Abstrak
Malaria merupakan suatu penyakit infeksi yang dapat mengancam nyawa yang disebabkan oleh parasit genus Plasmodium yang
ditransmisikan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina atau melalui transfusi darah. Malaria adalah penyakit endemis yang masih
menjadi permasalahan kesehatan global. Pada laporan kasus ini dilaporkan seorang pria usia 21 tahun dengan demam
intermiten dan pansitopenia tanpa tanda-tanda perdarahan spontan yang memiliki riwayat perjalanan ke daerah endemis
malaria. Diagnosis malaria pada kasus ini ditegakkan melalui pemeriksaan morfologi darah tepi. Temuan-temuan pada kasus ini
dapat menjadi dasar pemikiran untuk mempertimbangkan diagnosis malaria tropis pada pasien dengan infeksi akut dengan
pansitopenia. Penatalaksanaan pada pasien berupa pemberian anti malaria, transfusi PRC, nutrisi enteral, pemberian cairan
yang adekuat, antibiotik pada kondisi leukopenia, dan pemberian terapi simptomatik lainnya. Pasien mengalami perbaikan klinis
dan laboratorium setelah enam hari perawatan.
Korespondensi: Luh Dina Yulita, alamat Jl. Bougenvil No.32 Labuhan Dalam, HP 085269398456, e-mail luhdinay@gmail.com
Malaria dengan infeksi yang berat dapat temperatur 40oC, tekanan darah 100/50, denyut
jatuh pada beberapa kondisi seperti gangguan nadi 109x/menit isi cukup teratur, frekuensi
kesadaran, kelemahan otot, kejang berulang, nafas 24x/menit, dan saturasi oksigen 98%.
distres pernafasan, perdarahan abnormal, syok, Pada pemeriksaan fisik lebih lanjut ditemukan
edema paru, anemia berat, asidosis metabolik, konjungtiva anemis, hepatosplenomegaly dan
gangguan fungsi ginjal. Malaria yang terjadi pallor pada palmar.
pada kelompok beresiko seperti ibu hamil dapat Pada pemeriksaan laboratorium
menyebabkan keguguran, lahir kurang bulan, ditemukan anemia normositik normokrom,
berat badan lahir rendah, dan kematian. trombositopenia, leukopenia, retikulositosis,
Prognosis malaria bergantung pada kecepatan dan peningkatan enzim Lactate dehydrogenase.
dan ketepatan dalam diagnosis dan pengobatan Pada morfologi darah tepi memberikan kesan
malaria. 4 anisopoikilositosis dengan parasit malaria
Anemia merupakan komplikasi yang P.falsiparum stadium trofozoit. Pemeriksaan
sering terjadi pada infeksi malaria. ultrasonografi abdomen kesan
Patomekanisme anemia pada infeksi malaria hepatosplenomegali, asites minimal, dan efusi
terjadi akibat peningkatan lisis baik pada pleura minimal.
eritrosit yang yang mengandung parasit Berdasarkan hasil anamnesis,
maupun eritrosit yang tidak mengandung pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
parasit. Beberapa studi juga melaporkan adanya laboratorium pasien ditatalaksana sebagai
penurunan dari sintesis eritrosit pada sel malaria falsiparum dan mendapat terapi anti
germinal eritroid. Abnormalitas hematologi lain malaria ACT (Artemisinin Combination Therapy)
seperti leukopenia dan trombositopenia juga dengan regimen DHP (Dihydroartemisinin-
pernah dilaporkan terjadi pada infeksi malaria. Piperaquine) dan primakuin, pemberian
Studi ini memaparkan sebuah laporan kasus transfusi PRC, terapi suportif intravenosus fluid
mengenai infeksi malaria dengan pansitopenia drip KAEN 3B, serta terapi simptomatik berupa
pada laki-laki dewasa muda dengan riwayat anatagonis H2 dan antipiretik. Pada pasien juga
berpergian ke daerah endemis di Provinsi diberikan antibiotik empiris spektrum luas
Lampung. dalam keadaan leukopenia selama tiga hari.
Pasien menunjukkan perbaikan gejala klinis dan
Kasus laboratorium setelah menjalani pengobatan
Pasien laki-laki usia 21 tahun datang malaria, transufsi PRC, dan terapi suportif yang
dengan keluhan utama demam sejak 2 minggu diberikan di rumah sakit selama enam hari.
yang lalu. Demam terjadi terus menerus,
beberapa kali disertai dengan periode badan Pembahasan
menggigil selama 20-30 menit, berkeringat Patogenesis malaria dipengaruhi oleh
dingin lalu suhu kembali ke normal. Keluhan parasit dan pejamu. Faktor parasit yang
lain seperti nyeri kepala, nyeri otot, badan mempengaruhi patogenesis adalah intensitas
terasa lemas, dan nafsu makan berkurang juga transmisi, densitas parasit, dan virulensi parasit.
dirasakan oleh pasien. Keluhan seperti mual, Sedangkan faktor pejamu adalah tingkat
muntah, buang air besar cair/ kesulitan buang endemisitas daerah tempat tinggal, genetik,
air besar, tinja berwarna hitam, gusi berdarah, umur, status nutrisi, dan status imunologi.5
muncul ruam pada kulit disangkal oleh pasien. Malaria didiagnosis melalui tahapan anamnesis,
Terdapat riwayat berpergian ke pantai di daerah pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
endemis malaria (Hanura, Lampung) 2 minggu laboratorium. Seringkali malaria memberikan
sebelum demam muncul. Riwayat penurunan gejala klinis yang mirip dengan penyakit infeksi
berat badan drastis disangkal oleh pasien. Pada tropis lainnya seperti demam thypoid, demam
pemeriksaan fisik pasien lemah tampak sakit dengue, leptospirosis, chikungunya, dan infeksi
sedang, kesadaran somnolen, febris dengan saluran nafas. Diagnosis pasti malaria harus
Plasmodium yang paling banyak menyebabkan Kelainan hematologi lain yang terjadi
trombositopenia.14 Hal serupa juga terjadi pada pada pasien adalah leukopenia (<1700/µL).
pasien malaria di wilayah Indonesia Timur, dari Leukosit memegang peran penting dalam
sebuah studi suruveilans yang dilakukan di kemapuan tubuh melawan infeksi. Hubungan
Timika Papua memaparkan bahwa sepertiga antara perubahan jumlah leukosit dan malaria
pasien dengan malaria akut mengalami belum diketahui dengan pasti. Hal ini dapat
trombositopenia dimana 13% di antaranya berkaitan dengan sindrom splenomegali masif
dengan trombositopenia berat <30.000/uL. dengan pansitopenia atau titer IgM anti malaria
Resiko terjadinya trombositopenia lebih besar yang tinggi yang dapat sembuh dengan
terjadi pada infeksi P.falciparum (OR 5,4-6,1).15 pengobatan anti malaria. Penelusuran secara
Pasien pada laporan kasus ini masuk menyeluruh dibutuhkan untuk mengetahui
dalam kategori trombositopenia berat dengan keterlibatan hal ini dalam menyebabkan kondisi
nilai hitung troombosit 46.000/mL leukopenia pada pasien malaria. Leukopenia
(<50.000/mL). Pada pasien tidak ditemukan dengan peningkatan suhu oral (>38oC) harus
adanya tanda-tanda perdarahan baik pada dipikirkan sebagai suatu kondisi yang
mukosa maupun perdarahan pada saluran disebabkan oleh infeksi dan membutuhkan
cerna. Perdarahan dapat bermanifestasi sebagai pemberian antibiotik selain pemberian
purpura, ptekiae, atau ekimosis. Pemberian antimalaria. 18
transfusi konsentrat trombosit pada pasien Penalatalaksanaan kausatif pada pasien
malaria hanya diindikasikan pada pasien yang didasarkan atas protokol terapi anti malaria
mengalami perdarahan aktif. Pemberian terapi yang ditetapkan oleh Depkes tahun 2017 yang
anti malaria lebih diutamakan pada pasien merujuk pada WHO Guideline for The Treatment
malaria dengan trombositopenia tanpa of Malaria edisi ke-3 tahun 2015, yaitu
perdarahan aktif dan tidak memiliki riwayat artemisinin yang memiliki kerja cepat yang
gangguan perdarahan sebelumnya.13 dikombinasikan dengan obat yang memiliki
Mekanisme terjadinya trombositopenia kerja lebih lama. Penggunaan arteminisin
pada malaria belum diketahui secara jelas. sebagai monoterapi mudah mengakibatkan
Trombositopenia pada malaria diduga terjadi terjadinya rekurensi sehingga WHO
terjadi akibat efek lisis parasit pada trombosit memberikan petunjuk dengan
baik secara langsung maupun melalui proses mengkombinasikan dengan obat anti malaria
imunologi. Sebuah studi yang dillakukan di India lain yang disebut Artemisinin base Combination
mengukur kadar sitokin pada pasien malaria Therapy (ACT). Kombinasi ini dapat berupa
dengan berbagai derajat trombositopenia, studi kombinasi fosis tetap (fixed dose
ini menyimpulkan bahwa trombositopenia combination=FDC) atau dosis tidak tetap. WHO
terjadi melalui dua mekanisme yaitu merekomendasikan lima jenis ACT yaitu
peningkatan destruksi trombosit dan penurunan Artemether-Lumefantrine (FDC), Artesunate-
produksi trombosit. Pada studi ini terdapat Mefloquine, Artesunate-Amodiaqine,
peningkatan TNF-alpha yang diduga berperan Artesunate-sulfadoksin-primetamine, dan
dalam peningkatan konsumsi trombosit dan Dihidridroartemisinin-Piperakuin (FDC).
peningkatan IL-10 yang menurunkan sitokin Kombinasi yang tersedia di Indonesia saat ini
proinflamasi dari makrofag dan monosit yang adalah kombinasi artesunate-amodiakuin,
menyebabkan penurunan dari progenitor sel dihydroartemisinin-piperakuin, dan artemeter +
hematopoietik seperti megakaryocyte colony- lumefantrine. Obat anti malaria tersedia dalam
forming units (CFU-MKs) yang akan bentuk tablet dengan sediaan artesunat 50 mg,
menyebabkan penurunan produksi trombosit. amodiakuin 200 mg, dihydroartemisinin-
Studi ini juga memaparkan adanya penurunan piperakuin (DHP) yang merupakan kombinasi
nilai IL-6 yang berperan dalam regulasi tetap dimana tiap tablet terdiri dari
peningkatan produksi trombopoietin. 16,17 dihydroartemisinin 40 mg dan piperakuin 320
20
Tabel 1. Pengobatan Lini Pertama Malaria Falsiparum dengan Artesunat-Amodiakuin
Hari Jenis Obat Jumlah tablet per hari menurut umur dan berat badan
0-4 kg 4-10 kg 10-20 kg 20-40 kg 40-60 kg >60 kg
0-1 2-11 1-4 5-9 10-14 > 15
bulan bulan tahun tahun tahun tahun
1 Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
Primakuin - - ¾ 1½ 2 2-3
2 Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
3 Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
20
Tabel 2. Pengobatan Malaria Falsiparum dengan Artemeter-Lumefantrine
Hari Jenis Obat Jumlah tablet per hari menurut umur dan berat badan
Jam 5-14 kg 15-24 kg 25-34 kg >34 kg
< 3 tahun ≥ 3-8 tahun ≥ 9-14 tahun > 14 tahun
1 Artermeter-Lumefantrine 0 jam 1 2 3 4
Artermeter-Lumefantrine 8 jam 1 2 3 4
Primakuin 12 jam ¾ 1½ 2 2-3
2 Artermeter-Lumefantrine 24 jam 1 2 3 4
Artermeter-Lumefantrine 36 jam 1 2 3 4
3 Artermeter-Lumefantrine 48 jam 1 2 3 4
Artermeter-Lumefantrine 60 jam 1 2 3 4
4,20
Tabel 3. Pengobatan Malaria Falsiparum dengan DHP dan Primakuin
Hari Jenis Jumlah tablet per hari menurut berat badan
Obat <4 kg 4-6 kg 6-10 kg 11-17 kg 18-30 kg 31-50 kg 41-59 kg >60kg
0-1 2-5 < 6-11 1-4 5-9 10-14 ≥ 15 ≥ 15
bulan bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun
1-3 DHP ½ ½ ½ 1 1½ 2 3 4
1 Primakuin - - ¼ ¼ ½ ½ ¾ 1
Selain pengobatan kausatif, pada pasien Teluk Betung: Dinkes Provinsi Lampung;
juga dilakukan pengobatan suportif berupa 2016.
pemberian cairan intravena, transfusi PRC, 4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
suplementasi nutrisi, dan pengobatan Buku Saku Malaria 2017. Jakarta: Subdit
simptomatik berupa pemberian anatagonis H2 Malaria Direktorat P2PTVZ; 2017.
dan antipiretik. Pemberian cairan pada pasien 5. Harijanto PN, Nugriho H GC. Malaria: dari
dengan infeksi malaria disesuaikan dengan molekuler ke klinis. Edisi ke-2. Jakarta: EGC;
kebutuhan cairan berdasarkan berat badan 2008.
melalui oral dan intravena. Transfusi PRC 6. WHO. Guideline for The Treatment of
diindikasikan pada nilai hemoglobin <7 g/dl Malaria. Edisi Ketiga. Geneva: WHO
pada pasien malaria dengan kondisi anemia Publication; 2015.
yang tinggal di daerah non endemis malaria.10,21 7. Joel G Breman, MD D. Malaria:
Epidemiology, prevention, and control
Simpulan [Internet]. UpToDate. 2018 [diakses pada
1. Malaria merupakan suatu penyakit infeksi 15 November 2019]. Tersedia dari:
menular yang disebabkan oleh parasit https://www.uptodate.com/contents/mala
genus Plasmodium yang ditransmisikan ria-epidemiology-prevention-and-control
oleh gigitan nyamuk Anopheles. 8. CDC. Malaria Biology [Internet]. CDC. 2018
2. Malaria seringkali memberikan gejala klinis [diakses pada 15 November 2019]. Tersedia
yang mirip dengan penyakit tropis lainnya dari:
sehingga dibutuhkan penalaran klinis https://www.cdc.gov/malaria/about/biolog
dalam menggali riwayat perjalanan y/index.html
pernyakit yang diperlukan untuk diagnosis 9. Daily J, Baron EL. Anemia in Malaria.
malaria. Wolters Kluwer; 2018.
3. Selain gejala klinis berbagai kelainan 10. Perkins DJ, Were T, Davenport GC,
hematologi juga dapat ditemui pada pasien Kempaiah P, Hittner JB, Ong’echa JM.
malaria. Severe malarial anemia: Innate immunity
4. Pengobatan kausatif efektif dalam and pathogenesis. Int J Biol Sci.
penatalaksanaan kasus ini. 2011;7(9):1427–42.
11. Bakta IM. Anemia Hemolitik. Hematologi
Daftar Pustaka Klnik Ringkas. Jakarta: Penerbit Buku
1. World Health Organization. Malaria Kedokteran EGC; 2015.
[Internet]. WHO. 2019 [diakses pada 10 12. Arnold DM, Cuker A. Approach to the adult
November 2019]. Tersedia dari: with unexplained thrombocytopenia
https://www.who.int/news-room/fact- Approach to the adult with unexplained
sheets/detail/malaria thrombocytopenia. Wolters Kluwer. 2019.
2. Pusat Data dan Informasi Kementerian 13. Siagian LRD, Asfirizal V, Toruan VDL,
Kesehatan RI. InfoDatin Malaria. Infodatin Hasanah N. Thrombocyte counts in malaria
Malaria; 2016. patients at East Kalimantan. IOP Conf Ser
3. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. Profil Earth Environ Sci. 2018;144(1):0–5.
Kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2016. 14. Lampah DA, Yeo TW, Malloy M,