Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERALIHAN FUNGSI HUTAN LINDUNG MENJADI LAHAN PERTAMBANGAN

Disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah Dasar Dasar Lingkungan

Dosen Pengampu :

Dr. Hj. Ulfah Utami, M.Si

Disusun Oleh:

Kelompok 6

1. Rizki Ayu Ramadhani 19620078


2. Ayu Aqis Bilqisti 19620107
3. Rachmat Agus Salim 19620110

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya lah, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Melalui tugas ini, kami banyak mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru yang
sangat membantu, untuk menyelesaikan tugas makalah ini. Disamping itu juga kami tetap
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari
berbagai pihak yang peduli terhadap kajian yang kami sampaikan , terutama kritik yang
bersifat membangun dalam rangka penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya kami sampaikan semoga apa yang telah kami uraikan dalam makalah ini dapat
menambah ilmu pengetahuan yang lebih banyak, serta senantiasa selalu mendapat
perlindungan dan hidayah dari Allah SWT untuk selalu menjalankan aktivitas hidup di dunia
ini.

Malang, Oktober 2021

Kelompok 6

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah


1.3. Tujuan

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang
satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Undang-undang No.41 tahun 1999 tentang
kehutanan). Dijelaskan juga bahwa fungsi hutan, yaitu fungsi konservasi, fungsi lindung,
fungsi produksi. Hutan konservasi merupakan kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang
diperuntukan bagi perlindungan alam, pengawetan jenis-jenis flora dan fauna, wisata alam
dan keperluan ilmu pengetahuan. Hutan lindung adalah hutan yang diperuntukan bagi
perlindungan tata tanah dan air bagi kawasan di sekitarnya. Hutan produksi adalah hutan
yang diperuntukan bagi produksi kayu dan hasil hutan lainnya untuk mendukung
perekonomian negara dan perekonomian masyarakat (Departemen Kehutanan dan
Perkebunan, 1999).
Untuk menjaga fungsi-fungsi hutan yang ada sangat diperlukan pengawasan terhadap
hutan tersebut. Dalam perkembangan zaman seperti saat ini, hutan menjadi lahan yang paling
sering dieksploitasi kemudian dialihfungsikan, baik untuk kepentingan perkebunan maupun
untuk pertambangan.

1.2 Rumusan Masalah

1.3 TUJUAN

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 HUTAN
Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-
undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Menurut Undangundang tersebut, Hutan
adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan yang lainnya
tidak dapat dipisahkan. Eksistensi hutan sebagai subekosistem global menenpatikan posisi
penting sebagai paru-paru dunia (Zain, 1996).
Pembagian kawasan hutan berdasarkan fungsi-fungsinya dengan kriteria dan
pertimbangan tertentu, ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah RI No. 34 tahun 2002 tentang
Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan
Penggunaan Kawasan Hutan Pasal 5 ayat (2), sebagai berikut :
a. Kawasan Hutan Konservasi yang terdiri dari kawasan suaka alam (cagar alam dan
Suaka Margasatwa), Kawasan Pelestarian Alam (Taman Nasional, Taman Hutan
Raya, dan Taman Wisata Alam), dan Taman Buru.
b. Hutan Lindung
c. Hutan Produksi

2.2 SUMBER DAYA ALAM


Suryanegara (1977) mengatakan bahwa secara definisi sumber daya alam adalah
unsur - unsur lingkungan alam, baik fisik maupun hayati yang diperlukan
manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna meningkatkan kesejahteraan hidup. Sumber
daya alam dapat dibedakan menjadi sumberdaya yang dapat diperbaharui atau dapat diisi
kembali atau tidak akan habis dan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui atau dipulihkan
kembali sebagaimana keadaan semula. Biasanya kita kelompokkan sebagai renewable
resources, seperti hutan, perikanan, hasil pertanian dan non-renewable resources, seperti biji
mineral, bahan bakar fosil dan sebagainya.
Hutan sebagai bagian dari sumberdaya alam nasional memiliki arti dan peranan
penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan lingkungan hidup. Telah
diterima sebagai kesepakatan internasional bahwa hutan yang berfungsi penting bagi
kehidupan dunia, harus dibina dan dilindungi dari berbagai tindakan yang berakibat rusaknya
ekosistem dunia. Hutan memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan. Manfaat hutan tersebut

i
diperoleh apabila hutan terjamin eksistensinya sehingga dapat berfungsi secara optimal.
Fungsi-fungsi ekologi, ekonomi dan sosial dari hutan akan memberikan peranan nyata
apabila pengelolaan sumberdaya alam berupa hutan seiring dengan upaya pelestarian guna
mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

2.3 PERMASALAHAN PADA HUTAN DAN UPAYA PENGELOLAAN


Alih fungsi lahan dalam arti perubahan penggunaan lahan, pada dasarnya tidak dapat
dihindarkan dalam pelaksanaanpembangunan. Alih fungsi hutan adalah menggunakan hutan
bukan untuk fungsi aslinya yaitu sebagai paru-paru dunia, daerah resapan, tempat tinggal
flora dan fauna, serta sebagai penahan air dalam tanah; tetapi menggunakan hutan untuk
kepentingan ekonomis seperti membuka hutan untuk kebun kelapa sawit, untuk tambang
batubara, atau untuk membangun perumahan (Lisdiyono, 2004)
Peralihan fungsi lahan hutan termasuk pemicu masalah hutan menurut Widianto
(2003), Alih fungsi lahan hutan ialah perubahan fungsi pokok hutan menjadi kawasan non
hutan seperti, pemukiman, areal pertanian perkebunan. Masalah ini bertambah berat dari
waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya luas areal hutan yang dialih fungsikan menjadi
lahan usaha lain.
Pengalihan fungsi hutan untuk penggunaan lain sudah terbukti sebagai ancaman
terhadap keberadaan wilayah hutan. Kebakaran hutan sering terjadi sejak praktek
pembakaran hutan digunakan untuk membuka lahan perkebunan. Alih fungsi lahan dapat
menyebabkan menurunnya kualitas lahan, misalnya dengan cara tebang bakar (slash and
burn) hal ini dikarenakan pembakaran kayu dan ranting sisa pembukaan lahan dapat
mempercepat proses pencucian dan pemiskinan tanah. Merosotnya kadar bahan organik tanah
akan memperburuk sifat fisik dan kimia tanah (Oksana,2012).
Berbagai masalah yang dihadapi oleh hutan contohnya pada kebakaran hutan Secara
umum kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh tiga faktor utama ialah
kondisi bahan bakar, cuaca, dan sosial budaya masyarakat. Kondisi bahan bakar yang rawan
terhadap bahaya kebakaran adalah jumlahnya yang melimpah di lantai hutan, kadar airnya
relatif rendah (kering), serta ketersediaan bahan bakar yang berkesinambungan. selanjutnya
pada Faktor iklim berupa suhu, kelembaban, angin dan curah hujan turut menentukan
kerawanan kebakaran. Suhu yang tinggi akibat penyinaran matahari langsung menyebabkan
bahan bakar mengering dan mudah terbakar, kelembaban yang tinggi (pada hutan dengan
vegetasi lebat) mengurangi peluang terjadinya kebakaran hutan, angin juga turut
mempengaruhi proses pengeringan bahan bakar serta kecepatan menjalarnya api sedangkan

