Anda di halaman 1dari 8

Nama : Dhiya Nabilah Putri

NIM : 06021281924017
Kelas : Indralaya
Mata Kuliah : BIPA
Dosen Pengampu: Dr. Santi Oktarina, M.Pd

Laporan APPBIPA

(Afiliasi Pengajar dan Pegiat Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing)

1. Informasi yang didapat


Kuliah umum yang diselenggarakan oleh APPBIPA pada tanggal 21
November 2021 kemarin bertujuan untuk peresmian APPBIPA di Inggris
sekaligus melantik badan pengurusnya. Di dalam diskusi APPBIPA,
membahas tentang informasi terbentuknya APPBIPA di Inggris hingga pada
proses pembelajaran BIPA yang menghubungkan budaya Indonesia.
1) BIPA di Inggris
Kursus BIPA di Inggris ditawarkan oleh beberapa lembaga
diantaranya:
KBRI London, SOAS University of London (Language Centre/
Southeast Asia), FCDO (Foreign Commonwealth and Development
Office), The Indonesian Society Scotland (TISS) dan Pengajar BIPA
mandiri.

2) Pembentukan APPBIPA di Inggris


Tahun 2019: Inisiasi
Ide untuk membentuk APPBIPA di Inggris sebagai
wadah bagi pengajar dan pegiat BIPA di Inggris.

Tahun 2020: Eksplorasi 1. Mencari tahu lebih lanjut tentang minat BIPA
di Inggris (Survei KBRI).
2. Mencari tahu tentang APPBIPA dan mengikuti
kegiatan ke-BIPA-an.
3. Mengikuti kegiatan APPBIPA di Jerman.
Tahun 2021: Implementasi 1. Mengajukan pembentukan APPBIPA
Inggris ke APPBIPA pusat.
2. APPBIPA Inggris dibentuk pada tanggal 28
Oktober 2021.
3. Acara “Indonesian Day” (21 November
2021) yang merupakan peresmian secara
umum dan pelantikan pengurus.

