Anda di halaman 1dari 31

Modul 4

“Inkontinensia
Urin”
Kelompok 12

Tutor : dr. Marzelina Karim


Kelompok 12

Rahmi Hidayanti Pelu 11020170014


Fitri Alfiah Zahrah 11020170017
Vivi Deviyana 11020170019
Andi Herawati 11020170021
Ni’ma Sahabuddin 11020170041
Moh. Yusril 11020170052
Nurlana Zamaun 11020170162
Melly Syafrida Putri 11020170163
Nita Ramdhani 11020110164
Asmin 11020160167
Skenario 1
Anamnesis : Perempuan 79 tahun dibawa ke Rumah Sakit oleh keluarganya dengan keluhan selalu mengompol.
Keadaan ini dialami sudah sejak 6 bulan dimana penderita sama sekali tidak dapat menahan bila ingin buang air
kecil, sehingga kadang air seninya berceceran di lantai. Tidak ada keluhan nyeri saat berkemih.
Menurut keluarganya sejak 2 minggu yang lalu penderita terdengar batuk-batuk, banyak lendir kental dan agak
sesak nafas, serta nafsu makannya sangat berkurang, tetapi tidak demam. Penderita mempunyai 9 orang anak
yang terdiri dari 4 laki-laki dan 5 perempuan. Riwayat sejak 10 tahun penderita mengidap kencing manis dan
berobat teratur dengan obat Glibenklamide 5 mg, tekanan darah tinggi dengan obat Captopril 25 mg dan kedua
lutut sering bengkak dan sakit.
Pemeriksaan fisik : Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah baring 180/80 mmHg dan duduk 160/80
mmHg, nadi 90x/menit, suhu aksiler 36,9 OC, pernapasan 23x/menit. Pada auskultasi paru-paru ditemukan
adanya ronkhi basah kasar pada bagian medial paru kanan dan kiri. Jantung, hati dan limpa kesan dalam batas
normal. Berat badan 80 kg dan tinggi badan 156 cm.
Pemeriksaan Penunjang : Pem. laboratorium kadar Hb 11,5 gr%, Leukosit 13.400 /mm 3, GDS 273 mg/dl, ureum
61 mg/dl, kreatinin 1,84 mg/dl, asam urat 9,7 mg/dl.
Analisa urin : Sedimen leukosit : 1-3/lpb, Pemeriksaan toraks foto ditemukan adanya perselubungan homogen di
daerah medial kedua paru.
USG Abdomen tidak ditemukan kelainan.
Kata Sulit : -
Kalimat Kunci:
• Anamnesis
- Perempuan 79 thn
- Keluhan selalu mengompol sejak 6 bulan
- Tidak dpt menahan jika ingin BAK dan air seninya berceceran di lantai
- Tidak ada keluhan nyeri saat berkemih
- Batuk-batuk sejak 2 minggu lalu disertai lendir
- Agak sesak nafas
- Nafsu makan sangat kurang
- Tidak demam
- Memiliki 9 anak, (4 anak cowok dan 5 anak cewek)
- 10 tahun lalu mengalami kencing manis dengan konsumsi obat
glibenklamid 5 mg
- Kedua lutut sering bengkak dan sakit
- Tekanan darah tinggi dengan konsumsi obat catopril 25 mg
Pemfis
- tekanan darah baring 180/80 mmHg
- tekanan darah duduk 160/80 mmHg
- nadi 90 kali/menit
- suhu axiller 36,9 C
- pernapasan 23 kali/menit
- auskultasi paru didapatkan bunyi ronki kasar pada kedua paru
- BB 80 kg dan TB: 156 cm
- jantung, hati dan limpa dalam batas normal
Pem.Penunjang
- hb: 11,5 g
- leukosit: 13.400/mm
- GDS: 273 mg/Dl
- ureum: 61 mg/dl
- kreatin: 1.84 mg/dl
- asam urat: 9,7 g/dl
- sedimen leukosit: 1-3/lpd
- pemeriksaan toraks: perselubungan homogen di bagian media
kedua paru
- USG abdomen tidak ditemukan kelainan
Analisis Skenario
Data Dasar:
Riwayat Penyakit Sekarang
Identitas Penderita Keluhan utama : Keluhan selalu mengompol. sejak 6 bulan
Nama : ny.X tidak dpt menahan jika ingin BAK dan air seninya
Umur : 79 tahun berceceran di lantai
Pekerjaan : - Keluhan penyerta :
Alamat : - • Batuk-batuk sejak 2 minggu lalu disertai lendir Agak
Agama : - sesak nafas (pneumonia)
Tanggal Pemeriksaan : - • Memiliki 9 anak, (4 anak cowok dan 5 anak cewek)
Riwayat Penyakit Selama Ini
• 10 tahun lalu mengalami kencing manis dengan
konsumsi obat glibenklamid 5 mg (DM)
• Kedua lutut sering bengkak dan sakit (OA)
• Tekanan darah tinggi dengan konsumsi obat catopril
25 mg (Hiiertensi grade 2/hipertensi ortostatik)
Data Objektif
Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan tanda vital
Tekanan Darah : - tekanan darah baring 180/80 mmHg,
-tekanan darah duduk 160/80 mmHg Hipertensi
Grade 2 dan hipertensi ortostatik
Nadi : 90x/menit  Normal yaitu sekitar 60-100 x/menit
Pernapasan : 23 x/menit  Takipneu, Normalnya 16-24 x/menit,
Suhu : 36,9o C  Normal
Berat Badan : 80 kg
Tinggi Badan : 1,56 cm
IMT : BB/TB2 = 80/(1.56)2 = 32,92  obes 2
.Paru : Bunyi tambahan (didapatkan ronkhi basah kasar di seluruh lapangan ke dua paru).
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin : 11,5 g%  menurun/anemia (Normal : 12-16 g%)
Leukosit : 13.400/mm3  meningkat (Normal :4.50010.000)
Gula darah sewaktu : 273mg/dl  meningkat (DM jika < 200 mg/dl)
Ureum : 61 mg/dL  meningkat/uremia (Normal : 10-50 mg/dl)
Kreatinin : 1,84 mg/dL  meningkat (Normal : 0,6-0,9 mg/dl)
Asam urat : 9,7 mg/dL  meningkat/hiperurisemia (Normal : 2,3-6,6mg/dl
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Thoraks : tampak perselubungan homogen pada medial kedua lapangan paru.
(pneumonia bilateral)
Daftar Masalah
inkontinensia Urin tipe CKD grade 3
campuran
Obesitas IMT : 32,9 Anemia : Hb 11,5%
DM dengan GDS 273 Mg/dl Hipotensi ortostatik
Hipertensi hiperurisemia
osteoathritis multiparitas
pneumonia
Skala Prioritas
1. Inkontinensia urin
2. Obesitas
3. pneumonia
4. Diabetes mellitus
5.hipertensi
6. osteoarthritis
inkontinensia urin
Terapi suportif
Antikolinergik
non spesifik
Non
Farmakologis
Intervensi tingkah
Antispasmodik
Tatalaksana IU laku

Agonis adrenergik
Farmakologis Golongan
a

Estrogen topikal

Antagonis
adrenergik

Setiati S, Pramantara IDP. Inkontinensia Urin dan Kandung Kemih Hiperaktif. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna Publishing;
2015:3774.
Non farmakologi:

Terapi Suportif Non Intervensi Tingkah


Spesifik Laku

• Edukasi • Latihan otot dasar panggul


• Manipulasi lingkungan • latihan kandung kemih
• Pakaian • penjadwalan berkemih
• Latihan kebiasaan

Setiati S, Pramantara IDP. Inkontinensia Urin dan Kandung Kemih Hiperaktif. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna
Publishing; 2015:3774.
Setiati S, Pramantara IDP. Inkontinensia Urin dan Kandung Kemih Hiperaktif. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna
Publishing; 2015:3774.
obesitas

Merubah gaya hidup : merubah kebiasaan makan, meningkatkan


aktifitas fisik pada kegiatan sehari-hari, meluangkan waktu
berolahraga secara teratur
Terapi diet : diet rendah kalori
Peningkatan aktifitas fisik
Terapi perilaku : pengawasan mandiri terhadap kebiasaan makan dan
aktifitas fisik, manajemen stress, dan dukungan social

Husnah. 2012. Tatalaksana Obesitas. Aceh: Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Volume 12 Nomor 2 Agustus 2012.
pneumonia

Pneumionia Terapi suportif : istirahat,


pemberian cairan cukup
Virus dan nutrisi yang baik.

Pneumonia Antibiotik empirik


Bakteri terhadap penyebab

Dahlan Z. Pneumonia. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2015:1610.
Diabetes melitus
• Lifestyle modification
• Hyperglycemic lowering agents
• Insulin
• Kontrol gula darah , hindari pemakaian metformin dan obat-
obat sulfonilurea dengan masa kerja panjang. Jadi dapat diganti
dengan Thiazolidine, DPP 4 dan insulin
• Target HbAIC untuk DM tipe 1 0,2 diatas nilai normal tertinggi, untuk
DM tipe 2 adalah 6%

Rochmah, Wasilah. Diabetes Melitus Pada Usia Lanjut. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2015: 2420.
hipertensi

Non Farmakologi
• Modifikasi gaya hidup
• Berhenti merokok
• Pengendalian berat badan
• Mengurangi stres mental
• Pembatasan konsumsi garam & alkohol
• Asupan Na untuk usia >70 tahun 1200 mg

Farmakologi
• Prinsip : start low go slow
• Hipertensi yang disertai DM dapat diberikan ARB  menurunkan resistensi insulin
• Thiazid dan loop diuretik tidak diberikan karena dapat menyebabkan hiperurisemia
Suhardjono. Hipertensi pada usia lanjut. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Interna Publishing; 2015.
osteoartritis
Edukasi

Non Terapi fisik dan


Farmakologis rehabilitasi

Tatalaksana
Penurunan BB
OA

Farmakologis Analgetik

Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoartritis. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna Publishing;
2015:3199.
Pertanyaan

1. Jelaskan klasifikasi dari inkontinensia urin!


2. Jelaskan apa saja faktor resiko terjadinya Inkontinensia Urin!
3. Apa hubungan riwayat melahirkan pasien dengan keluhan utama?
4. Bagaimana hubungan usia dengan Inkontinensia pada skenario?
5. Bagaimana langkah-langkah diagnosis sesuai skenario?
6. Bagaimana pencegahan yang sesuai dengan skenario?
7. Jelaskan hubungan riwayat penyakit dengan Inkontinensia Urin!
8. Jelaskan riwayat penggunaan obat dengan keluhan inkontinensia urin!
9. Bagaimana prespektif Islam yang sesuai dengan skenario?
1. Klasifikasi inkontinensia urin

Obat-obatan
Inkontinensia akut &penyakit yg
diderita

Inkontinensia
Tipe urgensi
Tipe stress
Inkontinensia
Tipe overflow
kroni/persisten
Tipe fungsional
Tipe campuran

W. Sudoyo Aru, Setiyohadi Bambang, dkk. Inkontiensia Urin Kandung Kemih Hiperaktif. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed.IV jilid 3. Jakarta:
pusa penerbit departemen IPD FK-UI. 2006.
2. Faktor resiko terjadinya IU

usia jenis kelamin

persalinan obesitas depresi

Referensi:
-Biswas B, Bhattacharyya A, Dasgupta A, Karmakar A, Mallick N, Sembiah S. Urinary Incontinence, Its Risk Factors, and Quality of Life: A Study among Women Aged 50
Years and above in a Rural Health Facility of West Bengal. J Midlife Health. 2017;8(3):130‐136. doi:10.4103/jmh.JMH_62_17
-R, Amelia. 2020. Prevalensi dan Faktor Resiko Inkontinensia Urin pada Lansia Panti Sosial Tuna Werdha (PSTW) Suatera Barat. Bagian Histologi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Baiturrahmah, Padang, Indonesia
-Seputra, D. M. C. Saraswati. 2019. Hubungan Tingkat Inkontinensia Urin dengan Derajat Depresi pada Pasien Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werda Wana Seraya
Denpasar. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Departemen/KSM Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP
Sanglah Denpasar. Jurnal Medika Udayana, Vol. 8 No.8, Agustus.
-Sari, Hasni Kemala. Utama, B. Indra, Bachtiar, H. 2016. Perbedaan Level Rerata Kekuatan Otot Dasar Panggul Sebelum dan Setelah Persalinan Spontan Pada Kelompok
Inkontinensia Urin dan Kelompok Normal. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. Volume 1, Nomor 1.
3. Hubungan riwayat melahirkan dengan keluhan utama
Persalinan atau Terjadi tekanan
Riwayat peregangan pada secara berulang
multipara abdomen yang memperlemah otot-
terlalu lama otot dasar panggul

Mempengaruhi Jaringan ikat


parauretral yang Kerusakan pada
daya penyangga
pada bagian leher
menjadi lebih kaku nervus
atau kelemahan dari
kandung kemih pudendus
fascia

Stress
inkontinensia

• Herida, Lina. 2012. Pencegahan Inkontinensia Urin Pada Ibu Post Partum. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia.
• Hermie Tendean. Urinary Detection In Post-Monopause Age. Bagian Obstetri dan Ginekologi. Fakultas Kedokteran Universitan Sam
4. Hubungan umur dengan inkontinensia
Salah satu masalah yang tersering pada lansia adalah Inkontinensia Urin. Inkontinensia
urin adalah kondisi yang ditandai oleh defek spingter kandung kemih atau disfungsi
neurologis yang menyebabkan hlangnya control terhadap buang air kecil.
Alasan utama terjadinya ketidakstabilan kandung kemih pada usia lanjut adalah
terdapat beberapa kerusakan persarafan yang mengakibatkan seseorang tidak mampu
mencegah kontraksi otot kandung kemih secara efektif (otot detrusor) dan mungkin juga
dipersulit oleh masalah lain, seperti keterbatasan gerak atau konfusi, keinginan untuk miksi
yang datang sangat cepat.
Pada wanita, usia lanjut juga berakibat menurunnya tahanan pada uretra dan muara
kandung kemih. Ini berkenaan dengan berkurangnya kadar estrogen dan melemahnya
jaringan/otot-otot panggul karena proses-proses melahirkan apalagi bila disertai tindakan
berkenaan dengan persalinan tersebut.

Silay K, Akinci S, Ulas A, Yalcin A, Silay YS, Akinci MB, et al. Occult urinary incontinence in elderly women. 2016;447–51.
5. langkah langkah diagnosis
Anamnesis:
Sejak kapan? Seberapa lama ?
Sering ?
pemfis:
Bagaimana pancaranya ?
Inspeksi : revelant kondisi
Apakah dapat merasakan buli
medis
bulinya penuh?
Pemfis abdomen
Keluhan tambahan ?
Pemeriksaan buli-buli
Apakah riwayat penyakit Pemeriksaan stress dengan
sebelumnya diminta batuk secara keras
Adakah obat yang sedang
Pemeriksaan otot-otot panggul
dikonsumsi ?
Pemeriksaan neurologis
Riwayat kebiasaan
Pemeriksaan rektal
Riwayat persalinan ? Riwayat Pemeriksaan bowel
BB ?
Pemeriksaan cognitive dan
Riwayat hubungan seksual ? mood
Mobilitas pasien ?
Riwayat trauma ? Operasi?

Tallis RC.; Fillit HM. (eds): Brocklehurst’s textbook of geriatric medicine and gerontology, ed 6, London, 2006, Churchill Livingstone.
Pemeriksaan penunjang:
Buku harian kandung kemih
Toilet akses
Metabolik survei (elektrolit, kalsium, glukosa, dan nitrogen urea Ukur
volume residu urin)
Urinalisis
USG ginjal
Uroflowmetry untuk pria yang dicurigai adanya obstruksi uretra
Cystoscopy

Tallis RC.; Fillit HM. (eds): Brocklehurst’s textbook of geriatric medicine and gerontology, ed 6, London, 2006, Churchill Livingstone.
6. Pencegahan sesuai skenario

• Dekatkan kamar mandi


• Batasi asupan alcohol dan minuman berkafein
• Sertakan cukup cairan dan serat dalam diet dan berolahraga secara
teratur untuk mencegah konstipasi yang dapat menyebabkan control
kandung kemih yang buruk
• Penggunaan pempers
• Latihan perilaku berkemih
• Membuat catatan berkemih
• Lakukan latihan dasar panggul secara teratur

Darmojo B. 2009. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi Keempat. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
7. Hubungan riwayat penyakit dengan inkontinensia urin
Pneumonia DM

Komplikasi fisiologis,
Batuk mikrovaskular, neurologi
diabetes

Peningkatan tekanan
intrabdominal • Kerusakan persarafan kandung
kemih
• Perubahan fungsi otot dietrusor
Mencegah penutupan sfingter uretra • Disfungsi urotelial

Inkontinensia urin
Chai,T, Rickey, L. Conn’s Current Therapy: Urinary Incontinence. Hal.1057-1060. Elsevier, Inc. 2018.
Phelan, S., et.al. Clinical Research in Diabetes and Urinary Incontinence: What We Know and Need to Know. 2009.
8. Hubungan riwayat pengunaan obat dengan IU

 Obat DM golongan Sulfonilurea


ESO dari obat ini dapat terjadi hipoglikemi oleh karena peningkatan sekresi
insulin oleh sel beta pankreas. Pada usia lanjut, hipoglikemi ini dapat
menyebabkan refleks simpatik menurun dan cenderung menyebabkan relaksasi
m. detrusor yang dapat menyebabkan inkontinensia.
 Obat Hipertensi
Captopril memilki efek samping batuk-batuk yang dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intraabdominal yang berisiko terjadi inkontinensia (tipe
stress).

Buku ajar Boedhi darmojo Geriatri (ilmu kesehatan Usia lanjut). Edisi ke 5. Badan penerbit fakultas kedokteran universitas indonesia
9. Perspekstif Islam
Q.S Ar-Rum : 54

Artinya:
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu
menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang
dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.
Ayat ini menjelaskan bahwa manusia itu saat masih bayi berada dalam kondisi lemah, bahkan sebelum itu mereka dalam
ketiadaan. Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, yakni pada masa bayi. Kemudian dia menjadikan kamu
setelah keadaan lemah itu menjadi kuat dan berdaya, yakni pada masa dewasa, sehingga kamu dapat melakukan banyak hal,
kemudian dia menjadikan kamu setelah kuat dan berdaya itu lemah kembali dan beruban, yakni masa tua. Demikianlah, dia akan
terus menciptakan apa yang dia kehendaki, antara lain menciptakanmu dari lemah menjadi kuat dan sebaliknya. Dan dia maha
mengetahui atas segala pengaturan ciptaan-Nya, mahakuasa atas segala sesuatu yang dia kehendaki, termasuk
membangkitkanmu kembali dari kematian.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai