Anda di halaman 1dari 36

Problem Based Learning

“BATUK KELUAR DAHAK CAMPUR DARAH”

Dosen Pembimbing : Sri Aminingsih, S. Kep., Ns., M. Kep

Disusun Oleh :
1. Elva Olyvia Al Mustakhim (2020.023)
2. Fathekah Ayu Pradita (2020.026)
3. Febe Monix Sutrisno (2020.027)
4. Fransisca Anna Setia H (2020.028)
5. Ignasius Vederiko Oktavia G (2020.030)
6. Lafdzuniatul Maslahah (2020.031)
7. Nova Ayu Dwi Astuti (2020.037)
8. Peggy Rizka Yuliana (2020.040)
9. Riski Fikar Ariatama (2020.047)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI KOSALA SURAKARA


2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan Tugas Problem Based Learning (PBL)
“Batuk Keluar Dahak Campur Darah”. Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menempuh Pembelajaran BLOKPK 009 dalam Program DIII Keperawatan di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Kosala.
Tugas ini dapat kami selesaikan berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dra. Endang Dwi Ningsih, MM selaku Direktur Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti
Kosala Surakarta
2. Bapak/Ibu dosen di Sekolah Tinggu Ilmu Kesehatan Panti Kosala yang memberi
bekal ilmu yang berguna
3. Orang tua tercinta yang memberi dorongan motivasi.
Dalam penulisan Tugas Problem Based Learning (PBL) ini, mungkin banyak
kekurangan. Untuk itu, kami menerima kritik dan saran yang membangun di masa yang
akan datang. Semoga Tugas Problem Based Learning (PBL) ini bermanfaat bagi semua
pembaca.

Sukoharjo, 7 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………2
a. Learning Outcomes…………………………………………………………....2
b. Latar Belakang…………………………………………………………………2
c. Proses Diskusi…………………………………………………………………2
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………..14
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN

Penyakit kanker menjadi salah satu penyakit kronis yang peningkatannya cukup tinggi
saat ini. Menurut World Health Organization atau WHO (2014) kanker merupakan suatu
istilah umum yang menggambarkan penyakit pada manusia berupa munculnya sel-sel
abnormal dalam tubuh yang melampaui batas. Sel-sel tersebut dapat menyerang bagian
tubuh lain.
Kanker merupakan salah satu penyakit kronis yang paling mematikan di dunia. Menurut
statistik Amerika Serikat, kanker menyumbang sekitar 23% dari total jumlah kematian di
negara tersebut dan menjadi penyakit kedua paling mematikan setelah penyakit jantung
(Anand, Kunnumakara, Sundaram, Harikumar, Tharakan, Lai, dan Aggarwal, 2008). Setiap
11 menit ada satu orang penduduk dunia yang meninggal karena kanker dan setiap tiga
menit ada satu penderita kanker baru. Fakta lain menunjukkan bahwa lima besar kanker
yang diderita adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kanker ovarium, kanker kulit, dan
kanker rektum (Rasjidi, 2009).

Selain itu, Serikat Pengendalian Kanker Internasional (UICC) mempredikasiakan terjadi


peningkatan jumlah penderita kanker sebesar 300% di seluruh dunia pada tahun 2030.
Jumlah tersebut 70% berada di negara berkembang seperti Indonesia (Kartika, 2013).
Purwadianto (dalam Robby, 2014) menyampaikan bahwa prevalensi kanker di Indonesia
adalah 1,4 setiap 1.000 penduduk atau sekitar 330 orang.

Kanker tentu memberikan dampak yang besar bagi penderitanya, baik secara fisik,
psiokologis, ekonomi maupun aspek kehidupan lainnya. Hal tersebut tentu mempengaruhi
kualitas hidup penderita kanker. WHO (1996) menjelaskan kualitas hidup merupakan
persepsi mengenai posisi individu di dalam konteks budaya dan nilai di mana individu
tersebut hidup dan dalam hubungannya dengan tujuan, harapan, standar dan keprihatinan
mereka. Kualitas hidup ditetapkan secara berbeda, tergantung aspek yang ingin diungkap.
WHO (1997) juga menambahkan penjelasan bahwa kualitas hidup penderita kanker dapat
diungkap melalui aspek kesehatan fisik yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari,
ketergantungan pada oba obatan, aspek kesejahteraan psikologis yang mencakup body
image, appearance, self-esteem, aspek hubungan sosial yang mencakup relasi personal,
dukungan sosial, dan aspek hubungan dengan lingkungan yang mencakup sumber finansial,
kebebasan, keamanan dan lain-lain.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Learning Outcomes (LO)
Umum
Setelah menyelesaikan mata ajaran ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menguasai konsep dasar farmakologi kumah ilmu biomedik dasar,
patofisiologi, konsep gizi dan diet serta struktur dan fungsi tubuh manusia
yang berkaitan dengan sistem pernafasan
2. Menganalisa dan menjelaskan penggolongan obat, bentuk kemasan obat,
manfaat obat, dan prinsip pemberian obat sesuai dengan kasus gangguan
sistem pernapasan.
3. Membuat laporan Asuhan keperawatan dengan kasus gangguan sistem
pernapasan
Khusus
1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penyebab Ca paru
2. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang tanda dan gejala Ca paru
3. Mahasiswa dapat menguraikan patofisiologi penyakit Ca paru
4. Mahasiswa dapat melakukan anamnesa pasien dengan Ca paru
5. Melakukan pemeriksaan fisik : kecukupan oksigen dan sirkulasi, bunyi nafas
6. Menjelaskan tentang masalah keperawatan pada pasien dengan Ca paru
7. Membuat rencana keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
pernapasan Ca paru
8. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan
oksigen
9. Melakukan tindakan kolaboratif pada pasien dengan penyakit Ca paru

B. Latar Belakang Masalah


"BATUK KELUAR DAHAK CAMPUR DARAH"
Tn. E (55 tahun) masuk RS. Dr. Oen Solo Baru dengan diagnosa medis Ca
Paru dextra. Klien mengeluh sesak napas, nyeri dada sejak 1 bulan yang lalu, batuk,
tidak nafsu makan, penurunan berat badan dari 65 kg menjadi 55 kg, dan cepat letih.
Keluarga klien mengatakan bahwa klien hampir setiap hari mengkonsumsi daging,
tidak suka sayur. Klien mempunyai riwayat alkoholik dan merokok. Klien biasa
merokok kurang lebih satu bungkus rokok perhari, klien merokok sejak umur 20
tahun. Hasil pemeriksaan thoraks: Bentuk dada Pigeon Chest, fremitus taktil
asimetris, perkusi redup pada hemitoraks kanan, dan penurunan bunyi vesikuler
pada hemitoraks kanan, hasil rontgen: efusi pleura. TTV TD : 130/80 mmHg, nadi
102 x/menit, suhu: 38,2⁰C, RR: 33x/menit. Pemeriksaan lab HB : 8 g%, eritrosit : 3,1
juta sel/uL. Pemeriksaan diagnostik: EKG: Sinus Bradikardi, Rontgen gambaran
masa mediastinum d/d NSCLC. Klien mendapatkan terapi O2: 3lt/mnt, infus NaCl
0,9% 20 tpm, ceftriaxon 1gr/12jam, ranitidine 100mg/12 jam, dexamethason 0,75
mg/8jam, Novalgin 1gr/8jam. Rencana akan dilakukan kemoterapi.