ii
curah hujan mempengaruhi besar kecilnya kadar air yang terkandung dalam bahan baka
(Rasyid,2014).
kebakaran hutan ialah contoh dari salah satu masalah dari hutan ada pun masalh hutan
yang selanjutnya ialah penebangan hutan liar. Penebangan hutan secara liar merupakan
suatu bentuk pelanggaran terhadap pelestarian fungsi hutan, penebangan liar dikatakan
pelanggaran karena telah melanggar larangan-larangan yang telah ditentukan dan melakukan
suatu tindakan menurut kehendak sendiri tanpa memperhatikan peraturan-peraturan yang
telah dibuat. penebangan hutan dikategorikan sebagai bentuk pelanggaran terhadap
pelestarian fungsi hutan yang mana dalam pengaturan larangan-larangan tersebut di buat
agar hutan tidak mengalami kerusakan dan fungsi hutan dapat terlestarikan.Dengan adanya
penebangan hutan secara liar maka akan mengakibatkan tidak terlestarinya fungsi hutan
yang secara tidak langsung mengakibatkan menurunnya fungsi hutan. Hutan memiliki 3
fungsi yaitu fungsi produksi, fungsi konservasi, dan fungsi lindung. Perlu adanya suatu
pelestarian fungsi hutan agar hutan memberikan banyak manfaat bagi makhluk hidup
(Wirmayanti,2021).
Pertambangan merupakan suatu industri dimana bahan galian mineral diproses dan
dipisahkan dari material pengikut yang tidak diperlukan. Pertambangan adalah sebagian atau
seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau
batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang (UU Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara).
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) merupakan sebuah kebijakan pemerintah untuk
mewujudkan pemanfaatan hutan yang lestari dengan konsep pengelolaan hutan hingga
tingkat tapak. Selama ini pemanfaatan hutan dengan mekanisme perijinan pengusahaan hutan
yang tidak memiliki komitmen yang baik mengakibatkan hutan rusak, perambahan hingga
menimbulkan konflik dalam kawasan hutan. Melalui konsep pengelolaan hutan hingga
tingkat tapak di mana pemerintah berperan sebagai pengelola hutan sekaligus penjaga hutan
akan mampu mencapai tujuan pengelolaan hutan yang lestari (No,2015).
Strategi pengembangan KPH yang dilakukan pada penelitianya ialah pada Tipe A
adalah khusus untuk kelangsungan usaha perlu menjaga partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan hutan dan penyempurnaan peraturan yang mendukung kemandirian KPH.
Strategi pengembangan KPH Tipe B adalah sosialisasi KPH masih tetap perlu dilakukan
khususnya pada para pihak lainnya untuk meningkatkan komitmen Pemerintah Daerah agar
mendukung KPH secara utuh. Selain itu perlu mengeksplorasi potensi SDH yang belum

iii
teridentifikasi dan meningkatkan nilai tambah SDH yang ada. Strategi KPH Tipe C adalah
sosialisasi KPH terus dilakukan agar menumbuhkan komitmen Pemda dalam pembangunan
KPH dan mengidentifikasi potensi usaha dengan SDH di wilayah kerjanya. ( No,2015)

2.4 PERALIHAN FUNGSI HUTAN LINDUNG DALAM PANDANGAN ISLAM DAN


ALQUR’AN

Islam merupakan agama yang memberikan perhatian yang cukup besar terhadap
Lingkungan hidup, karena dalam ajaran Islam (ayat-ayat Al-Qur’an) mengandung prinsip-
prinsip etika lingkungan (Erwin, 2008). Sehingga dapat dikatakan Islam merupakan petunjuk,
arahan dan barometer benar tidaknya suatu tindakan dan perbuatan manusia (Sonny, 2008).
Petunjuk dan arahan ini oleh Islam dituangkan dalam bentuk aturan dan norma-norma yang
dimuat dalam Al Qur”an dan Hadist. Selain itu Islam merupakan ajaran yang memberikan
pedoman dalam membangun sikap yang baik dan realistis demi terciptanya suatu harmoni di
alam ini. Dimana manusia adalah sebagai yang mewujudkan keharmonisan tersebut. Peran
manusia dalam pengharmonisan di alam ini sudah disebutkan oleh Allah Subhanahuwataala
dalam Al Qur’an
Surat Al-Baqarah ayat 30, yang artinya; ”Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada
para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.”. Mereka berkata, “apakah Engkau
hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami
bertasbih memujiMu dan menyucikan namaMu? Dia berfirman,”sungguh, Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui.” Arti khalifah dalam Surat Al-Baqarah ayat 30 disini adalah:
seseorang yang diberi kedudukan oleh Allah untuk mengelola suatu wilayah, ia berkewajiban

untuk menciptakan suatu masyarakat yang hubungannya dengan Allah baik, kehidupan
masyarakatnya harmonis, agama, akal dan budayanya terpelihara (Yusuf, 2001).
Alam semesta ini diciptakan oleh Allah swt sangat sempurna. Untuk mengatur
kelangsungan kehidupan makhluk-Nya di muka bumi, Allah telah memberikan kepercayaan
kepada manusia untuk memakmurkan dan mengelolanya dengan cara yang baik sehingga
tidak terjadi bencana di muka bumi (QS. Hud [11]: 61).

iv
“dan kepada Tsamud) kami utus (saudara mereka shaleh .Shaleh berkata: "Hai
kaumku ,sembahlah Allah ,sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia .Dia telah
menciptakan kamu dari bumi) tanah (dan menjadikan kamu pemakmurnya,karena itu
mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya ,Sesungguhnya Tuhanku Amat
dekat) rahmat-Nya (lagi memperkenankan) doa hamba-Nya Di dalam ayat tersebut, kata
‫تَ ْع َم َر ُك ْم‬RRR‫اس‬
ْ ‫ َو‬berarti manusia diperintahkan untuk memakmurkan bumi, karena manusia
mempunyai potensi dan memiliki kesiapan untuk menjadi makhluk yang membangun.
Memakmurkan bumi pada hakikatnya adalah pengelolaan lingkungan secara benar dengan
cara melaksanakan pembangunan dan mengolah bumi. Karena alam harus dijaga dan
dilestarikan supaya tidak punah sehingga dapat dimanfaatkan oleh generasi mendatang
(Awang, 2001).
Apabila manusia mampu memakmurkan dan memelihara alam dengan baik, maka
alam pun akan bersahabat dengan kita. Allah telah membentangkan bumi yang sangat luas
beserta tumbuh-tumbuhan, laut dan seluruh ekosistem yang ada di dalamnya. Gunung-
gunung, batu, air dan udara, semua itu merupakan sumber daya alam. Bumi dan semua yang
ada di dalamnya diciptakan Allah untuk manusia, baik yang di langit dan bumi, daratan dan
lautan serta sungai-sungai, matahari dan bulan, malam dan siang, tanaman dan buah-buahan,
binatang melata dan binatang ternak (QS. al-Hijr ayat 19-20).

“Dan kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan
kami tumbuhkan padanya segala sesuatu yang menurut ukuran. Dan kami telah menjadikan
untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup. Dan (Kami menciptakan pula) makhluk-
makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya.”
Di dalam ayat tersebut di atas Allah swt. telah menghamparkan bumi, menjadikan
gunung dan tumbuh-tumbuhan, maka manusia harus bertanggung jawab mengelola dan
memanfaatkan sumber daya alam berdasarkan azas kelestarian untuk mencapai kemakmuran
sehingga dapat memenuhi kebutuhan umat manusia (Hernedi, 2011).
Masalah lingkungan hidup merupakan persoalan global yang tidak terpisahkan dari
kehidupan manusia. Lingkungan yang baik dan sehat menjadi barang langka yang sulit untuk

v
didapatkan, karena hampir disetiap ruang sudah terjadi kerusakan. Kerusakan lingkungan ini
salah satunya dipicu oleh tingginya nafsu manusia untuk mengambil manfaat dari alam.
Padahal Allah menciptakan alam dan sumberdaya alam ini dimaksudkan untuk kemakmuran
manusia (Emil, 2010). Oleh karena itu seharusnya manusia tidak melakukan perusakan
lingkungan dengan mengeksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan. Eksploitasi
sumberdaya alam yang berlebihan akan berdampak pada kerusakan lingkungan, baik
terhadap aspek kepentingan manusia, maupun terhadap kualitas dan daya dukung bagi
makhluk hidup lainnya, Contoh kongkritnya, kerusakan hutan akan berpengaruh
terhadap perubahan iklim dan terjadinya pemanasan global (global warming). Akibat lebih
jauh dari kerusakan hutan tersebut akhirnya akan mempengaruhi kehidupan manusia. Selain
itu
pertambahan jumlah penduduk juga akan berdampak pada kerusakan lingkungan, karena
semakin banyaknya jumlah manusia yang menghuni bumi akan semakin tidak terbendungnya
aktivitas manusia dalam mengeksploitasi sumberdaya alam. Akibatnya akan mempercepat
kerusakan lingkungan dan mempercepat habisnya sumberdaya alam yang ada di bumi.
Adanya tindakan manusia melakukan eksploitasi yang berlebihan terhadap sumberdaya alam
diakibatkan oleh adanya pandangan manusia yang anthroposentris terhadap alam, yang
memandang bahwa manusia adalah pusat dari alam semesta. Sehingga alam dipandang
sebagai objek yang dapat dieksploitasi hanya untuk memuaskan keinginan manusia. Padahal
Allah
Subhanahuwataala telah mengingatkan manusia dalam Al Quran surat Ar Ruum ayat 41:
yang artinya: Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan

mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Selanjutnya pada ayat-ayat Alqur’an
yang lainnya, Allah juga menyinggung tentang peranan manusia dalam kerusakan
lingkungan, melarang manusia untuk merusak lingkungan,
dan sekaligus mengajak manusia memelihara lingkungan. Salah satu ajakan itu dapat
dilakukan dengan merubah paradigma pembangunan dari orientasi serba ekonomi bagi
kepentingan
manusia menjadi pandangan ekosentris berupa mengembangkan lingkungan hidup yang
serasi dengan alam (Fachruddin, 2005).
Dari Peringatan Allah Subhanahuwaraala dalam ayat-ayat Alqur’an tersebut, ada dua
hal pokok yang menjadi dasar pandangan Islam dalam isu perusakan lingkungan:

vi
1. Islam menyadari bahwa telah dan akan terjadi kerusakan lingkungan baik di
daratan dan lautan yang berakibat pada turunnya kualitas lingkungan tersebut dalam
mendukung hajat hidup manusia;
2. Islam memandang manusia sebagai penyebab utama kerusakan dan sekaligus
pencegah terjadinya kerusakan tersebut (Joko, 2002).

vii
viii
DAFTAR PUSTAKA
Awang Jauharul Fuad, Global Warming dalam Pandangan Islam, Yogyakarta: eLSAQ Press,
2001
Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan. Dephutbun RI. Jakarta.
Departemen Kehutanan. 2002. Peraturan Pemerintah RI No. 34 tahun 2002 tentang Tata
Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan
Penggunaan Kawasan Hutan. Jakarta.
Emil Salim, 2010. Ratusan Bangsa Merusak Satu Bumi, Kompas, Jakarta,
Fachruddin M. Mangunjaya, 2005. Konservasi Alam Dalam Islam, Yayasan Obor, Jakarta,.
Hernedi Ma’ruf, Bencana Alam dan Kehidupan Manusia dalam Perspektif al-Qur’an,
Yogyakarta: ElsaQ Press, 2011.
Joko Subagyo P, 2002. Hukum Lingkungan, Masalah dan penanggulangannya, Rineka Cipta,
Jakarta.
Muhamad Erwin, 2008. Hukum Lingkungan dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan
Lingkungan Hidup, Refika Aditama, Bandung.
No, J. G. B. (2015). Tipologi dan strategi pengembangan kesatuan pengelolaan hutan di
Indonesia. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 12(3), 283-297.
Oksana, O., Irfan, M., & Huda, U. 2012. Pengaruh alih fungsi lahan hutan menjadi
perkebunan kelapa sawit terhadapsifat kimia tanah. Jurnal Agroteknologi, 3(1), 29-
34.
Perlindungan Sumberdaya Alam dalam Islam Kanun Jurnal Ilmu Hukum
Efendi No. 55, Th. XIII (Desember, 2011).
Rasyid, F. 2014. Permasalahan dan dampak kebakaran hutan. Jurnal Lingkar
Widyaiswara, 1(4), 47-59.
Reksohadiprodjo, s., Brodjonegoro. 2000. Ekonomi Lingkungan. BPFE Yogyakarta. Edisi
Kedua. Yogyakarta.
Sonny Keraf, 2010. Etika Lingkungan Hidup, Kompas, Jakarta.
Widianto, Hairiah, Suharjito, Sardjono. 2003. Fungsi dan Peran Agroforestri.World
Agroforestry Centre (Icraf). Bogor
Wirmayanti, P. A. I., Widiati, I. A. P., & Arthanaya, I. W. 2021. Akibat Hukum Penebangan
Hutan secara Liar. Jurnal Preferensi Hukum, 2(1), 197-201.
Yusuf Al-Qaradhawi,2001. Islam Agama Ramah Lingkungan, Al- Kautsar,Jakarta Timur.
Zain, AS. 1996. Hukum lingkungan Konservasi Hutan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

ix
x

Anda mungkin juga menyukai