Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PERIODONSIA

Dental Health Education pada Pasien Periodontitis

UNMAS DENPASAR

DOSEN PEMBIMBING:

drg. Ni Wayan Arni Sardi, M.Biomed

OLEH:

Ida Ayu Andhita Dewi Suarisavitra

2106129010004

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada

waktunya. Penulis juga menyampaikan terima kasih kami atas semua yang telah

membantu menyelesaikan makalah ini dan yang telah menyampaikan aspirasi

mereka sehingga makalah mengenai Dental Health Education pada Pasien

Periodontitis ini dapat terselesaikan.

Makalah ini telah disusun dengan baik dan dengan sedemikian rupa dan

penulis berharap bahwa makalah ini dapat membantu para pembaca dalam

mengerti mengenai Dental Health Education pada Pasien Periodontitis ini.

Penulis juga menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan dari makalah yang

telah penulis susun ini baik dari segi kalimat maupun dari bahasanya. Untuk itu,

penulis dengan sangat terbuka menerima segala kritik dan saran yang membangun

agar penulis dapat mengembangkan dan memperbaikinya menjadi lebih baik.

Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih dan penulis berharap semoga

makalah mengenai Dental Health Education pada Pasien Periodontitis ini dapat

membantu dan bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Denpasar, 30 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Gigi......................................................................................................3
2.2 Jaringan Periodontal...........................................................................................4
2.3 Jenis-Jenis Penyakit Periodontal........................................................................8
2.4 Pencegahan Penyakit Periodontal....................................................................10
2.4.1 Kontrol Plak............................................................................................11
2.4.2 Pengaturan Diet.......................................................................................15
2.4.3 Kontrol Periodik ke Dokter Gigi.............................................................15

BAB III KESIMPULAN......................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari kesehatan tubuh secara keseluruhan. Gigi dan mulut merupakan

salah satu ‘pintu gerbang’ masuknya bakteri yang dapat mengganggu

kesehatan organ lainnya. Selain itu gigi geligi merupakan salah satu organ

pencernaan yang berperan penting dalam proses pengunyahan makanan, sehingga

pemeliharaan kesehatan gigi penting dilakukan. Menurut Teori Bloom, faktor-

faktor yang memengaruhi status kesehatan gigi dan mulut yaitu keturunan,

lingkungan, pelayanan kesehatan, dan perilaku. Perilaku yang cenderung

mengabaikan kebersihan gigi dan mulut umumnya dilandasi dengan kurangnya

pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut serta cara pemeliharaannya (Reca

dkk. 2020).

Statistik menunjukkan bahwa penyakit gigi dan mulut hampir menyerang

setiap orang. Penyakit ini mencapai lebih dari 80% anak-anak di negara maju

maupun negara berkembang. Di negara berkembang penyakit gigi dan mulut pada

orang dewasa lebih buruk keadannya, karena akumulasi berbagai penyakit yang

tidak diobati. Penyakit gigi yang paling sering diderita adalah karies gigi dan

penyakit periodontal, karena prevalensi dan insidensinya yang tinggi di semua

tempat di seluruh dunia (Suanda 2018).

Penyakit jaringan periodontal adalah penyakit yang disebabkan oleh

bakteri yang ditandai dengan peradangan pada jaringan sekitar gigi termasuk

gingiva, sementum, ligamen periodontal, dan tulang alveolar. Secara umum

1
penyakit periodontal disebabkan oleh bakteri plak pada permukaan gigi, dimana

plak berupa lapisan tipis biofilm yang berisi kumpulan mikroorganisme patogen

yang merupakan deposit lunak. Prevalensi penyakit periodontal merupakan

prevalensi penyakit tertinggi dengan urutan kedua dalam masalah penyakit gigi

dan mulut yaitu mencapai 96,58%. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018

menunjukkan persentase kasus periodontitis di Indonesia adalah sebesar 74,1%

(Kemenkes, 2018). Periodontitis merupakan faktor risiko yang berperan terhadap

gangguan fungsi pengunyahan dan hilangnya gigi yang sering dijumpai dan

terjadi pada manusia (Andriani & Chairunnisa 2019).

Tingginya persentase dari penyakit periodontal terutama periodontitis

menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat mengenai kebersihan gigi dan

mulut masih rendah. Dalam meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan gigi

dan mulut dapat dilakukan promosi kesehatan dengan penyuluhan dan pelatihan

melalui dental health education (Pendidikan kesehatan gigi dan mulut) yaitu suatu

upaya atau aktifitas yang dapat memengaruhi individu untuk bertingkah laku yang

baik akan kesehatan gigi dan mulut(Reca dkk. 2020; Tandilangi dkk. 2016).

Mengingat tingginya tingkat kejadian periodontitis di masyarakat yang

berhubungan dengan rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan gigi

dan mulut maka penulis tertarik untuk membahas dental health education pada

pasien periodontitis.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga

kesehatan gigi dan mulut untuk mencegah timbulnya periodontal.

2
2. Agar dapat merubah sikap dan perilaku masyarakat dalam menjaga

kesehatan gigi dan mulut sehingga mampu berperilaku sesuai dengan

pola kesehatan yang diharapkan.

1.3 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Menghilangkan sikap serta kebiasaan masyarakat yang kurang

memperhatikan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sehingga

dicapai derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal.

2. Dapat menghilangkan atau mengurangi penyakit gigi dan mulut

terutama penyakit periodontal.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Gigi

Gigi merupakan salah satu jaringan keras tubuh yang terdiri dari enamel,

dentin, dan sementum. Struktur gigi manusia dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian

mahkota dan bagian akar. Bagian mahkota merupakan bagian gigi yang terlihat

dalam rongga mulut, sedangkan bagian akar gigi merupakan bagian yang tertanam

di dalam tulang rahang. Struktur anatomi gigi terdiri atas (Phulari 2019):

1. Enamel

Enamel merupakan struktur terkeras dalam tubuh manusia yang

mengandung sebanyak lebih dari 96% bahan inorganik. Enamel

berkembang dari enamel organ dari benih gigi, dimana enamel tidak

mengalami pembentukan lanjut semasa hidup seperti dentin,

sementum, dan tulang.

2. Dentin

Dentin merupakan bagian terbesar dari gigi. Dentin terdapat pada bagian

mahkota dan juga akar gigi, dimana dentin biasanya tidak terlihat pada

permukaan gigi kecuali jika gigi tersebut mengalami kerusakan yang

parah. Dentin terbentuk dari bahan kolagen dimana pada massa

perkembangan dentin terbentuk dari dental papilla.

3. Pulpa

Pulpa dibentuk oleh jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah dan

saraf. Bagian pulpa yang terdapat pada mahkota gigi disebut sebagai ruang

pulpa sedangkan bagian pulpa yang terdapat pada bagian akar disebut

4
sebagai saluran akar. Fungsi dari jaringan pulpa meliputi fungsi formatif,

sensoris, dan defensif.

Gambar 2.1 Struktur Anatomi Gigi

2.2 Jaringan Periodontal

Jaringan periodontal didefinisikan sebagai jaringan penyangga gigi yang

terdiri dari tulang alveolar, sementum, ligament periodontal, dan gingiva (Scheid

& Weiss 2012).

1. Tulang alveolar

Tulang alveolar terdapat baik pada tulang maksila maupun mandibula

yang mengelilingi gigi-gigi pada lengkung gigi. Akar dari gigi tertanam

didalam alveolus atau soket gigi yang bentuknya mengikuti bentuk dari

akar gigi disekitarnya. Alveolus dikelilingi oleh lapisan tulang kompak

tipis yang hanya dapat dilihat dar gambaran radiografi yang disebut lamina

dura.

2. Sementum

Sementum merupakan jaringan keras yang melapisi akar gigi yang berasal

dari dental sac. Pada permukaan sementum, terdapat perlekatan ligament

periodontal yang menghubungkan gigi dengan tulang alveolar.

5
3. Ligament periodontal

Ligament periodontal terdiri dari berbagai jenis serat yang

menghubungkan bagian luar dari akar gigi dengan tulang alveolar.

Ligamen periodontal tersusun atas beberapa macam serabut jaringan ikat

yang disebut principal fibers. Fungsi dari ligamen periodontal adalah

sebagai shock absorbed, meneruskan daya kunyah dari gigi ke tulang

alveolar, fungsi remodeling dan resorbsi, fungsi nutritif, dan fungsi

sensoris.

4. Gingiva

Gingiva merupakan bagian dari mukosa oral yang dilapisi oleh epitel

berkeratin. Gingiva menutupi prosesus alveolaris dan mengelilingi bagian

servikal gigi. Fungsi dari gingiva adalah memberikan dukungan dan

proteksi bagi gigi geligi dan juga berperan dalam estetika dan fonetik.

Secara makroskopis, giniva terdiri dari marginal gingiva, attached gingva,

dan interdental gingiva. Sedangkan secara mikroskopis gingiva terdiri dari

jaringan epithel dan jaringan ikat gingiva.

Gambar 2.2 Struktur Jaringan Periodontal

6
2.3 Jenis-Jenis Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal adalah keadaan patologi pada jaringan periodontal.

Epidemiologi penyakit periodontal menunjukkan bahwa prevalensi dan keparahan

penyakit periodontal dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, faktor lokal rongga

mulut dan faktor sistemik. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa keparahan

penyakit periodontal sejalan dengan bertambahnya umur (Baskhara 2018).

A. Etiologi Penyakit Periodontal

Penyebab penyakit periodontal adalah multifaktor, antaralain:

1. Faktor primer

Faktor yang paling berpengaruh sebagai penyebab primer adalah bakteri

dalam plak gigi yang pada proses awalnya menyebabkan gingiva

mengalami inflamasi. Plak dapat terbentuk di daerah supragingiva dan

subgingiva dan bisa juga pada permukaan padat yang lain seperti pada

permukaan restorasi atau piranti yang dipakai di rongga mulut.

2. Faktor lokal

Faktor lokal penyakit periodontal adalah kondisi rongga mulut yang rentan

terhadap infeksi penyakit periodontal, contohnya yaitu adanya kalkulus

gigi dan restorasi yang tidak baik.

3. Faktor sistemik

Kondisi sistemik yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit periodontal

diantaranya pasien dengan penyakit diabetes mellitus, perubahan hormone,

dan pasien dengan kondisi stress.

7
B. Penyakit Peridontal

a. Gingivitis

Gingivitis merupakan inflamasi atau peradangan yang mengenai

jaringan lunak di sekitar gigi atau jaringan gingiva. Proses peradangan ini

dapat diakibatkan oleh faktor lokal maupun faktor sistemik.

Patofisiologi gingivitis menurut Carranza (2018) dibagi menjadi 4

fase, yaitu:

1. Lesi inisial / Initial lesion

Durasi pada hari ke 2-4, terjadi perubahan vaskuler, dilatasi

pembuluh kapiler, peningkatan aliran darah, dan vaskulitis. Terjadi

infiltrasi Polimorfonuklear pada epitel sulkuler dan junctional. Pada

fase ini tidak menunjukkan perubahan warna gingiva, hanya terlihat

adanya kenaikan aliran cairan gingiva.

2. Lesi awal / Early lesion

Terjadi pada durasi 4-7 hari, terjadi proliferasi vaskuler. Terdapat

infiltrasi leukosit yang terdiri dari limposit primer (75% sel T), juga

beberapa neutropil. Terjadi destruksi kolagen 75% sekitar infiltrasi

sel. Pada fase ini sudah menunjukkan tanda klinis berupa eritema dan

perdarahan pada probing.

3. Lesi mapan / Established lesion / gingivitis kronis

Terjadi pada durasi 14 – 21 hari, pembuluh darah menyempit/

kongesti. Sel imun yang berperan adalah sel plasma. Terjadi

8
kehilangan kolagen yang berlanjut. Tanda klinis adanya perubahan

warna merah kebiruan, konsistensi lunak pada gingiva.

4. Lesi lanjut / Advanced lesion

Yaitu perluasan lesi ke dalam tulang alveolar, inflamasi menyebar

ke jaringan yang lebih dalam. Sel plasma mendominasi jaringan ikat,

dan neutrophil mendominasi epitel junction dan celah gingva.

Gingivitis akan menjadi periodontitis pada individu yang rentan, lesi

ini disebut periodontal breakdown.

b. Periodontitis

Periodontitis adalah penyakit infeksi pada jaringan pendukung gigi

disebabkan oleh mikroorganisme dan terjadi kerusakan progresif pada

ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan meningkatnya kedalaman

probing serta resesi. Adanya Clinical Attachment Loss merupakan tanda

dari terjadinya periodontitis, dimana kehilangan perlekatan ini

berhubungan dengan pembentukan periodontal dan perubahan densitas

serta tinggi dari tulang alveolar.

Menurut The American Academy of Periodontology, bentuk

periodontitis dibagi menjadi (Carranza 2018):

a. Aggressive Periodontitis yaitu periodontitis yang terjadi pada pasien

yang secara klinis digolongkan sehat. Gejala yang umum meliputi

kerusakan tulang yang terjadi dengan cepat, jumlah plak dan kalkulus

yang tergolong sedikit dan adanya faktor keturunan.

b. Chronic Periodontitis merupakan periodontitis diakibatkan inflamasi

disekitar gigi pada jaringan penyangga gigi, serta hilangnya tulang dan

9
perlekatan secara progresif yang ditandai dengan terbentuknya poket

dan atau resesi gingiva. Tipe ini merupakan insidens yang paling sering

ditemukan. Prevalensinya lebih banyak pada dewasa namun terkadang

juga terjadi pada berbagai usia. Kehilangan perlekatan yang progresif

biasanya terjadi secara perlahan-lahan. Perkembangan penyakit dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor lokal berupa akumulasi

plak, faktor sistemik (penderita diabetes mellitus, HIV), dan faktor

lingkungan (merokok, stress).

c. Periodontitis as a Manifestation of Systemic Diseases (Periodontititis

sebagai manifestasi penyakit sistemik) yaitu periodontitis yang

dipengaruhi oleh faktor sistemik seperti kelainan darah dan genetik.

d. Necrotizing Periodontal Diseases merupakan suatu infeksi yang

ditandai dengan nekrosis pada jaringan gingival, ligamen periodontal

dan tulang alveolar. Lesi - lesi tersebut umumnya berkaitan dengan

kondisi sistemik seperti infeksi HIV, malnutrisi, dan gangguan sistem

imun.

2.4 Pencegahan Penyakit Periodontal

Kebersihan mulut merupakan kunci utama dalam pencegahan penyakit

periodontal. Meskipun terdapat mekanisme self cleansing di rongga mulut yang

normal, kebersihan mulut masih sangat tergantung pada pemeliharaan yang

dilakukan individu setiap hari. Pemeliharaan kesehatan gigi memerlukan

kombinasi yang baik antara individu itu sendiri dengan dokter gigi serta

lingkungannya. Terdapat berbagai upaya preventif yang dapat dilakukan untuk

mengurangi risiko penyakit periodontal. Upaya preventif secara individu

10
diantaranya dapat berupa kontrol plak dan pengaturan diet serta melakukan

kontrol periodik ke dokter gigi (Moeis 2011).

2.4.1 Kontrol Plak

Kontrol plak adalah upaya mempertahankan hygiene mulut melalui eleminasi plak

dengan debridement mekanik seperti menyikat gigi, pemakaian benang gigi dan

instrumen lain. Apabila diperlukan dapat digunakan suatu disclosing agent untuk

mengidentifikasi plak. Adapun kontrol plak dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Menyikat Gigi

Menyikat gigi adalah upaya pencegahan yang paling mudah dilakukan karena

dapat dilakukan sendiri di rumah. Menyikat gigi yang baik haruslah

memerhatikan tiga hal yaitu sikat gigi harus dilakukan dengan baik, metode

menyikat gigi yang baik, dan pasta gigi yang digunakan memiliki kandungan yang

baik.

A. Sikat Gigi

Sikat gigi adalah alat berbentuk sikat yang digunakan untuk

membersihkan gigi secara mandiri di rumah. Syarat desain sikat gigi yang

ideal adalah tangkai sikat nyaman dipegang dan stabil, pegangan sikat

cukup lebar, dan cukup tebal. Kepala sikat yang pas akan meningkatkan

kenyamanan dan efektifitas dalam penyikatan. Tekstur bulu sikat gigi tidak

merusak jaringan lunak dan jaringan keras rongga mulut. Kekakuan

bergantung pada diameter dan panjang filamen serta elastisitasnya yaitu

dibagi menjadi tiga Hard/ Medium/ Soft. Sikat gigi perlu diganti secara

periodik kurang lebih setiap 3 bulan sekali. Sikat gigi yang perlu diganti

11
segera adalah sikat gigi yang bulunya sudah tidak beraturan (Carranza

2018).

B. Metode Menyikat Gigi menurut Carranza (2018)

a. Teknik Vertikal (Leonard technique), yaitu gerakan menyikat ke atas dan

bawah (vertikal) pada gigi geligi rahang atas – bawah posisi gigi edge to

edge (rahang menutup).

Gambar 2.4 Teknik Vertikal

b. Scrub memperkenalkan cara sikat gigi dengan menggerakkan sikat secara

horizontal. Ujung bulu sikat diletakan pada area batas gusi dan gigi,

kemudian digerakkan maju dan mundur berulang-ulang.

Direkomendasikan bagi anak – anak (usia s.d 9 tahun).

c. Roll memperkenalkan cara menyikat gigi dengan gerakkan memutar mulai

dari permukaan kunyah gigi ke belakang, gusi dan seluruh permukaan gigi

sisanya. Bulu sikat diletakkan pada area batas gusi dan gigi dengan posisi

paralel dengan sumbu tegaknya gigi.

12
d. Teknik Vibrator (Bass,Gambar
Stillman-Mc Call,Roll
2.5 Teknik Charter), memperkenalkan cara

menyikat gigi dengan cara meletakkan bulu sikatnya pada area batas gusi

dan gigi sambil membentuk sudut 45 derajat dengan sumbu tegak gigi.

Sikat gigi digetarkan di tempat tanpa mengubah-ubah posisi bulu sikat.

Metode Bass untuk penyikatan sehari – hari tanpa kelainan periodontal.

Metode stillman untuk pembersihan pada daerah resesi gingiva. Metode

charter digunakan pada pasien penyembuhan pasca bedah periodontal.

Gambar 2.6 Teknik Bass

e. Fones atau teknik sirkuler mengutarakan metode gerakan sikat secara

horizontal sementara gigi ditahan pada posisi menggigit atau oklusi.

Gerakan dilakukan memutar dan mengenai seluruh permukaan gigi atas

dan bawah. Teknik ini dianjurkan untuk anak kecil karena mudah

dilakukan.

C. Pasta Gigi

13
Pasta gigi adalah suatu bahan yang digunakan dengan sikat gigi

untuk membersihkan tempat-tempat yang tidak dapat dicapai. Menyikat gigi

menggunakan pasta gigi dianjurkan dua kali sehari, yaitu sesudah makan

dan sebelum tidur (Armila 2017). Pasta gigi yang digunakan pada saat

menyikat gigi berfungsi untuk mengurangi pembentukan plak atau stain,

memperkuat perlindungan gigi terhadap karies, membersihkan permukaan

gigi, menghilangkan atau mengurangi bau mulut, memberikan rasa segar

pada mulut serta memelihara kesehatan gingiva (Ilmi 2017).

2. Flossing

Flossing adalah tindakan pembersihan gigi dengan menggunakan

dental floss atau benang gigi. Dental floss dapat membersihkan bagian

yang sulit dijangkau oleh sikat gigi, seperti daerah interproksimal. Dental

floss dapat membersihkan daerah yang sulit dicapai oleh sikat gigi karena

dental floss berupa benang yang dapat disisipkan diantara gigi-gigi yang

berdekatan. Gerakan naik turun sepanjang sisi gigi menyebabkan plak

yang menempel pada bagian tersebut dapat dibersihkan terutama bagian

interproksimal. Cara menggunakan dental floss adalah sebagai berikut

(Fione dkk. 2015):

1) Potong benang kira-kira 30 – 40 cm panjangnya dan dengan ringan

putar ujungnya disekitar jari tengah.

2) Ujung jari atau ibu jari tempat benang tidak lebih dari 2 cm

jaraknya, supaya dapat mengendalikan benang dengan baik.

3) Lewatkan benang perlahan-lahan melalui titik kontak dengan

menggerakkan benang dari arah depan ke belakang sampai masuk

14
perlahan-lahan. Hindari pemaksaan yang kasar karena dapat

mengiritasi daerah gusi di antara gigi.

4) Gerakkan benang dengan perlahan-lahan dari arah gusi ke gigi

dengan penakanan ke arah gigi supaya dapat mengangkat sisa-sisa

kotoran dengan sempurna.

5) Setelah melakukan flossing, kumur dengan kuat untuk

mengeluarkan sisa-sisa kotoran yang masih terjebak di antara gigi.

Gambar 2.7 Cara menggunakan dental floss

2.4.2 Pengaturan Diet

Diet yang seimbang sangat berperan dalam mengoptimalkan kesehatan

secara umum. Faktor yang paling penting dalam hubungan diet dan kesehatan gigi

adalah frekuensi konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat. Karbohidrat

menyediakan substrat untuk pembentukan asam bagi bakteri. Gula akan segera

meresap ke dalam plak dan dimetabolisme dengan cepat oleh bakteri. Makanan

dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat

sampai level yang dapat menyebabkan demineralisasi email (pH < 5). Plak akan

bersifat asam dalam beberapa waktu dan untuk kembali ke pH normal (pH= 7)

diperlukan waktu 30-60 menit. Terlalu banyak menkonsumsi karbohidrat terutama

sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi. Konsumsi gula yang sering

15
dan berulang-ulang akan menahan pH plak di bawah normal dan menyebabkan

demineralisasi enamel (Ambarawati 2017).

2.4.3 Kontrol Periodik ke Dokter Gigi

Kontrol periodik ke dokter gigi dianjurkan dilakukan setidaknya 2-3 kali

dalam setahun minimal 6 bulan sekali, sehingga dokter gigi dapat memonitor

tingkat kebersihan mulut pasien serta mengidentifikasi tanda-tanda patologis dan

melakukan upaya preventif sedini mungkin untuk mencegah kemungkinan

perkembangan penyakit periodontal menjadi lebih parah (Santik 2015). Selain itu

dokter gigi mempunyai peran untuk mendidik pasiennya mengenai cara-cara

menjaga kebersihan gigi dan mulut serta untuk mendidik masyarakat. Maka dari

itu sangat perlu adanya hubungan dan komunikasi terapeutik antara dokter gigi

dan pasiennya.

16
BAB III

KESIMPULAN

Plak bakteri merupakan penyebab utama terjadinya penyakit periodontal

salah satunya periodontitis. Plak bakteri dalam rongga mulut dapat dijaga melalui

tiga cara yaitu cara pertama adalah kontrol plak antara lain, menyikat gigi yang

benar, serta menggunakan dental floss. Cara kedua adalah dengan pengaturan diet

makanan, dan cara ketiga adalah dengan kontrol ke dokter gigi minimal setiap 6

bulan sekali. Hal – hal ini terkait dengan Dental Health Education merupakan

upaya promotif dan preventif yang sangat penting dilakukan kepada masyarakat.

Tujuannya agar meningkatkan pemahaman serta kesadaran masyarakat mengenai

kesehatan gigi dan mulut sehingga masayarakat dapat terbebas dari penyakit

periodontal.

17
DAFTAR PUSTAKA
Ambarawati, 2017, Deteksi Gen GTF-B Streptococcus Mutans dalam Plak dengan
Gigi Karies pada Siswa di SDN 29 Dangin Puri, Skripsi, Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana: Denpasar.
Andriani, I., Chairunnisa, F.A., 2019, ‘Periodontitis Kronis dan Penatalaksanaan
Kasus dengan Kuretase’, Insisiva Dental Journal Vol. 8(1): 25-30.
Armila, S., 2017, ‘Perbandingan Jumlah Ion Kromium (Cr) dan Nikel (Ni) yang
Terlepas dari Kawat Ortodonti Stainless Steel dalam Perendaman berbagai
macam Komposisi Bahan Pasta Gigi’, Skripsi, Universitas Hasanuddin
Makassar.
Baskhara, M.E., 2018, Efektivitas Ekstrak Daun Ungu (Graptophyllum Pictum
(L.) Griff) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Porphyromonas
Gingivalis (In Vitro), Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Muhammadiyah: Semarang.
Carranza, A. Fermin, Takei, H. Henry, and Newman, G Michael, 2018, Clinical
Periodontology 13th ed.
Fione, V.R., Bidjuni, M., & Kowaas. A., 2015. Efevtivitas Penggunaan Benang
Gigi (Dental Floss) Terhadap Plak Indeks. Jurnal Infokes Vol. 10(1): 36-42.
Ilmi, M. 2017. Formulasi Pasta Gigi Kombinasi Ekstrak Daun Sirih Merah
(PipercrocatumRuitz & Pav) dan Propolis dan Uji Aktivitas Antibakteri
terhadap Streptococcus mutans, Skripsi, Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim: Malang
Moeis, M.F. 2011, Meneropong Penyakit Melalui Gigi. http://www.pdgi-
online.com.
Phulari,R.G.S., 2019 Dental Anatomy Physiology & Occlusion: Second Edition.
Jaypee Brothers Medical Publishers, New Delhi.
Reca, Mardhuah,A., Nuraskin, C.A., 2020, Pelaksanaan Dental Health Education
(DHE) dalam meningkatkan status kebersihan gigi dan mulut pada murid
SDN 33 Kota Banda Aceh, Jurnal SAGO: Gizi dan Kesehatan Vol. 1(2):
128-133.
Santik, Y.D.P., 2015, ‘Pentingnya Kesehatan Gigi dan Mulut dalam Produktivitas
Atlet’, Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia Vol 5(1).
Scheid, R.C. & Weiss,G. 2012.Woelfel’s Dental Anatomy: Eight Edition, Wolters
Kluwer, Philadelphia.
Tandilangi,M., Mintjelugan,C., & Wowow,V.N.S., 2016, Efektivitas dental health
education dengan media animasi kartun terhadap perubahan perilaku
kesehatan gigi dan mulut Siswa SD Advent 02 Sario Manado, Jurnal e-Gigi
Vol.4(2): 106-110.

18

Anda mungkin juga menyukai