Anda di halaman 1dari 14

F1

1. PHBS

LB: Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan salah satu strategi yang dicanangkan oleh
departemen kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan milenium 2015 melalui rumusan
visi dan misi Indonesia Sehat, sebagaimana yang dicita-citakan oleh seluruh masyarakat
Indonesia dalam menyongsong Milenium Development Goals. Kesehatan memang bukan
segalanya, tetapi tanpa kesehatan segalanya menjadi tidak berarti. Setiap individu mempunyai hak
untuk hidup sehat, kondisi yang sehat hanya dapat dicapai dengan kemauan dan keinginan yang
tinggi untuk sehat serta merubah perilaku tidak sehat menjadi perilaku hidup sehat. Perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dipraktekkan oleh setiap individu dengan
kesadaran sendiri untuk meningkatkan kesehatannya dan berperan aktif dalam mewujudkan
lingkungan yang sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat harus diterapkan dalam setiap
kehidupan manusia kapan saja dan dimana saja termasuk di dalam lingkungan rumah tangga
dan tempat tinggal karena perilaku merupakan sikap dan tindakan yang akan membentuk kebiasaan
sehingga melekat dalam diri seseorang. Perilaku merupakan respon individu terhadap stimulasi baik
yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. PHBS merupakan sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seorang atau
keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat. PHBS merupakan salah satu pilar utama dalam Indonesia Sehat dan
merupakan salah satu strategi untuk mengurangi beban negara dan masyarakat terhadap
pembiayaan kesehatan. Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. PHBS di sekolah adalah
sekumoulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah
atas dasar kesadaran sebagai hasil pemelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah
penyakit, meningkatkan kesehatannya serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.
Ada beberapa indicator yang dipakai sebagai ukran untuk menilai PHBS yaitu:

1. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.

Persalinan yang mendapat pertolongan dari pihak tenaga kesehatan baik itu dokter, bidan ataupun
paramedis memiliki standar dalam penggunaan peralatan yang bersih, steril dan juga aman. Langkah
tersebut dapat mencegah infeksi dan bahaya lain yang beresiko bagi keselamatan ibu dan bayi yang
dilahirkan.

2. Pemberian ASI eksklusif

Kesadaran mengenai pentingnya ASI bagi anak di usia 0 hingga 6 bulan menjadi bagian penting dari
indikator keberhasilan praktek Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada tingkat rumah tangga.

3.Menimbang bayi dan balita secara berkala

Praktek tersebut dapat memudahkan pemantauan pertumbuhan bayi. Penimbangan dapat


dilakukan di Posyandu sejak bayi berusia 1 bulan hingga 5 tahun. Posyandu dapat menjadi tempat
memantau pertumbuhan anak dan menyediakan kelengkapan imunisasi. Penimbangan secara
teratur juga dapat memudahkan deteksi dini kasus gizi buruk.
4.Cuci tangan dengan sabun dan air bersih

Praktek ini merupakan langkah yang berkaitan dengan kebersihan diri sekaligus langkah pencegahan
penularan berbagai jenis penyakit berkat tangan yang bersih dan bebas dari kuman.

5. Menggunakan air bersih

Air bersih merupakan kebutuhan dasar untuk menjalani hidup sehat.

6. Menggunakan jamban sehat

Jamban merupakan infrastruktur sanitasi penting yang berkaitan dengan unit pembuangan kotoran
dan air untuk keperluan pembersihan.

7. Memberantas jentik nyamuk

Nyamuk merupakan vektor berbagai jenis penyakit dan memutus siklus hidup makhluk tersebut
menjadi bagian penting dalam pencegahan berbagai penyakit.

8. Konsumsi buah dan sayur

Buah dan sayur dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral serta serat yang dibutuhkan tubuh
untuk tumbuh optimal dan sehat.

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

Aktivitas fisik dapat berupa kegiatan olahraga ataupun aktivitas bekerja yang melibatkan gerakan
dan keluarnya tenaga.

10. Tidak merokok di dalam rumah

Perokok aktif dapat menjadi sumber berbagai penyakit dan masalah kesehatan bagi perokok pasif.
Berhenti merokok atau setidaknya tidak merokok di dalam rumah dapat menghindarkan keluarga
dari berbagai masalah kesehatan.

