Anda di halaman 1dari 8

Universitas Sam Ratulangi Manado Makalah K3 Kemaritiman

“PEKERJA DI PABRIK PENGELOLAHAN IKAN”

Dosen : Dr. Oksfriani Jufri Sumampouw, S.Pi, M.Kes

Anggota kelompok 7 & 8 :

Dhea C. J. Botto 19-003, Talita Citra Amelia Lumempow 19-011, Frigia Erika Wauran 19-136,
Benanda Gracia 19-170, Imanuella Susilo 19-171, Endriano Gandawari 19-021, Rizki Luthfita
Sari 21-334, Devita Butar Butar 21-335, Novelin G. Mamahit 19-146

Mahasiswa/I Fakultas Kesehatan Masyarakat

PEMBAHASAN

EPIDMIOLOGI PEKERJA DI PABRIK PENGELOLAHAN IKAN INDONESIA


1. Jumlah Tenaga Kerja Perikanan di Indonesia
Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo menyebutkan jumlah tenaga kerja perikanan
di Indonesia pada tahun 2012 yang bergerak di sektor perikanan tangkap, budidaya, dan
pengolah hasil pemasaran sebanyak 11.972.520 orang. Angka tersebut bertambah jika
dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja perikanan di Indonesia pada tahun 2011 yaitu
sebanyak 11.972.520 orang. Namun berdasarkan Data Sensus Pertanian yang dipublikasikan
oleh Badan Pusat Statistik, menunjukkan adanya penurunan jumlah Rumah Tangga Perikanan
dari 1,6 juta (Sensus Pertanian 2003) menjadi 868,41 ribu (Sensus Pertanian 2013).

2. Jumlah Unit Pengolahan Ikan di Indonesia


Unit Pengolahan Ikan, yang selanjutnya disingkat UPI, adalah tempat dan fasilitas untuk
melakukan aktivitas Pengolahan Ikan. Berikut ini merupakan jumlah Unit Pengolahan Ikan di
Indonesia pada tahun 2019 dengan skala usaha yang terbagi menjadi dua, yaitu mikro kecil dan
menengah besar.
Tabel 1. Jumlah Unit Pengolahan Ikan Skala Usaha Mikro Kecil di Indonesia Menurut Provinsi
Tahun 2019
Skala Usaha Provinsi Jumlah
Mikro Kecil ACEH 565
Mikro Kecil BALI 905
Mikro Kecil BANTEN 1.323
Mikro Kecil BENGKULU 538
Mikro Kecil DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 301
Mikro Kecil DKI JAKARTA 321
Mikro Kecil GORONTALO 661
Mikro Kecil JAMBI 1.265
Mikro Kecil JAWA BARAT 8.873
Mikro Kecil JAWA TENGAH 6.953
Mikro Kecil JAWA TIMUR 10.624
Mikro Kecil KALIMANTAN BARAT 1.697
Mikro Kecil KALIMANTAN SELATAN 897
Mikro Kecil KALIMANTAN TENGAH 2.097
Mikro Kecil KALIMANTAN TIMUR 601
Mikro Kecil KALIMANTAN UTARA 704
Mikro Kecil KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 2.686
Mikro Kecil KEPULAUAN RIAU 1.628
Mikro Kecil LAMPUNG 1.699
Mikro Kecil MALUKU 1.184
Mikro Kecil MALUKU UTARA 296
Mikro Kecil NUSA TENGGARA BARAT 1.420
Mikro Kecil NUSA TENGGARA TIMUR 892
Mikro Kecil PAPUA 966
Mikro Kecil PAPUA BARAT 286
Mikro Kecil RIAU 837
Mikro Kecil SULAWESI BARAT 277
Mikro Kecil SULAWESI SELATAN 1.211
Mikro Kecil SULAWESI TENGAH 1.442
Mikro Kecil SULAWESI TENGGARA 1.636
Mikro Kecil SULAWESI UTARA 1.14
Mikro Kecil SUMATERA BARAT 833
Mikro Kecil SUMATERA SELATAN 3.188
Mikro Kecil SUMATERA UTARA 2.147
Total 62.093

Berdasarkan tabel di atas, daerah dengan Unit Pengolahan Ikan yang paling banyak berada di
Provinsi Jawa Timur yaitu sebanyak 10.624 unit dan daerah dengan Unit Pengolahan Ikan yang
paling sedikit berada di Provinsi Sulawesi Barat yaitu sebanyak 277 unit. Jumlah Unit
Pengolahan Ikan skala usaha mikro kecil di Indonesia pada tahun 2019 sebanyak 62.093 unit.

