Anda di halaman 1dari 10

STIKES SYEDZA SAINTIKA

IDENTITAS MODUL

a. Identitas Penulis : Ns. Emira Apriyeni, M.Kep

Ns. Indah Komala Sari, M.Kep

b. Nama Mata Kuliah : Keperawatan Gerontik

c. Pertemuan ke : 9

d. Jumlah SKS : 2 SKS

e. Pokok Bahasan : Terapi Modalitas Pada Lansia

f. Sub Pokok Bahasan : 1. Konsep terapi modalitas


2. Jenis-jenis terapi modalitas yang sesuai
untuk lansia.
3. Manfaat terapi modalitas bagi lansia
4. Dampak negative dan positif terapi
modalitas pada lansia
5. Hambatan-hambatan memberikan terapi
modalitas pada lansia
BAB IX
TERAPI MODALITAS PADA LANSIA

A. Pengertian
Terapi modalitas merupakan terapi berupa kegiatan yang dilakukan lanjut
usia guna mengisi waktu luang, dengan tujuan meningkatakan kesehatan lanjut
usia, meningkatkan produktivitas lanjut usia, meningkatkan interaksi sosial
antar lanjut usia serta mencegah terjadinya masalah pada psikologis dan mental
pada lanjut usia (Artinawati, 2014). Terapi modalitas juga merupakan suatu
sistem terapi psikis yang keberhasilannya sangat tergantung pada adanya
komunikasi atau perilaku timbal balik antara pasien dan terapis. (Perko &
Kreigh dalam Padila, 2013). Terapi modalitas adalah proses pemulihan fungsi
fisik, mental emosional dan sosial ke arah keutuhan pribadi yang dilakukan
secara holistik (Padila, 2013). Istilah terapi modalitas dalam ilmu keperawatan
lebih dikenal dengan terapi komplementer, terapi alternatif, terapi holistik,
terapi nonbiomedis, pengobatan integratif atau perawatan kesehatan, dan
perawatan nontradisional.

B. Tujuan dan Manfaat Terapi Modalitas


Menurut Gottesman (1980), tujuan terapi modalitas antara lain :
1. Berfokus pada pola perilaku seseorang
2. Menghilangkan gejala dan hal-hal yang terkait
3. Memperlambat memperburuknya keadaan
4. Adaptasi terhadap keadaan yang ada
5. Memperbaiki kemampuan self care/perawatan diri
6. Meningkatkan ADL
7. Memperbesar atau meningkatkan kemandirian
8. Mengisi waktu luang bagi lansia
9. Meningkatkan kesehatan lansia
10. Meningkatkan produktifitas lansia
11. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia
C. Dasar Pemberian Terapi Modalitas
1. Tingkah laku manusia selalu dapat diarahkan dan dibina ke arah kondisi
yang mengandung reaksi (respon yang baru)
2. Tingkah laku manusia selalu mengindahkan ada atau tidak adanya
faktor-faktor yang sifatnya menimbulkan tekanan sosial pada individu
sehingga reaksi individu tersebut dapat di prediksi
3. Sikap dan tekanan sosial dalam kelompok sangat penting dalam
menunjang dan menghambat perilaku individu dalam kelompok sosial

D. Macam-Macam Terapi Modalitas


Di dalam ilmu keperawatan gerontik ada tiga terapi modalitas fisik,
psikologis dan spiritual. Terapi modalitas fisik yang sering di sebut juga dengan
fisioterapi merupakan penyediaan layanan kepada lansia untuk
mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak maksimum dan
kemampuan fungsional sepanjang usia. Terapi modalitas psikososial merupakan
terapi yang diberikan kepada lansia untuk mengatasi masalah psikososial dan
perasaaan yang terjadi pada lansia seperti stress, kecemasan, depresi dan
lainnya. Terapi modalitas spiritual merupakan terapi yang berkaitan dengan
keagamaan dan juga kegiatan relaksasi (Padila, 2013).
Di bawah ini, ada beberapa terapi moddalitas yang bisa dilakukan kepada lansia,
diantaranya:
1. Terapi review kehidupan/ life review
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga
diri dengan menceritakan pengalaman hidupnya. Komponen utama
adalah kenangan-kenangan dari lansia. Terapi ini paling baik
dipergunakan dalam suatu lingkungan yang suportif untuk menciptakan
kembali identitas orang yang sudah lanjut usia “untuk kembali dari
keadaan ketidaksesuaian (dissonance)” yang disebabkan oleh kesadaran
bahwa usia lanjut tidak memungkinkan untuk menikmati hidup
sepuas-puasnya seperti harapan dirinya dimasa lampau.
Manfaat Terapi life review antara lain:
a. Menurunkan depresi
b. Meningkatkan kepercayaan diri
c. Meningkatkan kemampuan individu untuk beraktivitas sehari-hari
d. Meningkatkan kepuasan hidup

