Anda di halaman 1dari 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori


A. Teori Stakeholder

Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas


yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus
memberikan manfaat bagi stakeholdernya (pemegang saham, kreditor,
konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain). Teori
stakeholder pada dasarnya adalah teori bagi perusahaan sektor swasta.
Akan tetapi pada kenyataannya sudut pandang teori ini dapat diterapkan
pada sektor publik, dan sebagian pula diterapkan dalam konteks keputusan
manajerial dalam pemerintahan. Stakeholder pada dasarnya dapat
mengendalikan atau memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan perusahaan swasta.
Perusahaan swasta maupun publik harus bersedia menyiapkan laporan
keuangan dan mengungkapkan informasi penting yang terkait dalam
organisasi kepada pemangku kepentingannya atau stakeholder.

B. Sumber Daya Manusia

Manusia adalah unsur terpenting dalam keberhasilan atau


organisasi. Dikatakan Nogi (2005:189) dalam Darwanis dan Mahyani
(2009) bahwa aset organisasi yang paling penting dan harus diperhatikan
oleh manajemen adalah sumber daya manusia (human resources). Sumber
daya manusia adalah kemampuan baik dalam tingkatan individu, organisasi atau
kelembagaan, maupun sistem melaksanakan fungsi-fungsi
atau kewenangannya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Dalam organisasi, manajer sumber daya manusia melakukan dua fungsi utama, yaitu fungsi
manajerial dan fungsi operatif, menurut Gomes dalam Nogi (2005: 190). Seperti yang
dinyatakan Tulus (1995 : 2) “sumber daya manusia merupakan unsur masukan (input)
terpenting yang bersama unsur lainnya seperti modal, mesin, dan teknologi diubah melalui
proses manajemen menjadi keluaran (output) berupa barang atau jasa dalam usaha mencapai
tujuanorganisasi.
Ada dua elemen mendasar yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya
manusia, yaitu pendidikan dan keterampilan yang dimiliki oleh karyawan atau pekerja, karena
kedua elemen ini berhubungan dengan perencanaan karier pekerja dan pada akhirnya
bermuara pada kinerja organisasi yang berlangsung secara berkelanjutan (Notoatmodjo:2003).
Dari definisi diatas, diketahui bahwa kapasitas sumber daya manusia menunjang organisasi
dengan karya, bakat, kreativitas dan dorongan. Betapapun sempurnanya aspek teknologi dan
ekonomi, tanpa aspek manusia sulit kiranya tujuan-tujuan organisasi dapat dicapai.

C. Pemanfaatan Teknologi Informasi


Pemanfaatan teknologi informasi adalah tingkat integrasi teknologi
informasi pada pelaksanaan tugas-tugas akuntansi (Jurnali dan Supomo,
2002). Teknologi informasi dapat diartikan sebagai teknologi informasi
yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan,
menyusun, dan menyimpan data dalam berbagai cara untuk mengahasilkan
informasi yang berkualitas, yaitu relevan, akurat, dan tepat waktu.
Pengembangan sistem informasi yang sesuai memerlukan perpaduan dari
berbagai pengetahuan tentang sistem komputer, sistem informasi dan pengetahuan
tentang bagaimana merancang dan menerapkan sebuah sistem informasi serta
bagaimana memperoleh sistem komputer yang diperlukan. Menurut Halim (2002:
113) teknologi informasi memiliki lima fungsi pokok yaitu mengumpulkan data,
pengolahan data, pelaporan data, penyimpanan data dan pengiriman data. Sifat sistem
informasi yang diperlukan oleh suatu organisasi terutama sangat bergantung pada
jenis kegiatan yang dilaksanakan serta jenis-jenis keputusan yang dibuat oleh
pengguna informasi, yang mungkin saja mereka merupakan para manajer, personil
teknis dan spesialis, atau pegawai teknis dan administrasi. Informasi umum yang
diperlukan oleh manajer mengikuti pola yang berdasar pada sifat kegiatan pada suatu
lapisan manajerial.
Kebutuhan informasi oleh manajer cenderung bervariasi sesuai dengan lapisan
hirarkinya di dalam organisasi, sebab sifat kegiatan manajerial cenderung berada pada
berbagai lapisan serta dari sumber-sumber yang berbeda pula.
Pada Permendagri No. 59 Tahun 2007 menjelaskan bahwa Sistem akuntansi
pemerintahan daerah meliputi serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan
data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau
menggunakan aplikasi komputer.

D. Pengendalian Internal

Pengendalian internal merupakan suatu proses yang dijalankan


oleh dewan komisaris, manajerial, dan personil entitas lain yang didesain
untuk memberi keyakinan atas pencapaian tiga golongan:efektivitas dan
efisiensi organisasi, kehandalan pelaporan keuangan, dan ketaatan pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan PP nomor 60
Tahun 2008 pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa sistem pengendalian
internal adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi
melalui kegiatan yang efektif dan efisiensi, keandalan pelaporan keuangan,
dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Pengendalian internal terbagi menjadi dua yaitu pengendalian internal
akuntansi dan pengendalian internal administratif. Pengendalian internal akuntansi
meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan
terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan
data akuntansi. Sedangkan pengendalian internal administratif meliputi struktur
organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk
mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen (Mulyadi, 2001:163-164).
Pengendalian akuntansi sangat penting bagi organisasi bisnis maupun organisasi
pemerintah, karena salah satu tujuannya adalah untuk menyelamatkan kekayaan
organisasi tersebut. Pengendalian digunakan untuk memastikan sebuah organisasi
mencapai kinerja yang telah ditetapkan dengan menggunakan informasi yang tersedia
dan membandingkan hasil aktual rencana.
Mahmudi (2007) menyebutkan komponen penting yang terkait dengan pengendalian
internal akuntansi antara lain sebagai berikut :
a) Sistem dan prosedur akuntansi.
Sistem dan prosedur akuntansi keuangan daerah merupakan serangkaian tahap dan
langkah yang harus dilalui dalam melakukan fungsi akuntansi tertentu. Sistem dan
prosedur akuntansi pemerintah daerah paling sedikit meliputi (pasal 98 PP Nomor 58
tahun 2005): (1) sistem dan prosedur akuntansi penerimaan kas; (2) sistem dan
prosedur akuntansi pengeluaran kas; (3) sistem dan prosedur akuntansi aset; dan (4)
sistem dan prosedur akuntansi selain kas.
b) Otorisasi.
Otorisasi dalam sistem akuntansi pemerintah daerah sangat penting karena tanpa
sistem otorisasi yang baik, maka keuangan daerah sangat berisiko untuk terjadi
kebocoran. Sistem otorisasi menunjukkan ketentuan tentang orang atau pejabat yang
bertanggung jawab mengotorisasi suatu transaksi yang terjadi di pemerintah daerah.
Otorisasi tersebut bisa berbentuk kewenangan dalam memberikan tanda tangan pada
formulir dan dokumen tertentu. Tanpa otorisasi dari pihak yang berwenang maka
transaksi tidak dapat dilakukan, atau kalaupun ada transaksi tanpa otorisasi maka
transaksi tersebut dikategorikan tidak sah atau ilegal.
c) Formulir, dokumen, dan catatan.
Setiap transaksi yang terjadi di pemerintah daerah harus didukung dengan bukti
transaksi yang valid dan sah. Selain terdapat bukti yang valid dan sah, transaksi
tersebut harus dicatat dalam buku catatan akuntansi. Kelengkapan formulir dan
dokumen transaksi serta catatan akuntansi sangat penting dalam proses audit
keuangan.
d) Pemisahan tugas.
Fungsi-fungsi atau pihak-pihak yang terkait dalam suatu transaksi harus dipisahkan.
Suatu transaksi dari awal hingga akhir tidak boleh ditangani oleh satu fungsi atau satu
orang saja. Harus dipisahkan antara fungsi pencatat uang serta pengotorisasi. Harus
dilakukan pemisahan tugas secara tegas dengan deskripsi tugas pokok dan fungsi
(tupoksi) yang jelas dalam rangka menghindari terjadinya kolusi, kecurangan, dan
korupsi. Pengendalian intern akuntansi ini memberikan pengetahuan tentang
pengolahan informasi akuntansi, sejak data disimpan dalam dokumen melalui
berbagai sistem pembagian kekuasaan organisasi pemerintah daerah, data keuangan
diproses dalam berbagai catatan akuntansi sampai dengan informasi disajikan dalam
laporan keuangan (Krismiaji: 2002).

E. Ketepatwaktuan dan Keterandalan Pelaporan Keuangan

Ketepatwaktuan adalah suatu pemanfaatan informasi oleh pengambil


keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kapasitas atas kemampuannya untuk
mengambil keputusan (Chairil dan Ghozali,2001). Ketepatwaktuan menunjukkan
rentang waktu antara penyajian informasi yang diinginkan dengan frekuensi informasi
pelaporan. Keterandalan adalah kemampuan informasi untuk memberi keyakinan
bahwa informasi tersebut benar atau valid. Menururt PP Nomor 71 tahun 2010,
informasi dikatakan andal apabila dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang
menyesatkan dalam kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta
dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya
tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat
menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi karakteristik:

a) Penyajian Jujur
Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang
seharusnya disajikan secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.

b) Dapat Diverifikasi (verifiability)


Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila
pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap
menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.

c)Netralitas
Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan
pihak tertentu. Akurasinya informasi keuangan dapat diidentifikasikan dari rendahnya
tingkat kesalahan yang akan digunakan oleh manajemen untuk pengambilan
keputusan. Dalam kamus akuntansi menurut Syahrul dan Alfali (2000 : 6)
menyatakan pengertian akurasi (accuracy) adalah sebagai berikut: “Akurasi
(accuracy) merupakan keakuratan suatu pos akuntansi (Misalnya saldo perkiraan,
faktur, laporan keuangan) disebut juga accurate resentation. Konsep ini menunjukkan
pada suatu tujuan akuntansi dimana pos tersebut benar-benar merefleksikan dan
menilai sekumpulan fakta yang ada di dalamnya, termasuk seluruh implikasi ekonomi
dari transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa penting”.
F. Laporan Keuangan Daerah
Laporan keuangan daerah pada dasarnya asersi dari pihak
manajemen pemerintah yang menginformasikan kepada pihak lain, yaitu
kepada para pemangku kepentingannya (stakeholder). Laporan keuangan
digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang
dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintah,
menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu
entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap
peraturan perundang-undangan.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Tahun Judul Hasil Penelitian
.
1 Desi Indriasari 2008 Pengaruh kapasitas sumber daya Pemanfaatan teknologi
dan Ertambang manusia, pemanfaatan teknologi informasi, dan pengendalian
Nahartyo informasi, dan pengendalian internal akuntansi memiliki
internal akuntansi terhadap nilai pengaruh positif terhadap
informasi pelaporan keuangan keterandalan pelaporan
pemerintah daerah (Studi pada keuangan pemerintah daerah.
pemerintah kota Palembang dan Kapasitas SDM berpengaruh
kabupaten Rokan Hilir) negatif. Pemanfaatan teknologi
informasi dan kapasitas SDM
memiliki pengaruh positif
terhadap ketepatwaktuan
pelaporan keuangan pemerintah
daerah.
2 Harifan 2009 Pengaruh Kapasitas Sumber Sumber daya manusia,
Daya Manusia, Pemanfaatan Pemanfaatan teknologi
Teknologi Informasi dan informasi, dan Pengendalian
Pengendalian Intern Akuntansi Intern akuntansi berpengaruh
Terhadap Nilai Informasi positif dan signifikan terhadap
Pelaporan nilai informasi pelaporan
keuangan
3 Ikhwan Sukri 2009 Pengaruh Sumber Daya Sumber daya manusia tidak
Manusia, Pengendalian Intern mempunyai pengaruh yang
Dan signifikan
Pemanfaatan Sistem Informasi terhadap ketepatwaktuan
Akuntansi Terhadap pelaporan
Ketepatwaktuan Pelaporan keuangan di pemerintah kota
Keuangan Padang. Pengendalian internal
Pemerintah Daerah (Studi berpengaruh
Kasus Pada signifikan positif terhadap
Skpyang Terdapat Di Kota ketepatwaktuan pelaporan
Padang) keuangan di
pemerintah kota Padang.
Pemanfaatan sitem informasi
akuntansi mempunyai pengaruh
yang
signifikan terhadap
ketepatwaktuan pelaporan
keuangan di pemerintah kota
Padang.
4 Warih 2016 Pengaruh Kapasitas Sumber Variabel kapasitas sumber daya
Komarasari Daya Manusia, manusia tidak berpengaruh
Pemanfaatan Teknologi secara signifikan
Informasi dan Pengendalian terhadap keterandalan pelaporan
Intern Akuntansi Terhadap keuangan pemerintah daerah.
Keterandalan Pelaporan Variabel pemanfaatan teknologi
Keuangan Daerah (Pada Skpd informasi berpengaruh secara
Kabupaten Bantul Bagian signifikan
Akuntansi Dan Keuangan) terhadap keterandalan pelaporan
keuangan pemerintah daerah.
Variabel pengendalian intern
akuntansi berpengaruh secara
signifikan terhadap
keterandalan pelaporan
keuangan pemerintah daerah.
5 Celviana 2010 Pengaruh Sumber Daya Sumber Daya Manusia
Winidyaningrum Manusia Dan Pemanfaatan Berpengaruh Positif Signifikan
Teknologi Informasi Terhadap Terhadap Keterandalan
Keterandalan Pelaporan Keuangan
Dan Ketepatwaktuan Pelaporan Pemerintah Daerah.
Keuangan Pemanfaatan Teknologi
Pemerintah Daerah Dengan Informasi Berpengaruh Positif
Variabel Intervening Signifikan Terhadap
Pengendalian Intern Akuntansi Keterandalan Pelaporan
Keuangan Pemerintah Daerah.
Sumber Daya Manusia
Berpengaruh Tidak Signifikan
Terhadap Ketepatwaktuan
Pelaporan Keuangan
Pemerintah Daerah.
Pemanfaatan Teknologi
Informasi Berpengaruh Positif
Signifikan Terhadap
Ketepatwaktuan Pelaporan
Keuangan Pemerintah Daerah.

