Anda di halaman 1dari 3

1.

Dalam Undang-Undang Kepailitan dan PKPU yang dimaksud Kepailitan adalah sita umum
atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh
Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas.
Ketentuan Hukum yang mengatur kepailitan terdapat pda Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang.

2. Tujuan Hukum Kepailitan


1. Menjamin pembagian yang sama terhadap harta kekayaan debitor di antara parta
kreditornya.
2. Mencegah agar debitor tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan
kepentingan kreditor
3. Memberikan perlindungan kepada debitor yang beritikad dari para kreditornya, dengan
cara memperoleh pembebasan utang.

Asas-Asas Kepailitan

1. Asas Keseimbangan
Undang-Undang Kepailitan dan PKPU mengatur beberapa ketetntuan yang merupakan
perwujudan dari asas keseimbangan, yaitu di satu pihak, terdapat ketetntuan yang dapat
mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh Debitor yang
tidak jujur, di lain pihak, terdapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya
penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh Kreditor yang tidak beritikad baik.
2. Asas Kelnagsungan Usaha
Dalam Undang-Undang Kepailitan dan PKPU, terdapat ketentuan yang memungkinkan
perusahaan Debitor yang prospektif tetap dilangsungkan.
3. Asas Keadilan
Dalam kepailitan asa keadilan mengandung pengeritan, bahwa ketentuan mengenai
kepailitan dapat memenuhi rasa keadilan bagi para pihak yang berkepentingan. Asas
keadilan ini untuk mencegah terjadinya kesewenengan-wenangan pihak penagih yang
megusahakan pembayaran atas tagihan masing-masing terhadap Debitor, dengan tidak
mempedulikan Kreditor lainnya,
4. Asas Integrasi
Asas integrasi dalam Undang-Undang Kepailitan dan PKPU mengandung pengertian
bahwa sistem hukum formil dan hukum materiilnya merupakan satu kesatuan yang utuh
dari sistem hukum perdata dan hukum acara perdata nasional.

Para pihak yang terlibat dalam kepailitan

1. Kreditor
Kreditor yaitu orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau Undang-Undang
yang dapat ditagih dimuka pengadilan.
2. Debitor
Debitor yaitu orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau Undang-undang yang
pelunasannya dapat ditagih dimuka pengadilan.
3. Kurator
Kurator yaitu Balai Harta Peninggalan atau orang perseorangan yang diangkat oleh
Pengadilan untuk mengpengadilan untuk mengurus dan membereskan harta Debitor
Pailit dibawah pengawasan Hakim Pengawas.

3. Syarat Kepailitan

1. Debitor yang ingin dipailitkan mempunyai sedikitnya dua utang, artinya mempunyai dua
atau lebih kreditor (concursus creditorium.

2. Debitor tidak melunasi sedikitnya satu utang kepada salah satu kreditornya.

3. Utang yang tidak dibayar lunas itu haruslah utang telah jatuh waktu dan dapat ditagih
(due/expired and payable).

4. Pihak yang berhak mengajukan permohonan pailit

1)Pihakkreditor 
Pihak kreditor secara sendiri atau bersama-sama dengan kreditor yang lain dapat
mengajukan permohonan pailit pihak debitor ke pengadilan. Tentunya setelah syarat-syarat
pengajuan pailitterpenuhi sebagaimana ketentuan undang-undang.

2)Kejaksaaan
Kejaksaan juga dapat mengajukan pailit. Menurut undang-undang hal ini dilakukan jika
badan usaha yang ingin dimohonkan pailit ke pengadilan—berdasarkan analisis Kejaksaan—
adalah demi kepentingan umum. Artinya menyangkut kepentingan orang banyak.

3)BankIndonesia
Dalam hal badan usaha yang ingin dipailitkan adalah bank maka pihak yang berwenang
adalah bank Indonesia tidak ada yang lain. Hal itu karena bank turut andil dalam kegiatan
ekonomi nasional, sehingga jika bukan bank Indonesia yang mengajukan pailit maka akan
terjadi guncangan ekonomi. Terlebih jika yang dimohonkan pailit adalah bank bank yang
berdampak sistemik. Bank Indonesia tentunya tidak sembarangan untuk memailitkan bank,
selain melakukan analisa terlebih dahulu tentang dampak yang akan ditimbulkan.

4) Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK)


Bapepam menjadi pihak yang paling berwenang untuk mengajukan kepailitan pada
pengadilan jika debitornya adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan
Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian. Namun karena sekarang Bapepam
sudah digantikan oleh Otoritas Jasa Keungan maka memohonkan pailit terhadap lembaga-
lembaga tersebut di atas maka kewenangan sepenuhnya dilimpahkan kepada OJK. Hal
tersebut dapat dilihat pada Pasal 55 ayat (1) undang-undang OJK.

5)MenteriKeuangan
Perlu dipahami juga bahwa dengan lahirnya OJK maka tugas yang menjadi kewenangan
menteri keuangan dalam hal kepailitan dilimpahkan juga ke OJK sebagaimana tugas
Bapepam-LK. Dalam hal kewenangan menteri keuangan dalam memohon kepailitan adalah
berkaitan dengan Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan
Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik

Anda mungkin juga menyukai