BUKU
SERIAL
REVITALISASI
MEMBANGUN
TIM
SEKOLAH
Disusun
oleh:
Adang
Suryana
Iip
Ichsanudin
Winih
Wicaksono
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2019
Pengarah:
Dr.
Ir.
M.
Bakrun,
M.M.
Direktur
Pembinaan
SMK
Arie
Wibowo
Khurniawan,
S,Si,
M.Ak
Kasubdit
Program
dan
Evaluasi
Mochamad
Widiyanto,
S.Pd,
M.T.
Kasubdit
Kurikulum
Drs.
Haryono,
M.M.
Kasubdit
Kelembagaan
dan
Sarana
Prasarana
Ir.
Nur
Widyani,
M.M.
Kasubdit
Peserta
Didik
Saryadi,
M.T.,
M.B.A
Kasubdit
Penyelarasan
Kejuruan
dan
Kerjasama
Industri
Penulis:
Adang
Suryana
Iip
Ichsanudin
Winih
Wicaksono
Penyunting:
Huda
Saifullah
Kamalie
Tim
DitPSMK
Desain
Sampul:
Sonny
Rasdianto
Layout:
Winih
Wicaksono
ISBN: 978-602-5517-69-3
©
Hak
Cipta
Dilindungi
Undang-Undang
Dilarang
memperbanyak
karya
tulis
ini
dalam
bentuk
dan
dengan
cara
apapun
tanpa
izin
tertulis
dari
Direktorat
BUKU
SERIAL
REVITALISASI
01.
MEMBANGUN
TIM
SEKOLAH
Disusun
oleh:
Adang
Suryana
Iip
Ichsanudin
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2019
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
KATA
PENGANTAR
Pengembangan
dan
penerapan
pendidikan
karakter
kerja
siswa
Sekolah
Menengah
Kejuruan
(SMK)
merupakan
urgensi
dalam
upaya
meningkatkan
kapasitas
dan
kualitas,
sebagaimana
tertuang
dalam
penjelasan
Pasal
15
Undang
Undang
nomor20
Tahun
2003
tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional,
Sekolah
Menengah
Kejuruan
merupakan
pendidikan
menengah
yang
mempersiapkan
peserta
didik
terutama
untuk
bekerja.
Perpres
No.
87
tahun
2018
tentang
Penguatan
Pendidikan
Karakter,
kemudian
dalam
Peraturan
Menteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan
Nomor
34
Tahun
2018
tentang
Standar
Nasional
Pendidikan
SMK/MAK,
khususnya
Standar
Kompetensi
Lulusan
terdapat
9
(sembilan)
area
kompetensi,
salah
satu
area
kompetensi
tersebut
adalah
Karakter
Pribadi
dan
Sosial
lulusan
SMK/MAK.
Pengembangan
karakter
kerja
bagi
siswa
SMK
merupakan
aspek
penting
dalam
menghasilkan
lulusan
yang
mampu
bersaing
dan
berhasil
dalam
pekerjaannya.
Siswa
SMK
harus
dipersiapkan
untuk
menghadapi
kondisi
dan
tantangan
real-job
yang
ada
di
dunia
usaha
dan
industri.
Bekerja
di
dunia
usaha
dan
industri
berada
dalam
lingkungan
yang
berbeda
dengan
lingkungan
sekolah
sehingga
diperlukan
adanya
pengembangan
karakter
kerja
meliputi
pembinaan
ketahanan
mental,
disiplin
kerja,
ketahanan
fisik,
dan
perilaku
positif
siswa.
Oleh
karenanya
dalam
melaksanakan
pelaksanaan
pembentukan
karakter
kerja
di
SMK,
diperlukan
adanya
materi
pembinaan
ketarunaan
yang
memuat
tentang
materi
Kesamaptaan,
Tata
Tertib
Taruna,
dan
Pembentukan
Organisasi
Senat
Taruna
tentang
bagaimana
pembentukan
karakter
kerja
untuk
kesiapan
kerja
yang
terintegrasi
dalam
proses
pembelajaran
dengan
melibatkan
pihak
internal
maupun
eksternal
sekolah.
Dalam
rangka
inilah
Direktorat
Pembinaan
SMK
pada
tahun
2019
menyusun
Dokumen
Pembinaan
Karakter
Kerja
berbasis
Ketarunaan,
yang
meliputi,
Pedoman
Pelaksanaan,
Materi
Pembinaan
Ketarunaan,
dan
Panduan
Training
of
Trainer
(ToT)
sebagai
dokumen
yang
utuh
dan
menyeluruh,
untuk
membentuk
dan
pembiasaan
karakter
kerja
lulusan
SMK.
Dokumen
pembinaan
ketarunaan
ini
diharapkan
dapat
digunakan
bagi
SMK
bersama
pihak
terkait
yang
berkepentingan
baik
langsung
maupun
tidak
langsung,
untuk
menyiapkan
kemampuan
dan
membangun
karakter
utama
para
peserta
didiknya
yang
pada
akhirnya
tercipta
suatu
budaya
yang
disiplin,
maju,
modern
dan
kompetitif
mengenai
pentingnya
karakter
kerja.
Direktur Pembinaan SMK
Dr. Ir. M. Bakrun, M.M.
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2019
iii
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
iii
DAFTAR
ISI
iv
BAB
I
PENDAHULUAN
1
A.
LATAR
BELAKANG
1
B.
TUJUAN
1
C.
RUANG
LINGKUP
2
BAB
II
PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
3
A.
MEMBANGUN
SOLIDITAS
TIM
KERJA
3
B.
MEMBANGUN
KARAKTER
TIM
KERJA
13
C.
MANAJEMEN
PERUBAHAN
17
D.
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
18
E.
KOMUNIKASI
20
F.
MANAJEMEN
KONFLIK
23
DAFTAR
PUSTAKA
27
LAMPIRAN
29
A.
GAME
SIMULASI
KOMUNIKASI
(PESAN
BERANTAI)
30
B.
STRATEGI
DAN
DISIPLIN
33
C.
GAME
STUDI
KASUS
43
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
iv 2019
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Berbagai
kemajuan
teknologi,
kompetisi
global,
dan
ketahanan
ekonomi
dalam
masyarakat
yang
kompleks,
banyak
jabatan
menuntut
adanya
kolaborasi
di
antara
manusia
lintas
departemen
atau
lintas
keahlian.
Intinya,
pikiran
orang
banyak
akan
lebih
baik
ketimbang
pikiran
satu
orang
saja.
Membangun
sebuah
tim
kerja
adalah
suatu
proses
memilih,
mengembangkan,
memberikan
kemudahan,
dan
melatih
sebuah
kelompok
kerja
agar
berhasil
mencapai
tujuan
bersama.
Di
dalamnya
mencakup
memotivasi
anggota-anggota
kelompok
kerja
agar
merasa
bangga
dalam
melaksanakan
tugasnya.
Pembangun
tim
(team
builder)
harus
mampu
memenuhi
tuntutan
tugas
(kualitas
hasil,
tepat
waktu,
dan
sebagainya)
dan
memenuhi
kebutuhan
anggota-anggota
kelompok
kerja
(adil,
tidak
konflik,
dan
sebagainya.
Melalui
kerjasama
dan
saling
berbagi
pengetahuan
serta
keterampilan,
sebuah
tim
kerja
seringkali
mampu
menyelesaikan
tugas
secara
efektif,
ketimbang
dilakukan
oleh
seorang
individu.
-
“A
team
work
is
a
group
organized
to
work
together
to
accomplish
a
set
of
objectives
that
cannot
be
achieved
effectively
by
individuals”-
Tim
boleh
jadi
merupakan
kelompok
kerja
yang
relatif
permanen,
namun
juga
bisa
bersifat
temporer
yang
bertugas
untuk
menyelesaikan
sebuah
proyek
tertentu.
Tim
kerja
yang
relatif
permanen
biasanya
dinamakan
“natural
team
work”,
sedangkan
yang
temporer
banyak
disebut
sebagai
“a
cross-functional
action
team”
–
biasanya
terdiri
dari
orang-orang
dari
berbagai
bagian
atau
departemen.
Bentuk
tim
yang
dianggap
paling
maju
adalah
“self-directed”,
karenanya
tim
kerja
semacam
ini
kurang
memerlukan
pengawasan,
dan
memiliki
otoritas
penuh
dalam
penyelesaian
tugas-tugasnya.
Agar
tim
bisa
bekerja
secara
efektif
dalam
mengembangkan
motivasi,
kedekatan,
dan
produktivitas,
banyak
organisasi
yang
memandang
pembangunan
tim
merupakan
salah
satu
aspek
dari
pengembangan
organisasi.
B.
TUJUAN
Setelah
mengikuti
kegiatan
membangun
tim
kerja
ini,
diharapkan
pemangku
kebijakan
atau
tim
PPK
di
sekolah
mampu:
1.
Menerapkan
tim
kerja
sekolah
yang
solid
2.
Menerapkan
nilai-nilai
pendidikan
karakter
pada
tim
kerja
sekolah
3.
Menerapkan
manajemen
perubahan
di
sekolah
4.
Menerapkan
model
pengambilan
keputusan
yang
efektif
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2019 1
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
5.
Menerapkan
teknik
berkomunikasi
yang
efektif
6.
Menerapkan
manajemen
konflik
yang
sesuai
dengan
kondisi
sekolah
C.
Ruang
Lingkup
Ruang
lingkup
materi
“Membangun
Tim
Kerja
Sekolah”
terdiri
dari:
1.
Membangun
Tim
Kerja
yang
solid
2.
Membangun
Karakter
Tim
Kerja
3.
Manajemen
Perubahan
4.
Pengambilan
Keputusan
5.
Komunikasi
6.
Manajemen
Konplik
Ruang
Lingkup
Kegiatan
“Membangun
Tim
Kerja”,
meliputi:
Kegiatan
“INDOOR”,
terdiri
dari:
1.
Kondisioning
(perkenalan
dengan
Tim
Fasilitator,
Pembentukan
kelompok/tim,
pembuatan
lagu/yel
kelompok/tim,
Trusty
(membangun
kepercayaan
antar
anggota
tim)
2.
Penyampaian
materi
Pengantar
(Membangun
Tim,
Komunikasi)
3.
Review
kegiatan
simulasi
(outdoor)
dari
setiap
kelompok/tim
4.
Pemahaman
dan
Resume
hasil
review
dikaitkan
dengan
penerapan
materi
5.
Informasi
perolehan
prestasi
kelompok/tim
6.
Diskusi/presentasi
kelompok/tim
“Studi
kasus
Profil”
7.
Upacara
“Kemenangan
Tim”
Kegiatan
“OUTDOOR”,
terdiri
dari:
1.
Simulasi
Komunikasi
2.
Simulasi
Motivasi
Tim/kelompok
3.
Simulasi
Percaya
diri
Tim
4.
Simulasi
Kerjasama
Tim
5.
Simulasi
Kekompakan
Tim
6.
Simulasi
pembentukan
karakter
tim
7.
Simulasi
komitmen
tim
8.
Simulasi
Prestasi
Tim
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2 2019
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
BAB
II
PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
A.
MEMBANGUN
SOLIDITAS
TIM
KERJA
1.
Pengertian
Membangun
Tim
Kerja
Membangun
tim
kerja
adalah
suatu
upaya
yang
dibuat
secara
sadar
untuk
mengembangkan
kerja
tim
dalam
suatu
organisasi.
Ahli-ahli
ilmu
sosial
menyebut
kelompok
adalah
suatu
kumpulan
orang
yang
terdiri
dari
dua
atau
lebih
yang
berinteraksi
dengan
stabil
dan
diantara
mereka
mempunyai
tujuan
yang
sama
serta
menganggap
kelompok
itu
sebagai
kelompoknya
sendiri
(merasa
memiliki).
Walaupun
tak
dapat
disangkal
bahwa
ada
beberapa
kegiatan/aktifitas
yang
mungkin
lebih
efisien
bila
dikerjakan
oleh
perseorangan,
namun
banyak
sekali
masalah
yang
bersifat
terlalu
luas
dan
terlalu
kompleks
untuk
ditangani
oleh
satu
orang.
Dalam
hal
ini
kerja
team
pada
manajemen
dapat
memberikan
hasil
akhir
yang
lebih
efektif
dibanding
dengan
kerja
perorangan.
2.
Tujuan
Membangun
Tim
Kerja
Tim
kerja
dibangun
dengan
tujuan
untuk
membantu
kelompok
fungsional
menjadi
lebih
efektif.
Karena
rasa
individualisme
dan
persaingan
antar
pribadi
relatif
tajam
dalam
organisasi,
maka
tidak
semua
kelompok
kerja
dapat
dikategorikan
ke
dalam
suatu
tim
kerja.
Lima
atau
enam
orang
yang
sedang
menyelesaikan
suatu
proyek
belum
menjamin
bahwa
mereka
bisa
bekerjasama
dalam
mencapai
tujuan.
Secara
spesifik,
membangun
sebuah
tim
kerja
artinya
harus
mengembangkan
semangat,
saling
percaya,
kedekatan,
komunikasi,
dan
produktivitas.
a.
Semangat:
Muncul
karena
masing-masing
anggota
percaya
bahwa
mereka
memiliki
kemampuan
untuk
menyelesaikan
tugas.
Makin
tinggi
tingkat
kepercayaan
mereka
atas
kemampuannya,
makin
besar
pula
motivasi
mereka
untuk
menyelesaikan
tugas
dengan
baik
b.
Saling
percaya:
Rasa
saling
percaya
antar
sesama
anggota
merupakan
syarat
mutlak
yang
harus
dimiliki
oleh
setiap
anggota
tim,
agar
tim
mampu
bekerja
secara
efektif.
c.
Kedekatan:
Kedekatan
antar
anggota
merupakan
perasaan
yang
mampu
menyatukan
anggota
secara
sukarela.
Suatu
kelompok
yang
kohesif
adalah
kelompok
yang
dimiliki
oleh
setiap
anggotanya.
Mereka
mempunyai
tingkat
loyalitas
yang
tinggi
terhadap
kelompoknya.
Umumnya
kelompok
yang
kohesif
akan
lebih
produktif.
d.
Komunikasi:
Agar
tim
kerja
bisa
berfungsi
dengan
baik,
semua
anggota
harus
mempunyai
kemampuan
untuk
mengembangkan
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2019 3
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
hubungan
antar
pribadi
secara
baik,
bicara
secara
terbuka
satu
sama
lain,
memecahkan
konflik
yang
ada,
dan
secara
bersama
menghadapi
masalah.
“Poor
communication
means
no
team”.
e.
Produktivitas:
Tim
kerja
seyogianya
dapat
menyelesaikan
tugas
yang
tidak
mungkin
dilaksanakan
perorangan.
Melalui
saling
berbagi
sumber
daya,
ketrampilan,
pengetahuan,
kepemimpinan,
maka
tim
berpotensi
sangat
lebih
efektif
daripada
perorangan.
3.
Mengapa
Diperlukan
Membangun
Tim
Kerja
Pada
prinsipnya
kita
memerlukan
membangun
tim
kerja
untuk
memperbaiki
kinerja
kelompok
yang
kita
miliki,
namun
ada
beberapa
kondisi
yang
perlu
dipertimbangkan
dalam
pelaksanaan
membangun
tim
kerja,
antara
lain:
a.
Kondisi
kelompok
yang
memerlukan
peningkatan
moralitas
dan
hasil
kerja
tim.
b.
Pucuk
pimpinan
yang
jarang
berfikir
dan
bertindak
sebagai
bagian
sebuah
kelompok.
c.
Terjadi
kurang
pengertian
antar
sesama
anggota
tim
kerja,
tidak
ada
arahan
dan
semangat
kerja
yang
timbul
dalam
suatu
kelompok,
sehingga
kelompok
kehilangan
arah
kerja.
d.
Dalam
kelompok
baru
dimana
terdapat
beberapa
individu
yang
menonjol
tapi
tidak
dapat
bekerja
bersama
dalam
tim
kerja.
e.
Kurangnya
rasa
percaya
diri
antar
sesama
anggota
tim
kerja,
tidak
dapat
dicapai
kesepakatan
terhadap
tujuan
bersama
tim
dan
adanya
ketidaktahuan
akan
kemungkinan
peluang
yang
dapat
dilakukan
oleh
anggota
tim.
4.
Karakteristik
Kerja
Tim
yang
Efektif
a.
Terdiri
dari
dua
orang
atau
lebih
dalam
interaksi
sosial
baik
secara
verbal
maupun
non
verbal.
b.
Anggota
tim
kerja
harus
mempunyai
pengaruh
satu
sama
lain
supaya
dapat
diakui
menjadi
anggota
suatu
kelompok.
c.
Mempunyai
struktur
hubungan
yang
stabil
sehingga
dapat
menjaga
anggota
kelompok
secara
bersama
dan
berfungsi
sebagai
suatu
unit.
d.
Anggota
tim
kerja
adalah
orang
yang
mempunyai
tujuan
atau
minat
yang
sama.
e.
Individu
yang
tergabung
dalam
kelompok
kerja,
saling
mengenal
satu
sama
lain
serta
dapat
membedakan
orang-orang
yang
bukan
anggota
kelompoknya.
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
4 2019
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
5.
Manfaat
Membangun
Tim
Kerja
Team
Work
building
yang
dilakukan
secara
benar
dan
berkesinambungan
akan
memberikan
hasil
perubahan
yang
seringkali
jauh
lebih
baik
dari
dugaan
semula.
6.
Manfaat
atau
hasil
yang
dirasakan:
Bagi
pimpinan
tim/
kelompok
kerja:
a.
Pimpinan
tim
kerja
akan
menjadi
lebih
kuat
dan
lebih
efektif
b.
Pimpinan
tim
kerja
mampu
menyesuaikan
gaya
kepimimpinannya,
dengan
lebih
memperhatikan
kepentingan
dan
tanggung
jawab
kelompok
dibandingkan
kepentingan
pribadi
c.
Terdapat
apresiasi
yang
lebih
besar
dari
pimpinan
tim
terhadap
kebutuhan
anggota
tim
dan
bagian-bagian
dalam
tim.
d.
Pimpinan
menjadi
lebih
mampu
untuk
berkomunikasi
secara
langsung
kepada
anggota
tim
sehingga
terjadi
hubungan
pengertian
yang
lebih
baik
antara
pimpinan
dan
anggota
tim.
e.
Pimpinan
tim
kerja
memiliki
inisiatif
untuk
lebih
memahami
prakasa
anggotanya.
f.
Pimpinan
mempunyai
komitmen
yang
lebih
tinggi
terhadap
sasaran
kerja
dan
memiliki
harapan
yang
lebih
besar.
Bagi
individu
anggota
tim/
kelompok
Kerja:
a.
Sebagian
besar
individu
memiliki
pendekatan
yang
lebih
persuasif,
toleransi
menjadi
lebih
tinggi
dan
memiliki
kepercayaan
untuk
mengajukan
argumentasi
tanpa
terikat
oleh
hirarki.
b.
Komunikasi
dan
dialog
antar
sesama
anggota
kelompok
menjadi
lebih
bebas
dan
terbuka,
yang
selama
ini
menjadi
salah
satu
hambatan
utama
dalam
perkembangan
kelompok.
c.
Terdapat
“ruang“
yang
lebih
terbuka
untuk
mengakui
beberapa
kelemahan-kelemahan
pribadi,
bahkan
kadangkala
tidak
jarang
yang
mengundurkan
diri
karena
kesadaran
diri
(ini
bukan
penyelesaian
yang
diharapkan).
d.
Banyak
masalah
antar
pribadi
sesama
anggota
tim/kelompok
yang
selama
ini
mengganjal
dapat
dipecahkan
dengan
lebih
mudah
karena
keterbukaan
semua
anggota
tim.
Bagi
pelaksanaan
kerja
tim/
kelompok:
a.
Pertemuan
tim/kelompok
menjadi
lebih
terstruktur
dan
efektif.
b.
Hasil
yang
diperoleh
lebih
dapat
diterima
dan
terdistribusi
dengan
baik
kepada
sesama
peserta.
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2019 5
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
7.
Proses
Membangun
Tim
Kerja
Konsep
“tim”
berbeda
dari
konsep
“kelompok”.
Tim
adalah
kumpulan
orang
yang
tergabung
dalam
kelompok
yang
memiliki
tujuan
yang
sama
dan
memiliki
ciri-ciri
tertentu.
Sedang
kelompok
merupakan
kumpulan
dua
orang
atau
lebih
yang
saling
berinteraksi
dalam
mencapai
tujuan
bersama.
Kelompok
memiliki
struktur,
hubungan,
tugas
dan
hirarki,
sedang
tim
hanya
memiliki
anggota
saling
tergantung,
bekerja
dengan
saling
percaya,
saling
memotivasi,
dan
permasalahan
diselesaikan
secara
terbuka
(win-win
solution).
Tim
kerja
pembinaan
karakter
kerja
di
sekolah
terdiri
atas:
Gambar 2.1 Tim Kerja Pembinaan Karakter Kerja Sekolah
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
6 2019
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
8.
Hambatan
Organisasi
Dalam
Membangun
Tim
Kerja
a.
Visi,
misi
dan
strategi
kurang
motivable,
b.
Moral
dan
semangat
rendah,
c.
Conflict
of
interest
merebak,
d.
Kemampuan
mental
rendah,
e.
Seleksi
kurang
berhasil,
f.
Kepribadian
dominan
introvert/
ekstrovert,
g.
Komposisi
susunan
tim
tidak
efektif,
h.
Peran
tim
tidak
jelas,
i.
Tertutup
untuk
evaluasi,
j.
Pemberdayaan
kurang
efektif.
9.
Langkah-langkah
Membangun
Tim
Kerja
Tidak
ada
satu
cara
khusus
yang
dipakai
untuk
membangun
sebuah
tim
kerja.
Tujuan
untuk
membangun
tim
kerja
yang
bersemangat,
memiliki
kedekatan,
saling
percaya,
dan
produktif
dapat
dilakukan
dengan
banyak
cara.
Apapun
caranya,
hal
yang
penting
diingat
adalah
tim
kerja
itu
sendiri
harus
mengembangkan
kemampuan
mengidentifikasikan
persoalan
kerja
mereka
dan
sekaligus
juga
memecahkannya.
Lima
tahap
atau
langkah
yang
umumnya
dilakukan
dalam
membangun
sebuah
tim
kerja
diuraikan
di
bawah
ini.
Gambar 2.2 Langkah-langkah Membangun Tim Kerja
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2019 7
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
a.
Langkah
I.
Membentuk
Struktur
Tim
Kerja
Setiap
tim
kerja
harus
bekerja
dengan
suatu
struktur
yang
memadai
agar
berdaya
menangani
isu-isu
berat
dan
memecahkan
persoalan-
persoalan
yang
rumit.
Walau
struktur
bisa
berbeda
antara
perusahaan
satu
dengan
lainnya,
namun
komponen
yang
umumnya
ada
meliputi:
1) .
Tim
Pengarah,
yang
terdiri
atas
tim
manajemen
tingkat
atas,
pimpinan
serikat
kerja
(kalau
ada),
manajer
lini,
penyelia,
pimpinan
tim,
dan
orang-orang
penting
lainnya.
Seperti
seorang
pilot,
kelompok
tersebut
menetapkan
seperangkat
tindakan
dan
berperan
sebagai
nara
sumber
dan
pemberi
umpan
balik
atas
kegiatan
tim
2) .
Perancang
Tim,
merupakan
tim
lintas
sektoral
yang
mencakup
anggota-anggota
dari
semua
jenjang
dan
fungsi
dalam
organisasi.
Anggotanya
terdiri
atas
para
penyelia
dan
para
manajer.
3) .
Pemimpin,
merupakan
unsur
penting
bagi
keberhasilan
tim.
Pemilihan
pemimpin
merupakan
faktor
penting,
mereka
harus
yang
bergaya
partisipatif.
Pemimpin
tipe
X
kurang
tepat
untuk
diminta
sebagai
pemimpin
tim.
4) .
Rapat-rapat,
merupakan
aktivitas
yang
terpenting.
Agenda
ini
harus
difasilitasi
dan
dilakukan
relatif
sering.
Pimpinan
harus
dilatih
untuk
mengelola
proses
rapat
dan
proses
terjadinya
hubungan
antar
pribadi.
Proses
rapat
antara
lain
mencakup
perencanaan
dan
penggunaan
agenda,
mengelola
jalannya
rapat,
mendistribusikan
notula
rapat,
mengatur
bahan
dan
waktu
rapat.
5) .
Proses
konsultasi.
Kehadiran
pihak
ketiga
dalam
upaya
membimbing,
mengajar,
membantu
menyelesaikan
konflik,
kadang
sangat
diperlukan.
Karena
sesungguhnya
mereka
bukan
anggota
tim,
konsultan
dapat
memberikan
tantangan
bagi
anggota
tim.
Mereka
bisa
lebih
obyektif
dan
bisa
lebih
bebas
bekerja
dan
berpendapat
ketika
membantu
tim.
b.
Langkah
II:
Mengumpulkan
informasi
Membangun
tim
kerja
harus
dimulai
dengan
penilaian
diri
anggota
kelompok
(self-assesment),
untuk
mengetahui
kelemahan
dan
kekuatan
yang
dimiliki
oleh
setiap
anggota.
Pengembangan
tim
kerja
dapat
ditetapkan
berdasarkan
data
yang
diperoleh
dari
survei
tentang
sikap,
wawancara
dengan
anggota
tim,
dan
pengamatan
atas
diskusi-diskusi
kelompok.
Cara-cara
tersebut
bermanfaat
untuk
menilai
sejumlah
hal,
antara
lain
iklim
komunikasi,
rasa
saling
percaya,
motivasi,
kemampuan
memimpin,
pencapaian
konsensus,
dan
nilai
kelompok.
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
8 2019
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
c.
Langkah
III:
Membicarakan
Kebutuhan
Informasi
yang
diperoleh
dalam
langkah
II
harus
dirangkum
dan
diumpan-balikan
kepada
anggota
tim.
Tim
harus
mendiskusikannya
secara
terbuka,
dan
mencoba
menginterpretasikannya.
Melalui
proses
ini
akan
ditemukan
sejumlah
kebutuhan;
kekuatan
yang
ada
harus
dicoba
dipertahankan
dan
dikembangkan
sedangkan
kelemahan
harus
segera
diatasi.
Proses
ini
sangat
penting
dalam
upaya
untuk
menetapkan
sendiri
tujuan
tim.
Melalui
pemahaman
atas
kekuatan
dan
kelemahan
diri
sendiri,
tim
sudah
dalam
kondisi
siaga
untuk
mendiagnosis
masalah
dan
menemukan
jalan
keluarnya.
d.
Langkah
IV:
Merencanakan
sasaran
dan
menetapkan
pencapaiannya
Begitu
isu-isu
diklarifikasikan,
tim
harus
menetapkan
tujuan
dan
misinya,
serta
menetapkan
prioritas
kegiatan.
“Perhaps
most
importantly,
a
team
must
have
a
shared
sense
of
mission.
Whether
we
are
talking
about
a
temporary
work
improvement
team,
or
branch,
all
members
must
share
the
sense
of
mission”.
Hal
yang
paling
utama
dilakukan
oleh
tim
adalah
bekerja
pada
isu
yang
oleh
anggota
dianggap
paling
penting.
Konsultan
akan
sangat
membantu
dengan
cara
memberikan
saran-saran
tentang
teknik
atau
kegiatan
yang
mungkin
dilakukan
dalam
upaya
mencapai
tujuan.
e.
Langkah
V:
Mengembangkan
Ketrampilan
Sebagian
besar
proses
“pembangunan
tim
kerja”
akan
memusatkan
kegiatannya
pada
pengembangan
ketrampilan
yang
diperlukan
untuk
menciptakan
tim
yang
berkinerja
tinggi.
Seperti
halnya
para
atlit
olah
raga,
setiap
anggota
tim
kerja
harus
belajar
bermain,
bergerak,
dan
mempraktekan
ketrampilan
mereka.
10.
Kompetensi
Yang
Diperlukan
dalam
membangun
Tim
Kerja
Beberapa
jenis
ketrampilan
yang
sangat
diperlukan
dalam
membangun
tim
yang
baik
adalah:
a.
Mengembangkan
tim
kerja.
Mengembangkan
suatu
tim
dilakukan
melalui
tahapan-tahapan
yang
bisa
diprediksi,
yaitu
fase
orientasi,
fase
evaluasi,
dan
fase
kontrol.
Fase
orientasi
ditandai
oleh
adanya
keragu-raguan
para
anggota
kelompok
akan
peran
mereka.
Pada
fase
evaluasi,
anggota
ce n d e r u n g
m e n g a l a m i
ko n f l i k
y a n g
d i s e b a b k a n
o l e h
kekurangsetujuan
mereka
terhadap
cara-cara
penyelesaian
tugas.
Dalam
fase
ini
tim
bisa
terpecah-pecah
dalam
beberapa
koalisi.
Dalam
fase
kontrol,
tim
kembali
bersatu,
karena
mereka
mulai
memahami
satu
sama
lainnya.
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2019 9
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
Jika
pimpinannya
baik
maka
ketiga
fase
tersebut
tidak
berlangsung
lama,
sehingga
tim
dapat
segera
bisa
berfungsi.
b.
Klarifikasi
Peran
Setiap
anggota
harus
memahami
peran
mereka
masing-masing.
Mereka
harus
tahu
dengan
baik
apa
yang
harus
mereka
kerjakan
dan
juga
batas-batas
kewenangannya.
“Team
members
must
know
what
others
expect
from
them.
Ambiguity
in
role
expectations
produces
stress
and
hampers
performance”
Uraian
jabatan
formal
seringkali
tidak
sesuai
dengan
harapan
masing-masing
anggota,
oleh
karena
itu
pembagian
peran
sebaiknya
dibicarakan
bersama.
c.
Pemecahan
Masalah.
Memahami
bagaimana
menggunakan
teknik-teknik
pemecahan
masalah
merupakan
hal
penting
yang
menunjang
keberhasilan
kerja
tim.
Setiap
anggota
tim
harus
bisa
berpartisipasi
menggunakan
beberapa
cara
dasar
dalam
memecahkan
masalah
di
bawah
ini:
1)
Diagram
Pareto,
menggambarkan
masalah-masalah
yang
dihadapi
oleh
tim.
Setiap
“bar”
menunjukan
tingkat
seringnya
masalah
tertentu
muncul,
atau
biaya
yang
diakibatkan
oleh
adanya
masalah.
Tim
harus
berupaya
untuk
memecahkan
masalah
yang
sering
muncul
atau
yang
dampaknya
paling
merugikan.
2)
Diagram
Alur
Kerja,
menggambarkan
langkah-langkah
kerja
yang
harus
dilakukan
mulai
dari
awal
sampai
dengan
akhir.
Dengan
mempelajari
diagram
tersebut
setiap
anggota
dapat
membayangkan
proses
kerja
tim
secara
keseluruhan.
3)
Diagram
Sebab-Akibat,
biasanya
juga
disebut
dengan
nama
diagram
“tulang
ikan”.
Di
dalamnya
tertera
masalah
utama
dan
secara
berurutan
hal-hal
lain
yang
diperirakan
sebagai
penyebab
munculnya
masalah.
4)
“Brainstorming”,
setiap
anggota
kelompok
diberi
kesempatan
untuk
mengembangkan
gagasan-gagasan
sebebas
dan
sebanyak
mungkin.
Setiap
gagasan
dituliskan
dalam
“flip-
chart”.
Anggota
tidak
diperkenankan
untuk
“membunuh”
gagasan
segila
apapun.
Melalui
cara
ini
diharapkan
muncul
pemikiran
kreatif
guna
pemecahan
masalah.
5)
Rencana
tindakan,
memungkinkan
apa
yang
telah
diputuskan
untuk
segera
dilaksanakan.
Peran
dan
tanggungjawab
diberikan,
Laporan
diperlukan.
Biasanya
temuan-temuan
dan
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
10 2019
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
rencana
tindakan
disajikan
di
hadapan
manajemen
atau
panitia
pengarah
untuk
memperoleh
persetujuan,
atau
sebagai
informasi
dan
komunikasi.
6)
Bagan
pertanggung-jawaban
menggambarkan
kegiatan-
k e g i a t a n ,
w a k t u n y a ,
t e k n i k n y a ,
d a n
o r a n g
y a n g
melaksanakannya.
Adanya
bagan
ini
semua
anggota
tim
mengetahui
secara
rinci
keseluruhan
proses
kegiatan
yang
sedang
berlangsung.
d.
Konsensus
dalam
mengambil
keputusan.
Sebagian
besar
keputusan
di
tempat
kerja
dibuat
oleh
pihak
yang
memiliki
kekuasaan.
Konsensus
terjadi
manakala
semua
anggota
mengatakan:
“Saya
sepakat
dengan
keputusan
itu,
walau
tidak
100%
setuju,
namun
saya
sangat
mendukungnya”.
Konsensus
berbeda
dengan
demokratis.
Keputusan
yang
diambil
secara
demokratis
mengandalkan
pada
suara
terbanyak,
artinya
masih
ada
anggota
tim
yang
tidak
setuju,
yaitu
minoritas.
Pihak
yang
tidak
setuju
biasanya
tidak
sungguh-sungguh
bersedia
melaksanakan
hasil
keputusan.
Dalam
teknik
pengambilan
keputusan
melalui
konsensus
yang
sebenarnya,
keputusan
diambil
setelah
semua
anggota
setuju.
Konsensus
merupakan
cara
terbaik
dalam
pengambilan
keputusan,
berpotensi
memunculkan
komitmen
tinggi
pada
diri
setiap
anggota
tim
untuk
melaksanakannya.
Kualitas
keputusan
melalui
consensus
memang
sangat
baik,
sehingga
memudahkan
pelaksanaannya
karena
semua
yang
mengambil
keputusan
sepakat
atas
apa
yang
telah
diputuskan.
Pengambilan
keputusan
secara
konsensus
harus
dilakukan
secara
sistematis
dan
sabar.
Tidak
perlu
tergesa-gesa.
Apabila
tim
mencapai
konsensus,
tim
akan
dapat
bekerja
secara
maksimal.
e.
Mengatasi
konflik
Bukan
hal
yang
aneh
jika
suatu
tim
yang
terdiri
atas
orang-orang
yang
berbeda
latar
belakang,
berpotensi
memunculkan
konflik.
Jika
tim
gagal
menangani
konflik
dengan
semestinya
maka
akan
gagal
mencapai
tujuan.
Dengan
dikembangkannya
keterampilan
mengelola
konflik,
maka
walaupun
terjadi
konflik,
tim
masih
memperoleh
manfaat
daripadanya.
Pandangan
yang
saling
bertentangan
satu
sama
lain,
jika
dikelola
dengan
baik
justru
akan
menciptakan
suatu
keputusan
yang
lebih
baik.
Sebuah
tim
dapat
mengembangkan
kapasitas
menangani
konflik
melalui
berbagai
cara,
misalnya
diskusi
terbuka
tentang
konflik
itu
sendiri
atau
melalui
diskusi
yang
tangguh
yang
penuh
perdebatan
dan
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2019 11
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
11.
Ciri-Ciri
Tim
Berkinerja
Tinggi
a.
Seluruh
anggota
mempunyai
tekad
menyelesaikan
tujuan
atau
misi
yang
dikembangkannya.
b.
Tim
bekerja
dalam
lingkungan
yang
anggotanya
saling
terbuka
dan
percaya
satu
sama
lainnya.
c.
Seluruh
anggota
merasa
memiliki
tim,
dan
secara
sukarela
mereka
berpartisipasi
di
dalamnya.
d.
Anggota
terdiri
atas
orang
dengan
pengalaman,
gagasan,
pandangan,
yang
berbeda,
dan
perbedaan
ini
dihargai.
e.
Semua
anggota
tim
secara
terus
menerus
belajar
dan
memperbaiki
dirinya.
Hal
ini
membantu
meningkatkan
kemampuan
tim
dalam
memecahkan
persoalan.
f.
Semua
anggota
tim
mengerti
peranan
dan
tanggung-jawabnya,
saling
menghargai
satu
sama
lainnya.
g.
Keputusan
diambil
berdasarkan
konsensus
h.
Setiap
anggota
tim
berkomunikasi
secara
terbuka,
langsung,
dan
saling
mendengarkan
satu
sama
lainnya
secara
obyektif
dan
penuh
kesabaran.
i.
Tim
dapat
menangani
konflik
tanpa
harus
memunculkan
permusuhan.
j.
Pimpinan
tim,
apakah
temporer
atau
tetap,
mempraktekan
gaya
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
12 2019
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
12. Teknik Meningkatkan Kinerja Kerja Tim Kerja
Gambar 2.3 Meningkatkan Kinerja Tim Kerja
B
.
MEMBANGUN
KARAKTER
TIM
KERJA
1.
Nilai
Utama
Karakter
Ada
lima
nilai
utama
karakter
yang
saling
berkaitan
membentuk
jejaring
nilai
yang
perlu
dikembangkan
sebagai
prioritas
gerakan
membangun
karakter.
Kelima
nilai
utama
karakter
bangsa
yang
dimaksud
adalah
sebagai
berikut:
Nasionalisme
02
01
Religiusitas Kemandirian
NILAI
UTAMA
KARAKTER
05 03
Integritas
04
Gotong
Royong
Gambar 2.4 Nilai Utama Karakter
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2019 13
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
Religiositas
Nilai
karakter
religius
mencerminkan
keberimanan
terhadap
Tuhan
yang
Maha
Esa
yang
diwujudkan
dalam
perilaku
melaksanakan
ajaran
agama
dan
kepercayaan
yang
dianut,
menghargai
perbedaan
agama,
menjunjung
tinggi
sikap
toleran
terhadap
pelaksanaan
ibadah
agama
dan
kepercayaan
lain,
hidup
rukun
dan
damai
dengan
pemeluk
agama
lain.
Nilai
karakter
religius
ini
meliputi
tiga
dimensi
relasi
sekaligus,
yaitu
hubungan
individu
dengan
Tuhan,
individu
dengan
sesama,
dan
individu
dengan
alam
semesta
(lingkungan).
Nilai
karakter
religius
ini
ditunjukkan
dalam
perilaku
mencintai
dan
menjaga
keutuhan
ciptaan.
Subnilai
religius
antara
lain
cinta
damai,
toleransi,
menghargai
perbedaan
agama
dan
kepercayaan,
teguh
pendirian,
percaya
diri,
kerja
sama
antar
pemeluk
agama
dan
kepercayaan,
antibuli
dan
kekerasan,
persahabatan,
ketulusan,
tidak
memaksakan
kehendak,
mencintai
lingkungan,
melindungi
yang
kecil
dan
tersisih.
Nasionalisme
Nilai
karakter
nasionalisme
merupakan
cara
berpikir,
bersikap,
dan
berbuat
yang
menunjukkan
kesetiaan,
kepedulian,
dan
penghargaan
yang
tinggi
terhadap
bahasa,
lingkungan
fisik,
sosial,
budaya,
ekonomi,
dan
politik
bangsa,
menempatkan
kepentingan
bangsa
dan
negara
di
atas
kepentingan
diri
dan
kelompoknya.
Subnilai
nasionalisme
antara
lain
apresiasi
budaya
bangsa
sendiri,
menjaga
kekayaan
budaya
bangsa,
rela
berkorban,
unggul,
dan
berprestasi,
cinta
tanah
air,
menjaga
lingkungan,
taat
hukum,
disiplin,
menghormati
keragaman
budaya,
suku,
dan
agama.
Kemandirian
Nilai
karakter
mandiri
merupakan
sikap
dan
perilaku
tidak
bergantung
pada
orang
lain
dan
mempergunakan
segala
tenaga,
pikiran,
waktu
untuk
merealisasikan
harapan,
mimpi
dan
cita-cita.
Subnilai
mandiri
antara
lain
etos
kerja
(kerja
keras),
tangguh
tahan
banting,
daya
juang,
profesional,
kreatif,
keberanian,
dan
menjadi
pembelajar
sepanjang
hayat.
Gotong
Royong
Nilai
karakter
gotong
royong
mencerminkan
tindakan
menghargai
semangat
kerja
sama
dan
bahu
membahu
menyelesaikan
persoalan
bersama,
menjalin
komunikasi
dan
persahabatan,
memberi
bantuan/pertolongan
pada
orang-orang
yang
membutuhkan.
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
14 2019
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
Integritas
Nilai
karakter
integritas
merupakan
nilai
yang
mendasari
perilaku
yang
didasarkan
pada
upaya
menjadikan
dirinya
sebagai
orang
yang
selalu
dapat
dipercaya
dalam
perkataan,
tindakan,
dan
pekerjaan,
memiliki
komitmen
dan
kesetiaan
pada
nilai-nilai
kemanusiaan
dan
moral
(integritas
moral).
Karakter
integritas
meliputi
sikap
tanggung
jawab
sebagai
warga
negara,
aktif
terlibat
dalam
kehidupan
sosial,
melalui
konsistensi
tindakan
dan
perkataan
yang
berdasarkan
kebenaran.
Subnilai
integritas
antara
lain
kejujuran,
cinta
pada
kebenaran,
setia,
komitmen
moral,
anti
korupsi,
keadilan,
tanggungjawab,
keteladanan,
dan
menghargai
martabat
individu
(terutama
penyandang
disabilitas).
Kelima
nilai
utama
karakter
bukanlah
nilai
yang
berdiri
dan
berkembang
sendiri-sendiri
melainkan
nilai
yang
berinteraksi
satu
sama
lain,
yang
berkembang
secara
dinamis
dan
membentuk
keutuhan
pribadi.
2.
Membangun
Karakter
Berbasis
Budaya
Sekolah
Terbentuknya
budaya
sekolah
yang
baik
dapat
membawa
perubahan
ke
arah
yang
lebih
baik,
terutama
dalam
mengubah
perilaku
peserta
didik.
Faktor-faktor
pembiasaan
budaya
sekolah
melibatkan
nilai
moral,
sikap
dan
perilaku
siswa,
komponen
yang
ada
di
sekolah,
dan
aturan/tata
tertib
sekolah.
Membangun
pendidikan
karakter
berbasis
budaya
sekolah
merupakan
sebuah
kegiatan
untuk
menciptakan
iklim
dan
lingkungan
sekolah
yang
mendukung
praksis
Pendidikan
Karakter
mengatasi
ruang-ruang
kelas
dan
melibatkan
seluruh
sistem,
struktur,
dan
pelaku
pendidikan
di
sekolah.
Langkah-langkah
pelaksanaan
Pendidikan
Karakter
berbasis
budaya
sekolah,
antara
lain
dapat
dilaksanakan
dengan
cara:
a.
Menentukan
Nilai
Utama
Pendidikan
Karakter
Satuan
pendidikan
memilih
nilai
utama
yang
akan
menjadi
fokus
dalam
pengembangan
pembentukan
dan
penguatan
karakter
di
lingkungan
mereka.
Nilai
utama
dan
nilai-nilai
pendukung
yang
sudah
disepakati
dan
ditetapkan
oleh
satuan
pendidikan,
sekolah
bisa
membuat
tagline
yang
menjadi
motto
satuan
pendidikan
tersebut
sehingga
menunjukkan
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2019 15
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
3.
Membangun
Karakter
Berbasis
Masyarakat
Pelibatan
publik
dibutuhkan
karena
sekolah
tidak
dapat
melaksanakan
visi
dan
misinya
sendiri.
Karena
itu,
berbagai
macam
bentuk
kolaborasi
dan
kerja
sama
antar
komunitas
dan
satuan
pendidikan
diluar
sekolah
sangat
diperlukan
dalam
penguatan
pendidikan
karakter.
Membangun
Penguatan
Pendidikan
Karakter.
Yang
dimaksud
dengan
komunitas
yang
berada
di
luar
satuan
pendidikan
diantaranya
adalah
sebagai
berikut:
a.
Komunitas
orang
tua-peserta
didik
atau
paguyuban
orang
tua,
baik
itu
per-kelas
maupun
per-sekolah;
b.
Komunitas
pengelola
pusat
kesenian
dan
budaya,
yaitu
berbagai
perkumpulan,
kelompok
hobi,
sanggar
kesenian,
bengkel
teater,
padepokan
silat,
studio
musik,bengkel
seni,
dan
lain-lain,
yang
merupakan
pusat-pusat
pengembangan
kebudayaan
lokal
dan
modern;
c.
Lembaga-lembaga
pemerintahan
(BNN,
Kepolisian,
KPK,
Kemenkes,
Kemenpora,
dan
lain-lain);
d.
Lembaga
atau
komunitas
yang
menyediakan
sumber-sumber
pembelajaran
(perpustakaan,
museum,
situs
budaya,
cagar
budaya,
paguyuban
pecinta
lingkungan,
komunitas
hewan
piaraan,
dan
lain-lain);
e.
Komunitas
masyarakat
sipil
pegiat
pendidikan;
f.
Komunitas
keagamaan;
g.
Komunitas
seniman
dan
budayawan
lokal
(pemusik,
perupa,
penari,
pelukis,
dan
lain-lain);
h.
Lembaga
bisnis
dan
perusahaan
yang
memiliki
relevansi
dan
komitmen
dengan
dunia
pendidikan;
i.
Lembaga
penyiaran
media,
seperti
televisi,
koran,
majalah,
radio,
dan
lain-lain.
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
16 2019
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
C.
MANAJEMEN
PERUBAHAN
1.
Konsep
Manajemen
Perubahan
Manajemen
perubahan
adalah
suatu
proses,
alat
dan
teknik
untuk
mengelola
orang-orang
untuk
berubah
dalam
rangka
mencapai
tujuan
bisnis
yang
telah
ditentukan.
Tujuan
utama
dari
perubahan
itu
adalah
untuk
meningkatkan
kinerja
organisasi
dengan
cara
mengubah
bagaimana
cara
mengerjakan
pekerjaan
yang
lebih
baik.