Tabel 2. Jumlah Unit Pengolahan Ikan Skala Usaha Mikro Kecil di Indonesia Menurut Provinsi
Tahun 2019
Skala Usaha Provinsi 2019
Menengah ACEH 2
Besar
Menengah BALI 0
Besar
Menengah BANTEN 20
Besar
Menengah BENGKULU 2
Besar
Menengah DKI JAKARTA 145
Besar
Menengah GORONTALO 12
Besar
Menengah JAWA BARAT 31
Besar
Menengah JAWA TENGAH 47
Besar
Menengah JAWA TIMUR 113
Besar
Menengah KALIMANTAN BARAT 8
Besar
Menengah KALIMANTAN SELATAN 11
Besar
Menengah KALIMANTAN TIMUR 9
Besar
Menengah KALIMANTAN UTARA 16
Besar
Menengah KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 16
Besar
Menengah KEPULAUAN RIAU 15
Besar
Menengah LAMPUNG 14
Besar
Menengah MALUKU 20
Besar
Menengah MALUKU UTARA 7
Besar
Menengah NUSA TENGGARA BARAT 11
Besar
Menengah NUSA TENGGARA TIMUR 15
Besar
Menengah PAPUA 1
Besar
Menengah PAPUA BARAT 20
Besar
Menengah SULAWESI BARAT 1
Besar
Menengah SULAWESI SELATAN 105
Besar
Menengah SULAWESI TENGAH 9
Besar
Menengah SULAWESI TENGGARA 15
Besar
Menengah SULAWESI UTARA 52
Besar
Menengah SUMATERA BARAT 2
Besar
Menengah SUMATERA SELATAN 5
Besar
Menengah SUMATERA UTARA 49
Besar
Total 773

Berdasarkan tabel di atas, daerah dengan Unit Pengolahan Ikan dengan skala usaha
menengah besar yang paling banyak berada di Provinsi DKI Jakarta yaitu sebanyak 145 unit dan
daerah dengan Unit Pengolahan Ikan dengan skala usaha menengah besar yang paling sedikit
berada di Provinsi Sulawesi Barat dan Papua yaitu masing-masing sebanyak 1 unit. Selain itu
juga terdapat daerah yang tidak memiliki Unit Pengolahan Ikan dengan skala usaha menengah
besar yaitu Provinsi Bali. Jumlah Unit Pengolahan Ikan skala usaha menengah besar di Indonesia
pada tahun 2019 sebanyak 773 unit.

PENYAKIT AKIBAT KERJA ATAU KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA DI


PABRIK PENGELOLAHAN IKAN

1. Golongan fisik
 Kebisingan dapat mengakibatkan gangguan pada pendengaran sampai dengan Non-
induced hearing loss
 Radiasi (sinar radio aktif) dapat mengakibatkan kelainan darah dan kulit
 Suhu udara yang tinggi dapat mengakibatkan heat stroke, heat cramps, atau hyperpyrexia.
Sedangkan suhu udara yang rendah dapat mengakibatkan frostbite, trenchfoot atau
hypothermia. d. Tekanan udara yang tinggi dapat mengakibatkan caison disease
 Pencahayaan yang tidak cukup dapat mengakibatkan kelahan mata. Pencahayaan yang
tinggi dapat mengakibatkan timbulnya kecelakaan.

2. Golongan fisiologis
Dapat disebabkan oleh kesalahan kontruksi, mesin, sikap badan yang kurang baik, salah cara
melakukan suatu pekerjaan yang dapat mengakibatkan kelelahan fisik bahkan lambat laun dapat
menyebabkan perubahan fisik pada tubuh pekerja

3. Golongan kimia
 Debu dapat mengakibatkan pneumokoniosis
 Uap dapat mengakibatkan metal fume fever, dermatitis dan keracunan
 Gas dapat mengakibatkan keracunan CO dan H2S
 Larutan dapat mengakibatkan dermatitis
 Insektisida dapat mengakibatkan keracunan

Selain itu juga WHO melaporkan tahun 2014 insiden dari penyakit kulit akibat kerja di
beberapa negara adalah sama,yaitu 50- 70 kasus per 100.000 pekerja per tahun Health and Safety
Executive/HSE (2010) menyatakan 39.000 orang di Inggris terkena penyakit kulit yang
disebabkan oleh pekerjaan atau sekitar 80%, di Amerika Serikat, 90% klaim kesehatan akibat
kelainan kulit pada pekerja diakibatkan oleh dermatitis kontak.

Salah satu jenis pekerjaan yang berisiko dapat mengalami gangguan integritas kulit
adalah pekerja pengepakan ikan. Pekerja ini berkontak langsung dengan ikan segar yang
diperoleh dari hasil tangkapan ikan di laut oleh nelayan. Ikan yang masih mengadung air laut.
Air laut diduga mengandung jamur seperti monoliasis yang dapat dapat menyebabkan alergi,
iritasi kulit, dan hipersensitivitas kulit.

