Anda di halaman 1dari 6

Nama : Fahmi Iskandar

Nim : 044354847
Tugas 1
MK : Bahasa Indonesia
Kerjakanlah soal-soal berikut ini dengan baik.

1. Jelaskanlah perkembangan (peningkatan) bahasa Indonesia berdasarkan hasil kongres VII


s.d. XI dengan menggunakan peta konsep (mind mapping).
2. Masih perlukah bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia saat ini? Penjelasan Anda harus
disertai dengan alasan yang logis dan disertai contoh.
3. Bacalah artikel berikut dengan menerapkan teknik SQ3R!

Sisi Positif Parenting Budaya Jepang

Oleh: Buyung Okita

Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran masyarakat untuk lebih
mempelajari bagaimana ilmu-ilmu parenting agar dapat diimplementasikan bagi putra-putrinya,
atau sebagai bekal untuk membina rumah tangga di kemudian hari.

Secara sederhana terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif,
dan terlalu protektif. berikut adalah sedikit penjelasan mengenai keempat gaya asuh tersebut.

Secara sederhana gaya asuh otoriter adalah gaya asuh di mana orangtua memaksakan
kehendaknya tanpa begitu memperhatikan atau mempedulikan bagaimana perspektif sang anak.

Gaya asuh orangtua berwibawa adalah gaya asuh di mana orangtua menjadi panutan yang
teladan, memberikan batasan yang cermat untuk putra-putrinya, dan memberikan pujian untuk
upaya yang telah putra-putrinya lakukan.

Gaya asuh permisif adalah gaya asuh di mana orangtua tidak memberikan batasan kepada anak-
anaknya, semisal tidak memberikan garis yang jelas apa yang boleh dilakukan atau tidak.
Memercayakan putra-putrinya untuk melakukan apa yang ia inginkan, cenderung tidak
mengintervensi kecuali untuk hal yang bersifat sangat serius.

Gaya asuh overprotektif adalah gaya asuh di mana orangtua sangat melindungi putra-putrinya
dari segala hal buruk, rasa sakit, pengalaman yang buruk, dan lain-lain. Karena itu banyak
membatasi putra-putrinya di berbagai aspek.

Pernahkah Anda melihat di media seperti film atau kartun digambarkan bahwa anak-anak
di Jepang merupakan anak yang patuh? Walaupun di balik itu terdapat unsur kompetitif yang
muncul karena adanya harapan orangtua agar putra-putrinya dapat lulus masuk ke sekolah atau
kampus yang bergengsi.

Tentunya unsur kompetitif di satu sisi merupakan hal yang positif, tetapi karena tingkat
kompetitif yang tinggi dari harapan orangtua membuat putra-putri merasa tertekan.
Bagaimanakah stereotip mengasuh ala orangtua di Jepang yang dapat kita lihat sebagai hal yang
positif?
1. Hubungan antara orangtua dan anak yang sangat dekat

Ibu dan anak memiliki hubungan yang sangat dekat. Setidaknya sampai usia 5 tahun anak tidur
bersama orangtuanya. Ibu juga selalu menemani di manapun anaknya berada.

Tidak jarang dapat dilihat bahwa ibu menggendong anaknya sambil melakukan kegiatan rumah
seperti menyapu, memasak, berbelanja, dan lain-lain. Bahkan hampir setiap perempuan yang
telah melahirkan dan menjadi ibu rela untuk berhenti bekerja dan fokus untuk mendidik anaknya
di rumah.

Pada usia antara 0-5 tahun, anak diperbolehkan melakukan apa saja. Mungkin budaya ini sedikit
berbeda dengan negara lain. Yang dimaksud diperbolehkan melakukan apa saja adalah
membiarkan anak berksplorasi dengan kegiatan yang ia lakukan.

Namun orangtua tetap menstimulus dengan hal yang positif dan menjadi role model yang baik.
Filosofi ini menunjukan, dengan anak dibiarkan aktif menandakan bahwa sang anak tumbuh
sehat.

Pada usia 0-5 tahun, anak juga diajak untuk bersosialisasi dengan keluarga dan kerabat sehingga
dapat lebih mengenal saudara dan sosial. Orangtua di Jepang juga beranggapan bahwa sebisa
mungkin menemani putra-putrinya sehingga anak merasakan kasih sayang orangtuanya.

2. Orang tua adalah cerminan anak

Studi di Amerika dan Jepang pernah dilakukan untuk mengetahui bagaimana orangtua mengasuh
anaknya. Orangtua di Amerika cenderung bersifat netral dan menunjukan anak cara untuk
membuat suatu piramida, sesudah itu membiarkan anaknya untuk membuat piramida dengan apa
yang telah diajarkan atau dengan caranya sendiri.

Sedangkan orangtua Jepang cenderung mentransmisikan apa yang ia lakukan kepada anaknya,
sehingga orang tua sepenuhnya menjadi role model bagi anaknya.

Setelah fase usia 5 tahun di mana anak boleh bereksplorasi melakukan sesuatu, lalu usia 5-15
tahun anak mulai diajari untuk melakukan kegiatan seperti membersihkan rumah, belajar untuk
disiplin, dan melakukan apa yang dilakukan oleh orangtua.

Fase ini mengajari anak-anak untuk dapat berkontribusi melakukan cara-cara yang telah
dilakukan secara turun temurun. Fase ini orangtua memberikan batasan yang jelas mengenai hak
dan kewajiban, apa yang boleh dilakukan atau tidak.

Oleh karena itu kegiatan pendidikan moral di sekolah juga mulai diajarkan tidak hanya sebagai
mata pelajaran dan diselipkan di mata pelajaran lain, tetapi juga anak diberikan ruang untuk
melakukan kegiatan sosial seperti saling melayani, kegiatan makan siang di sekolah, dan
kegiatan lain yang juga kerap dilakukan di sekolah-sekolah Indonesia.
Kegiatan sekolah dan rumah yang bersifat rutin, meskipun terkesan monoton merupakan cara
Jepang untuk menbuat anak-anak belajar untuk disiplin.

3. Orangtua dan anak adalah setara

Setelah anak berusia 15 tahun, orang tua mulai memberikan ruang untuk anak dapat lebih
mandiri dengan mengurangi batasan yang diterapkan pada fase sebelumnya.

Hubungan tidak hanya sebagai orangtua dan anak, tetapi juga sebagai teman dan setara. Anak
didukung untuk menjadi pribadi yang mandiri, dapat berpikir dan menentukan pilihan dan lebih
bersifat demokratis.

Fase ini untuk mempersiapkan anak melakukan kegiatan keterampilan bagi dirinya sendiri dan
keluarga serta belajar bertingkah laku yang baik dan sopan (menurut adat Jepang). Anak
diajarkan untuk mulai independen dan dipersiapkan untuk dapat siap menjadi orang dewasa.

Setelah usia 20 tahun anak dianggap resmi menjadi dewasa dengan biasanya diadakan upacara
hari kedewasaan yang diselenggarakan di distrik/kota setempat yang diikuti oleh pemuda berusia
20 tahun.

4. Memperhatikan tentang perasaan dan emosi

Selain mengajari dan mempersiapkan anak untuk dapat hidup di komunitas sosial masyarakat
yang lebih luas, anak juga diberikan semangat untuk dapat memahami dan menghormati
perasaanya sendiri.

Orangtua mengajarkan anaknya untuk melakukan hal yang tidak mempermalukannya.


Contohnya tidak menegur anaknya atau menasehati anaknya di muka umum ketika melakukan
hal yang dirasa kurang pantas.

Orangtua memilih menunggu situasi dan tempat yang lebih privasi untuk menasehatinya. Anak
diajarkan untuk dapat memiliki sikap empati dan saling menghormati orang lain.

Orangtua di Jepang tidak menggangap gaya asuh mereka menjadi gaya asuh yang terbaik. Begitu
pula dewasa ini nilai budaya barat pun menginsipirasi cara orangtua di Jepang mendidik
anaknya. Namun meskipun terjadi pergeseran dan perubahan, gaya asuh orangtua di Jepang yang
menyayangi putra-putrinya tidak berubah.

Setelah membaca sedikit stereotip gaya asuh orangtua di Jepang, dapat dipahami bahwa gaya
asuhnya merupakan perpaduan antara sedikit gaya permisif, gaya authoritative (berwibawa).

Sumber: https://www.kompasiana.com/buyungokita/%205f22b2a4d541df59d84bebe2/sisi-
positif-parenting-budaya-jepang?page=all#section2

Jawablah pertanyaan berikut ini berdasarkan artikel di atas.


1. Berdasarkan hasil survey (meninjau) Anda, topik/subtopik apa saja yang menurut Anda
penting?
2. Tuliskan daftar pertanyaan (question) berkaitan dengan informasi yang Anda perlukan
pada bacaan tersebut.
3. Berdasarkan hasil membaca (read) Anda, Informasi apa yang Andaperoleh dari bacaan
tersebut.
4. Ceritakan/jelaskan (recite) pengalaman membaca Anda berkaitan dengan bacaan/wacana
tersebut.
5. Berdasarkan langkah akhir dari SQ3R (review), apakah informasi yang Anda perlukan
sesuai daftar pertanyaan sudah cukup?

Susunlah tugas saudara dengan mengacu pada modul MKWU 4108 bahasa Indonesia pada
halaman 3.25 s.d. 3.30

JAWABAN
1. PETA KONSEP PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

KONGRES VII JAKARTA

(26-30 OKTOBER 1998)

1. Mengusulkan di bentuknya badan pertimbangan


Bahasa Indonesia
2. Memperkukuh kedudukan Bahasa di era globalisasi
3. Membentuk organisasi profesi

KONGRES VIII JAKARTA

(14-17 OKTOBER 2003)

1. Penetapan bulan Oktober sebagai bulan Bahasa


2. Berlangsungnya seminar Bahasa indonesia

KONGRES INTERNASIONAL IX JAKARTA

(28 Oktober – 1 November 2008)

1. Memperingati 100 tahun kebangkitan Nasional, 80


tahun Sumpah Pemuda, 60 tahun pusat Bahasa
2. Membehas tentang pembahasan Bahasa Indonesia
3. Membahas tentang Bahasa daerah
KONGRES X JAKARTA

(28-31 Oktober 2013)

1. Diikuti 1168 peserta dari Indonesia dan luar negri


2. Membahas usulan tentang pemantapan kedudukan
fungsi Bahasa
3. Pengoptimalan pembelajaran Bahasa Indonesia
4. Penerapan kemahiran Bahasa Indonesia

KONGRES XI JAKARTA

(28-31 Oktober 2018)

1. Membahas Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia


2. Membahas pengutamaan Bahasa Indonesia di ruang
Public
3. Bahasa,sastra,teknologi dan informasi
4. Pengelolaan Bahasa dan sastra daerah

2. Masih perlu karena Bahasa indonesia merupakan bahasa resmi bahasa indonesia sebagai
alat pemersatu bangsa yang tentunya untuk bangsa indonesia agar dapat menjalin
komunikasi antara masyarakat dan memperkuat integrasi bangsa. Contohnya beberapa
negara lain mengetahui tentang Bahasa Indonesia dan di pelajari di universitas negara
luar. Maka sebagai warga Indonesia harus bangga terhadap Bahasa kita sendiri.
3.
- temukanlah infromasi awal, identitas, dan topik artikel:
• Informasi awal : parenting menjadi isu hangat dewasa ini
• Identitas : penulis artikel Buyung Okta, judul Sisi Parenting Budaya Jepang
• Topik Artikel : parenting atau gaya asuh orangtua ada 4 jenis yaitu gaya asuh
otoriter, berwibawa,permisif, dan terlalu protektif
- buatlah 3 pertanyaan yang relevan denga nisi teks (langkah question)
• Yang dimasud dengan gaya asuh overprotektif adalah?
• Bagaimanakah stereotip mengasuh ala orangtua di Jepang yang dapat kita
lihat sebagai hal yang positif?
• Dengan menyetarakan orangtua dan anak seperti teman.langkah apa saja
mereka agar tidak semena” terhadap orangtua?
- Berdasarkan hasil membaca (read) anda, informasikanapa yang andaperoleh dari
bacaan tersebut
o Yang di maksud dengan gaya asuh overprotektif?
Gaya asuh overprotektif adalah gaya asuh dimana orangtua sangat
melindungi putra-putrinya dari segala hal buruk,rasa sakit, pengalaman
yang buruk, dan lain-lain.karena itu banyak membatasi putra-putrinya di
berbagai aspek.
- Ceritakan/jelaskan (recite) pengalaman membaca anda berkaitan dengan
bacaan/wawasan tersebut
➢ Pengalaman saya membaca artikel ini menjadi mendapatkan informasi tentang
cara mengasuh anak, dan juga mengenai sejarah dan definisi cara orangtua
mengasuh/merawat anaknya.
- Berdasarkan langkah akhir dari SQ3R (review). Apakah informasi yang ada perlukan
sesuai daftar pertanyaan sudah cukup?
➢ Sudah sangat cukup

Anda mungkin juga menyukai