Anda di halaman 1dari 168

Bimbingan

WORKSHOP IMPLEMENTASI KOMUNIKASI


EFEKTIF DI RS SESUAI SNARS Edisi 1.1.

dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM, MHKes


Komisi Akreditasi Rumah Sakit
Fakultas Kedokteran Univ Kristen Indonesia,
1970
Konsultan Nefrologi
Perhimpunan Nefrologi Indonesia, 1982
Magister Manajemen
Sekolah Tinggi Manajemen PPM Jakarta, 1994
Lahir : Magister Hukum Kesehatan
Magelang
5 Nov 1943 Univ Katolik Soegijapranata Semarang, 2013
 Ketua Bidang Penelitian & pengembangan KARS sejak th 2014
 Ketua Komite Etik-Disiplin KARS sejak th 2014
 Koordinator Konsilor KARS sejak 2016
 Komite Nasional Keselamatan Pasien RS – Kem Kes th 2012-2015,
2016-2018, 2018-2021 Wakil Ketua KNKP
 Ketua Komite Keselamatan Pasien RS (KKPRS) – PERSI sejak 2005
 KKPRS diubah namanya menjadi IKPRS. Ketua IKPRS-Institut
Keselamatan Pasien RS sejak th 2012
 Advisory Council Asia Pacific, Joint Commission International,
sejak 2009
 Kelompok Staf Medis Penyakit Dalam – Ginjal Hipertensi RS
Mediros, Jakarta, sejak 1996
 Surveyor KARS sejak 1995. Konsilor KARS sejak 2012.
 PJ SubPokja Model Akreditasi Baru, Pokja Penyempurnaan Akreditasi RS, DitJen
Bina Yan Med, DepKes, 2010-2011
 Direktur Medik RS PGI Cikini, 1981 – 1982
 Direktur Ketua RS PGI Cikini Jakarta 1982-1993
 Dekan Fak Kedokteran UKI 1988-1991
 Sekretaris Jenderal PERSI Pusat 1988–1990, 1990–1993, 1993–1996
 Sekretaris IRSJAM 1986 – 1988
 Kepala Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK-UKI, Jakarta, 1992 – 1995
 Kepala Renal Unit (Unit Ginjal) RS.PGI Cikini, 1973 – 1981
 Sekretaris I & Seksi Ilmiah Pengurus Pusat PERNEFRI, 1983
 Ketua Komite Medik RS Mediros, 1995 – 2013
 Penghargaan :
 *Kadarman Award utk Patient Safety*, 2007, Sekolah Tinggi PPM.
 *Inisiator & Motivator Keselamatan Pasien RS di Indonesia*, 2018, Komisi
Akreditasi Rumah Sakit.
• Framing baru KARS : Asuhan Pasien 4.0
• Beberapa Aspek Filosofi Dimensi Budaya Q-S Asuhan
Pasien
• 8 Aspek pelaksanaan Asuhan Pasien Terintegrasi
• CPPT dan Komunikasi antar PPA dalam Asuhan Pasien
Terrinegrasi
 Berbagai aspek penting asuhan pasien dalam SNARS Edisi 1 (Standar Nasional
Akreditasi RS) adalah a.l.
• dilakukan oleh banyak profesi & sebagai tim,
• terintegrasi, diperlukan kolaborasi interprofesional,
• aspek care dan cure
• keperawatan adalah profesi “24/7” dgn penekanan pd care
(CARE = Commitment – Attention – Respons – Empathy)
• profesi medis dgn penekanan pd cure
• identifikasi kebutuhan pelayanan pasien,
• keterlibatan dan pemberdayaan pasien yang didukung oleh sistem pendukungnya,
• kemandirian pasien, kualitas hidup,
• keseragaman pelayanan
• termasuk reimbursemen yang sesuai dan memadai
 Konsep yg mendasari standar asuhan pasien yg memenuhi SNARS adalah Patient
Centred Care. Salah satu pintu masuk adalah BPIS, Bila Pasien Itu Saya.
 Ancaman hukum bagi Tenaga Kesehatan di zaman now nyata sudah dimulai.
Menghindari hal ini bagaimana sebaiknya strategi dalam pemberian asuhan kepada
pasien.
 Standar Nasional Akreditasi RS telah secara implisit dan eksplisit memberikan
tuntunan untuk mengatasi hal tsb dengan pola pikir sbb:

1.Tata Kelola Rumah Sakit Tatakelola RS yg baik, Tatakelola Klinis yg baik, Tatakelola
Pasien yg baik

2.Kepemimpinan Leadership, Budaya, Etika

3.Manajemen Risiko RS Asesmen Risiko, Pengelolaan Risiko

4.Asuhan Pasien 4.0


PCC & PPA sebagai DNA of Care Sirsak
Asuhan Pasien Tim
Terintegrasi
Framework dalam SNARS :
(Supriyantoro. 2018. Upaya Terobosan Pembangunan Kesehatan dalam Rangka Revolusi Digital 4.0.
Forum Dialog Penyusunan Analisis & Proyeksi Pembangunan Kesehatan 2020-2024.)
TANTANGAN RUMAH SAKIT
PADA ERA DISRUPSI (1)
MENTERI KESEHATAN
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

PENGERTIAN

DISRUPTION :
Inovasi yang membantu menciptakan cara
kerja baru, mengganggu atau merusak
pasar yang sudah ada, dan pada akhirnya
menggantikan teknologi terdahulu tersebut.
atau
mengembangkan suatu produk, layanan
dengan cara yang tak diduga pasar,
umumnya dengan menciptakan jenis
konsumen berbeda pada pasar yang baru
dan menurunkan harga pada pasar yang
lama.

- CLAYTON M. CHRISTENSEN

(Menteri Kesehatan : Pelayanan RS di Era Disrupsi dan UHC, Pelantikan PERSI 9 Jan 2019)
STRATEGI RUMAH SAKIT DI ERA DISRUPSII
MENTERI KESEHATAN
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Rumah Sakit melakukan
validasi permasalahan :

Kesadaran
Bekerja dengan data

Transfor
Menyederhanakan SMART
masi
HOSPITAL
proses bisnis RS Budaya

Penggunaan teknologi
terkini (Digitalisasi)
Inovatif Learning
Ketangkasan manajemen dan
seluruh staff rumah sakit
dalam merespon perubahan
ekternal (agility)
(Menteri Kesehatan : Pelayanan RS di Era Disrupsi dan UHC, Pelantikan PERSI 9 Jan 2019)
Pengertian:
Asuhan Pasien 4.0 : adalah asuhan pasien, yang modern, terkini di
Rumah Sakit dan distandarkan dalam SNARS Edisi 1.1.
Berbasis Pelayanan Berfokus Pasien / PCC dan Asuhan
1
Pasien Terintegrasi
Dilaksanakan oleh PPA sebagai Tim, yang berkolaborasi
2
interprofessional dengan kompetensi untuk berkolaborasi
Dilaksanakan dengan DNA of Care :
3
Safety, Quality, Culture
Asuhan pasiennya didokumentasikan terintegrasi melalui
4
IT dalam SIRSAK dan SISMADAK
(KARS, 2018)
Framework dalam SNARS :

Dimensi Budaya Mutu dan Safety


dalam Standar Akreditasi RS

ASUHAN PASIEN

Kompetensi
RISIKO Budaya SAFETY

MUTU
(Nico Lumenta, 2015)

14
*To Err Is Human, “Selama setahun, setiap hari 268 pasien
Building a Safer Health System, IOM, 2000 ranap meninggal krn IKP yg dpt dicegah…”

1.Safe. 4. Timely.
Crossing the Quality Chasm: 2.Effective. 5. Efficient.
6 Sasaran Perbaikan 6. Equitable.
A New Health System for the 21st Century, IOM, 2001 3.Patient-
Asuhan Pasien
centered.
Perspektif Pasien 1. Hormati nilai2, pilihan dan kebutuhan pasien
PCC : Core Concept PCC 2 Konsep Inti PCC
Perspektif PPA
2. Koordinasi dan integrasi asuhan
3. Informasi, komunikasi dan edukasi
4. Kenyamanan fisik
5. Dukungan emosional
The 8 Picker Principles of PCC 8 Prinsip Asuhan Pasien utk PCC 6. Keterlibatan keluarga & teman2
7. Asuhan yg berkelanjutan dan transisi yg lancar
8. Akses terhadap pelayanan.
1.Berdayakan & Libatkan
WHO Patients for Patient Safety, Jakarta Declaration, 2007 8 Deklarasi PFPS Pasien
2.Perkuat Kepemimpinan &
Akuntabilitas
3.Reorientasi Paradigma :
WHO Global Strategy on Integrated People-centred Health 5 Strategi PCC

DNA of Care Services 2016-2026 PCC 4.Asuhan Pasien


Terintegrasi
• Safety 5.Ciptakan Lingkungan yg
Memberdayakan
• Quality -9 Aspek Implementasi PCC
(Nico Lumenta, KARS
2018) • Culture
SNARS Ed 1 : PCC dan Asuhan Pasien Terintegrasi
-IT System : Sismadak & Sirsak
Konsep dasar Asuhan Pasien / Patient Care telah berkembang
dalam kombinasi dimensi mutu & safety, sejak “bangkitnya”
Patient Safety (wake up call) melalui “To Err is Human” IOM
th 2000, sbb:
To Err Is Human,
Building a Safer Health System, IOM, 2000
• Pelayanan kesehatan yang “fragmented”, tidak aman
• Dari Pasien Ranap setahun 33,6 juta, 2,9 – 3,7 % mengalami Insiden
Keselamatan Pasien, data pasien yang meninggal 44.000 s/d 98.000. Data
orang meninggal karena KLL 43.000
• Dari 100 admisi 2 mengalami KTD obat yang dapat dicegah (preventable
adverse drug event)
• Medication error dalam pelayanan kesehatan menyebabkan kematian 7000
orang per tahun
(Kohn LT, Corrigan JM, Donaldson MS, eds. 2000. To Err Is Human: building
a safer health system. Washington, D.C.: National Academy Press.)
Crossing the Quality Chasm:
A New Health System for the 21st Century, IOM, 2001
• Safe / Aman — menghindari cedera pada pasien dari asuhan yg dimaksudkan untuk
membantu mereka.
• Effective / Efektif — menyediakan pelayanan berdasarkan pengetahuan ilmiah utk semua
orang yg dapat memperoleh manfaat dan menahan diri dari memberikan pelayanan kpd
mereka yg tidak mungkin mendapat manfaat (menghindari penggunaan yg kurang/ underuse
dan berlebihan/ overuse).
• Patient-centered / Berpusat pada pasien — memberikan asuhan yg menghormati dan
responsif thd masing2 preferensi, kebutuhan, dan nilai pasien dan memastikan bahwa nilai2
pasien memandu semua keputusan klinis.
• Timely / Tepat waktu — mengurangi waktu tunggu dan terkadang penundaan yg
berbahaya baik bagi mereka yg menerima dan mereka yg memberi asuhan.
• Efficient /Efisien — menghindari limbah, khususnya limbah peralatan, persediaan, ide, dan
energi.
• Equitable / Adil - memberikan pelayanan yg tidak bervariasi dalam kualitas karena
karakteristik pribadi seperti jenis kelamin, etnis, lokasi geografis, dan status sosial ekonomi.
(Committee on Quality of Health Care in America. 2001. Crossing the Quality Chasm: A • Enam elemen ini dilahirkan oleh IHI Institute for Healthcare Improvement
New Health System for the 21st Century, Institute of Medicine.) • Publikasi pertama PCC oleh IOM
• WHO menjadikan 6 elemen ini sbg definisi mutu pelayanan kesehatan
PCC : Core Concept of Patient Centred Care
*Perspektif Pasien
1. Dignity and Respect 1. Martabat dan Hormat
2. Information Sharing 2. Berbagi Informasi
3. Participation 3. Partisipasi
4. Collaboration. 4. Kolaborasi.

**Perspektif PPA
1. Partnering with Patients 1. Berpartner dengan Pasien
2. PPA is a Team with Interpofessional 2. PPA sebagai Tim dgn Kolaborasi
Collaboration Interprofesional
3. DPJP is the Clinical Leader 3. DPJP adalah Clinical Leader.
4. Integrated Patient Care. 4. Asuhan Pasien Terintegrasi.

(*Conway,J et al. 2006. Partnering with Patients and Families To Design a Patient- and Family-Centered (**Nico Lumenta. 2015. Sintesis dari berbagai referensi.)
Health Care System, A Roadmap for the Future. Institute for Patient- and Family-Centered Care.)
Perspektif
Pasien What are the Core Concepts of Patient Centered Care?
1. Dignity and Respect. Health care practitioners listen to and 1. Martabat dan Respek: Profesional Pemberi Asuhan mendengarkan,
honor patient and family perspectives and choices. Patient menghormati & menghargai pandangan serta pilihan pasien &
and family knowledge, values, beliefs and cultural keluarga.
backgrounds are incorporated into the planning and delivery
• Pengetahuan, nilai-nilai, kepercayaan, latar belakang kultural
of care.
2. Information Sharing. Health care practitioners communicate pasien & keluarga dimasukkan dlm perencanaan pelayanan dan
and share complete and unbiased information with patients pemberian pelayanan kesehatan
and families in ways that are affirming and useful. Patients 2. Berbagi informasi: Profesional Pemberi Asuhan
and families receive timely, complete, and accurate mengkomunikasikan dan berbagi informasi secara lengkap pasien
information in order to effectively participate in care and & keluarga.
decision-making. • Pasien & keluarga menerima informasi tepat waktu, lengkap, dan
3. Participation. Patients and families are encouraged and akurat
supported in participating in care and decision-making at the
• Dgn 3 asesmen: metode, substansi/kebutuhan edukasi,
level they choose.
4. Collaboration. Patients and families are also included on an konfirmasi
institution-wide basis. Health care leaders collaborate with 3. Partisipasi: Pasien & keluarga didorong dan didukung utk
patients and families in policy and program development, berpartisipasi dlm asuhan, pengambilan keputusan & pilihan
implementation, and evaluation; in health care facility design; mereka
and in professional education, as well as in the delivery of 4. Kolaborasi / kerjasama: Pimpinan pelayanan kesehatan
care. bekerjasama dgn pasien & keluarga dalam pengembangan,
implementasi dan evaluasi kebijakan dan program.

Conway,J et al: Partnering with Patients and Families To Design a Patient- and Family-Centered Health Care System, A Roadmap for the Future. Institute for Patient- and Family-Centered Care, 2010
Perspektif
Profesional Core Concepts of Patient Centered Care
Pemberi Asuhan
1. Berpartner dengan Pasien
• Keputusan klinis berdasarkan (juga) nilai-nilai pasien
• BPIS : Bila Pasien Itu Saya
• Komitmen
2. PPA merupakan Tim Interdisiplin dgn Kolaborasi Interprofesional
• Profesional Pemberi Asuhan diposisikan mengelilingi pasien bekerja sebagai Tim dgn
Kolaborasi Interprofesional
• Tugas Mandiri, Kolaboratif, Delegatif
• Kompetensi Profesi dan Kompetensi Kolaborasi Interprofesional yang memadai
3. DPJP adalah Clinical Leader.
• DPJP menyusun kerangka asuhan, melakukan koordinasi, kolaborasi, sintesis,
interpretasi, review dan mengintegrasikan asuhan pasien
4. Asuhan Pasien Terintegrasi
• Asuhan pasien terintegrasi oleh PPA dgn DPJP sbg Clinical Leader

(Nico Lumenta, Sintesis berbagai referensi, 2015)


The 8 Picker Principles of Patient-Centered Care
1.Respect for patients‘ values, 1. Hormati nilai2, pilihan dan
preferences and expressed needs kebutuhan yg diutarakan oleh
2.Coordination and integration of care pasien
3.Information communication and 2. Koordinasi dan integrasi asuhan
education 3. Informasi, komunikasi dan edukasi
4.Physical comfort 4. Kenyamanan fisik
5.Emotional support and alleviation of 5. Dukungan emosional dan
fear and anxiety penurunan rasa takut & kecemasan
6.Involvement of family and friends 6. Keterlibatan keluarga & teman2
7.Continuity of care and smooth 7. Asuhan yg berkelanjutan dan
transition transisi yg lancar
8.Access to Care 8. Akses terhadap pelayanan.

(Picker Institute and American Hospital Association. 1996. Eye on Patients Report.)
WHO WS on Patients for Patient Safety
Jakarta Declaration, 2007
1. Tidak ada pasien yang harus menderita cedera yang dapat dicegah
2. Pasien diposisikan sentral/di pusat semua upaya keselamatan pasien
3. Rasa takut akan kesalahan/ hukuman tidak boleh menghalangi komunikasi
yang terbuka & jujur antara pasien dan PPA
4. Harus bekerja dalam kemitraan untuk mencapai perubahan perilaku
mengatasi keselamatan pasien
5. Perlu transparan, akuntabel, rasa saling percaya dan hormat
6. Perlu sistem pelaporan IKP yang adil;
7. Komitmen untuk bermitra dan memberdayakan pasien;
8. Memfungsikan sistem keselamatan pasien di setiap fasilitas pelayanan
kesehatan, pendidikan profesi berkelanjutan bagi para PPA tentang konsep
keselamatan pasien

(WHO South-East Asia Regional Patient Safety Workshop on


“Patients for Patient Safety” Jakarta, 17 – 19 July 2007)
(WHO South-East Asia Regional Patient Safety Workshop on
“Patients for Patient Safety” Jakarta, 17 – 19 July 2007)
(WHO South-East Asia Regional Patient Safety Workshop on
“Patients for Patient Safety” Jakarta, 17 – 19 July 2007)
Jakarta Declaration
on Patients for Patient Safety in
Countries of the South-East Asia Region
Kami,
Para pasien, pendukung pasien, profesional pemberi asuhan, pembuat kebijakan &
perwakilan LSM, asosiasi profesional & konsil profesi, telah merefleksikan isu
keselamatan pasien dalam lokakarya regional WHO tentang "Pasien untuk Keselamatan
Pasien", 17 - 19 Juli 2007, di Jakarta, Indonesia,
Mengacu pada Resolusi SEA/RC59/R3 tentang Mempromosikan Keselamatan Pasien dalam Pelayanan
Kesehatan, diadopsi pada Pertemuan ke-59 Regional Committee for South-East Asia, yang mencatat
“keprihatinan korban manusia & keuangan yang tinggi dari efek samping" & lingkaran setan efek
samping, tuntutan hukum, dan praktik defence medicine, dan mendesak Negara Anggota untuk
melibatkan pasien, asosiasi konsumen, tenaga kesehatan & asosiasi profesional dalam membangun
sistem pelayanan kesehatan yang lebih aman & menciptakan budaya keselamatan di lembaga
pelayanan kesehatan,
Terinspirasi oleh Patients for Patient Safety London Declaration yang didukung oleh WHO World
Alliance for Patient Safety,
Mempertimbangkan rekomendasi first WHO Regional Workshop on Patient Safety, 12 – 14 July 2006,
in New Delhi, India,
1. Mendeklarasikan bahwa tidak ada pasien yang harus menderita cedera yang dapat dicegah;
2. Setuju bahwa pasien diposisikan sentral/di pusat semua upaya keselamatan pasien;
3. Mengakui bahwa rasa takut akan kesalahan dan hukuman tidak boleh menghalangi komunikasi yg
terbuka & jujur antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan;
4. Mengakui bahwa kita harus bekerja dalam kemitraan untuk mencapai perubahan perilaku & sistem
utama yg diperlukan untuk mengatasi keselamatan pasien di wilayah kita;
5. Percaya bahwa:
• transparansi, akuntabilitas & sentuhan manusia sangat penting utk sistem pelayanan kesehatan yg aman;
• rasa saling percaya dan saling menghormati antara PPA dan pasien adalah hal mendasar;
• pasien & pemberi pelayanan harus tahu mengapa pengobatan diberikan dan diberitahu ttg semua
risiko, besar atau kecil, shg mereka dpt berpartisipasi dalam keputusan yg terkait dengan asuhan mereka;
• pasien harus memiliki akses ke catatan medis mereka;
6. Kenali bahwa ketika bahaya terjadi:
• Harus ada sistem di tempat di mana kejadian dpt dilaporkan dan diselidiki dgn kerahasiaan krn rasa hormat;
• pasien dan keluarga mereka harus diinformasikan dan didukung sepenuhnya;
• PPA yg terlibat dalam bahaya yang tidak disengaja harus juga menerima dukungan;
• tindakan korektif harus diambil untuk mencegah kerusakan di masa depan dan pelajaran yg diperoleh dapat
dibagi secara luas;
• Harus ada mekanisme untuk memberikan kompensasi yg adil kepada pasien dan keluarga mereka;
7. Berkomitmen untuk:
• pemberdayaan pasien melalui pendidikan yg jujur dan jelas;
• bermitra dengan media untuk mendorong pelaporan yg bertangg-jwb dan untuk menangkap
peluang untuk mendidik publik;
• partisipasi konsumen aktif dalam pelaporan efek samping;
• komunikasi dua arah antara pasien dan penyedia layanan kesehatan yang mendorong pertanyaan;
• representasi pasien yg berarti pada komite dan forum keselamatan pasien;
8. Berjanji untuk mencapai melalui upaya berkelanjutan dengan tujuan sbb:
• memfungsikan kualitas dan sistem keselamatan pasien di setiap fasyankes, baik publik maupun
swasta, dimulai dgn pembentukan komite keselamatan pasien dan pelaporan dampak merugikan dan
sistem respons;
• kepatuhan terhadap pedoman yg berbasis bukti dan etis serta penghindaran pengobatan irasional
seperti obat2-an yang tidak perlu, investigasi dan prosedur pembedahan;
• melanjutkan pendidikan profesi berkelanjutan bagi para PPA;
• konsep keselamatan pasien yg diintegrasikan ke dalam pelatihan para Staf Klinis
• beban pasien yg rasional di setiap fasilitas pelayanan kesehatan;
• sumber daya yang memadai yang ditujukan untuk keselamatan pasien;
• PPA yang termotivasi dan kompeten;
• pasien dan penyedia pelayanans yang puas.
WHO Global Strategy on Integrated People-Centred Health
Services 2016-2026, July 2015
Conceptual framework for integrated people-centred health services
Strategic Goals Penerapan di RS
1. Empowering & Engaging People 1. Berdayakan dan Libatkan Pasien-
Keluarga
2. Strenghtening Governance & 2. Tingkatkan-Perkuat Kepemimpinan
Accountabilty & Akuntabel
3. Reorienting the Model of Care 3. Reorientasi Paradigma Asuhan
Pasien : PCC
4. Coordinating Services 4. Asuhan Pasien Terintegrasi
5. Creating an Enabling Environment 5. Ciptakan Lingkungan yg
Memberdayakan/Kondusif
(WHO. 2015. WHO global strategy on integrated people-centred health services 2016 -2026.)
Conceptual framework for integrated
people-centred health services
IPCHS