Pekerja pengepakan ikan yang mengalami gangguan integritas kulit, seperti gatal- gatal
banyak yang tidak memakai alat pelindung diri seperti sepatu boot dan sarung tangan. Penelitian
Cahyawati (2011) menyebutkan masa kerja, APD, riwayat pekerjaan, kesehatan pribadi, riwayat
penyakit kulit dan riwayat alergi adalah faktor yang mempengaruhi kejadian dermatitis pada
nelayan di TPI Tanjungsari Kabupaten Rembang.
UPAYA PENGENDALIAN BAHAYA BERDASARKAN 5 HIERARKI

Pengendalian risiko (Risk Control) adalah cara untuk mengatasi potensi bahaya yang
terdapat dalam dalam lingkungan kerja. Potensi bahaya tersebut dapat dikendalikan dengan
menentukan suatu skala prioritas terlebih dahulu yang kemudian dapat membantu dalam prioritas
terlebih dahulu yang kemudian dapat membantu dalam pemilihan pengendalian resiko yang
disebut hirarki pengendalian resiko. (Wijaya, Panjaitan, Palit, 2015). Pengendalian risiko dapat
mengikuti Pendekatan Hirarki Pengendalian (Hirarchy of Control). Hirarki pengedalian resiko
adalah suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan pengendalian resiko yang mungkin timbul
yang terdiri dari beberapa tingkatan secara berurutan (Tarwaka, 2008).

Hirarki atau metode yang dilakukan untuk mengendalikan risiko antara lain:

a. Eliminasi (Elimination)
Eliminasi dapat didefinisikan sebagai upaya menghilangkan bahaya. Eliminasi merupakan
langkah ideal yang dapat dilakukan dan harus menjadi pilihan utama dalam melakukan
pengendalian risiko bahaya. Hal ini berarti eliminasi dilakukan dengan upaya
mengentikan peralatan atau sumber yang dapat menimblkan bahaya.

b. Substitusi (Substitution)
Substitusi didefinisikan sebagai penggantian bahan yang berbahaya dengan bahan yang
lebih aman. Prinsip pengendalian ini adalah menggantikan sumber risiko dengan sarana
atau peralatan lain yang lebih aman atau lebih rendah tingkat resikonya.

c. Rekayasa (Engineering) Rekayasa / Engineering


merupakan upaya menurunkan tingkat risiko dengan mengubah desain tempat kerja,
mesin, peralatan atau proses kerja menjadi lebih aman. Ciri khas dalam tahap ini adalah
melinatkan pemikiran yang lebih mendalam bagaimana membuat lokasi kerja yang
memodifikasi peralatan, melakukan kombinasi kegiatan, perubahan prosedur, dan
mengurangi frekuansi dalam melakukan kegiatan berbahaya.
d. Administrasi
Dalam upaya sacara administrasi difokuskan pada penggunaan prosedur seperti SOP
(Standard Operating Procedure) sebagai langkah mengurangi tingkat risiko.

e. Alat Pelindung Diri (APD) Alat pelindung diri


merupakan langkah terakhir yang dilakukan yang berfungsi untuk mengurangi keparahan
akibat dari bahaya yang ditimbulkan.

Diagram sebab-akibat atau sering disebut diagram tulang ikan (fishbone) adalah suatu
diagram yang menujukan hubungan antara sebab-akibat. Dari diagram sebab akibat ini akan
diketahui faktorfaktor penyebab terjadinya suatu masalah. Metode ini dikembangkan oleh
Kaoru Ishikawa pada tahun 1963. Ada 5 faktor yang berpengaruh yang perlu diperhatikan ,
yaitu:

a. Manusia (Man).
b. Mesin atau Alat (Machine).
c. Metode (Method).
d. Material atau bahan (Material).
e. Lingkungan (Environment).

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2019. “Jumlah Unit Pengolahan Ikan (UPI)/Provinsi”
diakses melalui https://statistik.kkp.go.id/home.php?m=upi&i=108#panel-footer pada 17
November 2021.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2019. Laporan Kinerja KKP Tahun 2019. Jakarta:
Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Malau, S. 2012. “KKP Catat Hampir 12 Juta Tenaga Kerja Perikanan di Indonesia” diakses
melalui https://www.tribunnews.com/bisnis/2012/11/19/kkp-catat-hampir-12-juta-tenaga-
kerja-perikanan-di-indonesia pada 17 November 2021.
Salawati, Liza. "Penyakit akibat kerja dan pencegahan." Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 15.2
(2015): 91-95.
Apriliani Riski, Dkk. Surakarta, 2017, PENGARUH PEMAKAIAN SARUNG TANGAN
TERHADAP KERUSAKANINTEGRITAS KULIT PADA PEKERJA DI PT. IFA
JAYAKABUPATEN PACITAN. http://eprints.aiska-university.ac.id/422/2/BAB
%20%20I.pdf
Adzim, H. 2021. 5 Hierarki Pengendalian Resiko/Bahaya K3. Diakses dari :
https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/pengendalian-
resikobahaya.html (diakses pada 17 November 2021)

Anda mungkin juga menyukai