3) Dewan Pembina BIPA di Inggris


a. Ketua dewan pembina:
H.E. Desra Percaya selaku Duta Besar RI untuk Inggris dan Republik
Indonesia.
b. Anggota dewan pembina 1:
Bapak Khasan Ashari selaku Wakil Kepala Perwakilan Kedutaan
Besar RI untuk Inggris dan Republik Indonesia/ Plt. Atase Pendidikan
dan Kebudayaan.
c. Anggota dewan pembina 2:
Bapak Hartyo Harkomoyo selaku Koordinator Fungsi Penerangan dan
Sosial Budaya.
4) Tiga Program Prioritas Badan Bahasa
1. Literasi
Penyediaan bahan bacaan untuk jenjang PAUD dan SD.
Pengembangan produk pembakuan dan kodifikasi bahasa Indonesia.
Gerakan untuk Literasi Semesta (GEULIS). Perluasan Penggunaan
UKBI Adaptif Merdeka.
2. Perlindungan Bahasa dan Sastra
Konservasi dan Revitalisasi Bahasa dan Sastra Daerah Berbasis
Sekolah. Gerakan Sastrawan Daerah Menulis Karya dalam Bahasa
Daerah dan Pemberdayaan Komunitas Pegiat Bahasa dan Sastra
Daerah.
3. BIPA
Negara, lembaga, dan komunitas sasaran baru. Pemberdayaan
diaspora, Sahabat Indonesia, dan mitra BIPA DN/LN. Beasiswa
BIPA.
5) Materi Ajar Pembelajaran BIPA (Kebahasaan)
Materi ini disampaikan oleh Ibu Liliana Muliastuti seorang pengajar
BIPA.
Dalam pembelajaran BIPA terdapat materi kebahasaan yang
disampaikan salah satunya adalah unsur-unsur nonlinguistik. Unsur-
unsur nonlinguistik diajarkan kepada pelajar BIPA untuk mengenalkan
kesantunan dalam berbahasa seperti bunyi suara (paralinguistic), gestur
(kinetik), dan jarak (proksemika). Pengajaran unsur-unsur non linguistik
ini untuk mengajarkan kesantunan dalam berkomunikasi kepada
masyrakat Indonesia.
Di dalam komunikasi masyarakat Indonesia sehari-hari, berbicara
dengan menaikkan nada dianggap mengekspresikan kemarahan.
Berbicara dengan nada tinggi kepada ornag yang lebih tua dianggap tidak
sopan. Berbicara dengan jarak yang sangat dekat dianggap ingin
melakukan pelecehan. Untuk itu pelajar BIPA harus tahu tentang tata
cara berkomunikasi agar tidak dianggap tidak sopan oleh masyarakat
Indonesia.
6) Materi Ajar Memperkenalkan Budaya.
Isi kebudayaan terdiri atas bahasa, sistem mata pencaharian hidup atau
ekonomi, sistem pengetahuan, kesenian, sistem teknologi, organisasi
sosial, dan sistem religi.
Materi ajar memperkenalkan budaya memiliki langkah-langkah yang
terbagi menjadi pembahasan dan teknik. Pembahasan terdiri dari
terintegrasi dengan tema, terintegrasi dalam empat keterampilan
berbahasa, dan sudut budaya. Teknik pembelajarannya dengan
menayangkan media AVA, simulasi, kunjungan langsung/cekup, dan riset
dan presentasi.
Menurut Koentjaraningrat tahun 1997, kebudayaan itu hanya dimiliki
manusia dan tumbuh bersama dengan berkembangnya masyarakat
manusia. Kerangka kebudayaan terdiri dari wujud dan isi budaya.
Wujud kebudayaan menurut J.J Hoenigman terdiri atas gagasan,
aktivitas, dan artefak. Pertama, gagasan yaitu kumpulan ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang bersifat abstrak.
Kedua, aktivitas yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakat itu (sistem sosial). Ketiga, artefak yaitu
wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan
karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda atau hal-hal yang
dapat diraba, dilihat dan didokumentasikan.
Lalu, ketiga wujud kebudayaan ini diajarkan kepada pelajar BIPA
dalam mengenal budaya di Indonesia. Contoh wujud kebudayaan aktivitas,
di Indonesia terdapat budaya aktivitas seperti kerja bakti yang dijadwalkan
oleh ketua daerah di hari libur, kemudian budaya yang berkaitan dengan
prosesi pernikahan seperti midodareni, mandi kembang, dan sebagainya,
lalu aktivitas yang berkaitan dengan bela diri seperti silat, tapak suci dan
sebagainya.
Contoh wujud kebudayaan artefak yang ada di Indonesia, seperti Candi
Borobudur, Candi Prambanan, dan Candi Gedong Songo. Cerita dan
sejarah peninggalan nenek moyang ini juga harus diperkenalkan kepada
pelajar BIPA.
7) Materi Pembelajaran BIPA: Budaya Indonesia yang kerap menjadi
kendala.
Beberapa budaya di Indonesia yang kerap menjadi kendala yaitu kata
sapaan, tabu dan eufimisme, dan basa basi.
Pertama kata sapaan. Kata sapaan konteksnya dibagi menjadi dua.
Pertama, sangat memerhatikan gender. Dalam situasi tertentu, laki-laki
lebih diutamakan. Misalnya, ketika berpidato atau membuka suatu acara,
orang Indonesia cenderung lebih dahulu menyapa laki-laki
Contoh: “Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang saya hormati”