2014
(WHO. 2015. WHO global strategy on integrated people-centred health services 2016 -2026.)
SNARS Ed 1 : PCC dan *Asuhan Pasien Terintegrasi
*The Indonesian model of PCC

 Integrasi Intra-Inter PPA (AP 4, SKP 2, TKRS 3.2, MKE 5)


 Integrasi Inter Unit (PAP 2, ARK 3.1, TKRS 3.2, MKE 5)
 Integrasi PPA-Pasien (HPK 2, 2.1, 2.2, AP 4, MKE 6)
 Integrasi Horizontal & Vertikal (WHO)
1. Patient Engagement & Empowerment. (HPK, ARK, PAP, MKE)
2. DPJP sbg Clinical Leader. (PAP, AP)
3. PPA sbg Tim, Kolaborasi Interprofesional. (AP, PAP, MKE)
4. CPPT – Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi. (AP,PAP)
5. Manajer Pelayanan Pasien. (ARK, PAP, MIRM)
6. Segitiga Sasaran PCC – Triple Aim PCC (HPK, ARK, AP, PAP)
7. Kolaborasi Pendidikan Pasien. (HPK,MKE)
8. Integrated Clinical Pathway. (PMKP)
9. Integrated Discharge Planning. (ARK)
(KARS. 2019. SNARS Edisi 1)
Asuhan Pasien : “DNA of Care”
Profesional Pemberi Asuhan perlu memiliki DNA of Care

I. SASARAN KESELAMATAN PASIEN

Safety II. KELOMPOK STANDAR


PELAYANAN BERFOKUS PADA
Diperoleh dan tumbuh PASIEN
melalui penerapan
Quality SNARS Ed 1 III. KELOMPOK STANDAR
MANAJEMEN RS

IV. PROGRAM NASIONAL


Culture
Gunakan selalu dalam V. INTEGRASI PENDIDIKAN
KESEHATAN DALAM PELAYANAN
Asuhan Pasien :
(Hardy, P. 2017. Patient voice and DNA of Care, ISQua Conference, London.
“BPIS” (KARS. 2018. SNARS Edisi 1)
KARS. 2018. SNARS edisi 1.)
Bila Pasien Itu Saya
DUKUNGAN TEKNOLOGI INFORMASI KARS
Dikelola oleh RS

SISMADAK
Sistem Manajemen Dokumen SIKARS
http://akreditasi.kars.or.id
• Dokumen (Tersimpan di Server
RS) Standar Instrumen Penilaian • Data Rumah Sakit
• Indikator Mutu (IMUT) Benchmark IMUT
• Data Surveior
• Profil RS • Pelaporan Hasil Survei,
• Laporan IKP (Insiden Keselamatan Rekomendasi
Pasien) • Penjadwalan Survei
1. Pelaporan IMUT
Bulanan
Sinkronisasi Data IMUT 2. Pelaporan IKP
SIRSAK ReDOWSKo
• Data Pasien Sistem Informasi RS

• Data PPA (Profesional Pemberi SEP - VClaim


Asuhan) BPJS
• Rekam Medis (Asesmen Awal +
Ulang) E-Klaim
• Asuhan Terintegrasi: Medis, InaCBG
Keperawatan, Gizi, Farmasi
SIRANAP
• Inventori Obat dan Alat Webinar
SIRANAP
Penunjang
Dimensi Budaya Mutu dan Safety
dalam Standar Akreditasi RS

ASUHAN PASIEN

RISIKO SAFETY

MUTU
(Nico Lumenta, 2015)
ASUHAN PASIEN
 Good Patient Care
Dimensi Budaya
 Patient Centered Care Quality dan Safety
 Asuhan Pasien Terintegrasi dalam Standar Akreditasi RS
 PPA sebagai Tim, Kolaborasi
Interprofesional + Kompetensinya
 Berpartner dgn Pasien
 DPJP sebagai Clinical Leader
SAFETY
 MDR - Multidisciplinary Round • Just Culture
 BPIS • Reporting Culture
• Learning Culture
• Informed Culture
RISIKO • Flexible Culture
 RS institusi yg kompleks dan high risk : • Generative Culture (MaPSaF)
asuhan multi PPA, multi budaya, multi • 7 Standar KP, 6 SKP, 7 Langkah KPRS, 13
regulasi, legal, finance, SD Program WHO-PS
 Risk Register
 Matrix Grading
 FMEA
MUTU
 Good Corp Governance  Leadership
 Situational Awareness
 Good Clinical Governance
 RCA  Standarisasi Input-Proses-Output-Outcome
 Pengukuran Mutu
 PDCA
(Nico Lumenta, 2015)
Cultural competence

Kesadaran budaya (Cultural awareness)


• adalah kemampuan seseorang untuk melihat ke luar dirinya sendiri dan menyadari
akan nilai-nilai budaya, kebiasaan budaya yang masuk.
• Dapat menilai apakah hal tsb normal dan dapat diterima pada budayanya atau
mungkin tidak lazim atau tidak dapat diterima di budaya lain.
• Perlu memahami budaya yang berbeda dari dirinya dan menyadari
kepercayaannya dan adat istiadatnya dan mampu untuk menghormatinya
Kompetensi budaya adalah tingkat tertinggi dari kesadaran budaya
• Kompetensi budaya berfungsi untuk dapat menentukan dan mengambil suatu
keputusan dan kecerdasan budaya.
• Kompetensi budaya merupakan pemahaman thd kelenturan budaya (culture
adhesive).
• Penting karena dengan kecerdasan budaya seseorg memfokuskan pemahaman
pada perencanaan dan pengambilan keputusan pada suatu situasi tertentu.
Cultural competence
Is a set of congruent behaviors,
attitudes, and policies that come
together in a system, agency or
among professionals and enable Adalah suatu perangkat kesamaan perilaku,
sikap dan bersama secara harmonis dlm suatu
that system, agency or those
sistem, badan atau para profesi utk bekerja
professions to work effectively in secara efektif dlm situasi yg lintas-budaya /
cross-cultural situations. ‘cross-cultural’

Is a developmental process that


Suatu proses pertumbuhan yg berkembang
evolves over an extended period. melampaui suatu kerangka waktu yg lama

(Collins Dictionary of Medicine © Robert M. Youngson 2004)


Patient-centered care: the key to
cultural competence
(Epner, DE & Baile, WF : Patient-centered care: the key to cultural competence. Annals
The Golden Rule of Oncology, vol 23, supl 3, 2012)

* In the final analysis, we should


treat our patients as we would * Dalam analisis final, kita harus mperlakukan
pasien2 kita sebagaimana kita ingin
want others to treat us during diperlakukan oleh orang lain, selama periode
periods of vulnerability and fear. yg penuh dgn krisis maupun ketakutan