2.3 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis


1. Hubungan kapasitas sumber daya manusia terhadap
keterandalan pelaporan keuangan

Kapasitas sumber daya manusia adalah kemampuan seseorang atau


individu, suatu organisasi (kelembagaan), atau suatu sistem untuk melaksanakan
fungsi-fungsi atau kewenangannya untuk mencapai tujuannya secara efektif dan
efisien. Kapasitas harus dilihat sebagai kemampuan untuk mencapai kinerja,
untuk menghasilkan keluaran-keluaran (outputs) dan hasil-hasil (outcomes)
(Indriasari dan Nahartyo, 2008).
Berdasarkan uraian tersebut penulis menduga bahwa terdapat hubungan
yang positif antara sumber daya manusia dengan keterandalan pelaporan
keuangan pemerintah daerah, maka hipotesis yang penulis ajukan:
H1 : Sumber daya manusia berpengaruh signifikan positif terhadap
keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah.
2. Hubungan pemanfaatan teknologi informasi terhadap
keterandalan pelaporan keuangan

Perkembangan teknologi informasi tidak hanya dimanfaatkan pada


organisasi bisnis tetapi juga pada organisasi sektor publik, termasuk
pemerintahan. Dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2005
tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah disebutkan bahwa untuk
menindaklanjuti terselenggaranya proses pembangunan yang sejalan dengan
prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance), Pemerintah dan
Pemerintah Daerah berkewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan kemampuan mengelola
keuangan daerah, dan menyalurkan Informasi Keuangan Daerah kepada
pelayanan publik. Pemerintah perlu mengoptimalisasi pemanfaatan kemajuan
teknologi informasi untuk membangun jaringan sistem informasi manajemen
dan proses kerja yang memungkinkan pemerintahan bekerja secara terpadu
dengan menyederhanakan akses antar unit kerja.
Berdasarkan uraian tersebut diduga terdapat hubungan positif antara
pemanfaatan teknologi informasi dengan keterandalan pelaporan keuangan
daerah sehingga penulis mengajukan hipotesis:
H2 : Pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh signifikan positif
terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah.

3. Hubungan kapasitas pengendalian intern akuntansi terhadap


keterandalan pelaporan keuangan

Menurut PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern


Pemerintah (SPIP) pengendalian intern didefenisikan sebagai proses yang
integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh
pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas
tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien,
keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan. Dengan tidak berjalannya pengendalian intern,
banyak terjadi penyimpangan dan kebocoran yang ditemukan di dalam laporan
keuangan, yang menunjukkan bahwa laporan keuangan tersebut belum
memenuhi karakteristik/nilai informasi yaitu keterandalan.
Masalah-masalah yang ditemukan oleh pihak BPK dalam laporan
keuangan pemerintah seperti ketidakpatuhan, ketidakhematan, ketidakefisienan,
dan ketidakefektifan dan temuan penyimpangan administrasi dan kelemahan
sistem pengendalian intern menunjukkan bahwa laporan keuangan pemerintah
daerah belum memenuhi karakteristik/nilai informasi yang disyaratkan, yaitu
keandalan. Oleh karena itu, dengan melihat temuan BPK tentang kelemahan
sistem pengendalian intern tersebut dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
pemerintah memerlukan perbaikan pengendalian intern dalam hal keandalan
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
Berdasarkan uraian tersebut diduga terdapat hubungan positif antara
pemanfaatan teknologi informasi dengan keterandalan pelaporan keuangan
daerah sehingga penulis mengajukan hipotesis:
H3 : Pengendalian Intern berpengaruh signifikan positif terhadap
keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah.

2.4 Model Penelitian

Adapun model penelitian dari penelitian ini adalah:

Kapasitas Sumber Daya Manusia


Keterandalan Pelaporan
Keuangan Pemerintah Daerah
Pemanfaatan Teknologi
Informasi

Pengendalian Intern Akuntansi

Anda mungkin juga menyukai