Kedua, kata sapaan kekerabatan, orang Indonesia lebih memerhatikan
usia daripada jenis kelamin. Misalnya untuk kakak dan adik dalam
bahasa Indonesia tidak ada sapaan leksikal seperti sister atau brother.
Kendala kedua yang dihadapi adalah tabu dan eufimisme. Dalam
bahasa Indonesia banyak kata dan ungkapan yang dihindari
pemakaiannya karena dianggap tidak pantas untuk diucapkan.
Contoh: berak dan kencing, kata tersebut diperhalus menjadi buang air
besar dan buang air kecil. Namun, orang Indonesia biasa menyampaikan
ungkapan tentang kondisi tubuh orang lain seperti Wah sekarang gemuk
ya, kok tubuhnya jadi kurus?. Setiap daerah di Indonesia ada kata-kata
tabu karena pengaruh bahasa daerah.
Kendala ketiga, yaitu basa basi. Basa basi adalah kata untuk beramah
tamah. Misalnya mau kemana? Pertanyaan ini tidak perlu dijawab
lengkah-lengkap cukup dijawab mau ke sana atau ke situ. Lalu,
pertanyaan sudah makan? Atau jangan lupa oleh-olehnya jangan
khawatir bukan untuk benar-benar menagih oleh-oleh hanya untuk
beramah tamah saja.
Oleh karena itu, terdapat prinsip pengajaran bahasa yaitu bahasa
adalah seperangkat kebiasaan, ajarkan berbahasa bukan tentang bahasa.
Bahasa adalah apa yang dikatakan atau yang digunakan penutur asli,
bukan apa yang dipikirkan oleh seseorang untuk dikatakan. Karakteristik
bahasa yang satu dengan yang lain berbeda.
Cara berbahasa juga berkaitan dengan nilai sopan santun masyarakat.
Berikut ini nilai sopan santun masyarakat menurut (Leech, 1986).
1. Prinsip kesopanan dalam berbahasa.
2. Penghindaran pemakaian kata tabu.
3. Penggunaan eufimisme
4. Penggunaan pilihan kata honorific, yaitu ungkapan hormat untuk
berbicara dan menyapa orang lain.
8) Simpulan
Tempat kita mengajar turut menentukan materi budaya yang harus
diajarkan. Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Belajar budaya
membuat para siswa BIPA menjadi adaptif dan mudah berintegrasi dengan
masyarakat setempat. Belajar bahasa dan budaya menjadi pintu masuk
orang asing memahami dan mencintai Indonesia.
2. Pendapat saya tentang acara APPBIPA
Seperti yang telah saya ungkapkan di atas acara yang diselenggarakan
oleh APPBIPA pada tanggal 21 November 2021 kemarin bertujuan untuk
peresmian APPBIPA di Inggris sekaligus melantik badan pengurusnya. Di
dalam diskusi APPBIPA, membahas tentang informasi terbentuknya
APPBIPA di Inggris hingga materi pembelajaran BIPA yang
menghubungkan budaya Indonesia.
Acara ini sebenarnya menjadi forum diskusi antar sesama pengajar
BIPA yang telah berpengalaman yang berminat untuk bergabung di
APPBIPA. Di dalam acara ini juga terdapat pelajar BIPA asing dari luar
negri yang akan mengikuti proses belajar. Saya juga ikut melihat
kepiawaian salah satu pelajar bipa tingkat 3 yang sudah mahir berbahasa
Indonesia. Banyak ilmu yang saya dapat berkaitan tentang materi
pembelajaran BIPA. Secara keseluruhan materi pembelajaran BIPA yang
disampaikan berkaitan dengan tata cara berkomunikasi yang baik yang
santun, karena kita belajar bahasa Indonesia maka budaya yang harus
diikuti adalah budaya Indonesia.
Saya juga sempat bertanya tentang memperkenalkan budaya Indonesia
kepada pelajar BIPA yang notabenenya orang asing dari berbagai Negara
dengan berbagai budaya dan peraturan. Saya bertanya bagaimana jika
dalam proses pembelajaran kunjungan ke Indonesia para pelajar BIPA
melihat suatu budaya yang tidak bagus di Indonesia seperti menyerobot
antrian, ikut campur urusan orang lain dengan bertanya-tanya atau kepo,
lalu meludah sembarangan dan budaya yang kita anggap tidak baik.
Pelajar BIPA tentunya berasal dari berbagai negara yang mempunyai
peraturan masing-masing, misalnya ada pelajar bipa yang berasal dari
negara yang sangat disiplin ketika melihat hal tersebut apakan bisa
mempengaruhi minat dan keteratarikannya mempelajari bahasa Indonesia?
Karena mereka belajar bahasa Indonesia ada tujuan misalnya belajar,
bekerja, atau berekreasi yang mengharuskan tinggal di Indonesia.
Kemudian pertanyaan saya dijawab oleh salah satu pelajar BIPA
asing, beliau menjawab jika dalam negaranya pun ada orang yang seperti
itu, jadi kami sama-sama memakluminya. Saya menyadari bahwa memang
setiap negara memiliki masyarakat yang beragam karakternya, dan budaya
yang tidak baik di Indonesia tidak berpengaruh terhadap minat mereka
untuk belajar bahasa Indonesia.
3. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai