannya.

B. Identifikasi Permasalahan

Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru berpengaruh terhadap keberhasilan


pembelajaran IPS di sekolah dasar. Guru dituntut dapat menyampaikan materi semenarik mungkin
agar siswa dapat tertarik dan tidak merasa bosan dalam proses pembelajaran. Selain itu proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus mencapai tujuan pembelajaran dan hasil belajar
siswa yang baik. Agar pembelajaran dapat berjalan dengan optimal guru dapat menggunakan
metode, media pembelajaran dan model-modelpembelajaran inovatif.

Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui kajian pustaka yang dikumpulkan melalui
bahan bacaan seperti artikel-artikel jurnal dan artikel berita online, dan lain sebagainya,
diperoleh informasi bahwa :

4
1. Dalam pembelajaran guru masih menerapkan pembelajaran konvensional seperti
metode ceramah. Guru menjelaskan materi pelajaran kemudian memberikan
penugasan soal yang ada dalam buku tema sehingga siswa pasif dalam
pembelajaran.
2. Dalam pengimplementasian semua berasal dari guru baik solusi, permasalahan,
analisis sehingga tidak memberi kesempatan peserta didik menunjukkan idenya
sendiri.
3. Minimnya penggunaan media pembelajaran yang dapat mendukung proses
pembelajaran, hal tersebut yang menyebabkan hasil belajar IPS siswa menjadi
rendah.

5
BAB III
SOLUSI DAN PEMBAHASAN

A. Solusi Permasalahan

Berdasarkan berbagai permasalahan yang telah dijabarkan di atas, penulis menyimpulkan


bahwa untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, terdapat
beberapa hal yang menjadi perhatian dalam sudut pandang pendidik dalam penyelenggaran
pembelajaran di kelas. Terutama pembelajaran IPS. Guru hendaknya mampu menciptakan
suasana atau atmosfir pembelajaran di dalam kelas yang menarik dan menyenangkan, agar
peserta didik dapat merasa aman dan nyaman selama proses pembelajaran berlangsung. Beberapa
hal yang harus diperhatikanoleh guru adalah sebagai berikut.

1. Perlunya Perubahan Mendasar dalam Implementasi Pembelajaran IPS di Kelas

Agar peserta didik terlibat secara aktif dalam pembelajaran, hendaknya guru menguasai
berbagai strategi, model, metode, maupun media terbaru yang relevan dengan kondisi di dalam
kelas. Dengan penerapan berbagai gagasan baru tersebut, diharapkan aktivitas belajar peserta
didik akan meningkat. Terutama dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.

Peserta didik akan memperoleh lebih banyak dari hasil proses pembelajaran apabila
belajar dilakukan dengan proses yang kreatif dan menyenangkan. Hal ini tidak terjadi apabila
pembelajaran masih menggunakan pandangan lama, yaitu pembelajaran yang dilakukan melalui
jadwal yang ketat dan penuh disiplin.

Dalam proses belajar aktif, peserta didik diharapkan mampu memilih strategi dan sumber
belajar yang tepat berdasarkan kesadarannya akan perkembangan belajarnya. Akan tetapi dalam
proses mengelola proses belajar itu, sebagai seorang yang belum berpengalaman, peserta didik
membutuhkan dukungan atau bantuan dari orang yang lebih dewasa atau lebih berpengalaman
agar proses belajar peserta didik lebih terarah. Segala upaya dan cara untuk membantu peserta
didik meningkatkan kemampuan perkembangan belajarnya inilah yang disebut sebagai
scaffolding.

6
2. Terlibat Secara Emosional

Perilaku guru dalam membangun interaksi dengan peserta didik juga menentukan
keaktifan peserta didik di kelas. Peserta didik adalah makhluk sosial, oleh karenanya secara
otomatis akan merespon interaksi berdasarkan implus emosional yang diberikan. Meskipun
strategi dan model pembelajaran yang sama, namun apabila dibawakan oleh guru yang berbeda,
maka akan membawa hasil yang berbeda pula.

Pendidik harus memberikan kepercayaannya kepada peserta didik agar mereka juga
memberikan kepercayaan kepada pendidik untuk membimbing proses belajar mengajar mereka.
Dalam prinsip Quantum Teaching hal ini disebut sebagai jembatan keledai atau mnemonic (De
Porter, 2002). “masukkan dunia peserta didik ke dunia anda dan antarkan dunia anda ke dunia
peserta didik”. Dengan memegang prinsip tersebut, berarti pendidik hendaknya membangun
komunikasi emosional yang erat dengan peserta didik.

Prinsip pembelajaran Quantum Teaching yang berdasar keterlibatan secara emosional


ini, dapat dilakukan dengan cara merancang seting pembelajaran yang disesuaikan dengan dunia
peserta didik sebagai dunia anak-anak dan dunia remaja. Guru hendaknya dapat menunjukkan
sikap yang tulus untuk membantu peserta didik. Prinsip pembelajaran ini, guru dituntut untuk
memiliki kecerdasan kognitif (IQ) yang bagus untuk mengelola pembelajaran dan kecerdasan
emosional (EQ) yang bagus untuk memahami karakter peserta didik sehingga mampu
menciptakan sikap yang tepat dalam proses belajar mengajar.

3. Melibatkan Peserta Didik dalam Semua Proses dan Aktivitas Selama Pembelajaran

Dengan keterlibatan peserta didik secara penuh dalam semua proses pembelajaran, pada
gilirannya akan semakin meningkatkan perasaan harga diripeserta didik (Self-efficacy). Melalui
keyakinan seseorang yang kuat akan kemampuannya untuk mengerjakan tugas-tugas dalam
proses belajar mengajar, memungkinkan untuk memberikan dorongan yang lebih kepada
seseorang dalam pencapaian hasil belajar lebih maksimal. Self-efficacy akan semakin
meningkatkan minat, motivasi dan keaktifan seseorang dalam proses pembelajaran.

7
4. Melibatkan Semua Modalitas

Peserta didik pasti memiliki latar belakang psikologis, mental, religiusitas dan latar
belakang sosial yang berbeda-beda. Dalam proses belajar mengajar peserta didik memiliki
Modalitas Belajar masing-masing yang berbeda, yaitu modalitas Visual, Auditorial, dan
Kinestetik.

Modalitas visual adalah kecerendungan dimana peserta didik lebih mudah memahami
pengalaman baru melalui bentuk visual, gambar, video, lanskap, bagan, dan sebagainya.
Modalitas auditorial adalah kecerendungan dimana peserta didik lebih mudah memahami
pengalaman belajar melalui proses mendengarkan, baik ceramah, music maupun diskusi.
Sedangkan modalitas kinestetik yaitu kecerendungan dimana peserta didik lebih mudah belajar
melalui rangsangan gerak tubuh. Untuk merangsang minat, motivasi, dan keaktifan belajar
peserta didk, makaproses pembelajaran hendaknya melibatkan semua aspek modalitas.

5. Menggunakan Assesment yang Autentik Pada Semua Aspek

Tujuan pendidikan adalah dapat mencetak generasi yang memiliki pengetahuan yang
bagus, mengembangkan sikap dan karakter peserta didik serta keterampilan sosial yang bagus,
untuk membentuk jati diri sebagai manusia Indonesia.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam pembelajaran hendaknya memperhatikan


proses kognitif, perkembangan sikap, karakter, dan pencapaian keterampilan sosial. Oleh karena
itu, dalam proses belajar mengajar, assessment yang digunakan mampu menggambarkan
perkembangan tiga ranah sekaligus, baik Kognitif, Afektif, maupun Psikomotor. Assesment
yang digunakan dengan melihat ketiga ranah ini disebut assessment autentik.

Berdasarkan beberapa hal harus menjadi perhatian guru dalam proses pembelajaran yang
telah dikemukakan di atas, dapat kita lihat bahwa salah duanya adalah perlunya perubahan
mendasar dalam implementasi pembelajaran IPS di kelas dan melibatkan peserta didik dalam
semua proses dan aktivitas pembelajaran. Maka dari itu, solusi yang dapat dilakukan oleh guru
dalam meningkatkan hasil belajar siswanya adalah dengan memanfaatkan atau menggunakan
berbagai model, media, ataupun

8
metode pembelajaran yang relevan sesuai dengan karakteristik siswa dan kondisi siswa di dalam
kelas.

Salah satunya adalah dengan menggunakan atau menerapkan model pembelajaran


Problem Based Learning (PBL). Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model
pembelajaran yang dapat menolong siswa untuk meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan
pada era globalisasi saat ini. Problem Based Learning (PBL) dikembangkan oleh untuk pertama
kali oleh Prof. Howard Barrows. Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model
pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode
ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah
tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk berpikir kritis dalam memecahkan suatu
permasalahan yang diberikan oleh guru.

Dengan menerapkan atau menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning


(PBL) dapat memenuhi salah satu hal yang telah disebutkan di atas, yaitu melibatkan peserta
didik dalam semua proses dan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) ini membuat siswa berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Hal
ini dikarenakan pusat pembelajaran berada pada siswa (Student Center) yang mana hal
tersebutlah menuntut siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Siswa akan memecahkan
permasalahan yang telah diberikan oleh guru secara berkelompok untuk mencari solusi dari
permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa. Sesuai dengan tuntutan pembelajaran IPS dan pembelajaran abad 21 yang menuntut
tingginya aktivitas siswa dan kemampuan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
melalui siswa untuk dapat berpikir secara sistematis, logis, berpikir kritis, dan dapat
memecahkan berbagai permasalahan, serta memiliki sikap ilmiah.

Maka dari itu, dalam perencanaan Rekayasa Ide ini penulis merencenakan dengan
menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) diharapkan akan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Selain
itu, dengan menerapakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ini juga
diharapkan mampu meningkatkan aktivitas siswa di dalam kelas.

9
B. Pembahasan dari Solusi Permasalahan

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah pengembangan model


mengajar yang dimaksudkan untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya untuk lebih
mengenal siswa dan menciptakan lingkungan yang lebih bervariasi bagi kepentingan belajar dan
hasil belajar siswa (Wahab, 2007: 52). Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berpusat pada siswa dan mendorong inkuiri terbuka
dan berpikir bebas, serta membantu siswa untuk menjadi pebelajar mandiri yang dapat
memecahkan masalah (Huda, 2013: 271). Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
merupakan alternative pembelajaran yang sangat memberikan harapan bagi peningkatan
kualitas pendidikan (Amri dan Ahmadi, 2010: 75). Dalam menerapkan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud
untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan
berpikir tingkat lebih tinggi, serta mengembangkan kemandirian dan percaya diri (Trianto,
2007: 68).

Model pembelajaran Problem Based Learning bertujuan untuk membantu siswa


mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah, belajar peranan
orang dewasa secara autentik, memungkinkan siswa untuk mendapatkan rasa percaya diri atas
kemampuan yang dimilikinya sendiri, dan menjadi pelajar yang mandiri.

Adapun beberapa tahapan pembelajaran dalam model Problem Based Learning,


yaitu sebagai berikut.

1. Mengorientasikan Siswa Pada Masalah


2. Mengorganisasikan Siswa Untuk Belajar Pada
3. Membimbing Penyeledikan Mandiri atau Kelompok
4. Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
5. Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah

Beberapa penelitian telah membuktikan keberhasilan model Problem Based Learning


dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Hasil penelitian Atan (2005) menunjukkan
bahwa model Problem Based Learning berbasiswa web meningkatkan

10
akademik siswa, memperoleh pemahaman yang lebih baik melalui interaksi social, dan
kemampuan dalam pemecahan masalah. Penelitian Etherington (2011) menunjukkan bahwa
pembelajaran Problem Based Learning lebih unggul dari pembelajaran tradisional. Sedangkan
hasil penelitian Maulidiyah (2014) menunjukkan bahwa penerapan Problem Based Learning
dapat memberikan pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa.

Melalui model Problem Based Learning siswa yang sebelumnya pasif dalam
pembelajaran, dapat meningkatkan aktivitasnya karena langkah-langkah dalam pembelajaran
Problem Based Learning diawali dengan pemberian masalah autentik yang menuntut siswa agar
melakukan penyelidikan dan mengumpulkan informasi untuk menemukan jawaban atas
permasalahan yang diberikan guru. Problem Based Learning mendorong siswa untuk
berkolaborasi dalam penyelesaian tugas secara bersama. Pembelajaran berpusat pada siswa, guru
sebagai fasilitator. Hal tersebut juga berdampak pada hasil belajar. Hasil belajar dapat meningkat
karena melalui aktivitas Problem Based Learning siswa dapat menemukan jawaban sendiri dan
dapat meningkatkan pemahaman terhadap suatu konsep yang dituangkan dalam soal (evaluasi).

11
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemaparan di atas mengenai solusi dan pembahasan yang ditemukan
permasalahannya dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di Sekolah
Dasar dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) diharapkan akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam
pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Selain itu, dengan menerapakan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) ini juga diharapkan mampu meningkatkan aktivitas siswa di
dalam kelas.

Dengan menerapkan atau menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning


(PBL) dapat memenuhi salah satu hal yang telah disebutkan di atas, yaitu melibatkan peserta
didik dalam semua proses dan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) ini membuat siswa berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Hal
ini dikarenakan pusat pembelajaran berada pada siswa (Student Center) yang mana hal
tersebutlah menuntut siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran.

Siswa akan memecahkan permasalahan yang telah diberikan oleh guru secara berkelompok
untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Sesuai dengan tuntutan pembelajaran IPS dan
pembelajaran abad 21 yang menuntut tingginya aktivitas siswa dan kemampuan siswa dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui siswa untuk dapat berpikir secara sistematis, logis,
berpikir kritis, dan dapat memecahkan berbagai permasalahan, serta memiliki sikap ilmiah.

Model pembelajaran Problem Based Learning bertujuan untuk membantu siswa


mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah, belajar peranan
orang dewasa secara autentik, memungkinkan siswa untuk mendapatkan rasa percaya diri atas
kemampuan yang dimilikinya sendiri, dan menjadi pelajar yang mandiri.

12
B. Saran

Berdasarkan hasil Rekayasa Ide yang diperoleh oleh penulis, maka saran yang dapat
diberikan adalah guru sebaiknya memperhatikan karakteristik siswa dan selalu melibatkan siswa
dalam proses pembelajaran yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan agar siswa
dapat lebih bersemangat dan mempunyai akativitas belajar yang tinggi. Serta, guru sebaiknya
menggunakan model pembelajaran yang lebih bervariasi dan sesuai dengan kebutuhan materi
dalam proses pembelajaran. Melalui model pembelajaran Problem Based Learning diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.

13
DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan dan Ahmadi, Iif Khoiru. (2010). Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam
Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Arumsari, Yunita dkk. (2017). Problematika dalam Pembelajaran IPS SD. Makalah:
Campus.com diakses pada tanggal 02 November 2021. CAMPUS.com: Problematika
dalam Pembelajaran IPS SD (yunitaarsha.blogspot.com)

Atan, Hanafi. Sulaiman, Fauziah, dan Idrus, Rozhan M. (2005). The Effectiveness of Problem-
Based Learning in the Web-Based Environment for the Delivery of an Undergraduate
Physics Course. International Education Journal, 6(3). 430 – 437.

Bilhuda, Titin dkk. (2017). Pengaruh Penerapan Model Problem Based Learning dalam
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas V
Sekolah Dasar. jurnal Review Pendidikan Dasar: Jurnal Kajian Pendidikan dan Hasil
Penelitian, 3(2). 439 – 450.

Etherington, Matthew B. (2011). Investigative Primary Science: A Problem-Based Learning


Approach. Australian Journal of Teacher Education, 36(9). 53 – 74.

Huda, Miftahul. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Maulidiyah, Helmina. (2014). Penerapan Problem Based Learning Berbasis Lesson Study
Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VC SDN Ngaglik
01 Kota Batu (Tesis Magister Pendidikan tidak dipublikasikan). Universitas Negeri
Surabaya.

Purwanto, Anton, dkk. (2019). Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPS Berorientasi Model
Problem Based Learning Berbantuan Media Video Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas IV SD. Pendidikan Dasar: Jurnal Kajian Pendidikan dan Hasil
Penelitian,5(1). 1 – 10.

Problematika dalam Pembelajaran IPS di SD. (2015). Prosiding Nasional Seminar dan
Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah, 129-136.

14
x
v

Anda mungkin juga menyukai