Dapat
juga
dikemukakan
bahwa,
manajemen
perubahan
adalah
suatu
pendekatan,
alat,
teknik
dan
proses
pengelolaan
sumber
daya
untuk
membawa
organisasi
dari
keadaan
sekarang
menuju
keadaan
baru
yang
diinginkan,
agar
kinerja
organisasi
menjadi
lebih
baik.
Dalam
organisasi,
perubahan
itu
meliputi
individu,
tim,
organisasi,
struktur,
proses,
pola
pikir
dan
budaya
kerja.
Manajemen
perubahan
sering
disebut
dengan
manajemen
transisi
dan
manajemen
inovasi.
Dikatakan
manajemen
transisi,
karena
mengelola
keadaan
yang
bersifat
transisi
dari
kondisi
lama
menuju
kondisi
baru.
Dikatakan
manajemen
inovasi,
karena
tujuan
dari
perubahan
adalah
untuk
pembaharuan,
dari
yang
lama
ke
yang
baru
supaya
lebih
baik
Strategi
Mencapai
Perubahan
Pelaksanaan
manajemen
perubahan
dapat
dilakukan
dengan
berbagai
strategi
yaitu;
a.
Pendidikan
dan
pelatihan.
Memberikan
penjelasan
secara
tuntas
tentang
latar
belakang,
tujuan,
dan
akibat
adanya
perubahan
serta
mengomunikasikan
berbagai
perubahan
bentuk
perubahan.
b.
Manipulasi
dan
Kooptasi.
Manipulasi
adalah
menutupi
kondisi
yang
sesungguhnya.
Misalnya
memelintir
(twisting)
fakta
agar
tampak
lebih
menarik,
tidak
mengutarakan
hal
yang
negatif.
Kooptasi
dilakukan
dengan
cara
memberikan
kedudukan
penting
kepada
pimpinan
penentang
perubahan
dalam
mengambil
keputusan.
Teknik
ini
digunakan
bila
taktik
lain
tidak
akan
berhasil
atau
mahal.
c.
Negosiasi
dan
persetujuan,
yaitu
membangun
inisiatif
perubahan
dengan
bersedia
menyesuaikan
perubahan
dengan
kebutuhan
dan
kepentingan
para
penolak
aktif
atau
potensial.
Cara
ini
biasa
dilakukan
jika
yang
menentang
mempunyai
kekuatan
yang
cukup
besar.
d.
Paksaan.
1)
Berikan
ancaman
dan
jatuhkan
hukuman
bagi
siapapun
yang
menentang
dilakukannya
perubahan.
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2019 17
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
2)
Bila
kecepatan
adalah
esensial,
dan
inisiator
perubahan
mempunyai
kekuasaan
cukup
besar.
e.
Mengembangkan
Jika
staf
(tenaga
pendidik
dan
kependidikan)
merasa
belum
mampu
melakukan
perubahan
dikarenakan
keterbatasan
kompetensinya,
Kepala
Sekolah
melakukan
pengembangan
kompetensi
stafnya
sesuai
dengan
kondisi
dan
tuntutan
perubahan.
Strategi
yang
dapat
dilakukan
kepala
sekolah
diantaranya
adalah;
1)
Melakukan
bimbingan,
2)
Melakukan
benchmarking
pada
institusi/sekolah
lain
yang
mempunyai
kemampuan
lebih
baik,
3)
Memberikan
pelatihan-pelatihan.
Taktik
ini
digunakan
bila
penolakan
berkembang
sebagai
hasil
ketidakmampuan
staf
untuk
beradaptasi.
D.
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Perubahan
situasi
dan
kondisi
yang
sangat
cepat
menjadi
faktor
yang
harus
dipertimbangkan
dalam
manajemen
untuk
mampu
membuat
sejumlah
keputusan
dalam
waktu
yang
tepat
dan
cepat,
minimal
terdapat
tiga
tantangan
yaitu:
(1)
keadaan
yang
sangat
kompleks,
(2)
keadaan
yang
tidak
menentu,
dan
(3)
tuntutan
untuk
dapat
bertindak
luwes.
Kualitas
suatu
keputusan
merupakan
cermin
dari
daya
pikir
seorang
pemimpin.
Oleh
karena
itu,
berpikir
dalam
hubungannya
dengan
mengambil
keputusan
dan
memecahkan
masalah
harus
diusahakan
agar
tidak
tersesat
ke
jalan
yang
tidak
efektif
dan
efisien.
1.
Pengertian
Pengambilan
keputusan
ialah
proses
memilih
sejumlah
alternatif.
Pengambilan
keputusan
penting
bagi
administrator
pendidikan
karena
proses
pengambilan
keputusan
mempunyai
peran
penting
dalam
memotivasi,
kepemimpinan,
komunikasi,
koordinasi,
dan
perubahan
organisasi.
Setiap
level
administrasi
sekolah
mengambil
keputusan
secara
hirarkis.
Keputusan
yang
diambil
administrator
berpengaruh
terhadap
pelanggan
pendidikan
terutama
peserta
didik.
Oleh
karena
itu,
setiap
administrator
pendidikan
harus
memiliki
keterampilan
mengambil
keputusan
secara
cepat
dan
tepat.
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
18 2019
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
2.
Model
Pengambilan
Keputusan
a.
Model
Pengambilan
Keputusan
Rasional
Keputusan
dapat
dibedakan
atas
dua
tipe
yaitu
terprogram
(struktured)
dan
tidak
terprogram
(unstructured).
Keputusan
terprogram
ialah
keputusan
yang
selalu
diulang
kembali.
Contohnya:
keputusan
kenaikan
kelas
pesera
didik,
keputusan
pengangkatan,
keputusan
penetapan
gaji
pegawai
baru,
keputusan
pensiun,
dan
sebagainya.
Keputusan
tidak
terprogram
ialah
keputusan
yang
diambil
untuk
menghadapi
situasi
rumit
dan
atau
baru.
b.
Model
Pengambian
Keputusan
Carnegie
Model
ini
lebih
mengakui
akan
kepuasan,
keterbatasan
rasionalitas,
dan
koalisi
organisasi.
Perbedaan
antara
pengambilan
keputusan
rasional
dengan
Carnegie
ditunjukkan
oleh
tabel
2.1
berikut
ini.
Tabel
2.1.
Perbedaan
Model
Rasional
dengan
Model
Carnegie
Model
Rasional Model
Carnegie
Banyak
informasi
yang
tersedia Sedikit
informasi
yang
tersedia
Murah
Mahal,
karena
masih
mencari
informasi
Bebas
nilai Terikat
nilai
Alternatif
banyak Alternatif
sedikit
Keputusan
diambil
dengan
suara
Keputusan
dengan
kompromi
persetujuan,
bulat dan
akomodasi
antara
koalisi
organisasi
Keputusan
dipilih
yang
terbaik
bagi
Keputusan
dipilih
yang
memuaskan
organisasi organisasi
(Jones,1995)
c.
Model
Pengambilan
Keputusan
Berdasarkan
Manfaat
Dasar
pemikirannya
adalah:
(1)
mutu
keputusan,
(2)
kreativitas
keputusan,
(3)
penerimaan
keputusan,
(4)
pemahaman
keputusan,
(5)
pertimbangan
keputusan,
(6)
ketepatan
keputusan.
d.
Model
Pengambilan
Keputusan
Berdasarkan
Masalah
Ada
tiga
tendensi
khusus
yang
dapat
merusak
proses
keputusan
kelompok
yaitu:
(1)
pikiran
kelompok,
(2)
perubahan
beresiko,
dan
(3)
eskalasi
komitmen.
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2019 19
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
e.
Model
Pengambilan
Keputusan
Berdasarkan
Lapangan
Model
ini
paling
banyak
digunakan
sekolah
karena
ingin
melibatkan
partisipasi
warga
sekolah
dalam
mengambil
keputusan.
Lima
teknik
penting
dalam
pengambilan
keputusan
berdasarkan
lapangan
adalah:
(1)
curah
pendapat
(brainstorming),
(2)
teknik
grup
nominal,
(3)
teknik
Delphi,
(3)
pembela
yang
menantang
apa
yang
dianggap
baik
(devil's
advocate).
E.
KOMUNIKASI
Komunikasi
merupakan
kegiatan
yang
sangat
penting
dalam
berorganisasi.
Hasil
penelitian
seorang
pakar
komunikasi
menyimpulkan
bahwa
sekitar
75%-90%
waktu
kerja
digunakan
pimpinan
atau
manajer
untuk
berkomunikasi.
Jika
dua
orang
atau
lebih
bekerjasama,
maka
perlu
adanya
komunikasi
antar
mereka.
Makin
baik
komunikasi
mereka,
makin
baik
pula
kemungkinan
kerjasama
mereka.
Komunikasi
yang
efektif
menuntut
rasa
saling:
menghormati,
percaya,
terbuka,
dan
tanggung
jawab.
Leader
atau
manajer
menyampaikan
semua
fungsi
manajemen
dan
tugas
manajemen
melalui
saluran
komunikasi.
Leader
atau
manajer
melakukan
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan,
dan
pengendalian
semuanya
melalui
komunikasi
kepada
bawahannya.
Demikian
juga
pemberian
tugas-
tugas
seperti
administrasi:
(a)
peserta
didik,
(b)
tenaga
pendidik
dan
tenaga
kependidikan,
(c)
keuangan,
(d)
sarana
dan
prasarana,
(e)
hubungan
sekolah
dengan
masyarakat,
dan
(f)
layanan-layanan
khusus
juga
dilakukan
melalui
komunikasi.
1.
Pengertian
Komunikasi
ialah
proses
penyampaian
atau
penerimaan
pesan
dari
satu
orang
kepada
orang
lain
baik
langsung
maupun
tidak
langsung,
baik
tertulis,
lisan
maupun
bahasa
isyarat.
Seseorang
yang
melakukan
komunikasi
disebut
komunikator.
Orang
yang
diajak
berkomunikasi
disebut
komunikan.
Orang
yang
mampu
berkomunikasi
disebut
komunikatif.
Bagi
kepala
sekolah,
kegiatan
komunikasi
dapat
dimaksudkan
agar
meberikan
sejumlah
manfaat,
antara
lain
agar
(a)
penyampaian
program
yang
disampaikan
dimengerti
oleh
warga
sekolah,
(b)
mampu
memahami
orang
lain,
(c)
gagasannya
kita
diterima
oleh
orang
lain,
dan
(d)
efektif
dalam
menggerakkan
orang
lain
melakukan
sesuatu.
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
20 2019
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
2.
Proses
Komunikasi
Proses
komunikasi
meliputi
serangkaian
kegiatan
sistemasik,
sebagaimana
digambarkan
seperti
berikut.
Balikan
Penerima
pesan
Pengirim
pesan
Mengirim
coding
Coding Media
Gambar
2.5
Proses
komunikasi
Proses
komunikasi
yang
efektif
terjadi
jika
pesan
yang
disampaikan
cocok
dengan
yang
diterima
oleh
penerima.
Seorang
komunikator
yang
efektif
akan
melakukan
hal-hal
berikut:
a.
Mempelajari
penggunaan
bahasa
secara
positif
dan
ujaran
yang
tepat
b.
Mempelajari
bagaimana
menggunakan
bahasa
tubuh
dan
komunikasi
nonverbal
c.
Mempelajari
bagaimana
memahami
motivasi
pihak
lain
d.
Mempelajari
bagaimana
mempengaruhi
orang
lain
e.
Mempelajari
bagai
memberikan
pengaruh
pada
saat
rapat
dan
presentasi
f.
Menangani
konflik
dengan
strategi
yang
tepat
g.
Mempelajari
bagaimana
memperkuat
hubungan
h.
Membangun
jaringan
di
dalam
dan
di
luar
tempat
kerja
i.
Membangun
kepercayaan
dengan
orang
lain
3.