ASI (Air Susu Ibu) merupakan makanan terbaik bagi bayi. ASI memiliki kandungan gizi yang
bermanfaat bagi bayi dan lebih higienis. Namun seiring dengan pertambahan umur, bayi akan
mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Oleh sebab itu diperlukan zat gizi yang lebih banyak
dan beragam untuk mendukung tumbuh dan kembang bayi. Zat gizi tersebut tidak dapat dipenuhi
dengan pemberian ASI saja, melainkan diperlukan asupan tambahan dari makanan-makanan lain.

Pemberian ASI eksklusif dilakukan hingga bayi berusia 6 bulan, selanjutnya diperlukan asupan gizi
dari makanan lain. Makanan tambahan yang diberikan berdampingan dengan ASI setelah bayi
berusia 6 bulan disebut dengan makanan pendamping ASI (MP-ASI). MP-ASI diberikan setelah bayi
berusia 6 bulan karena pada usia ini bayi sudah mulai mampu untuk menggigit, mengunyah, dan
menelan makanan dengan baik. Hal tersebut merupakan proses adaptasi untuk beralih dari
konsumsi makanan cair ke makanan yang lebih padat, hingga pada akhirnya bayi akan lepas
sepenuhnya dari ASI. Pemberian MP-ASI dilakukan secara bertahap seiring dengan pertambahan
umur bayi.

PERMASALAHAN: Kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya dan manfaat PHBS


tertutama cuci tangan pada saat pandemi sebagai bagian dari protokol kesehatan 5M.

PERENCANAAN: Strategi atau pendekatan yang ditempuh yaitu pemberdayaaan (empowerment).


Pemberdayaan ini dilakukan dengan memberikan kemampuan kepada individu (sasaran) melalui
penyuluhan yang dibarengi dengan kegiatan Posyandu Lansia.

PELAKSANAAN: Kegiatan: penyuluhan PHBS

Waktu dan tempat: Posyandu Burokup I, pK 09.00

Sasaran: masyarakat yang hadir pada posyandu

Tujuan: meningkatkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya dan manfaat PHBS tertutama
cuci tangan pada saat pandemi sebagai bagian dari protokol kesehatan 5M.

Metode: pemberian materi secara lisan mengenai pentingnya dan manfaat PHBS tertutama cuci
tangan pada saat pandemi sebagai bagian dari protokol kesehatan 5M.

MONITORING: Penyuluhan rutin ulangan perlu dilakukan agar pemahaman yang ada dapat selalu
diingat

2. PENYULUHAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN

LB: Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan
tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan
memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun didikekenanal jujuga
sesebabagagai salah satu upupayaya pepencncegegahahan pepenynyakakit. Hal ini dilakukan
karena tangan seringkali menjadi agen yayang membawa kuman dan menyebabkan patogen
berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak
langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain seperti handuk, gelas).

Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang, ataupun cairan tubuh
lain (Seperti ingus, dan makanan/minuman yang terkontaminasi saat tidak dicuci dengan sabun
dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasit pada oranglain yang tidak sadar bahwa dirinya
sedang ditularkan). PBB telah mencanangkan tanggal 15 oktober sebagai Hari Mencuci Tangan
dengan Sabun Sedunia. Ada 20 negara di dunia yang akan berpartisipasi aktif dalam hal ini, salah
satunya adalah Indonesia

Perilaku, khususnya PHBS merupakan komponen penting dalam pembangunan kesehatan dimana
diperlukan adanynya kesadaran, kemampuan, dan kemauan hidup sehat dari setiap penduduk
sehinggaga derajat kesehatan yang optimal dapat terwujud, dan dengan demikian masyarakat
diharapkan mampu berpartisipasi si dalam memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatannynya sendiri. Oleh karena itu, PHBS tentang budaya cuci tangan ini perlu lu
diselenggarakan sebaik-baiknya agar dapat at memberikan sumbangan yang nyata baik dalam
pembangunan kesehatan maupun pembangunan nasional

PERMASALALAHAN: Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mencuci tangan dengan sabun

PERENCANAAN: Strategi atau pendekatan yang ditempuh yaitu pemberdayaaan (empowerment).


Pemberdayaan ini dilakukan dengan memberikan kemampuan kepada individu (sasaran) melalui
penyuluhan yang dibarengi dengan kegiatan Posyandu

PELAKSANAAN Kegiatan: Penyuluhan Penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun

Waktu dan Tempat: Yafdas 2 & 3, 11 Oktober 2021, 09.00

Tujuan: meningkatkan pengetahuan anggota Posyandu mengenai pentingnya mencuci tangan


memakai sabun

Sasaran: Anggota Posyandu

Metode: Pemberian materi secara lisan yang berisi materi Pentingnya Mencuci Tangan Pakai
Sabun Dilanjutkan dengan sesi tanya jawab

MONITORING

Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada peserta


tentang materi yang telah disampaikan.
F2

1. PENYULUHAN BAHAYA MEROKOK PADA KALANGAN PELAJAR

LB: Jumlah perokok usia remaja di Indonesia terus meningkat. Secara keseluruhan, Indonesia
menempati peringkat ketiga di dunia sebagai jumlah perokok terbanyak setelah China dan India.
Celakanya, di Indonesia hingga kini menunjukkan tren peningkatan jumlah perokok dari kalangan
remaja. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan, prevalensi perokok remaja pada tahun
2020 naik menjadi 19 persen. Jumlah perokok anak makin tahun semakin meningkat. Bahkan
selama 12 tahun diperkirakan jumlah perokok anak meningkat 6 kali lipat. Tren perokok anak dan
remaja semakin mengkhawatirkan. Bila dibandingkan, data Riskesdas 2018 menunjukkan ada
71.126 perokok anak di di Indonesia (10-14 tahun), sedangkan tahun 20019 meningkat menjadi
426.214 orang. Sedangkan untuk remaja (15-19 tahun), data Riskesdas 2020 menunjukkan 19
persen remaja Indonesia telah merokok. Data tersebut juga menunjukkan, karakter perokok
Indonesia yang biasanya sudah mulai menghisap tembakau pada usia 14-19 tahun. Ironisnya
budaya merokok saat ini bukan saja terjadi pada kaum laki-laki, namun juga terjadi di kalangan
kaum perempuan.

Menurut Data Kemenkes menunjukkan, dari 2000 sampai tahun lalu jumlah perokok juga makin
melebar di kalangan perempuan. Empat persen dari total jumlah perokok Indonesia adalah
kalangan hawa. Berdasarkan data dari badan kesehatan dunia dibawah PBB, WHO, jumlah
perokok di Indonesia tiap tahunnya mencapai 400 ribu orang

PERMASALAHAN: Kurangnya pengetahuan siswa tentang bahaya merokok

PERENCANAAN: Diperlukan adanya suatu kegiatan pemberian informasi melalui penyuluhan bagi
kalangan pelajar untuk meningkatkan pengetahuan siswa/i tentang bahaya merokok

PELAKSANAAN: Kegiatan: Penyuluhan Bahaya Merokok pada Kalangan Pelajar

Waktu dan Tempat: BTN & Yafdas 1, 8 Oktober 2021, 09.00

Tujuan: meningkatkan pengetahuan peserta posyandu remaja untuk dapat mengetahui bahaya
merokok

Sasaran: Anggota Posyandu Para Pelajar

Metode: Pemberian materi secara lisan yang berisi materi definisi dari Bahay merokok, penyebab,
tanda dan gejala, kriteria, pencegahan, penatalaksanaan dan komplikasi dari Bahaya Merokok.
Dilanjutkan dengan sesi tanya jawab

MONITOR: Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada


peserta tentang materi yang telah disampaikan.

2. PENYULUHAN JAMBAN SEHAT

LB: Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada jamban keluarga merupakan
masalah kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas. Fasilitas jamban keluarga dimasyarakat
terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena menyangkut peran serta masyarakat
yang biasanya sangat erat kaitannya dengan perilaku,tingkat ekonomi, kebudayaan dan
pendidikan.

Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama kematian di Indonesia.


Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit-penyakit berbasis lingkungan menyumbangkan
lebih 80% dari penyakit yang diderita oleh bayi dan balita. Keadaan tersebut mengindikasikan
masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan.

PERMASALAHAN: Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya jamban sehat, dan


bahayanya bila tidak diaplikasikan serta banyaknya penyakit terkait dengan kesehatan lingkungan

PERENCANAAN: Strategi atau pendekatan yang ditempuh yaitu pemberdayaaan (empowerment).


Pemberdayaan ini dilakukan dengan memberikan kemampuan kepada individu (sasaran) melalui
penyuluhan yang dibarengi dengan kegiatan Posyandu dan posbindu Lansia.

PELAKSANAAN: Kegiatan : Penyuluhan tentang jamban sehat

Tujuan : Meningkatkan pengetahuan masyarakat pentingnya jamban sehat, dan bahayanya bila
tidak diaplikasikan serta banyaknya penyakit terkait dengan kesehatan lingkungan

Waktu dan tempat: posyandu 09.00

Sasaran : warga yang hadir di kegiatan posyandu dan posbindu lansia

Metode :Pemberian materi secara lisan yang berisi pentingnya jamban sehat, dan bahayanya bila
tidak diaplikasikan serta banyaknya penyakit terkait dengan kesehatan lingkungan

MONITOR: Penyuluhan rutin ulangan perlu dilakukan agar pemahaman yang ada dapat selalu
diingat

F3

1. MP-ASI

LB: ASI (Air Susu Ibu) merupakan makanan terbaik bagi bayi. ASI memiliki kandungan gizi yang
bermanfaat bagi bayi dan lebih higienis. Namun seiring dengan pertambahan umur, bayi akan
mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Oleh sebab itu diperlukan zat gizi yang lebih banyak
dan beragam untuk mendukung tumbuh dan kembang bayi. Zat gizi tersebut tidak dapat dipenuhi
dengan pemberian ASI saja, melainkan diperlukan asupan tambahan dari makanan-makanan lain.

Pemberian ASI eksklusif dilakukan hingga bayi berusia 6 bulan, selanjutnya diperlukan asupan gizi
dari makanan lain. Makanan tambahan yang diberikan berdampingan dengan ASI setelah bayi
berusia 6 bulan disebut dengan makanan pendamping ASI (MP-ASI). MP-ASI diberikan setelah bayi
berusia 6 bulan karena pada usia ini bayi sudah mulai mampu untuk menggigit, mengunyah, dan
menelan makanan dengan baik. Hal tersebut merupakan proses adaptasi untuk beralih dari
konsumsi makanan cair ke makanan yang lebih padat, hingga pada akhirnya bayi akan lepas
sepenuhnya dari ASI. Pemberian MP-ASI dilakukan secara bertahap seiring dengan pertambahan
umur bayi.
PERMASALAHAN: Kurangnya perhatian ibu mengenai kapan waktu yang tepat untuk memulai MP-
ASI, jenis makanan apa saja yang mulai dapat diberikan sebagai MP-ASI, dan bahayanya bila tidak
tepat dilakukan.

PERENCANAAN: Strategi atau pendekatan yang ditempuh yaitu pemberdayaaan (empowerment).


Pemberdayaan ini dilakukan dengan memberikan kemampuan kepada individu (sasaran) melalui
penyuluhan yang dibarengi dengan kegiatan poli KIA dan MTBS.

PELAKSANAAN:

Kegiatan: Penyuluhan MP-ASI

Waktu dan tempat: Balai Desa Kamorfuar, Pk 11.00

Sasaran: ibu menyusui yang datang ke Balai Desa Kamorfuar

Tujuan : Meningkatkan pengetahuan ibu menyusui mengenai MP-ASI

Metode :Pemberian materi secara lisan yang berisi jenis makanan apa saja yang mulai dapat
diberikan sebagai MP-ASI, dan bahayanya bila tidak tepat dilakukan dilanjutkan dengan sesi tanya
jawab.

MONITOR:

Penyuluhan rutin ulangan perlu dilakukan agar pemahaman yang ada dapat selalu diingat

2. Penyuluhan Anemia Pada Ibu Hamil

LB: Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan diseluruh dunia terutama dinegara
berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia.Penyebab tidak langsung
kematian ibu hamil adalah anemia.Lima penyebab kematian terbanyak masih didominasi
perdarahan (32%), hipertensi dalam kehamilan (25%), infeksi (5%), partus lama (5%), abortus 1 %
dan penyebab lain (32%).Dengan demikian anemia dalam kehamilan meningkatkan resiko kamtian
maternal. Anemia pada ibu hamil menjadi masalah di dunia, karena anemia pada ibu hamil sangat
erat kaitannya dengan mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi termasuk resiko keguguran,
lahir mati, rematuritas, berat bayi lahir rendah.

