Anda di halaman 1dari 6

NAMA : ARIFAH NAILAH

KELAS : 12 IPA 2
NO. ABSEN : 07
TUGAS KI4 CARILAH CONTOH
ARTIKEL TOPIKAL
ARTIKEL 1

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Pemberantasan Korupsi Harus Dilakukan


dengan Sinergi
05-11-2021 / KOMISI III

Anggota Komisi III DPR RI Ahmad Ali. Foto: Istimewa/Man

Anggota Komisi III DPR RI Ahmad Ali mendorong agar upaya pemberantasan korupsi harus

dilakukan secara bersama-sama dan tidak bisa hanya dilakukan oleh Kejagung seorang diri.

Menurutnya, Kejagung harus terus bekerja sama dengan institusi penegak hukum lain

seperti KPK dan Polri.


"Permasalahan negeri ini tidak bisa diselesaikan oleh satu kelompok, tidak bicara ego

sektoral. Ini (pemberantasan korupsi) kerja berbarengan menyelesaikan permasalahan

bangsa. Kita tidak bisa menutup institusi lain seperti KPK. Hari ini semua institusi, KPK,

Polri, dan Kejagung sedang berbenah diri, kita harap ke depan semakin baik dan semakin

bersinergi," papar Ahmad Ali, dalam siaran persnya kepada wartawan, Kamis (4/11/2021).

Dia pun memberikan dukungan kepada Kejaksaan Agung (Kejagung) agar memburu kasus

dugaan tindak pidana korupsi yang merugikan negara hingga triliunan rupiah. Seperti kasus

korupsi di PT Asuransi Jiwasraya (Persero), PT Asabri (Persero), hingga Lembaga

Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Ahmad Ali juga meyakini Kejagung pasti menang

menghadapi perlawanan koruptor dengan konsisten pada integritas penegakan hukum.

"Apresiasi terus berbenah kemudian menjadikan kejaksaan harapan masyarakat untuk beri

keadilan untuk masyarakat. Ini suatu berita bagus dan berharap Kejagung tidak berpuas diri

dengan itu," ujarnya.

Ahmad Ali menambahkan Kejagung tidak boleh takut menghadapi potensi serangan balik

yang dilakukan koruptor dalam menangani kasus korupsi yang merugikan negara dalam

jumlah besar. Menurutnya, para penyidik di Kejagung harus menjaga integritas agar

penegakan hukum dalam pemberantasan korupsi di Indonesia bisa berjalan semakin baik

di hari mendatang.
"Saya percaya, Kejagung bisa dan sudah terbukti beberapa kasus besar mereka tangani.

Kami harap kasus besar ke depan masih ada kemudian segera diselesaikan," tutur politisi

Fraksi Partai NasDem itu.

Untuk diketahui, Kejagung menangani sejumlah kasus yang merugikan negara dengan

nominal hingga triliunan rupiah. Kasus terakhir yang ditangani ialah dugaan korupsi terkait

pembiayaan ekspor nasional ke beberapa pihak melalui LPEI. Di mana, LPEI diduga merugi

hingga Rp4,7 triliun pada periode 2019.


ARTIKEL 2

Peran Masyarakat Dalam Pemberantasan Korupsi


Ditulis oleh admin.acch. Diposting di JejakDilihat: 265947

Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi


dalam Pasal 41 ayat (5) dan Pasal 42 ayat (5) menegaskan bahwa tata cara pelaksanaan
peran serta masyarakat dan pemberian penghargaan dalam pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi perlu diatur dengan Peraturan Pemerintah. Peran
serta masyarakat tersebut dimaksudkan untuk mewujudkan hak dan tanggung jawab
masyarakat dalam penyelenggaraan negara yang bersih dari tindak pidana korupsi.

Di samping itu, dengan peran serta tersebut masyarakat akan lebih bergairah untuk
melaksanakan kontrol sosial terhadap tindak pidana korupsi. Peran serta masyarakat
dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi diwujudkan dalam
bentuk antara lain mencari, memperoleh, memberikan data atau informasi tentang tindak
pidana korupsi dan hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggungjawab
terhadap pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.

Sesuai dengan prinsip keterbukaan dalam negara demokrasi yang memberikan hak
kepada masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tindakan
diskriminatif mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi, maka
dalam Peraturan Pemerintah ini diatur mengenai hak dan tanggung jawab masyarakat
dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi. Oleh karena itu,
kebebasan menggunakan hak tersebut haruslah disertai dengan tanggung jawab untuk
mengemukakan fakta dan kejadian yang sebenarnya dengan menaati dan menghormati
aturan-aturan moral yang diakui umum serta hukum dan perundang-undangan yang
berlaku.

Peraturan Pemerintah ini juga mengatur mengenai kewajiban pejabat yang berwenang
atau Komisi untuk memberikan jawaban atau menolak memberikan isi informasi, saran
atau pendapat dari setiap orang, Organisasi Masyarakat, atau Lembaga Swadaya
Masyarakat. Sebaliknya masyarakat berhak menyampaikan keluhan, saran atau kritik
tentang upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi yang dianggap
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari menunjukkan bahwa keluhan, saran, atau kritik masyarakat tersebut
sering tidak ditanggapi dengan baik dan benar oleh pejabat yang berwenang.

Dengan demikian, dalam rangka mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi, pejabat yang berwenang atau
Komisi pemberantasan tindak pidana korupsi diwajibkan untuk memberikan jawaban atau
keterangan sesuai dengan tugas fungsinya masing-masing. Kewajiban tersebut diimbangi
pula dengan kesempatan pejabat yang berwenang atau Komisi pemberantasan tindak
pidana korupsi menggunakan hak jawab informasi yang tidak benar dari masyarakat. Di
samping itu untuk memberi informasi yang tinggi kepada masyarakat, maka dalam
Peraturan Pemerintah ini diatur pula pemberian penghargaan kepada masyarakat yang
berjasa terhadap upaya pencegahan dan penanggulangan tindak pidana korupsi berupa
piagam dan atau premi.

Anda mungkin juga menyukai