Pemberian Terapi life review direkomendasikan untuk lansia yang


mengalami defisit kognitif seperti Depresi, Penyakit demensia
alzheimer, Perawatan saat menjelang ajal, Perawatan terminal dan
paliatif. Namun, terapi ini akan menimbulkan efek lebih menyakiti
dibandingkan efek membantu pada lansia yang
memiliki peristiwa-peristiwa hidup negatif. Selain itu, lansia dengan
gangguan memory jangka panjang dimana akan menjadi kesulitan
untuk melakukan mengingat kejadian masa lalu.

2. Terapi musik, seni dan tari


Terapi ini bertujuan untuk mengibur para lansia sehingga
meningkatkan gairah hidup dan dapat mengenang masa lalu. Terapi
musik menggantungkan pada memainkan instrumen musik, bernyanyi
atau mendengarkan rekaman untuk memudahkan pergerakan,
meningkatkan tingkat aktifitas dan meningkatkan perasaan puas dan
keterlibatan dalam kehidupan. Misalnya : lagu-lagu kroncong, musik
dengan gamelan.

3. Remotivasi
Tujuan dari pendekatan remotivasi ini adalah peningkatan
kompetensi sosial, kemampuan self care dan tingkat aktifitas lansia.
Remotivasi juga dapat dilakukan dengan bantuan perawat, memiliki
prinsip bahwa bagian yang sehat dari kepribadian seseorang dapat
diaktifkan.

4. Orientasi realitas
Orientasi realitas (RO) menekankan pada pengurangan
kebingungan/disorientasi (biasanya dikerjakan dalam suatu institusi),
dan mungkin sangat terstruktur, dengan menekankan orientasi pada
waktu, tempat dan orang atau secara intensif selama 24 jam. Efektifitas
ini terbatas bagi lansia yang tidak mengalami disorientasi berat atau
yang lebih muda.

5. Terapi main peran atau drama.


Terapi ini bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema
dapat dipilih sesuai dengan masalah lansia

6. Terapi aktivitas kelompok


Terapi aktivitas pada lansia sebagai individu/kelompok dengan
indikasi tertentu. Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi
yang dilakukan atas kelompok penderita bersama-sama dengan
berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seseorang
terapis. Terapi aktivitas kelompok ini terdiri atas 7-10 orang.
Tujuan dari terapi aktivitas kelompok antara lain:
a. Mengembangkan stimulasi persepsi,
b. Mengembangkan stimulasi sensoris,
c. Mengembangkan orientasi realitas,
d. Mengembangkan sosialisasi.

Jenis Terapi Aktivitas Kelompok pada Lansia :


a) Stimulasi Sensori (Musik)
Musik dapat berfungsi sebagai ungkapan perhatian, kualitas dari
musik yang memiliki andil terhadap fungsi-fungsi dalam pengungkapan
perhatian terletak pada struktur dan urutan matematis yang dimiliki.
Lansia dilatih dengan mendengarkan musik terutama musik yang
disenangi.
b) Stimulasi Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau
stimulus yang pernah dialami. Proses ini diharapkan mengembangkan
respon lansia terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan dan menjadi
adaptif. Aktifitas berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang
disediakan: seperti membaca majalah, menonton acara televisi.
Stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi
lansia yang mal adaptif atau destruktif, misalnya kemarahan dan
kebencian.
c) Orientasi Realitas
Lansia diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu
diri sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat
dengan klien, dan lingkungan yang pernah mempunyai hubungan
dengan klien. Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu
yang lalu, dan rencana ke depan. Aktifitasnya dapat berupa : orientasi
orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitar dan semua kondisi
nyata.
d) Sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang
ada disekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap
dari interpersonal (satu per satu), kelompok, dan massa. Aktifitas dapat
berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.

Tahapan Terapi Aktivitas Kelompok antara lain:


1) Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang
menjadi pemimpin, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok
tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan kelompok,
menjelaskan sumber-sumber yang diperlukan kelompok (biaya dan
keuangan jika memungkinkan, proyektor dan lain-lain).
2) Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi,
yaitu orientasi, konflik atau kebersamaan.
3) Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan system sosial masing – masing,
dan leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil
kontak dengan anggota.
4) Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai
memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana
peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan
terjadi.
5) Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif
dan nengatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah
dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati,
kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistik,
mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas
kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.
6) Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota
kelompok mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses
atau sukses.

7. Terapi keluarga
Terapi keluarga merupakan terapi yang diberikan kepada seluruh
anggota keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuannya:
keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama
terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa
melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.

8. Terapi kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti menggadakan
cerdas cermat, mengisi TTS, tebak-tebakan, puzzle.

9. Terapi keagamaan
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan
meningkatkan rasa nyaman. Seperti menggadakan pengajian, kebaktian,
sholat berjama’ah, dan lain-lain.

E. Hambatan-hambatan Dalam Pemberian Terapi


1. Kapasitas (fisik, emosi, kognitif) dari orang usia lanjut sebagai titik tolak
terapi
Setiap lansia memiliki pemunduran dari segi fisik, emosi dan
kognitif yang berbeda dengan individu lainnya. Perawat tidak boleh
menyamakan intervensi kepada satu lansia dengan lansianya meskipun
dengan masalah kesehatan yang sama. Mungkin saja intervensi yang
diberikan kepada lansia A butuh waktu satu hari saja untuk
memecahkan permasalahannya, namun untuk lansia B butuh waktu
satu minggu. Hal ini berkaitan dengan kapasitas kemampuan lansia
dalam menerima dan melakukan terapi modalitas yang telah di
rencakan oleh perawat.
2. Kebutuhan bermasyarakat (social demand) yang menyangkut
“penyesuaian” perilaku untuk orang usia lanjut
Kebutuhan bermasyarakat ini erat kaitannya dengan budaya yang
ada di masyarakat. Budaya barat yang lebih mementingkan individu
menyebabkan lansia harus mampu beradaptasi dan memenuhi
kebutuhan sehari-hari, dan jika lansia tidak mampu mengurus diri
sendiri akan di rawat di panti jompo. Hal ini berbeda sekali dengan
budaya di Timur dimana lebih mementingkan dan menghormati para
lansia. Lansia lebih diperlakukan lebih spesial dan lebih sering
menerima bantuan dari orang lain khususnya keluarga. Perbedaan
budaya ini akan menyebabkan hambatan dari pelaksanaan terapi pada
lansia, salah satunya pelaksanaan terapi keluarga
3. Harapan (keinginan-keinginan) dari orang tertentu lainnya
Harapan dari orang lain terhadap lansia yang terlalu tinggi akan
menjadi hambatan dalam pelaksanaan terpai. Contohnya lansia dengan
demensia ringan tinggal dengan keluarga dan mengharapkan
secepatnya lansia bisa mengingat kejadian-kejadian di masa lalu. Hal ini
akan memberikan beban kepada lansia dan juga terapis untuk
mencapai tujuan dan efek terapeutik dari terapi yang dilakukan.
4. Harapan-harapan (keinginan-keinginan) dari usila sendiri untuk dirinya
sendiri)
Harapan lansia terhadap diri sendiri juga berpengaruh dan menjadi
hambatan dalam pemberian terapi. Harapan lansia yang ingin
menjalani kehidupan yang telah dijalaninya tanpa ada keinginan untuk
mengikuti terapi yang dilaksanakan, akan menimbulkan efek yang tidak
maksimal untuk lansia tersebut.

I. EVALUASI
Mahasiswa di bagi menjadi 3 kelompok besar. Masing-masing kelompok
membuat paper penugasan dengan mencantumkan pengertian, indikasi, tujuan,
dan cara atau prosedur terapi tersebut dan dilengkapi gambar dan jangan lupa
daftar pustaka/ referensi yang digunakan. Materi masing-masing kelompok:
Kel 1 = terapi modalitas fisik
kel 2 = terapi modalitas psikososial
kel 3 = terapi modalitas spiritual

Anda mungkin juga menyukai