Ibu hamil adalah orang yang paling rentan kekurangan gizi, karena terjadi peningkatan kebutuhan
gizi untuk memnuhi kebutuhan ibu dan janin selama kehamilan.Pada saat kehamilan, penyebab
anemia adalah kebutuhan oksigen meningkat.Akibatnya, sel darah merah (eritrosit) meningkat
sebanyak20-30%. Namun peningkatan ini tidak sebandingdengan penambahan volume plasma
yang progresif yaitu sebesar 40-45%, sehingga terjadi proses hemodolusi (pengenceran darah)
yang menyebabkan penurunan konsentrasi Hb. Oleh sebab itu akibat anemia meningkat selama
kehamilan, sehingga ibu hamil membutuhkan zat besi dua kali lipat guna memenuhi kebutuhan
ibu dan pertumbuhan janin. Makin patuh ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe yang diberikan
petugas kesehatan, maka peluang terjadinya anemia semakin kecil
Dari dampak anemia banyak hal yang dapat timbul diantaranya adalah bahaya terhadap
kehamilan dan janin selama kehamilan berupa abortus, persalinan prematur, hambatan tumbuh
kembang janin dalam rahim, mudah mengalami infeksi, resiko terjadi dekompensasi kordis pada
Hb kurang dari 6 gr%, terjadi molahidatiosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum dan
ketuban pecah dini

Sustainable Developments Goals (SDGs) merupakan upaya pembangunan berkelanjutan yang


menjadi acuan dalam kerangka 3 pembangunan global Millenium Development Goals (MDGs)
yang telah berakhir ditahun 2015. SDGs memiliki beberapa tujuan, diantaranya menjamin
kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua semua orang disegala usia,
dengan salah satu outputnya mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) hingga 70 per 100.000
kelahiran hidup (KH) pada tahun 2030

PERMASALAHAN:

Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia pada tahun 2014 yaitu sebesar 289.000 jiwa. Sedangkan Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia 359 per 100.000 kelahiran hidup. Indonesia sebagai salah satu
Negara berkembang menempati urutan tertinggi se-Asia Tenggara pada tahun 2014. Menurut
World Health Organization(2013) menyebutkan prevalensi anemia hampir merata diberbagai
wilayah diduniasekitar 40-88 % Kematian ibu dinegara berkembang berhubungan dengan anemia
dalam kehamilan.World Health Organization (2013) melaporkan bahwa prevalensi menunjukkan
sekitar 35-75% kasus kematian maternal terjadi akibat hal tersebut dan anemia defisiensi zat besi
menjadi salah satu 15 kontributor utama penyakit global

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi anemia di Indonesia
sebesar 37,1% ibu hamil dari total populasi 2 yang mengalami anemia dengan proporsi hampir
sama antara kawasan perkotaan (36,4%) dan pedesaan (37,8%)

PERENCANAAN:

Strategi atau pendekatan yang ditempuh yaitu pemberdayaaan (empowerment). Pemberdayaan


ini dilakukan dengan memberikan kemampuan kepada individu (sasaran) melalui penyuluhan
yang dibarengi dengan kegiatan Posyandu.

PELAKSANAAN:

Kegiatan: Penyuluhan Mengenai Anemia Pada Ibu Hamil

Waktu dan Tempat: Posyandu Sorido, 18 September 2021, 09.00

Tujuan: meningkatkan pengetahuan para anggota Posyandu Anemia Pada Ibu Hamil

Sasaran: Semua anggota posyandu terutama yang sedang hamil dan berencana untuk hamil

Metode: Pemberian materi secara lisan yang berisi materi definisi dari Anemia pada Ibu Hamil,
penyebab, tanda dan gejala, kriteria, pencegahan, penatalaksanaan dan komplikasi dari Anemia
pada Ibu hamil. Dilanjutkan dengan sesi tanya jawab

MONITOR:
Melakukan diskusi dua arah, dan Penyuluhan rutin ulangan perlu dilakukan agar pemahaman yang
ada dapat selalu diingat. Memberi informasi jadwal rutin pemeriksaan kehamilan di Poli KIA
Puskesmas Biak Kota setiap hari Senin dan Rabu

F4

1. Gizi Pada Lansia

Makanan yang aman dan sehat merupakan hal yang sangat penting. Banyak penyakit yang dapat
ditimbulkan dari makanan, antara lain keracunan, diare, muntah, hepatitis, bahkan kegemukan
atau obesitas sering disebabkan karena pola makan yang tidak sehat. Makanan yang sehat dan
aman tidak harus mahal, banyak sekali bahan makanan yang sehat dan aman dapat ditemukan di
sekitar kita dengan harga yang terjangkau.

Saat ini banyak sekali makanan instant yang mengandung zat-zat kimia yang tidak baik bagi
kesehatan tubuh jika dikonsumsi setiap hari. Terutama jajanan-jajanan yang sering ditemukan
mengandung pengawet dan pewarna tekstil yang sangat berbahaya bagi tubuh. Oleh karena itu,
kita wajib berhati-hati dan senantiasa menjaga makanan yang kita makan sehari-hari, baik dalam
hal menyimpan dan mengolahnya

Masalah:

Kurangnya perhatian dan pengetahuan mengenai kebutuhan gizi pada lansia

PERENCANAAN:

Strategi atau pendekatan yang ditempuh yaitu pemberdayaaan (empowerment). Pemberdayaan


ini dilakukan dengan memberikan kemampuan kepada individu (sasaran) melalui penyuluhan
yang dibarengi dengan kegiatan Posyandu Lansia.

PELAKSANAAN:

Kegiatan : Penyuluhan gizi pada lansia

Tujuan : Meningkatkan pengetahuan anggota Posyandu Lansia tentang pengetahuan mengenai


kebutuhan gizi pada lansia

Waktu dan tempat: Balai desa kamorfuar, Pk 11.00

Sasaran : Anggota Posyandu, dan masyarakat sekitar

Metode :Pemberian materi secara lisan yang berisi materi pengetahuan mengenai kebutuhan gizi
pada lansia dilanjutkan dengan sesi tanya jawab

MONITOR:

Penyuluhan rutin ulangan perlu dilakukan agar pemahaman yang ada dapat selalu diingat
2. Gizi Buruk pada Balita

Definisi Malnutrisi merupakan suatu kondisi dimana terjadi “undernutrition”


dan“overnutrition”, kelebihan nutrisi dapat mengarah kepada obesitas dan overweight sedangkan
kekurangan nutrisi mengarah kepada Kurang Energi Protein (KEP). Banyak faktor dapat
menyebabkan malnutrisi, banyak diantaranya terkait dengan diet yang buruk atau infeksi yang
parah atau berulang, kemiskinan dalam suatu populasi. Diet yang tidak adekuat, dikaitkan dengan
kebiasaan hidup, kondisi lingkungan dan kebutuhan dasar suatu populasi berupapangan,
papan, dan kesehatan. Malnutrisi dapat menjadi faktor risiko untuk suatu penyakit dandapat
meningkatkan morbiditas dan kematian. Meskipun jarang menyebabkan kematian secara
langsung, malnutrisi pada anak diasosiasikan dengan kematian anak sebesar 54% (10,8 juta anak)
di negara berkembang pada tahun 2001. malnutrisi yang mengarah pada penyebab kematian
dapat dikaitkan dengan Kurang Energi. Banyak faktor yang mempengaruhi malnutrisi antara lain
vector penyakit, defisiensi mikronutrien, lingkungan yang kotor, overpopulasi yang mengarah
kepada kemiskinan danakhirnya berujung kepada tidak tersedia kecukupan suatu pangan.

Malnutrisi sendiri dapat mengakibatkan dampak pada lingkungan dan memicu suatu lingkaran
setan yang mengarah kepada masalah kesehatan. Sebagai contoh malnutrisi dapat membuat
suatu kemiskinan yang memicu suatu rantai lemahnya ekonomi dan perkembangan sosial
masyarakat.

Masalah:

Banyak faktor yang mempengaruhi malnutrisi antara lain vector penyakit, defisiensi mikronutrien,
lingkungan yang kotor, overpopulasi yang mengarah kepada kemiskinan dan akhirnya berujung
kepada tidak tersedia kecukupan suatu pangan. Malnutrisi sendiri dapat membuat suatu
kemiskinan yang memicu suatu rantai lemahnya ekonomi dan perkembangan sosial masyarakat.

Perencanaan:

Strategi atau pendekatan yang ditempuh yaitu pemberdayaaan (empowerment). Pemberdayaan


ini dilakukan dengan memberikan kemampuan kepada individu (sasaran) melalui penyuluhan
yang dibarengi dengan kegiatan poli KIA dan MTBS

Pelaksanaan:

Kegiatan: Penyuluhan kekurangan gizi pada anak

Tujuan: Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan masyarakat dapat mengetahui dan


memahami tentang masalah gizi buruk pada balita dan tahu cara untuk mencegah dan
penanganannya.

Sasaran: Ibu denga balita yang datang ke posyandu, ibu hamil yang datang ke posyandu

Waktu dan tempat: Posyandu Kamorfuar, 09.00

Monitor:
Penyuluhan rutin ulangan perlu dilakukan agar pemahaman yang ada dapat selalu diingat. Selalu
menghimbau ibu dengan balita untuk selalu memeriksakan dan memantau KMS balita.

Metode: Pemberian informasi secara lisan kepada ibu dengan balita yang datang ke poli MTBS dan
KIA mengenai bahayanya gizi buruk, tanda-tanda gizi buruk, faktor resikonya, dan cara
pencegahan gizi buruk serta penanganan yang dapat dilakukan.

F5

1. Penyuluhan Diare

Diare cair akut adalah buang air besar lembek atau cair atau bahkan dapat berupa air saja
dengan frekuensi lebih dari 3 kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam dan
berlangsung kurang dari 14 hari. Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di
Negara berkembang termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan
kesakitan tertinggi di anak, terutama dibawah usia 5 tahun.

Masalah:

Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara
berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB
(Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat.

Di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi
insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari 5
orang menderita diare infeksi setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke
praktek umum menderita diare infeksi. Tingginya kejadian diare di negara Barat ini oleh
karena foodborne infections dan waterborne infections yang disebabkan bakteri Salmonella
spp, Campylobacter jejuni, Stafilococcus aureus, Bacillus cereus, Clostridium perfringens dan
Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC).

Di negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap
tahun. Di Afrika anak anak terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunnya di banding di negara
berkembang lainnya mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun. Di negara berkembang,
diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun. Di Afrika anak
anak terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunnya dibanding di negara berkembang lainnya
mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun. Di Indonesia dari 2.812 pasien diare yang
disebabkan bakteri yang datang kerumah sakit dari beberapa provinsi seperti Jakarta, Padang,
Medan, Denpasar, Pontianak, Makasar dan Batam penyebab terbanyak adalah Vibrio cholerae
01, diikuti dengan Shigella spp, Salmonella spp, V. Parahaemoliticus, Salmonella typhi,
Campylobacter Jejuni, V. Cholera non-01, dan Salmonella paratyphi A.

Pelaksanaan:

Penyuluhan mengenaiDiare telah selesai diadakan di Posyandu Sambaufuar, Kecamatan


Rambipuji pada tanggal 6 Oktober 2021. Kegiatan tersebut terdiri atas penyuluhan dan sesi
tanya jawab.

Metode yang digunakan selama proses penyuluhan berlangsung adalah metode ceramah yang
disampaikan dangan santai tetapi serius dan dapat dipahami peserta. Dan di dalam proses
penyuluhan tersebut ada proses interaksi atau feed back antara penyuluh dan sasaran yang
berguna bagi sasaran dalam memperjelas tujuan program dan isi materi yang disampaikan.

Proses penyuluhan berjalan cukup lancar. Para peserta penyuluhan juga cukup baik menyimak
penjelasan dan di akhir acara cukup aktif menanyakan berbagai macam pertanyaan seputar
diare. Penyuluhan ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan pendengarnya mengenai
diare, penanganan pertama serta pencegahan terjadinya diare.

PERENCANAAN:

Bentuk Kegiatan

Kegiatan penyuluhan akan ditujukan kepada peserta Posyandu Sambaufuar. Pada penyuluhan
ini akan menggunakan metode ceramah sebagai metode informasi kepada peserta
penyuluhan. Akan dijelaskan mengenai diare.

Nara Sumber

Nara sumber adalah dokter Internsip Puskesmas Ridge

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Hari / Tanggal : Rabu, 6 Oktober 2021

Tempat : Posyandu Sambaufuar

Sasaran Penyuluhan

Sasaran penyuluhan adalah kader posyandu dan masyarakat Desa Sambaufuar

Metode yang Digunakan

Metode yang digunakan penyuluh adalah metode ceramah dengan papan bolak-balik materi
Diare dan tanya jawab

MONITORING:

Penyuluhan rutin ulangan perlu dilakukan agar pemahaman yang ada dapat selalu diingat.

2. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT HIPERTENSI

Penyakit Hipertensi merupakan ancaman bagi kesehatan masyarakat dan menjadi masalah
kesehatan yang sangat serius. Berdasarkan data Penyakit tidak menular (PTM) 5 tahun terakhir di
Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, Penyakit Hipertensi menjadi Penyakit yang paling menonjol.
Untuk itu, institusi kesehatan harus bisa mempengaruhi masyarakat untuk hidup sehat sehingga
mampu meningkatkan derajat kesehatannya berdasarkan kebijakan-kebijakan yang
diimplementasikan dalam bentuk program-program yang akan mewadahi masyarakat.

MASALAH:

Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degeneratif, seperti
penyakit jantung, gagal ginjal dan penyakit pembuluh darah perifer. Dari seluruh penderita
hipertensi 90-95 melaporkan hipertensi esensial atau hipertensi premier yang penyebabnya tidak
diketahui. Hal ini jika tidak dilakukan penanggulangan dengan baik keadaan ini cenderung akan
meningkat.

Promosi mengenai Hipertensi perlu dilakukan karena :

1. Semakin tingginya jumlah penderita Hipertensi di Indonesia

2. Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai Hipertensi, terutama mengenai bahaya dan


komplikasinya jika tidak ditatalaksana dengan baik

3. Perlunya mengedukasi masyarakat tentang bagaimana pencegahan peningkatan kadar


gula darah pada pasien Hipertensi

Tujuan penyuluhan mengenai Hipertensi adalah:

1. Tercapainya pemahaman mengenai penyebab, gejala, penatalaksanaan awal, bahaya,


komplikasi dan pencegahan Hipertensi sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan angka
kematian yang diakibatkan oleh Hipertensi

2. Terbentuknya agen kesehatan oleh para masyarakat yang telah mendapatkan penyuluhan
mengenai Hipertensi, sehingga dapat membantu menyebarluaskan informasi mengenai Hipertensi
kepada lingkungan sekitar terutama keluarga sehingga membantu upaya promosi kesehatan.

3. Tercapainya program yang telah direncanakan dan sebagian sudah direalisasikan oleh
beberapa pelayanan kesehatan primer, agar tercapai status kesehatan yang tinggi pada penderita
Hipertensi secara menyeluruh.

PERENCANAAN:

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan mengenai kasus Hipertensi dan dalam upaya
mempromosikan mengenai Hipertensi pada masyarakat termasuk untuk meningkatkan
kewaspadaan masyarakat, maka kami memilih “METODE PENYULUHAN” dalam perencanaan dan
pemilihan intervensi. Termasuk di dalamnya informasi tentang penyebab Hipertensi, gejala
Hipertensi, dan upaya pencegahan peningkatan kadar gula darah penderita Hipertensi Kegiatan
penyuluhan disertai dengan sesi tanya jawab, baik oleh presentator (untuk menilai pemahaman
masyarakat setelah dilaksanakannya penyuluhan) untuk menanyakan hal-hal yang dirasa belum
jelas.
PELAKSANAAN:

Penyuluhan ini dilakukan oleh dokter Internship dari Puskesmas Ridge pada hari Selasa, tanggal 4
Oktober 2021. Penyuluhan ini diikuti oleh kurang lebih 20 orang masyarakat

MONITOR:

Monitoring

A. Kegiatan :Penyuluhan/promosi kesehatan mengenai Hipertensi

B. Waktu : Selasa, 5 Oktober 2021

C. Sasaran : Masyarakat wilayah kerja Posyandu

D. Monitoring :

1. Masyarakat dapat mengerti mengenai penyebab Hipertensi, gejala Hipertensi, dan dapat
mengerti bahaya dan komplikasinya

2. Masyarakat dapat menjelaskan mengenai penyebab Hipertensi gejala Hipertensi


penatalaksanaan Hipertensi dan bahaya serta komplikasi Hipertensi

3. Masyarakat dapat menggalakkan pencegahan Hipertensi bagi diri sendiri, keluarga,


maupun di lingkungan sekitar

4. Menurunnya jumlah kasus hiperglikemik state pasien penderita Hipertensi

EVALUASI :

Masyarakat dapat memahami mengenai penyebab, gejala, penatalaksanaan, bahaya, komplikasi


Hipertensi. Sebagian besar masyarakat yang hadir dalam penyuluhan ini aktif dalam mengajukan
pertanyaan, terutama mengenai penatalaksanaan Hipertensi yang dapat dilakukan di rumah
sebelum dibawa ke tenaga kesehatan. Secara keseluruhan kegiatan penyuluhan ini berjalan
dengan lancar. Namun perlu dilakukan evaluasi berkala untuk menilai ulang pemahaman
masyarakat mengenai Hipertensi

Anda mungkin juga menyukai