C. Proses Diskusi
1. Tuliskan kata – kata / Key Word
1. Pigeon chest
2. Fremitus taktil
3. Eritrosit
4. Efusi pleura
5. Mediastinum
6. Sinus bradikardi
7. NSCLC
2. Tuliskan Pokok permaslahan
a. PP 1
Tn. E (55 tahun) masuk RS. Dr. Oen Solo Baru dengan
diagnosa medis Ca Paru dextra. Klien mengeluh sesak napas, nyeri
dada sejak 1 bulan yang lalu, batuk, tidak nafsu makan, penurunan
berat badan dari 65 kg menjadi 55 kg, dan cepat letih. Keluarga klien
mengatakan bahwa klien hampir setiap hari mengkonsumsi daging,
tidak suka sayur. Klien mempunyai riwayat alkoholik dan merokok.
Klien biasa merokok kurang lebih satu bungkus rokok perhari, klien
merokok sejak umur 20 tahun.

b. PP 2
Hasil pemeriksaan thoraks: Bentuk dada Pigeon Chest,
fremitus taktil asimetris, perkusi redup pada hemitoraks kanan, dan
penurunan bunyi vesikuler pada hemitoraks kanan, hasil rontgen:
efusi pleura. TTV TD : 130/80 mmHg, nadi 102 x/menit, suhu: 38,2⁰C,
RR: 33x/menit. Pemeriksaan lab HB : 8 g%, eritrosit : 3,1 juta sel/uL.
Pemeriksaan diagnostik: EKG: Sinus Bradikardi, Rontgen gambaran
masa mediastinum d/d NSCLC.
c. PP 3
Klien mendapatkan terapi O2: 3lt/mnt, infus NaCl 0,9% 20 tpm,
ceftriaxon 1gr/12jam, ranitidine 100mg/12 jam, dexamethason 0,75
mg/8jam, Novalgin 1gr/8jam. Rencana akan dilakukan kemoterapi.

3. Tuliskan Pertanyaan terkait dengan masalah yang belum anda ketahui.


Gunakan prinsip pertanyaan 5W 1H
a. PP 1
1. Apa penyebab Ca Paru ?
2. Apa tanda dan gejala Ca Paru ?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit Ca Paru ?
4. Apa saja anatomi pernafasan ?
5. Pengertian Ca Paru ?
6. Apa diit yang diprogramkan untuk pasien ?
7. Apa yang dilakukan perawat ketika pasien mengalami sesak
nafas ?
8. Apakah pasien dianjurkan untuk batuk efektif ?
9. Apakah tindakan Non Farmakologis dan Farmakologis untuk
mengurangi nyeri ?
10. NCP dari kasus di atas ?
11. Apakah Tn. E ada pantangan dalam makanan yang
dikonsumsi ?
12. Apa pemeriksaan diagnostic Ca Paru ?
b. PP 2
1. Tindakan apa yang dilakukan jika suhu Tn. E mencapai
38,2⁰C ?
2. Berapa nilai normal dari Hb dan Eritrosit ?
3. Bagaimana gambaran rontgen masa mediastinum ?
4. Berapa klasifikasi stadium pada Ca Paru ?
5. Mengapa pemeriksaan EKG bisa didapatkan hasil Sinus
Bradikardi ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostic untuk mendeteksi Ca Paru
?
c. PP 3
1. Bagaimana efek dari dilakukannya kemoterapi ?
2. Apa indikasi dari kemoterapi ?
3. Kenapa harus dilakukan kemoterapi ?
4. Apa tindakan yang dapat dilakukan pada Tn. E selain
kemoterapi ?
5. Apa obat yang diberikan pada saat kemoterapi Ca Paru ?
6. Bagaimana perawatan sebelum dan sesudah kemoterapi ?
7. Berapa lama kemoterapi yang harus dijalankan oleh Tn. E ?

4. Tuliskan Jawaban Sementara Penyebab Masalah Muncul


a. Tulskan kata-kata sulit/ keyword
1. Pigeon chest
Jawab : -
2. Fremitus taktil
Jawab : -
3. Eritrosit
Jawab : Sel darah merah
4. Efusi pleura
Jawab : Penumpukan cairan didalam paru
5. Mediastinum
Jawab : -
6. Sinus bradikardi
Jawab : -
7. NSCLC
Jawab : -

b. PP 1
1. Apa penyebab Ca Paru ?
Jawab : Merokok, alkoholik, gaya hidup tidak sehat
2. Apa tanda dan gejala Ca Paru ?
Jawab : Batuk, sesak napas, badan panas, nyeri pada dada
3. Bagaimana patofisiologi penyakit Ca Paru ?
Jawab : -
4. Apa saja anatomi pernafasan ?
Jawab : Hidung – Faring – Laring – Trakea – Bronkus –
Bronkiolus – Alveolus – Paru-Paru
5. Pengertian Ca Paru ?
Jawab : Kanker paru-paru
6. Apa diit yang diprogramkan untuk pasien ?
Jawab : TKTP ( Tinggi Kalori Tinggi Protein )
7. Apa yang dilakukan perawat ketika pasien mengalami sesak
nafas ?
Jawab : Diberi oksigen, diposisikan semi fowler
8. Apakah pasien dianjurkan untuk batuk efektif ?
Jawab : Iya, supaya sekretnya bisa keluar
9. Apakah tindakan Non Farmakologis dan Farmakologis untuk
mengurangi nyeri ?
Jawab : Non farmakologis : Napas dalam dan Kompres hangat
Farmakologis : Pemberian analgesik
10. NCP dari kasus di atas ?
Jawab : -
11. Apakah Tn. E ada pantangan dalam makanan yang
dikonsumsi ?
Jawab : -
12. Apa pemeriksaan diagnostic Ca Paru ?
Jawab : -

c. PP 2
1. Tindakan apa yang dilakukan jika suhu Tn. E mencapai
38,2⁰C ?
Jawab : Kompres hangat, melakukan pendinginan eksternal,
pemberian obat antipiuretik
2. Berapa nilai normal dari Hb dan Eritrosit ?
Jawab : -
3. Bagaimana gambaran rontgen masa mediastinum ?
Jawab : -
4. Berapa klasifikasi stadium pada Ca Paru ?
Jawab : Stadium 1-4
5. Mengapa pemeriksaan EKG bisa didapatkan hasil Sinus
Bradikardi ?
Jawab : -
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostic untuk mendeteksi Ca Paru
?
Jawab : Dilakukan biopsy

d. PP 3
1. Bagaimana efek dari dilakukannya kemoterapi ?
Jawab : Mual, muntah, rambut rontok
2. Apa indikasi dari kemoterapi ?
Jawab : -
3. Kenapa harus dilakukan kemoterapi ?
Jawab : Untuk membunuh sel kanker
4. Apa tindakan yang dapat dilakukan pada Tn. E selain
kemoterapi ?
Jawab : -
5. Apa obat yang diberikan pada saat kemoterapi Ca Paru ?
Jawab : -
6. Bagaimana perawatan sebelum dan sesudah kemoterapi ?
Jawab : -
7. Berapa lama kemoterapi yang harus dijalankan oleh Tn. E ?
Jawab : Sesuai anjuran dari dokter

5. Tuliskan Tujuan Pembelajaran yang Akan Dicapai Oleh Kelompok (Kognitif


dan Psikomotor)
Kognitif :
a. Dengan adanya pembelajaran ini diharapkan mahasiswa dapat
memahami, menerapkan, menganalisa euthanasia pada pasien
dengan berdiagnosa meningitis-enchepalitis dengan baik dan benar.
b. Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejala dari meningitis-
enchepalitis.
Psikomotor :
a. Mahasiswa mampu mengambil tindakan yang sesuai pada pasien
meningitis-enchepalitis.
b. Mahasiswa mampu melakukan tindakan untuk mengatasi meningitis-
enchepalitis.