Hambatan-hambatan
Komunikasi
Tidak
selamanya
proses
komunikasi
berjalan
secara
lancar.
Seringkali
kepala
sekolah
menghadapi
masalah
komunikasi
yang
harus
diatasi.
Diantara
masalah
tersebut
adalah
masalah-masalah
sosio-psikologis,
termasuk:
kecemasan,
menutup
diri,
masalah
kesempurnaan,
memahami
hening,
berurusan
dengan
lawan
bicara
yang
menuntut,
lawan
bicara
yang
tidak
dapat
diandalkan,
hasil
yang
lambat,
dan
hilang
kendali
atas
diri.
Di
samping
itu,
ada
beberapa
hal
yang
dapat
menjadi
penghambat
atau
penghalang
dalam
proses
berkomunikasi.
Penghambat
tersebut
dikenal
dengan
istilah
barrier,
noises,
atau
bottle
neck
communication.
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2019 21
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
4.
Teknik
Berkomunikasi
secara
Efektif
Untuk
menjadi
komunikator
dan
komunikan
yang
baik
pada
dasarnya
tergantung
sejauh
mana
dijawabnya
pertanyaan-pertanyaan
berikut:
How
do
you
communicate
?
Is
it
effective?
Is
it
efficient?
Do
you
get
positive
feedback?
Oleh
karena
itu,
atasilah
hambatan-hambatan
komunikasi
dengan
berusaha
menjadi:
(1)
pendengar
yang
baik,
(2)
pembicara
yang
efektif,
(3)
pembaca
yang
baik,
(4)
penulis
yang
baik.
Berikut
dapat
dipelajari
cara
mudah
untuk
melakukan
komunikasi
secara
baik.
a.
Cara
Menjadi
Pendengar
yang
baik
Jadilah
ACTIVE
LISTEN
yaitu
singkatan
dari:
Attention
(penuh
perhatian)
Concern
(tertarik)
Timing
(pilih
waktu
yang
tepat)
Involvement
(merasa
turut
terlibat)
Vocal
tones
(irama
suara
memiliki
porsi
38%
terhadap
komunikasi)
Eyes
contact
(adakan
kontak
mata)
Look
(lihat
bahasa
tubuh)
Interest
(tunjukkan
minat)
Summarize
(singkat
intisari
pesan)
Territory
(batasi
hal-hal
penting)
Empathy
(penuh
perasaan)
Nod
(mengangguklah
tanda
Anda
sudah
memahami
atau
setuju).
(Verma,1988).
b.
Cara
menjadi
pembicara
yang
baik
Untuk
menjadi
pembicara
yang
baik,
dapat
dilaksanakan
saran-saran
berikut:
1)
Kuasai
materi
yang
akan
dibicarakan
2)
Buat
sistematika
pembicaraan
(pembukaan,
isi,
dan
penutup)
3)
Usahakan
isi
pesan
bermakna
dan
berkesan
bagi
pendengar
4)
Siapkan
diri
agar
tampil
dalam
keadaan
segar
bugar
dan
bersemangat.
5)
Berpakaian
yang
sopan
dan
rapi
6)
Timbulkan
rasa
percaya
diri,
anggap
Andalah
yang
paling
menguasai
materi
pembicaraan
dibandingkan
dengan
pendengarnya.
7)
Lakukan
kontak
mata
untuk
meningkatkan
komunikasi
8)
Konsentrasi
pada
materi
pembicaraan.
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
22 2019
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
F.
MANAJEMEN
KONFLIK
Komunikator
yang
handal
dapat
mengetahui
suasana
hati
manusia
dari
penampilan
wajahnya.
Konflik
tidak
selamanya
negatif,
ada
pula
konflik
yang
menyebabkan
positif,
misalnya
berkonflik
karena
persaingan
secara
sehat.
Manager
dan
leader
dalam
menjalankan
tugasnya
pasti
berhadapan
dengan
konflik.
Untuk
itu
perlu
dibekali
bagaimana
cara-cara
mengatasi
konflik.
Sebuah
organisasi
selayaknya
dikembangkan
sebagai
system
yang
mendorong
upaya
kerjasama
antar
manusia.
Namun,
dalam
“kehidupan
nyata”
(the
real
world),
organisasi
akan
selalu
diwarnai
oleh
adanya
konflik
dalam
berbagai
bentuk
dan
tingkat
kekuatannya,
baik
secara
positif
dan
negatif.
Dalam
situasi
yang
dinamis
seperti
sekarang
ini,
dapat
dipikirkan
untuk
meminimalisasi
kerusakan
akibat
konflik
dan
menanganinya.
Konflik
akan
selalu
muncul
dalam
pengalaman
social,
antar
individu-individu,
kelompok-kelompok,
dan
antara
masyarakat
dan
kultur
yang
lebih
luas
lagi.
Konflik
dapat
terjadi
di
dalam
(within)
pribadi
(person)
dan
unit
sosial
(intrapersonal,
intragroup,
atau
intranational).
Konflik
juga
dapat
dialami
antara
(between)
dua
pihak
atau
lebih
(interpersonal,
intergroup,
atau
international).
Konflik
dalam
kehidupan
organisasional
biasanya
melibatkan
konflik
antarpribadi
dan
antar
kelompok.
1.
Definisi
Konflik
Konflik
ialah
proses
kegiatan
A
merugikan
B
sehingga
menimbulkan
perselisihan
sehingga
dapat
menimbulan
stres
(Gibson,
et.al,
2003).
Konflik
disebut
juga
fight,
strangle,
quarrel,
deference,
opposition,
and
disagreement.
Konflik
yang
berkepanjangan
dapat
mengakibatkan
stres
bagi
yang
berkonflik
Pandangan
perilaku
menyatakan
konflik
adalah
sesuatu
yang
wajar
(alamiah)
karena
perbedaan
perilaku
dalam
berorganisasi.
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2019 23
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
2.
Karakteristik
Konflik
Konflik
selalu
diwarnai
oleh
situasi
berikut:
a)
Meningkatnya
konflik
meningkatkan
perhatian
terhadap
konflik
itu
sendiri
b)
Keinginan
menang
meningkat
seiring
dengan
keinginan
pribadi
untuk
menyelematkan
muka
c)
Orang
yang
kita
senangi
ketika
berkonflik
dapat
membongkar
rahasia
kita
d)
Konflik
dapat
melampaui
hal-hal
yang
lazim
e)
Orang
dapat
menjadi
individu
berbeda
selama
konflik.
3.
Penyebab
Utama
Konflik
Konflik
dapat
ditimbulkan
oleh
banyak
faktor,
namun
penyebab
utamanya
meliputi
hal-hal
berikut:
a)
Masalah
komunikasi
(salah
pengertian,
ketertutupan,
penyampaian
yang
kasar,
dan
sebagainya)
b)
Disain
struktur
(tempat
basah
dan
tempat
kering)
c)
Perbedaan
personal
(perbedaan
latar
belakang
budaya,
pendidikan,
pengalaman,
usia,
dan
lain-lain).
(Hunsaker,
2003)
4.
Strategi
Mengatasi
Konflik
Unnete
(1976)
memberikan
lima
strategi
untuk
mengatasi
konflik
dalam
lima
kemungkinan
yaitu:
(1)
jika
kerjasama
rendah
dan
kepuasan
diri
sendiri
tinggi,
maka
gunakan
pemaksaan
(forcing)
atau
competing;,
(2)
jika
kerjasama
rendah
dan
kepuasan
diri
sendiri
rendah,
maka
gunakan
penghindaran
(avoiding),
(3)
jika
kerja
sama
dan
kepuasan
diri
seimbang
(cukup),
maka
gunakan
kompromi
(compromising),
(4)
jika
kerjasama
tinggi
dan
kepuasan
diri
sendiri
tinggi,
maka
gunakan
kolaboratif
(collaborating),
dan
(5)
jika
kerjasama
tinggi
dan
kepuasan
diri
sendiri
rendah,
maka
gunakan
penghalusan
(smoothing).
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
24 2019
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
Pandangan
Kontemporer
tentang
Konflik.
Konflik
dalam
organisasi
saat
ini
tidak
dapat
dihindari,
endemic,
dan
legitimate.
Hal
ini,
karena
individu
dan
kelompok
di
dalam
sistem
sosial
manusia
interdependen
dan
selalu
berkait
dalam
proses
definisi
dan
redefinisi
terhadap
sifat
dan
rentang
interdependensi
mereka.
Proses
tersebut,
misalnya,
ditandai
oleh
fakta
bahwa
lingkungan
tempat
tinggal
mereka
berubah
secara
konstan.
Berdasar
paparan
di
atas,
dapat
ditegaskan
bahwa
konflik
tidak
dapat
dilihat
baik
atau
buruk
begitu
saja;
eksistensinya
netral.
Dampaknya
terhadap
organisasi
dan
prilaku
orang
di
dalamnya
sangat
tergantung
kepada
ketepatan
cara
yang
diperlakukan.
5.
Persepsi
terhadap
Konflik
Persepsi
manusia
terhadap
konflik
seperti
yang
ditunjukkan
tabel
2.2
berikut
ini.
TABEL
2.2.
PERSEPSI
LAMA
DAN
BARU
TERHADAP
KONFLIK
No. Lama
(Dampak
Negatif)
Baru
(Dampak
Positif)
1. Semua
konflik
berakibat
negatif
Konfik
dapat
berakibat
negatif
dan
positif
2. Harus
dihindari
(tradisional) Harus
dikelola
3. Berdampak
negatif
bagi
Berdampak
positif
bagi
orgnisasi
organisasi
(disfuntional) (functional)
4. Mengganggu
norma
yang
sudah
Merevisi
dan
memperbaharui
mapan norma
yang
sudah
mapan
5. Menghambat
efektivitas
Meningkatkan
efektivitas
organisasi organisasi
6. Mengganggu
hubungan
kerja
Menambah
intim
hubungan
kerja
sama
(menghambat
komunikasi) sama.
7. Mengarah
ke
disintegrasi Menuju
ke
integrasi
8.
Menghabiskan
waktu
dan
tenaga Menghemat
waktu,
dan
tenaga.
9. Stress,
frustrasi,
tegang,
kurang
Mampu
menyesuaikan
diri,
dan
konsentrasi,
dan
kurang
puas meningkatkan
kepuasan
10. Tidak
mampu
mengambil
Mampu
mengambil
tindakan
tindakan
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2019 25
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
6.
Taktik
untuk
Mengurangi
Konflik
Dinsmore
(1990)
memberikan
taktik
untuk
mengurangi
konflik
dengan
cara
mengikuti
sarannya
seperti
tabel
6.1berikut
ini.
No. Taktik Mengurangi Konflik
1 Meminimalkan
konflik
dengan
Meminimalkan
konflik
atasan dengan
bawahan
· Tempatk an
dirinya
sebagai
· Temukan
profesional
dan
“sepatu
bos” tujuan
personal
anggota
tim.
· Analisis
pola
pikir
boss
· Jelaskan
harapan
Anda
· Jangan
menyempaikan
masalah
· Definisikan
ukuran
kontrol
kepada
bos
tetapi
pemecahan
· K embangkan
toleransi
masalahnya. kegagalan
untuk
· Dengarkan
dengan
baik
membangkitkan
kreativitas.
infomasi
bos
untuk
rencana
dan
· Beri
umpan
balik
positif.
pengembangan
· Beri
kesempatan
dan
· Berkonsultasi
dengan
bos
penghargaan
terhadap
kebijakan,
prosedur,
dan
kriteria.
· Jangan
memaksa
bos
2 Meminimalkan
konflik
dengan
Meminimalkan
konflik
teman
selevel.
dengan
pelanggan
· Bantu
kelompok
mencapai
· Dorong
pelanggan
menuju
tujuannya. yang
mereka
inginkan.
· Bangun
iklim
kerjasama · Pelihara
kontak
tertutup
· Beri
catatan
kemajuan
untuk
dengan
pelanggan.
membantu
anda
dari
kelompok · Hindari
kejutan
· Usahakan
saluran
komunikasi
· Si aplah
melayani
setiap
informal level
· Coba
mereka
dengan
percobaan
· Kembangkan
hubungan
yang
Anda
inginkan. informal
sebaik
mungkin.
· Laksanakan
proyek
pertemuan
reguler.
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
26 2019
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
DAFTAR PUSTAKA
Adair,
John.
1984.
Menjadi
Pemimpin
Efektif.
Jakarta:
PT.
Pustaka
Binaman
Pressindo.
Chung,
K.H.
&
Megginson,
L.C.
1981.
Organizational
Behavior
Developing
Managerial
Skills.
New
York:
Harper
&
Row,
Publishers.
Davis,
Gary
A.
&
Thomas,
Margaret
A.
1989.
Effective
Schools
and
Effective
Teachers.
Massachusetts:
Ally
and
Bacon.
Dinsmore,
P.
1990.
Human
Factors
in
Project
Management.
New
York:
AMACOM.
Drucker,
P.F.
(1993).
Management:
Tasks,
Responsibilities,
Practice.
New
York:
Harper
Collins.
Gibson,
J.L.,
Ivancevich,
J.M.,
Donnelly,
J.H.
&
Konopaske,
R.
2003.
Organizations
Behavior
Structure
Process.
New
York:
McGraw-
Hill/Irwin.
Goodlad,
J.
1983.
A
place
called
a
School:
Prospects
for
the
Future.
New
York:
McGraw-Hill.
Greenfield,
W.
D.
1987.
Instructional
Leadership:
Cocepts,
Issues,
and
Controversies.
Allyn
&
Bacon.
Hunsaker,
P.L.
2001.
Training
in
management
skills.
Upper
Sadle
River,
New
Jersey:
Printice
Hall.
Jones,
G.R.
1995.
Organization
Theory
Text
and
Cases.
Massachusetts:
Addison-
Wesley
Publishing
Company.
Kouzes,
J.M.
&
Posner,
B.Z.
1995.
The
Leadership
Challenge.
San
Francisco:
Jossey-Bass
Publishing.
Kreps,
G.L.
Organizational
Communication
Theory.
New
York:
Longman.
Lunenburg,
F.C.
&
Ornstein,
A.C.
2000.
Educational
Administration
Concepts
and
Practices,
3 rd
Edition.
Belmont,
C.A.:
Wadsworth
Thomson
Learning.
Manasse,
A.
L.
1985.
Improving
Conditions
for
Principal
Effectiveness:
Policy
Implications
of
Research.
Elementary
School
Journal,
85
(3)
439-463.
Manning,
G.,
&
Curtis,
K.
2003.
The
art
of
leadership.
New
York:
McGraw-Hill
Irwin.
Martin,
W.
J.,
&
Millower,
D.
J.
1981.
The
Managerial
Behavior
of
High
School
Principals.
Educational
Administration
Quarterly,
17,
69-90.
Mintzberg,
H.,
Raisinghani,
D.
&
Theoret,
A.
(1976).
The
Structure
of
Unstructureed
Decision
Process.
Administrative
Science
Quarterly,
21,
pp.
246-275.
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2019 27
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
Newstrom,
J.W.
&
Davis,
K.
1997.
Organizational
Behavior
Human
Behavior
at
Work.
10th
Edition.
New
York:
The
McGraw-Hill
Companies,
Inc.
Sergiovanni,
T.
J.
1987.
The
Principalship:
A
Reflective
Practice
Perspective.
Boston:
Allyn
&
Bacon.
Simon,
H.A.
1997.
Administrative
Behavior:
A
Study
of
Decision-Making
Processes
in
Administrative
Organizations.
4th
Edition.
New
York:
Free
Press.
Verma,
V.K.
1996.
The
Human
Aspects
of
Project
Management
Human
Resource
Skills
for
the
Project
Manager.
Volume
Two.
Upper
Darby:
Project
Management
Institute.
Willower,
D.
J.,
&
Kmetz,
J.
T.
1982.
The
Managerial
Behavior
of
Elementary
School
Principals.
Paper
presented
at
the
annual
meeting
of
the
American
Educational
Research
Association,
New
York.
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
28 2019
LAMPIRAN-LAMPIRAN
KEGIATAN
OUTDOOR
MEMBANGUN
KARAKTER
TIM
SEKOLAH
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
A.
SIMULASI
KOMUNIKASI
(PESAN
BERANTAI)
Entailment
Messages
-
1
1.
Pemahaman
perintah
dari
fasilitator
kepada
Ketua
Tim
(
5
menit)
2.
Penularan
perintah
dari
Ketua
Tim
kepada
Anggota
Tim
(
5
menit
)
3.
Ketua
Tim
atau
perwakilan
tim
kembali
ke
home
base
untuk
menerima
pesan
4.
Pemahaman
pesan
selama
30
detik,
jika
bertanya
atau
mengulang
setiap
kali
bertanya
membeli
informasi
seharga
10.000
5.
Lama
permainan,
sejak
menerima
pesan
(poin
no.4)
sampai
selesai
selama
25
menit
6.
Setiap
kata
atau
tanda
baca
memiliki
nilai
30.000
poin
7.
Jumlah
kata
atau
tanda
baca
pada
pesan
berantai
1
adalah
30
8.
Setiap
kesalahan
kata
dan
tanda
baca
bernilai
masing-masing
30.000
poin
9.
Pesan
hanya
boleh
disampaikan
melalui
lisan,
kecuali
pada
pos
3
peserta
diharuskan
menulis
pesan
dalam
bentuk
tulisan
10.
Pesan
yang
sudah
ditulis,
kemudian
segera
dibawa
oleh
seseorang
perwakilan
tim
dan
diserahkan
kepada
fasilitator
11.
Tim
tercepat
menyelesaikan
tugas
dengan
baik
dan
tanpa
mendapat
kesalahan
baik
kata
maupun
tanda
baca
mendapat
bonus
200.000
poin
Entailment
Messages
–
2
1.
Pemahaman
perintah
dari
fasilitator
kepada
Ketua
Tim
(
5
menit)
2.
Penularan
perintah
dari
Ketua
Tim
kepada
Anggota
Tim
(
5
menit
)
3.
Ketua
Tim
atau
perwakilan
kembali
ke
home
base
untuk
menerima
pesan
4.
Pemahaman
pesan
selama
30
detik,
jika
bertanya
atau
mengulang
setiap
kali
bertanya
membeli
informasi
seharga
10.000
5.
Lama
permainan,
sejak
menerima
pesan
(poin
no.4)
sampai
selesai
selama
25
menit
6.
Setiap
kata
atau
tanda
baca
memiliki
nilai
30.000
poin
7.
Jumlah
kata
atau
tanda
baca
pada
pesan
berantai
2
adalah
20
8.
Setiap
kesalahan
kata
dan
tanda
baca
bernilai
negatif,
masing-masing
30.000
poin
9.
Pesan
hanya
boleh
disampaikan
melalui
lisan,
kecuali
pada
pos
3
peserta
diharuskan
menulis
pesan
dalam
bentuk
tulisan
10.
Pengganggu
adalah
2
orang
dari
tim
lain,
yang
akan
menggangu
pada
setiap
pos
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
30 2019
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
11.
Pengganggu
hanya
diperbolehkan
mengganggu
dengan
kata-kata,
bagi
pengganggu
yang
mengganggu
dengan
fisik,
maka
dikenakan
sanksi
10.000
poin
untuk
setiap
kali
pelanggaran
12.
Pesan
yang
sudah
ditulis,
kemudian
segera
dibawa
oleh
seseorang
perwakilan
tim
dan
diserahkan
kepada
fasilitator
13.
Tim
tercepat
menyelesaikan
tugas
dengan
baik
dan
tanpa
mendapat
kesalahan
baik
kata
maupun
tanda
baca
mendapat
bonus
200.000
poin
Sample of Entailment Messages
20 KATA 30 KATA
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2019 31
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
Scoring
Sheet
ENTAILMENT
MESSAGES
1
AND
2
Nama
Kelompok
:……………………………
Jumlah
Peserta
:………………..
Orang
JUMLAH
JUMLAH
KATA
KATA
YANG
MEMBELI DENDA
JUMLAH
TUGAS YANG
SALAH INFORMASI BONUS
BENAR PELANGGARAN
NILAI
X
30.000 X
30.000
X
30.000
PESAN
1
PESAN
2
Gambar
Benar MEMBELI
2.000.000 INFORMASI
X
100.000
PESAN
GAMBAR
TOTAL
NILAI
:
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
32 2019
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
B.
GAME
SIMULASI
NILAI-NILAI
KARAKTER
TIM
(OUTDOOR)
1.
STRATEGI
DAN
DISIPLIN
Square
One
Tricks
Tim
anda
diminta
membuat
bujur
sangkar
dengan
tali
atau
tambang
yang
telah
disediakan.
Tim
membuat
barisan
dengan
Ketua
Tim
berada
paling
depan.
Seluruh
anggota
tim
menutup
kedua
matanya
masing-masing
dengan
kain
yang
telah
disediakan,
orang
pertama
dibelakang
ketua
tim
memegang
kedua
bahu/
pundak
ketua
tim,
dan
orang
kedua
setelah
ketua
tim
memegang
kedua
pundak/
bahu
orang
yang
di
depannya,
demikian
seterusnya.
Setelah
semua
anggota
tim
siap
kemudian
ketua
tim
menutup
matanya
sendiri.
Dengan
komando
ketua
tim,
maka
tugas
pencarian
tambang/tali
yang
tersimpan
dihamparan
rumput/
tanah/
lantai
sekeliling
lokasi
segera
dimulai,
apabila
tambang/tali
sudah
ditemukan,
maka
aturlah
tali
sehingga
membentuk
bujur
sangkar
dan
kemudian
hasilnya
diletakan
diatas
hamparan
rumput/
tanah/
lantai
dimana
tim
berada.
Waktu
yang
disediakan
untuk
melaksanakan
tugas
ini
adalah
35
menit
dengan
rincian
5
menit
untuk
pemahaman
instruksi
tugas
dan
penyusunan
strategi,
dan
30
menit
untuk
menyelesaikan
tugas.
Setiap
kesulitan
yang
timbul
bisa
dikonsultasikan
kepada
fasilitator,
untuk
setiap
konsultasi
atau
bertanya,
tim
harus
membayar
sebesar
25.000
poin.
Apabila
tim
dapat
menyelesaikan
tugas
ini
tepat
pada
waktunya,
maka
berhak
mendapat
insentif
750.000
poin,
namun
apabila
tim
dapat
menyelesaikan
tugas
sebelum
waktunya,
maka
untuk
setiap
interval
5
menit
tim
anda
berhak
mendapat
bonus
sebesar
50.000
poin.
Selanjutnya
apabila
seluruh
tim
dapat
menyelesaikan
seluruh
tugas
tersebut
lebih
dari
waktu
yang
ditentukan
atau
di
instruksikan
untuk
berhenti
oleh
fasilitator,
maka
tim
anda
tidak
mendapat
bonus
sama
sekali.
Selanjutnya
apabila
salah
satu
dari
tim
anda
yang
tidak
mengikuti
tugas
ini,
maka
tim
anda
dianggap
gugur.
Selamat Bekerja
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2019 33
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
THE SQUARE ONE TRICKS
BENTUK:
Keterangan
Penilaian:
1.
Sisi
benar,
sudut
benar
(membentuk
bujur
sangkar)
Nilai:
1.000.000
poin
2.
Sisi
benar,
sudut
salah
atau
Sisi
salah,
sudut
benar
(membentuk
4
sudut)
Nilai:
750.000
3.
Sisi
salah,
sudut
salah
(
tidak
membentuk
4
sudut)
Nilai:
0
Fasilitator-1
Fasilitator-2
(……………………………) ( ………………………………)
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
34 2019
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
2. KEKOMPAKAN
Pearl Connections
Konon
ceritanya
200
tahun
yang
lalu,
di
daerah
ini
terdapat
mutiara
bertuah
dari
mulut
naga
yang
terdampar
di
tepi
laut
selatan.
Pada
suatu
hari
juru
kunci
yang
menjaga
tempat
ini
mendapat
wangsit
dari
para
leluhurnya.
Menurut
beliau,
barang
siapa
yang
dapat
mengembalikan
mutiara
ke
mulut
naga
niscaya
dia
orang
itu
akan
mendapat
keberuntungan
yang
luar
biasa.
Untuk
dapat
mengembalikan
mutiara
ke
mulut
naga,
tim
anda
harus
melingkar
mengikuti
tubuh
naga.
Keberhasilan
tim
anda
mengembalikan
mutiara
ke
mulut
naga
akan
mendapat
imbalan
sesuai
jerih
payah
yang
anda
lakukan.
Waktu
yang
disediakan
untuk
menyelesaikan
tugas
ini
adalah
35
menit,
dengan
rincian
5
menit
untuk
memahami
instruksi
kerja
dan
menyusun
strategi,
dan
30
menit
untuk
menyelesaikan
tugas.
Jika
tim
anda
dapat
menyelesaikan
tugas
ini
dengan
baik
dalam
waktu
30
menit,
maka
tim
anda
berhak
atas
imbalan
sebesar
1.000.000
poin.
Apabila
tugas
tersebut
dapat
selesai
kurang
dari
30
menit,
maka
tim
anda
dapat
mengulangi
tugas
tersebut
dengan
berbalik
arah.
Untuk
tiap
kali
ulangan
tanpa
kesalahan
maka
tim
anda
akan
mendapat
bonus
sebesar
100.000
poin.
Apabila
mutiara
tersebut
sampai
keluar
kembali
dari
mulut
naga,
maka
celakalah
tim
anda,
untuk
setiap
kali
mutiara
itu
keluar
dari
mulut
naga,
maka
tim
anda
akan
di
denda
sebesar
75.000
poin,
dan
tim
anda
harus
mengulang
kembali.
Untuk
dapat
menyelesaikan
tugas
ini
dengan
baik,
maka
tim
anda
harus
menjaga
kekompakan
tim
anda.
Selamat Bekerja
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2019 35
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
PEARL CONNECTIONS
Jumlah Peserta:……………….. Orang
Fasilitator-1 Fasilitator-2
(……………………………) ( ………………………………)
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
36 2019
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
3.PANTANG MENYERAH
Treasure
Raider
Tim
anda
sekarang
berada
di
daerah
penyimpanan
harta
karun,
namun
sebelumnya
pencarian
harta
karun,
kelompok
anda
harus
menyanyikan
lagu
wajibnya
(setelah
ada
aba-aba
dari
fasilitator).
Harta
karun
tersebut
tersimpan
di
daerah
±
100
tahun
yang
lalu,
sebagai
peninggalan
suatu
kerajaan
yang
terkenal
pada
saat
ini
belum
ditemukan.
Tim
anda
mempunyai
kewajiban
menemukan
harta
karun
tersebut
yang
tersimpan
rapi
di
sebuah
tempat/
wadah
berwarna,
terpendam
di
tanah,
berada
disekitar
tongkat
wasiat.
Untuk
mendapatkan
informasi
lebih
jelas
diperbolehkan
bertanya,
setiap
kali
pertanyaan,
anda
wajib
membeli
sebesar
15.000
poin.
Pencarian
harta
karun
hanya
disediakan
waktu
20
menit.
Ketentuan
yang
perlu
diperhatikan
oleh
semua
anggota
tim:
1.
Dilarang
menyentuh
tongkat
wasiat,
bila
dari
anggota
tim
anda
ada
yang
menyentuh
maka
tim
anda
didenda
sebesar
10.000
poin
per-pelanggran
2.
Keberhasilan
kelompok
anda
dalam
menemukan
harta
karun
akan
mendapat
imbalan
sebesar
500.000
poin.
Selamat Bekerja
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2019 37
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
PEARL RAIDER
WAKTU
NAMA
MENEMUKAN
PELANGGRAN MEMBELI
NILAI
TOTAL
TIM HARTA
INFORMASI KEBERHASILAN
NILAI
KARUN
MERAH
BIRU
KUNING
Fasilitator-1 Fasilitator-2
(……………………………) ( ………………………………)
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
38 2019
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
4. Pengambilan keputusan, toleransi, kepemimpinan
Electricity Web
Kelompok
anda
bekerja
sebagai
penambang
emas
terjebak
adanya
kebakaran
di
dalam
ruangan.
Anda
bersama
kelompok
anda
bila
ingin
selamat
dari
bahaya
kebakaran
harus
keluar
melalui
jaring
yang
merupakan
satu-satunya
jalan
yang
dapat
dilalui.
Jaring
yang
anda
lalui
itu
bermuatan
listrik
tegangan
tinggi
sehingga
anda
tidak
dibenarkan
menyentuh
jaring.
Jika
salah
satu
anggota
kelompok
anda
menyentuh
jaring
dan
atau
terjatuhnya
atribut
yang
anda
miliki,
maka
seluruh
kelompok
anda
harus
mengulang
kembali
dari
awal.
Anda
diberikan
waktu
5
menit
untuk
menyusun
strategi
yang
akan
anda
lakukan
sebelum
waktu
sebenarnya
dimulai.
Kelompok
anda
hanya
diberi
waktu
20
menit
untuk
keluar
dari
jaring
listrik,
jika
lebih
maka
anda
akan
terbakar
bersama
tambang
emas,
tetapi
jika
berhasil
melewati
jaring
dengan
selamat,
maka
kelompok
anda
akan
memperoleh
keberhasilan
sebesar
1.000.000
poin.
Kelompok
anda
baru
mendapat
nilai
apabila
seluruh
anggota
kelompok
anda
sudah
berhasil
melewati
jaring
dengan
selamat.
Ekstra
bonus
akan
diberikan
pada
setiap
orang
sebesar
50.000
poin
jika
anda
dapat
memanfaatkan
sisa
waktu
untuk
keluar
dari
lubang
jaring
laba-laba.
Hal
ini
bisa
dilakukan
apabila
seluruh
anggota
kelompok
anda
sudah
berhasil
melewati
lubang
jaring.
Anda
tidak
diperkenankan
bertanya
kepada
fasilitator,
kecuali
jika
anda
membayar
50.000
poin
setiap
pertanyaan.
Selamat
Bekerja
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2019 39
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
ELECTRICITY WEB
Jumlah Peserta:…………………… Orang
80% dari jumlah peserta adalah: Orang
Fasilitator-1 Fasilitator-2
(……………………………) ( ………………………………)
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
40 2019
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
CONTOH
JADWAL
KEGIATA
Hari/tanggal
Uraian
Kegiatan Waktu FASILITATOR
1. Kegiatan
Indoor
Pembukaan
Dan
Perkenalan
Pengantar
/
Konsep
Outward
Gambar
Wajah 730 - 900
Pembentukan
Tim,Memilih
Ketua
Tim, Membuat
Lagu
Wajib
Tim
Dan
Yel
2.
Kegiatan
Outdoor
Upacara
Bendera
Dan
Trusty
Komunikasi
Pesan
Gambar
I
900 -
12.
00
Pesan
Gambar
I
Pesan
Berantai
Dan
Pengganggu
3.
Istirahat,
Solat
Dan
Makan 1200 -1330
4.
Riview I
(Kegiatan
Pagi)
Dan
Teori
Komunikasi
30
1330 - 14
5.
Tes
Kepribadian
30
1430 - 15
Ambisi
Dan
Empati
6.
Diskusi
Kisah
Sungai
Buaya 1530 - 1630
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2019 41
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
Selasa ,
16
Juli 2019
Uraian
Kegiatan Waktu Fasilitator
Indoor
1.
Kegiatan
Penjelasan
Kegiatan
Hari
Ke
II 730 - 830
2.
Kegiatan
Outdoor
Kerjasama
Tim
Drum
Sirkus 830 - 12.00
Jaring
Listrik
Membuat
Bujur
Sangkar
Mutiara
Berantai
3.
Istirahat,
Solat
Dan
Makan 1200 - 1330
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
42 2019
M E M B A N G U N
T I M
S E K O L A H
C. GAME STUDI KASUS
The
tale
of
Crocodile
River
Alkisah
ada
sepasang
muda-mudi
yang
bernama
Omod
dan
Emeh,
mereka
tinggal
di
suatu
Desa
yang
dipisahkan
oleh
sungai
besar.
Omod
di
kampung
Cibangbung
dan
Emeh
di
Kampung
Jelekong.
Pada
malam
minggu
yang
indah
mereka
telah
merencanakan
untuk
saling
bertemu.
Namun
sayang
hari
itu
hujan
deras
sehingga
sungainya
banjir,
jembatan
yang
menghubungkan
desa
itu
hanyut
terbawa
banjir,
sampan
yang
biasa
mangkalpun
tidak
terlihat
satupun
ditepi
sungai.
Akan
tetapi
Emeh
nekad
untuk
tetap
keluar
rumah
dan
ditemuilah
teman
dekatnya
Adul,
hasti
menceritakan
keinginannya
kepada
Adul,
dan
meminta
agar
Adul
mau
mengantarkannya
ke
seberang
sungai,
ternyata
si
Adul
tidak
menghiraukan
permintaan
Emeh,
akhirnya
Emeh
mendatangi
si
Gordon
yang
sedang
nangkring
dipinggir
sungai,
Gordon
si
pemilik
sampan
satu-satunya
dengan
senang
hati
memenuhi
permintaan
Emeh
dengan
syarat
“Emeh
mau
tidur
satu
malam
bersamanya”.
Emeh
sangat
bingung
atas
persyaratan
berat
yang
diminta
Gordon.
Namun
dengan
berat
hati
akhirnya
Emeh
menerima
tawaran
Gordon
demi
cintanya
pada
Omod.
Sesampainya
di
seberang
sungai
Hasti
dengan
gembiranya
menemui
Omod
dan
langsung
menceritakan
apa
yang
telah
dialaminya
hingga
ia
sampai
berhasil
menemuinya,
tapi
apa
yang
terjadi,
Omod
seketika
marah
dan
memutuskan
hubungan
mereka
yang
telah
dijalin
sejak
lama.
Dengan
badan
yang
lemas,
jalan
gontai,
Emeh
mencoba
mencari
kawan
lamanya
Oces,
yang
pernah
menaruh
hati
padanya.
Sesampainya
dirumah
Oces,
Emeh
langsung
bercerita
tentang
kejadian
yang
dialaminya,
begitu
mendengar
cerita
Emeh,
darah
Oces
memanas
dan
langsung
lari
menemui
Gordon
dan
memukulinya.
Menurut
analisis
Anda,
siapa
yang
paling
bersalah
diantara
mereka.
Coba
urutkan
sesuai
dengan
tingkat
kesalahannya.
DIREKTORAT
PEMBINAAN
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2019 43
Untuk
kritik
dan
saran
yang
membangun,
hubungi
kami
di
;
Email
:
pesertadidiksmk@kemdikbud.go.id
No.
Hp
:
08222
-
1001
-
0016
(Subdit
Peserta
Didik)