Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM 

FISIOLOGI HEWAN 
PENGARUH INSEKTISIDA TERHADAP KERJA SYARAF SERANGGA

Dosen Pengampu : 
Dr. Retno Susilowati,M.Si 
Berry Fakhry Hanifa, S.Si., M.Sc 
Tyas Nyonita Punjungsari, S.Pd., M.Sc 

Disusun Oleh : 
Nama :Ayu Aqis Bilqisti
NIM : 19620107
Kelas : Biologi D
Tanggal: 22 oktober 2021
Asisten : Qurotul Aini

PROGRAM STUDI BIOLOGI 


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI 
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG 
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Insektisida merupakan zat kimia yang berfungsi sebagai pemberantas serangga
pengganggu (Kamus Pertanian Umum, 2013). Insektisida banyak digunakan di dalam
kehidupan sehari-hari terutama di Indonesia yang merupakan negara tropis dimana kejadian
penyakit melalui vektor tinggi, salah satu insektisida yang terdapat di dalam rumah tangga
ialah obat nyamuk (Kemenkes, 2012). Obat nyamuk merupakan jenis insektisida untuk
mengendalikan jumlah nyamuk terutama nyamuk yang menyebabkan penyakit pada
manusia, seperti Aedes agepty sebagai vektor penyebab demam berdarah. Di dalam
kehidupan sehari-hari obat nyamuk dapat digunakan dengan berbagai cara seperti dibakar,
elektrik, pengasapan, lotion atau oles, dan semprot (Wudianto, 2007).
Penggunaan senyawa kimia untuk mengendalikan hama tersebut sangat banyak
digunakan sekarang. Dunia menggunakan pestisida hingga dua juta ton pertahunnya dengan
jenis pestisida yang terbanyak digunakan, yaitu herbisida, insektisida, dan fungisida (De et
al, 2014). penggunaan insektisida dalam rumah tangga sekitar 80% yang menunjukkan
bahwa masyarakat dominan menggunakan insektisida untuk mengendalikan
nyamuk/serangga. Jenis obat nyamuk aerosol atau semprot merupakan penggunaan yang
terpopuler di Jakarta dibandingkan dengan jenis bakar, oles, elektrik dan penggunaan
kombinasi jenis bakar, semprot, dan oles yaitu 36.6% (Depkes, 2009).
Zat aktif yang telah dibuktikan sebagai pengendali nyamuk ialah piretroid, organofosfat,
karbamat, dan N,N-diethyl-meta-toluamide (DEET) dimana zat-zat aktif tersebut memiliki
kerja yang berbeda dan bersifat racun atau toksik terhadap serangga, nyamuk khususnya.
Insektisida tersebut dapat masuk melalui kulit, sistem pernapasan, sistem pencernaan,
bahkan dapat melalui lebih dari satu cara (Raini, 2009). Menurut Citizens Campaign for the
Environment (CCE) dan Citizens Environmental Research Institute (CERI) terdapat empat
insektisida yang sering digunakan, yaitu scougre, anvil, permethrin, dan malathion dimana
semuanya merupakan golongan insektisida piretroid, kecuali malathion yang berasal dari
golongan organofosfat (Stahl, 2002). Piretroid merupakan salah satu senyawa kimia yang
disintetis di laboratorium dengan struktur kimia seperti piretrin yang ada pada bunga krisan
(Chrysanthemum cinerariaefolium). Berdasarkan data Enviromental Protection Agency
(EPA), terdapat lebih dari 3.500 produk yang merupakan insektisida dengan bahan aktif
piretrin dan piretroid yaitu banyak digunakan secara luas di rumah tangga. Penggunaan
piretrin dan piretroid meningkat terutama dalam dekade terakhir karena pestisida jenis
organofosfat yang sudah merosot akibat sangat toksik dibandingkan dengan piretroid
(Djojosumarto, 2008).
Piretroid bekerja dengan mempengaruhi sistem saraf serangga. Senyawa ini
memodifikasi karakteristik saluran natrium (Na+) yaitu dengan menunda pengeluaran dari
Na+ sehingga memperlama eksitasi. Dalam keadaan normal untuk menyampaikan stimulus
pada saraf dibutuhkan suatu listrik yang menimbulkan potensial aksi, yaitu dengan cara
perpindahan antar ion bermuatan negatif di dalam sel dengan ion bermuatan positif di luar
sel. Na+ sebagai ion bermuatan positif yang berada di luar sel akan masuk ke dalam sel
melalui saluran Na+ dengan adanya faktor pemicu untuk membuka saluran tersebut.
Potensial aksi tersebut akan kembali ke nilai normal atau keadaan istirahat apabila saluran
Na+ menutup (Sherwood, 2014). Saluran Na+ yang terlalu lama membuka menyebabkan
depolarisasi yang menetap menimbulkan gejala seperti tremor bahkan kematian sel (Haris,
2002).
Tidak ada pestisida termasuk insektisida yang 100% aman, efek toksik pada obat nyamuk
tidak hanya berpengaruh terhadap nyamuk atau serangga lainnya, tetapi juga berpengaruh
manusia (American Mosquito Control Association (AMCA), 2014). Keracunan sering
dikarenakan terpapar ke dalam tubuh melalui inhalasi dan topikal sementara pada kasus
bunuh diri kejadian tersering melalui ingesti dan topikal (Hulse, et al., 2014). Piretroid
mempengaruhi sistem organ, seperti pada sistem pernafasan dan sistem perdarahan. Kedua
sistem tersebut akan menunjukkan terjadinya proses hipoksia pada tubuh seseorang yang
terpapar dengan cara inhalasi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam praktikum “Pengaruh Insektisida Terhadap Kerja Syaraf
Serangga” ini adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme kerja syaraf serangga
2. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh insektisida terhadap perubahan prilaku
serangga
3. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme kerja insektisida dalam meracuni dan
mematikan serangga
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum “Pengaruh Insektisida Terhadap Kerja Syaraf Serangga”
ini adalah :
1. Untuk mengetahui mekanisme kerja syaraf serangga
2. Untuk mengetahui pengaruh insektisida terhadap perubahan prilaku serangga
3. Untuk mengetahui mekanisme kerja insektisida dalam meracuni dan mematikan
serangga
BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Waktu Dan Tempat


Praktikum mengenai “Pengaruh Insektisida Terhadap Kerja Syaraf Serangga”
dilaksanakan pada tanggal 22 oktober 2021 pukul 15.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB di
rumah masing-masing melalui  pertemuan zoom meeting.
2.2 Alat Dan Bahan
2.2.1 Alat
Alat- alat yang digunakan Pada Praktikum “Pengaruh Insektisida Terhadap Kerja
Syaraf Serangga” adalah sebagai berikut :
1. Plastik atau toples bening 3 buah
2. Alat penusuk 1 buah
3. Karet gelang secukupnya
4. Stopwatch 1 buah
5. Korek api secukupnya
2.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan Pada Praktikum “Pengaruh Insektisida Terhadap Kerja
Syaraf Serangga” adalah sebagai berikut :
1. Belalang
2. Jangkrik
3. Semut hitam
4. Obat nyamuk
2.3 Langkah Kerja
Langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum mengenai “Pengaruh Insektisida
Terhadap Kerja Syaraf Serangga”  adalah sebagai berikut :
1. Diisilah plastik dengan udara
2. Dimasukkan masing masing serangga pada plastik yang berbeda secara hati hati agar
udara tidak keluar
3. Ditutuplah plastik dengan karet gelang
4. Dilubangi plastik dengan penusuk selebar kira kira ujung obat nyamuk bakar bisa masuk
5. Diamati prilaku masing masing serangga setiap menit selama 15 menit atau lebih
BAB III

PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Deskripsi perilaku
Nama
13-15
Serangga 1-3 menit 4-6 menit 7-9 menit 9-12 menit
menit
Tidak
Jangkrik Pergerakan Pergerakan
stress berpindah Terlentang
(Gryllus sp) melambat melemah
tempat
Semut Hampir
Pergerakan Pergerakan
(Dolichoderus Kejang Terkulai semua
melemah lambat
thoracicus) semut mati
Tidak ada Sedikit
Belalang Tidak ada Tidak ada mulai
tingkah tingkah tingkah dalam
(Caelifera sp) laku laku melemah
laku bergerak

4.2 Pembahasan
Berdasarkan pada hasil praktikum bahwa mengenai pengaruh insektisida atau pestisida
terhadap serangga memiliki berbagai tingkah laku di menit menit tertentu seperti di menit
awal terdapat serangga yang stress, kejang, dan juga tidak respon sama sekali, kemudian di
menit menit pertengahan terjadi perubahan tingkah laku secara signifikan mulai dari
pergerakan yang melambat, terlentang karena tidak ada daya serta ada yang mati hal ini
karena terjadi perbedaan dikarenakan mekanisme syaraf piretroid yang ada berbeda dari
yang lain. Keracunan insectisida adalah kondisi yang terjadi ketika racun serangga
tertelan,terhirup, atau terserap kedalam kulit dakam jumlah banyak. Kondisi ini tergolong
berbahaya, dan harus segera mendapatkan penanganan medis. Insectisida merupakan salah
satu jenis pestisida khusus diperuntukkan pembasmi serangga. Terkadang insetisida
digunakan sebagai campuran larutan untuk fogging nyamuk. Dibidang pertanian, insectisida
digunakan sebagai pembasmi hama. Insectisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun
yang dipakai untuk membunuh serangga (Heller, 2010).

Menurut Eka (2018) mengatakan bahwa senyawa yang bersifat racun yang masuk ke
tubuh akan mengalami biotransformasi. Proses metabolisme tersebut membutuhkan energi,
semakin banyak senyawa racun yang masuk ke tubuh serangga menyebabkan energi yang
dibutuhkan untuk proses netralisir semakin besar. Banyaknya energi yang digunakan untuk
menetralisir senyawa racun tersebut menyebabkan penghambatan terhadap metabolisme
yang lain sehingga serangga akan kekurangan energi dan akhirnya mati.
BAB IV

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian diatas yaitu bahwa mekanisme insektisida
sebagai racun kontak yang dapat melemahkan dan bahkan mematikan serangga dengan cara
langsung menyerang integumen serangga (kutikula), trakhea, dan atau kelenjar yang lain
yang berhubungan langsung dengan kutikula. Hal ini menyebabkan respon yang berbeda
pada objek yang berbeda-beda tergantung ketahanan tubuh serangga.
5.2 Saran
Memperbanyak literatur sehingga dapat memudahkan praktikkan dalam mengamati dan
membuat laporan.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. (2009). Pedoman Pelaksanaan Program Rumah Sakit Sayang Ibu dan
Bayi (RSSIB). Jakarta: Depkes RI.

Djojosumanrto, P. 2008. Panduan Lengkap Pestisida & Aplikasinya.

Eka, S,P., Moerfiah, Triastinurmiatiningsih.2018. POTENSI EKSTRAK DAUN KARUK (Piper


sarmentosum) SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera
litura).Jurnal Ilmiah Ilmu Dasar dan Lingkungan Hidup. Vol 18 (2): 55-62.

Haris.LS. Faktor yang mempengaruhi tingkat keracunan pada tenaga kerja di tempat penjualan
pestisida. Unair Surabaya. 2002.

Heller, P & Hollabaugh. (1992). Teaching problem solving through cooperative grouping. Part I:
Group versus individual problem solving. American Journal of Physics. 60, (70).

Hulse KE, Stevens WW, Tan BK, Schleimer RP. Pathogenesis of nasal polyposis. Clin Exp
Allergy.2015; 45 (2): 328-46.

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
2014.

Raini M. Toksikologi pestisida dan penanganan akibat keracunan pestisida. Jakarta: Depkes;
2007.

Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem..Edisi 8. Jakarta: EGC.

Stahl, E. (peny.). (1969). Thin Layer Chromatography, tbn. 2, George Allen dan Unwin, London.

Wudianto R. Petunjuk penggunaan Pestisida. Jakarta: Penebar Swadaya; 2001.


DISKUSI

1. jelaskan tentang mekanisme kerja syaraf serangga Insektisida yang mempengaruhi sistem
syaraf Sistem syaraf serangga yang berhubungan dengan otot ada 3 yaitu CNS atau SSP
(Central Nervous System atau Susunan Syaraf Pusat), PNS atau SST (Peripheral Nervous
System atau Sistem Syaraf Tepi) dan Stomagastric System atau Sistem Stomagastrik.
Sistem pertama terdiri atas otak dan korda syaraf ventral. Sistem kedua adalah sistem
syaraf yang dipergunakan untuk menerima sinyal atau rangsang berupa khemoreseptor,
mekanoreseptor, semua sensila, syaraf motorik yang dihubungkan ke otot atau kelenjar,
sedangkan sistem 5 ketiga adalah sistem pada perut atau pencernaan, yang tidak
dikendalikan oleh keinginan serangga (involuntary).
2. Jelaskan tentang mekanisme kerja insektisida dalam meracuni dan mematikan
 seranggaInsektisida yang mempengaruhi sistem syaraf
 Insektisida yang menghambat produksi energi
 Insektisida yang mempengaruhi hormon pertumbuhan serangga
 Insektisida yang mempengaruhi keseimbangan air tubuh serangga
 Insektisida yang merusak jaringan pencernaan serangga
 Ada beberapa insektisida yang mekanisme kerjanya dapat mempengaruhi sistem
syaraf yaitu Organofosfor, Karbamat, Piretroid sintetik danImidacloprid

Anda mungkin juga menyukai