6. Tuliskan Jawaban Anda sesuai dengan Hasil Penelusuran


a. Tuliskan kata-kata sulit/ keyword
1. Pigeon chest
Jawab : Bentuk dada pectus carinatum atau kelainan kongenital berupa
tulang dada menonjol karena gangguan pembentukan tulang dada.
Sumber : https://www.alodokter.com
2. Fremitus taktil
Jawab : Digunakan untuk mendeteksi perubahan intensitas vibrasi yang
diciptakan saat pasien berbicara yang mengindikasikan adanya proses
patologis pada paru.
Sumber : https://www.alomedika.com
3. Eritrosit
Jawab : sel darah merah yang diproduksi oleh sumsum tulang belakang.
Sumber : https://www.alodokter.com
4. Efusi pleura
Jawab : Sebuah kondisi patologis dari pleura. Akumulasi cairan rongga
pleura ini dapat memberikan info tambahan bagi praktik untuk diagnosis,
termasuk keganasan.
Sumber : E-JURNAL MEDIKA UDAYANA SITOLOGI EFUSI PLEURA
MALIGNA DI RSUP SANGLAH TAHUN 2015-2017 VOL 9 NO 6. 2018
5. Mediastinum
Jawab : Bagian dada yang terletak di antara tulang dada dan tulang
belakang serta di antara paru-paru. Bagian dada ini berisi jantung,
pembuluh darah besar, tenggorokan, kelenjar timus, kerongkongan,
saraf, dan kelenjar getah bening.
Sumber : Jurnal Respirasi JR. UNAIR. Vol. 6. No. 2. 2016
6. Sinus bradikardi
Jawab : Sinus bradikardi sendiri ditetapkan berdasarkan hasil
pemeriksaan rekam jantung (EKG) yang berarti bahwa jantung berirama
normal dengan detak yang lebih lambat
Sumber : Ejurnal.Onkologi.Unair.2012
7. NSCLC
Jawab : Radioterapi thoraks. NSCLC merupakan tipe yang paling umum
dari Ca Paru, mencakup 75-80% dari semua kasus.
Sumber : Buku Kedokteran Respirasi 2020

b. PP 1
Elva Olyvia
1. Apa penyebab Ca Paru ?
Jawab : Penyebab pasti kanker paru belum diketahui,namun paparan
atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik
merupakan faktor penyebab utama, disamping adanya faktor lain
seperti kekebalan tubuh, genetik,dan lain-lain. Namun, beberapa
peneliti melaporkan bahwa kanker paru sangat berhubungan dengan
kebiasaan merokok, karena terdapat insiden tinggi perokok pada
penderita Ca paru,di bandingkan dengan yang tidak merokok.
(Medical Scope Journal (MSJ), Volume 2, Nomor 1, Juli-Desember
2020, hlm. 17-25)
2. Apa tanda dan gejala Ca Paru ?
Jawab : Tanda: pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas,
dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada
epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Sedangkan gejala yg
muncul. (Stikes Perintis Padang,2017)
Gejala: Kanker paru tidak memiliki gejala klinis yang khas,
tetapi batuk, sesak napas, atau nyeri dada (gejala respirasi) yang
muncul lama atau tidak kunjung sembuh dengan pengobatan biasa
pada pasien “kelompok risiko” harus ditindaklanjuti untuk prosedur
diagnosis kanker paru. (Komite Penanggulangan Kanker, 2017)

Fathekah Ayu
3. Bagaimana patofisiologi penyakit Ca Paru ?
Jawab : Patofisiologi Kanker paru dimulai oleh aktivitas onkogen dan
inaktivasi gen supresor tumor. Onkogen merupakan gen yang
membantu sel-sel tumbuh dan membelah serta diyakinin sebagai
penyebab seseorang untuk terkena kanker. Proto-onkogen berubah
menjadi onkogen jika terpapar karsinogen yang spesifik. Sedangkan
inaktivasi gen supresor tumor disebabkan oleh rusaknya kromosom
sehingga dapat menghilangkan keberagaman heterezigot. Zat
karsinogen merupakan zat yang merusak jaringan tubuh yang apabila
mengenai sel neuroendrokin menyebabkan pembentukan small cell
lung cancer dan apabila mengenai sel epitel menyebabkan
pembentukan non small cell lung cancer.
(Sumber: ejournal.onkologi.unsrat.ac)
4. Apa saja anatomi pernafasan ?
Jawab : Sistem respirasi secara garis besar terdiri dari bagian
konduksi yang terdiri dari cavum nasi, nasofaring, laring, trakea,
bronkus, bronkiolus dan bronkiolus terminal; dan bagian respirasi
(tempat terjadi pertukaran gas) yang terdiri dari bronkiolus
respiratorius, duktus alveolar, dan alveoli. Menurut klasifikasi
berdasarkan saluran napas atas dan bawah, saluran napas atas
terbatas hingga faring sedangkan saluran napas bawah dimulai dari
laring, trakea, bronkus dan berakhir di paru.
(Sumber: ejournal.onkologi.unsrat.ac)

Febe Monix
5. Pengertian Ca Paru ?
Jawab : Kanker paru adalah keganasan yang berasal dari luar paru
(metastasis tumor paru) maupun yang berasal dari paru sendiri,
dimana kelainan dapat disebabkan oleh kumpulan perubahan genetika
pada sel epitel saluran nafas, yang dapat mengakibatkan proliferasi
sel yang tidak dapat dikendalikan. Kanker paru primer yaitu tumor
ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus
(Purba, 2015).
sumber : http://eprints.poltekkesjogja.ac.id
6. Apa diit yang diprogramkan untuk pasien ?
Jawab : diit yang di sarankan :
1. diet TKTP
2. makanan yang mengandung karbohidrat
3. makanan yang mengandung lemak
4. cairan yang cukup
5. vitamin dan suplemen
sumber : https://e-journal.ac.id

Fransisca Anna
7. Apa yang dilakukan perawat ketika pasien mengalami sesak nafas ?
Jawab : Latihan pernafasan active cycle of breathing memiliki 3
langkah dalam melakukan latihan. Langkah yang pertama breathing
control, klien diposisikan duduk rileks diatas tempat tidur atau di kursi,
kemudian dibimbing untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi secara
teratur dan tenang, yang diulang sebanyak 3-5 kali oleh klien, tangan
perawat diletakkan pada bagian belakang thoraks klien untuk
merasakan pergerakan yang naik turun selama klien bernapas.

Langkah yang kedua thoracic expansion exercises, masih dalam


posisi duduk yang sama, klien kemudian dibimbing untuk menarik
napas dalam secara perlahan lalu menghembuskannya secara
perlahan hingga udara dalam paru-paru terasa kosong, langkah ini
diulangi sebanyak 3-5 kali oleh klien, jika klien merasa napasnya lebih
ringan, klien dibimbing untuk mengulangi kembali dari kontrol awal
pernapasan.
Langkah ketiga forced expiration technique, setelah melakukan dua
langkah diatas, selanjutnya klien diminta untuk mengambil napas
dalam secukupnya mengontraksikan otot perutnya untuk menekan
napas saat ekspirasi dan menjaga agar mulut serta tenggorokan tetap
terbuka. Huffing dilakukan sebanyak 2-3 kali dengan cara yang sama,
lalu diakhiri dengan batuk efektif untuk mengeluarkan sputum.

Langkah-langkah diatas dapat dilakukan secara mandiri dan


memerlukan waktu yang singkat sehingga lebih efektif
(Huriah & Wulandari, 2017)

Sumber:https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=tindakan+keperawatan+untuk+mengatasi+s
esak+napas&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3Dq9KlfmzsNDcJ

8. Apakah pasien dianjurkan untuk batuk efektif ?


Jawab : Iya, karena ketika orang tersebut menderita Ca Paru akan
muncul batuk disertai darah serta secret yang tidak bisa keluar
sehingga dianjurkan untuk batuk efektif dengan cara klien diminta
untuk mengambil napas dalam secukupnya mengontraksikan otot
perutnya untuk menekan napas saat ekspirasi dan menjaga agar
mulut serta tenggorokan tetap terbuka. Huffing dilakukan sebanyak 2-
3 kali dengan cara yang sama, lalu diakhiri dengan batuk efektif untuk
mengeluarkan sputum.
Sumber:https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=tindakan+keperawatan+untuk+mengatasi+s
esak+napas&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3Dq9KlfmzsNDcJ

Ignasius Vederiko
9. Apakah tindakan Non Farmakologis dan Farmakologis untuk
mengurangi nyeri ?
Jawab : Nyeri dapat diatasi dengan terapi farmakologi dan terapi non
farmakologi yaitu teknik relaksasi, massage, kompres, terapi musik,
murottal, distraksi, dan guided imaginary. Teknik non farmakologi
merupakan salah satu intervensi keperawatan secara mandiri untuk
mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien. Teknik relaksasi
memberikan individu kontrol diri ketika nyeri muncul dan dapat
digunakan pada seseorang sehat ataupun sakit . Teknik non
farmakologi banyak digunakan untuk mengatasi nyeri pada pasien ca
paru, selain itu terapi non farmakologi tidak memiliki efek samping.
Dalam studi ini, penulis ingin membahas tentang teknik non
farmakologi untuk mengatasi nyeri pada pasien ca paru.
(Sumber : http://journal.uin-alauddin.ac.id)
10. NCP dari kasus di atas ?
Jawab :
Dx : 1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas dengan etiologi perokok
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
dengan etiologi asupan diet kurang
NOC : 1. Status pernapasan
2. Status nutrisi
NIC : 1. Manajemen Jalan Napas dan Monitoring Pernafasan
2. Manajemen Nutrisi dan Monitoring Nutrisi

Riski Fikar
11. Apakah Tn. E ada pantangan dalam makanan yang dikonsumsi ?
Jawab : Iya ada, makanan yang berminyak
Makanan yang tidak boleh dikonsumsi oleh Tn.E yaitu makanan yang
mengandung gula berlebihan, garam berlebih, dan lemak tinggi, juga
tidak boleh makan yang berminyak seperti gorengan ( andhika candra
putra. 2020)

12. Apa pemeriksaan diagnostic Ca Paru ?


Jawab :
1. anamnesis
2. pemeriksaan fisik
3. pemeriksaan laboratorium (darah rutin:hb, leukosit,trombosit,fungsi
hati fungsi ginjal)
4. pemeriksaan patologi anatomik ( sek tak ss ke gambar e )
5. pemeriksaan pencitraan :
a.) Foto toraks AP/lateral merupakan pemeriksaan awal untuk
menilai pasien dengan kecurigaan terkena kanker paru.
b.) CT scan toraks dengan kontras merupakan pemeriksaan
yang penting untuk mendiagnosa dan menentukan stadium
penyakit.
6. pemeriksaan khusus :
a.)Bronkoskopi adalah prosedur utama untuk mendiagnosa
kanker paru.
b.)Endobrachial Ultrasound (EBUS)
7. pemeriksaan khusus :
a.) Pleuroscopy
b.) Mediastinoskopi
c.) Torakotomi eksplora
sumber : http://kanker. kemenkes.go.id

c. PP 2
Ignasius Vederiko
1. Tindakan apa yang dilakukan jika suhu Tn. E mencapai 38,2⁰C ?
Jawab : Salah satu tindakan nonfarmakologi yang dapat dilakukan
untuk penurunan panas adalah dengan kompres. Kompres adalah
salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh yang
mengalami demam
(Sumber :https://ejournal.unib.ac.id)

Lafdzuniatul
2. Berapa nilai normal dari Hb dan Eritrosit ?
Jawab :
a. Wanita: 12-16 gr/dl
b. Pria: 14-18 gr/dl
c. Bayi baru lahir: 12-24 gr/dl
sumber:https://books.google.co.id/books?
id=01ve5gWQZF4C&pg=PA14&dq=nilai+normal+dari+HB+dan+eritros
it+ca+paru&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj0vKquvrTzAhXPqksFHctMCY
0Q6AF6BAgLEAM#v=onepage&q=nilai%20normal%20dari%20HB
%20dan%20eritrosit%20ca%20paru&f=false

3. Bagaimana gambaran rontgen masa mediastinum ?


Jawab : Mediastinum merupakan bagian dari dada yang terikat
dengan sternum pada bagian depan, dengan tulang belakang torakal
pada bagian belakang dan dengan permukaan medial pleura viseral
pada bagian lateral. Mediastinum dapat di bagi menjadi: mesdiatinum
anterior: di bagian anterior perikardium;mediastinum tengah:jantung,
akar aorta, dan pembuluh darah pulmonal; mediastinum posterior:
dibagian belakang posterior permukaan perikardium. Walaupun
mediastinum dibagi menjadi beberapa kompartemen, massa dapat
dengan bebas berpindah dari satu kompartemen ke kompar temen
lainnya.

sumber:https://books.google.co.id/books?
id=GTqUHHF4A6oC&pg=PA59&dq=Bagaimana+gambaran+rontgen+massa+
mediastinum&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwi2rvWdwLTzAhVLfisKHZ6rDNEQ6A
F6BAgEEAM#v=onepage&q=Bagaimana%20gambaran%20rontgen%20massa
%20mediastinum&f=false

Nova Ayu
4. Berapa klasifikasi stadium pada Ca Paru ?
Jawab : Menurut Global Bioscience (2013) tahapan kanker paru
adalah sebagai berikut:
a. Tahap Perkembangan SCLC
1) Tahap terbatas merupakan tahapan kanker yang hanya ditemukan
pada satu bagian paru-paru saja dan pada jaringan di sekitarnya.
2) Tahap ekstensif merupakan tahapan kanker yang ditemukan pada
jaringan dada di luar paru-paru ataupun ditemukan pada organ-organ
tubuh yang jauh.
b. Tahap Perkembangan NSCLC
1) Tahap tersembunyi merupakan tahap ditemukannya sel kanker
pada dahak (sputum) pasien di dalam sampel air saat bronkoskopi,
tetapi tidak terlihat adanya tumor di paru-paru.
2) Stadium 0 merupakan tahap ditemukannya sel-sel kanker hanya
pada lapisan terdalam paru-paru dan tidak bersifat invasif.
3.) Stadium I merupakan tahap kanker yang hanya ditemukan pada
paruparu dan belum menyebar ke kelenjar getah bening sekitarnya.
4) Stadium II merupakan tahap kanker yang ditemukan pada paru-
paru dan kelenjar getah bening di dekatnya
5) Stadium III merupakan tahap kanker yang telah menyebar ke
daerah di sekitarnya, seperti dinding dada, diafragma, pembuluh
besar atau kelenjar getah bening di sisi yang sama atau pun sisi
berlawanan dari tumor tersebut.
6) Stadium IV merupakan tahap kanker yang ditemukan lebih dari
satu lobus paru. Sel-sel kanker telah menyebar juga ke organ tubuh
lainnya, misalnya ke otak, kelenjar adrenalin, hati, dan tulang.

5. Mengapa pemeriksaan EKG bisa didapatkan hasil Sinus Bradikardi ?


Jawab : Sinus bradikardi yaitu frekuensi denyut jantung yang kurang
dari normal atau denyut jantung lambat.
Kenapa bisa didapatkan hasil ekg sinus bradikardi. karena, rendahnya
voltase kompleks dan gelombang T datar atau inversi.
(Manurung,2017)

Peggy Rizka
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostic untuk mendeteksi Ca Paru ?
Jawab : Menurut American Cancer Society

1. Tes pencitraan (imaging test) CT scan untuk kanker,MRI, Rontgen


(pemeriksaan X-ray),Pemindaian nuklir, USG
2. Prosedur endoskopi

3. Biopsi

Sumber : Menurut American Cancer Society

d. PP 3
Elva Olyvia
1. Bagaimana efek dari dilakukannya kemoterapi ?
Jawab : Secara umum toksisiti akibat kemoterapi dikelompokkan pada
toksisiti hematologi dan non-hematologi. Masing-masing obat
mempunyai efek samping yang berbeda sesuai dengan farmakokinetik
dan farmakodinamik obat itu. Semua obat sitostatik mempunyai
pengaruh depresi pada sumsum tulang Beberapa obat mempunyai
efek samping yang berhubungan dengan dosis. Adriamisin
mempunyai efek samping pada miokard berupa miokardiopati, bila
telah tercapai dosis maksimal. Siklofosfamid dan ifosfamid dapat
menimbulkan sistitis, sedangkan sisplatin dan karboplatin mempunyai
efek toksik pada ginjal dan saraf. Paklitaksel dan dosetaksel
mempunyai efek samping hipersensitiviti serta gangguan susunan
saraf pusat. Alopesia amat sering ditemukan. Gejala gastrointestinal
berupa mual dan muntah disertai rasa lemah dan anoreksia hampir
selalu dirasakan sesudah pemberian kemoterapi.
(Anwar Jusuf, Elisna Syahruddin, Ahmad Hudoyo Departemen
Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia – RS Persahabatan, Jakarta)

Fathekah Ayu
2. Apa indikasi dari kemoterapi ?
Jawab :
Ajuvan : kanker stadium awal atau stadium lanjut lokal setelah
pembedahan
Neojuvan (induction chemotherapy): kanker stadium lanjut lokal
Paliatif : kanker stadium lanjut jauh
Sensitisizer : bersama-sama dengan radioterapi
(Sumber: ejournal.onkologi.unsrat.ac)
Febe Monix
3. Kenapa harus dilakukan kemoterapi ?
Jawab : Kemoterapi dapat diberikan sebagai modalitas neoadjuvant
pada stadium dini, atau sebagai adjuvant pasca pembedahan. Terapi
adjuvant dapat diberikan pada KPKBSK stadium IIA, IIB dan IIIA. Pada
KPKBSK stadium lanjut, kemoterapi dapat diberikan dengan tujuan
pengobatan jika tampilan umum pasien baik (Karnofsky >60; WHO 0-
2). Namun, guna kemoterapi terbesar adalah sebagai terapi paliatif
pada pasien dengan stadium lanjut.
sumber : http://kanker. kemenkes.go.id

Ignasius Vigo
4. Apa tindakan yang dapat dilakukan pada Tn. E selain kemoterapi ?
Jawab :
a. Terapi target
Terapi target diberikan pada penderita dengan stadium IV
KPKBSK EGFR mutasi positif yang sensitif terhadap EGFR-TKI.
Terapi EGFRTKI yang tersedia yaitu Gefitinib, Erlotinib atau Afatinib.
b. Terapi kombinasi
Terapi radiasi dan kemoterapi dapat diberikan pada kasus-kasus
tertentu, terutama yang tidak memenuhi syarat untuk menjalani
pembedahan. Selain itu, terapi kombinasi dapat diberikan dengan
tujuan pengobatan pada pasien dengan tampilan umum baik
(Karnofsky >70%) dan penurunan berat badan minimal, dan pasien
usia lanjut yang mempunyai komorbiditas berat atau kontraindikasi
operasi. Regimen kemoterapi dan terapi radiasi dapat diberikan
secara bersamaan (concurrent therapy), selang-seling (alternating
therapy), atau secara sekuensial. Hasil paling baik didapat dari
regimen concurrent therapy.

Pilihan terapi berdasakan stadium :


1. Stadium 0
Modalitas terapi pilihan adalah pembedahan atau Photo Dynamic
Therapy (PDT).
2. Stadium I
Modalitas terapi pilihan adalah pembedahan, yang dapat dilakukan
bersamaan dengan VATS. Bila pasien tidak dapat menjalani
pembedahan, maka dapat diberikan terapi radiasi atau kemoterapi
dengan tujuan pengobatan. Selain itu, juga dapat diberikan kombinasi
terapi radiasi dengan kemoterapi. Pada stadium IB, dapat diberikan
kemoterapi adjuvant setelah reseksi bedah.
3. Stadium II
Terapi pilihan utama adalah reseksi bedah, jika tidak ada
kontraindikasi. Terapi radiasi atau kemoterapi adjuvant dapat
dilakukan bila ada sisa tumor atau keterlibatan KGB intratoraks,
terutama N2 atau N3. Bila pasien tidak dapat menjalani pembedahan,
maka dapat diberikan terapi radiasi dengan tujuan pengobatan.
Kombinasi terapi radiasi dengan kemoterapi dapat memberikan hasil
yang lebih baik.
4. Stadium IIIA
Pada stadium ini, dapat dilakukan pembedahan (bila tumor masih
dapat dioperasi dan tidak terdapat bulky limfadenopati), terapi radiasi,
kemoterapi, atau kombinasi dari ketiga modalitas tersebut. Reseksi
bedah dapat dilakukan setelah kemoterapi neoadjuvant dan/atau
dengan kemoterapi adjuvant, terutama pada pasien dengan lesi T3-
4N1. Pada pasien yang tidak dapat menjalani pembedahan, dapat
dilakukan terapi radiasi sendiri dengan tujuan pengobatan. Kombinasi
terapi radiasi dengan kemoterapi dapat memberikan hasil yang lebih
baik. Jika ada keterlibatan kelenjar getah bening atau respons buruk
terhadap operasi, maka pemberian kemoterapi sendiri dapat
dipertimbangkan. Regimen ini terdiri dari 4-6 siklus pemberian obat
kemoterapi. Pada pasien dengan adenokarsinoma dan hasil uji mutasi
gen EGFR positif, dapat diberikan obat golongan EGFR-TKI.
5. Stadium IIIB
Modalitas pengobatan yang menjadi pilihan utama bergantung pada
kondisi klinis dan tampilan umum pasien. Terapi radiasi sendiri pada
lesi primer dan lesi metastasis ipsilateral dan KGB supraklavikula.
Kemoterapi sendiri dapat diberikan dengan regimen 4-6 siklus.
Kombinasi terapi radiasi dan kemoterapi dapat memberikan hasil yang
lebih baik. Obat golongan EGFR-TKI diberikan pada adenokarsinoma
dengan hasil uji mutasi gen EGFR positif.
6. Stadium IV
Pilihan modalitas pengobatan pada stadium ini adalah terapi radiasi
dan kemoterapi. Pendekatan tata laksana KPKBSK stadium IV
bersifat multimodalitas dengan pilihan terapi sistemik (kemoterapi,
terapi target), dan modalitas lain (radioterapi , dan lain-lain)
(Sumber : http://kanker. kemenkes.go.id)

Lafdzuniatul
5. Apa obat yang diberikan pada saat kemoterapi Ca Paru ?
Jawab : Tipe obat kemoterapi yang akan di berikan di dasarkan pada
faktor tertentu. Faktor tersebut meliputi standar protokol dalam
pemberian obat kemoterapi, tingkat respon pasien dan kondisi
kesehatan pasien secara umum. Saat ini berbagai obat kemoterapi
telah memliki standar protokol meliputi tipe obat, dosis dan waktu
pemberian. Sehingga dokter akan meliputi protokol tersebut. Protokol
yang akan dibuat berdasarkan tipe kanker, stage kanker dan keadaan
khusus kanker yang ada pada pasien serta saat ini berkembang
berdasarkan status molekularnya seperti mutase ALK,dll.
Sumber:https://books.google.co.id/books?
id=8Rr7DwAAQBAJ&pg=PA56&dq=apa+terapi+obat+yang+diberikan+
pada+saat+kemoterapi+CA+Paru&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwimtPrH
wbTzAhUJeCsKHb2JCVMQ6AF6BAgJEAM#v=onepage&q=apa
%20terapi%20obat%20yang%20diberikan%20pada%20saat
%20kemoterapi%20CA%20Paru&f=false

Nova Ayu
6. Bagaimana perawatan sebelum dan sesudah kemoterapi ?
Jawab :
1. Sebelum Kemoterapi
a) harapan pasien terhadap pengobatan
b) onset mual muntah yang timbul
c) resistensi terhadap terapi anti emetik
d) Penanganan CINV melalui pendekatan kompehensif yang
diberikan kepada pasien dengan kanker untuk mengurangi efek
samping kemoterapi
2. Sesudah kemoterapi :
a) Tunda makanan dan cairan selama 4 – 6 jam
b) Makan makanan kering
c) Gunakan metode hiburan untuk mengalihkan pasien
d) Percakapan yang mengasyikan
e) Latih nafas yang berirama

Riski Fikar
7. Berapa lama kemoterapi yang harus dijalankan oleh Tn. E ?
Jawab :
1. Stadium 0
Modalitas terapi pilihan adalah pembedahan atau Photo Dynamic
Therapy (PDT).
2. Stadium I
Modalitas terapi pilihan adalah pembedahan, yang dapat dilakukan
bersamaan dengan VATS. Bila pasien tidak dapat menjalani
pembedahan, maka dapat diberikan terapi radiasi atau kemoterapi
dengan tujuan pengobatan. Selain itu, juga dapat diberikan kombinasi
terapi radiasi dengan kemoterapi. Pada stadium IB, dapat diberikan
kemoterapi adjuvant setelah reseksi bedah.
3. Stadium II
Terapi pilihan utama adalah reseksi bedah, jika tidak ada
kontraindikasi. Terapi radiasi atau kemoterapi adjuvant dapat
dilakukan bila ada sisa tumor atau keterlibatan KGB intratoraks,
terutama N2 atau N3. Bila pasien tidak dapat menjalani pembedahan,
maka dapat diberikan terapi radiasi dengan tujuan pengobatan.
Kombinasi terapi radiasi dengan kemoterapi dapat memberikan hasil
yang lebih baik.
4. Stadium IIIA
Pada stadium ini, dapat dilakukan pembedahan (bila tumor masih
dapat dioperasi dan tidak terdapat bulky limfadenopati), terapi radiasi,
kemoterapi, atau kombinasi dari ketiga modalitas tersebut. Reseksi
bedah dapat dilakukan setelah kemoterapi neoadjuvant dan/atau
dengan kemoterapi adjuvant, terutama pada pasien dengan lesi T3-
4,N1. Pada pasien yang tidak dapat menjalani pembedahan, dapat
dilakukan terapi radiasi sendiri dengan tujuan pengobatan. Kombinasi
terapi radiasi dengan kemoterapi dapat memberikan hasil yang lebih
baik. Jika ada keterlibatan kelenjar getah bening atau respons buruk
terhadap operasi, maka pemberian kemoterapi sendiri dapat
dipertimbangkan. Regimen ini terdiri dari 4-6 siklus pemberian obat
kemoterapi. Pada pasien dengan adenokarsinoma dan hasil uji mutasi
gen EGFR positif, dapat diberikan obat golongan EGFR-TKI.
5. Stadium IIIB
Modalitas pengobatan yang menjadi pilihan utama bergantung pada
kondisi klinis dan tampilan umum pasien. Terapi radiasi sendiri pada
lesi primer dan lesi metastasis ipsilateral dan KGB supraklavikula.
Kemoterapi sendiri dapat diberikan dengan regimen 4-6 siklus.
Kombinasi terapi radiasi dan kemoterapi dapat memberikan hasil yang
lebih baik. Obat golongan EGFR-TKI diberikan pada adenokarsinoma
dengan hasil uji mutasi gen EGFR positif.
6. Stadium IV
Pilihan modalitas pengobatan pada stadium ini adalah terapi radiasi
dan kemoterapi. Pendekatan tata laksana KPKBSK stadium IV bersifat
multimodalitas dengan pilihan terapi sistemik (kemoterapi, terapi
target), dan modalitas lain (radioterapi , dan lain-lain)
sumber : http://kanker. kemenkes.go.id

7. Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan untuk Tn. E

a. Biodata
1) Klien
Nama : Tn. E
Tanggal Lahir/Umur : 1 januari 1966/55 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Sukoharjo
Agama : Khatolik
Pekerjaan : PNS
Status : Menikah
2) Penanggung jawab
Nama : Ny. P
Tanggal Lahir : 20 mei 1970
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Sukoharjo
No telf : 0812 xxxx xxxx
Hubungan dengan pasien : Istri
Sumber Biaya : Mandiri
b. Pola Gordon yang bermasalah dengan pasien
1) Riwayat pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
Pasien memahami tentang penyakit yang diderita saat ini. Karena
penyakit yang saat ini diderita pasien yaitu Ca Paru Dextra yang bisa
menyebabkan pasien mengeluh sesak napas, nyeri dada sejak 1
bulan yang lalu dan batuk-batuk. Upaya untuk menjaga kesehatan
pasien mengurangi makan makanan yang tidak bergizi dan minuman
tyang beralkohol. Pengobatan yang rencana akan dilakukan pasien
adalah dengan mengikuti kemoterapi untuk bisa menghilangkan
penyakit yang dideritanya.

2) Pola pemenuhan nutrisi metabolic


Pasien mengeluh bahwa berat badan menurun 65 kg menjadi 55 kg
dan keluarga pasien juga mengatakan bahwa pasien hamper setiap
hari mengkonsumsi daging tidak pernah mengonsumsi sayuran
ataupun tidak suka bahkan pasien mempunyai tiwayat alkohol dan
merokok, pasien bisa merokok kurang lebih 1 bulan bungkus rokok
perhari pasien merokok sejak umur 20 tahun

c. Pemeriksaan Fisik
Tingkat kesadaran : Compos Mentis
Keadaan umum : Lemah
Tanda-tanda vital : TD = 130/80 mmHg
Nadi = 102 x / menit
Suhu = 38,2⁰C
RR = 33 x / menit
1. Kepala
a. Rambut :
- tidak ada ketombe
- kulit kepala bersih
- berwarna hitam
- tidak ada benjolan

b. Mata :
- Sclera berwarna putih
- Konjungtiva berwarna pink
- Pupil mengecil saat kena cahaya
- Palpebta tidak hitam
c. Hidung :
- Tidak ada septum
- Simetris
d. Telinga :
- Lubang telinga bersih, tidak ada serumen
- Membrane timpani ada dan utuh
- Bentuknya simetris
- Tidak ada luka
e. Mulut :
- Tidak berbau
- Gigi dan lidah bersih
- Bibir lembab
2. Leher :
- Tidak ada pembesaran vena jugularis
- Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
3. Thorak (IPPA)
a. Inspeksi : bentuk dada Pigeon Chest dan tidak ada luka / jejas
b. Palpasi : fremitus taktil asimetris
c. Perkusi : redup pada hemithoraks kanan
d. Auskultasi : adanya penurunan bunyi vesikuler pada
hemithoraks kanan
4. Abdomen (IAPP)
a. Inspeksi : tidak ada benjolan / jejas
b. Auskultasi : peristaltic usus 25 x / menit
c. Perkusi : Timpani
d. Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembesaran
organ dalam
5. Genetalia : tidak ada gangguan apapun (Normal)
6. Ekstremitas
a. Atas :
- Mampu bergerak dengan normal
- Reflex normal
- Kekuatan otot-otot normal
- Jari-jari tangan tidak pucat
b. Bawah :
- Mampu bergerak dengan normal
- Kekuatan otot 5
- Reflex normal
- Jari-jari kaki tidak pucat

d. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan thoraks :
- Bentuk dada Pigeon Chest
- Fremitus taktil asimetris
- Perkusi redup pada hemithoraks kanan
- Penurunan bunyi vesikuler
2) Rontgen : didapatkan hasil efusi pleura
3) Pemeriksaan Lab :
- Hb : 8g%
- Eritrosit : 3,1 juta sel/uL
4) Pemeriksaan diagnostic :
a) EKG : Sinus Bradikardi
b) Rontgen gambaran masa mediastinum d/d NSCLC

e. Asessment
IMT = BB saat ini / TB (m)2
= 55 kg / (1,74 m) 2
= 55 / 3,02
= 18,21
Tn. E termasuk dalam kategori kurus (kekurangan berat badan ringan)

f. Program Terapi
1) O2 : 3lt/menit
2) Infus Nacl 0,9 % : 20 tpm
3) Cefriaxon 1 gr / 12 jam
4) Ranitidine 100 mg / 12 jam
5) Dexamethasone 0,75 mg / 8 jam
6) Novalgin 1 gr / 8 jam
7) Diet TKTP
g. Data Fokus

Hari / Tanggal Data Subjektif dan Data Objektif TTD / Nama


DS : Pasien mengatakan
1. Sesak napas
2. Nyeri dada sejak 1 bulan yang lalu
3. Tidak nafsu makan,
4. Mual dan muntah saat makan
5. Penurunan berat badan dari 65 kg menjadi
55 kg
6. Cepat letih
7. Setiap hari mengkonsumsi daging, tidak
suka sayur.
8. Mempunyai riwayat alkoholik dan merokok
9. Bisa ngerokok kurang lebih satu bungkus
rokok perhari merokok sejak umur 20 tahun

Selasa, 5
DO : Perawat
Oktober 2021
1. Hasil pemeriksaan thorax: bentuk dada
pigeon chest
2. Fremitus taktil asimetris
3. Perkusi redup pada hemitoraks kanan
4. Penurunan bunyi vesikuler pada
hemitoraks kanan
5. Hasil rontgen: efusi pleura.
6. Pemeriksaan lab hb : 8g%, eritrosit : 3,1
juta sel/uL
7. Pemeriksaan diagnostik: EKG ; sinus
bradikardi,rongten gambaran masa
mediastinum d/d NSCLC
8. IMT : 18,21
9. RR : 33x / menit
h. Analisa Data

Hari / Tanggal Data Problem Etiologi


Selasa, 5 DS : Pasien mengatakan Ketidakefektifan Perokok
Oktober 2021 1. Sesak napas bersihan jalan
2. Nyeri dada sejak 1 bulan napas
yang lalu
3. Mempunyai riwayat alkoholik
dan merokok
4. Bisa ngerokok kurang lebih
satu bungkus rokok perhari
merokok sejak umur 20 tahun
5. Cepat letih
DO :
1. Hasil pemeriksaan thorax:
bentuk dada pigeon chest
2. Fremitus taktil asimetris
3. Perkusi redup pada
hemitoraks kanan
4. Penurunan bunyi vesikuler
pada hemitoraks kanan
5. Hasil rontgen: efusi pleura.
7. Pemeriksaan diagnostik:
EKG ; sinus bradikardi,rongten
gambaran masa mediastinum
d/d NSCLC.
8. RR : 33x/menit
DS : Pasien mengatakan
1. Mual dan muntah saat
makan
2. Penurunan berat badan dari
65 kg menjadi 55 kg
Ketidakseimbangan Asupan
3. Setiap hari mengkonsumsi
nutrisi : kurang dari diet
daging, tidak suka sayur.
kebutuhan tubuh kurang
4. Tidak nafsu makan
DO :
1. Pemeriksaan lab hb : 8g%,
eritrosit : 3,1 juta sel/uL
2. IMT : 18,21

i. Daftar Masalah

No Tanggal Tanggal
Masalah keperawatan
Dx ditemukan teratasi
1 5 Oktober Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang -
berhubungan dengan Perokok dibuktikan dengan
Pasien mengatakan Sesak napas, Nyeri dada sejak 1
bulan yang lalu, Mempunyai riwayat alkoholik dan
merokok, Bisa ngerokok kurang lebih satu bungkus
rokok perhari merokok sejak umur 20 tahun dan Cepat
letih. Didapatkan juga hasil pemeriksaan thorax: bentuk
dada pigeon chest, Fremitus taktil asimetris, Perkusi
redup pada hemitoraks kanan, Penurunan bunyi
vesikuler pada hemitoraks kanan, Hasil rontgen: efusi
pleura, Pemeriksaan diagnostik: EKG ; sinus
2021
bradikardi, rongten gambaran masa mediastinum d/d
NSCLC dan RR : 33x/menit.
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh yang berhubungan dengan Asupan diet kurang
dibuktikan dengan Mual dan muntah saat makan,
Penurunan berat badan dari 65 kg menjadi 55 kg,
2
Setiap hari mengkonsumsi daging, tidak suka sayur
dan Tidak nafsu makan. Didapatkan juga hasil
Pemeriksaan lab hb : 8g%, eritrosit : 3,1 juta sel/ul dan
IMT : 18,21.

j. Perencanaan

No
Tujuan dan Indikator (NOC) Rencana Tindakan / Intervensi (NIC)
Dx
1 NOC : Status Pernafasan NIC 1 : Manajemen jalan nafas
Tujuan : Pasien mampu Aktivitas :
mencapai status pernafasan 1. Auskultasi suara nafas, catat area yang
secara maksimal pada ventilasinya menurun atau tidak ada dan
tanggal 9 Oktober 2021 adanya suara tambahan
Indicator : 2. Identifikasi kebutuhan actual/potensial
1. Frekuensi pernafasan (5) pasien untuk memasukkan alat membuka
2. Irama pernafasan (5) jalan nafas
3. Suara auskultasi nafas (4) 3. Monitor status pernafasan dan oksigensasi
4. Suara nafas tambahan (4) 4. Lakukan fisioterapi dada
5. Batuk (5) 5. Buang secret dengan memotivasi pasien
Keterangan no 1,2,3 : untuk melakukan batuk efektif atau menyedot
1 : Deviasi berat dari kisaran lendir
normal 6. Ajarkan pasien bagaimana menggunakan
2 : Deviasi yang cukup berat inhaler sesuai resep
dari kisaran normal 7. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
3 : Deviasi sedang dari ventilasi
kisaran normal 8. posisikan untuk meringankan sesak nafas
4 : Deviasi ringan dari kisaran 9. Kolaborasi pemberian terapi O2 : 3lt /
normal menit
5 : Tidak ada deviasi dari
kisaran normal NIC 2 : Monitor pernafasan
Aktivtas :
Keterangan no 4 dan 5 : 1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan
1 : Sangat berat kesulitan bernafas
2 : Berat 2. Monitor suara nafas tambahan seperti
3 : Cukup ngorok atau mengi
4 : Ringan 3. Auskultasi suara nafas
5 : Tidak ada 4. Posisikan pasien miring ke samping untuk
mencegah aspirasi
2 NOC : Status Nutrisi NIC 1 : Manajemen nutrisi
Tujuan : Pasien mampu Aktivitas :
mencapai status nutrisi 1. identifikasi adanya alergi makanan yang
secara adekuat pada tanggal dimiliki pasien
9 Oktober 2021 2. Monitor kalori dan asupan makanan
Indicator : 3. tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi
1. Asupan gizi (5) yang dibutuhkan untuk memenuhi
2. Asupan makanan (5) persyaratan gizi
3. Asupan cairan (5) 4. Berikan diet TKTP
4. Energi (4) 5. Anjurkan pasien mengenai modifikasi diet
5. Rasio berat badan (5) 6. Anjurkan pasien untuk monitor kalori dan
Keterangan : asupan makanan
1 : Sangat menyimpang dari 7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
rentang normal pemberian diet TKTP
2 : Banyak menyimpang dari
rentang normal NIC 2 : Monitor Nutrisi
3 : Cukup menyimpang dari Aktivitas :
rentang normal 1. Monitor adanya mual dan muntah
4 : Sedikit menyimpang dari 2. Timbang berat badan pasien
rentang normal 3. Lakukan pengukuran antropometrik pada
5 : Tidak menyimpang dari komposisi tubuh
rentang normal 4. Identifikasi perubahan berat badan terakhir
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Kanker merupakan salah satu penyakit kronis yang paling mematikan di
dunia. Menurut statistik Amerika Serikat, kanker menyumbang sekitar 23% dari total
jumlah kematian di negara tersebut dan menjadi penyakit kedua paling mematikan
setelah penyakit jantung (Anand, Kunnumakara, Sundaram, Harikumar, Tharakan,
Lai, dan Aggarwal, 2008). Setiap 11 menit ada satu orang penduduk dunia yang
meninggal karena kanker dan setiap tiga menit ada satu penderita kanker baru.
Fakta lain menunjukkan bahwa lima besar kanker yang diderita adalah kanker leher
rahim, kanker payudara, kanker ovarium, kanker kulit, dan kanker rektum (Rasjidi,
2009).

2. Saran

Lebih baik mencegah penyakit kanker, bisa dengan menjaga diri,dengan pola
hidup sehat, karena kanker merupakan bisa dibilang penyakit yang susah
disembuhkan. Dan apabila sudah terkena penyakit kanker sebaiknya mengikuti
anjuran yang diberikan oleh dokter. Dan sesuai dengan pengobatan yang akan
dilakukan supaya bisa sembuh dari penyakit kanker
DAFTAR PUSTAKA

(Anwar Jusuf, Elisna Syahruddin, Ahmad Hudoyo Departemen Pulmonologi dan Ilmu
Kedokteran Respirasi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia – RS Persahabatan,
Jakarta)
https://books.google.co.id/books?
id=8Rr7DwAAQBAJ&pg=PA56&dq=apa+terapi+obat+yang+diberikan+pada+saat+kemotera
pi+CA+Paru&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwimtPrHwbTzAhUJeCsKHb2JCVMQ6AF6BAgJEA
M#v=onepage&q=apa%20terapi%20obat%20yang%20diberikan%20pada%20saat
%20kemoterapi%20CA%20Paru&f=false

https://books.google.co.id/books?
id=GTqUHHF4A6oC&pg=PA59&dq=Bagaimana+gambaran+rontgen+massa+mediastinum&hl=id&sa=
X&ved=2ahUKEwi2rvWdwLTzAhVLfisKHZ6rDNEQ6AF6BAgEEAM#v=onepage&q=Bagaimana
%20gambaran%20rontgen%20massa%20mediastinum&f=false

https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=tindakan+keperawatan+untuk+mengatasi+sesak+napas&btnG=#d
=gs_qabs&u=%23p%3Dq9KlfmzsNDcJ

https://books.google.co.id/books?
id=GTqUHHF4A6oC&pg=PA59&dq=Bagaimana+gambaran+rontgen+massa+mediastinum&hl=id&sa=
X&ved=2ahUKEwi2rvWdwLTzAhVLfisKHZ6rDNEQ6AF6BAgEEAM#v=onepage&q=Bagaimana
%20gambaran%20rontgen%20massa%20mediastinum&f=false

Anda mungkin juga menyukai