* The key to cultural competence is


patient centeredness built on
respect, sensitivity, composure, * Kunci menuju kompetensi kultural adalah
partnership, honesty, astuteness, patient centeredness (focus kpd pasien) yg
dibangun atas respek (rasa hormat),
curiosity, and tolerance. All people sensitivitas, kesabaran, kemitraan, kejujuran,
really care about is being cared kecerdikan, rasa ingin tahu, dan toleransi.
about Semua orang benar2 peduli ttg asuhan
Why is it important to be culturally
competent?
• Increased respect
• Increased creativity
• Decreased unwanted surprises
• Increased participation from cultural groups
• Increased trust and cooperation
• Overcome fear of mistakes and conflict
• Promotes inclusion and equality

Copyright © 2014 by The University of Kansas


Konsep

AR
SE
d1
Patient Centred Care
SN
(Std HPK)

Konsep Inti Asuhan Pasien


Core Concept Terintegrasi

Integrasi Intra-Inter PPA


Perspektif Pasien (AP 4, SKP 2, TKRS 3.2, MKE 5)
Perspektif PPA Integrasi Inter Unit
(PAP 2, ARK 3.1, TKRS 3.2, MKE 5)
•Conway,J et al: Partnering with Patients and Families To Design a Integrasi PPA-Pasien
Patient- and Family-Centered Health Care System, A Roadmap for
the Future. Institute for Patient- and Family-Centered Care, 2006 (HPK 2, 2.1, 2.2, AP 4, MKE 6)
•Standar Akreditasi RS v.2012, KARS Horizontal & Vertical Integration
•Nico Lumenta, Sintesis berbagai literatur, 2015
Patient-Centered Care
IOM – Institute of Medicine

‘Patient-centered care’ :
“asuhan yang menghormati
Patient-centered care : “care that is dan responsif terhadap
respectful of and responsive to
pilihan, kebutuhan dan nilai-
individual patient preferences, needs
and values, and ensuring that patient nilai pribadi pasien. Serta
values guide all clinical decisions.” memastikan bahwa nilai-nilai
pasien menjadi panduan bagi
semua keputusan klinis”
(2001)
2014
Patient Centred Care

Patient Centred Care

No decision about me without me

Patients for Patient Safety

Provider Centred Care


Patient Engagement &
First Do No Harm Empowerment
• BPIS : “Bila Pasien Itu
PPA •
Saya”
Patient Voice
 Reorientasi • Patient Experience
paradigma asuhan • Personalized Perfect Care
• Patient-reported outcome
measure (PROM)
Konsep
Patient Centred Care
(Std HPK)

Konsep Inti Asuhan Pasien


Core Concept Terintegrasi
*Indonesian model of PCC

 Perspektif Pasien  Integrasi Intra-Inter PPA : Horizontal


(AP 4, SKP 2, TKRS 3.2, MKE 5)
 Perspektif PPA  Integrasi Inter Unit : Vertikal
•Conway,J et al: Partnering with Patients and Families To Design a Patient-
(PAP 2, ARK 3.1, TKRS 3.2, MKE 5)
and Family-Centered Health Care System, A Roadmap for the Future. Institute  Integrasi PPA-Pasien : Horizontal
for Patient- and Family-Centered Care, 2006
•Standar Akreditasi RS v.2012, SNARS 1 & 1.1, KARS (HPK 2, 2.1, 2.2, AP 4, MKE 6)
•Nico Lumenta, Sintesis berbagai literatur, 2015
*Asuhan Pasien Terintegrasi
*The Indonesian model of PCC
 Integrasi Intra-Inter PPA : Horizontal
(AP 4, SKP 2, TKRS 3.2, MKE 5)
 Integrasi Inter Unit : Vertikal
(PAP 2, ARK 3.1, TKRS 3.2, MKE 5)
 Integrasi PPA-Pasien : Horizontal
(HPK 2, 2.1, 2.2, AP 4, MKE 6)

1.Patient Engagement & Empowerment. (HPK, ARK, PAP, MKE)


2. DPJP sbg Clinical Leader. (PAP, AP) Asuhan Gizi
3. PPA sbg Tim, Kolaborasi (+Kompetensi) Interprofesional. (AP,PAP, MKE) Terintegrasi,
PAP 5
4. CPPT – Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi. (AP,PAP)
5. Manajer Pelayanan Pasien / Case Manager. (ARK, PAP)
6. Segitiga Sasaran PCC – Triple Aim PCC (HPK, ARK, AP, PAP)
7. Kolaborasi Pendidikan Pasien. (MKE)
8. Integrated Clinical Pathway. (PMKP, TKRS)
9. Integrated Discharge Planning. (ARK)
(KARS, 2019, SNARS Edisi 1.1.)
*Asuhan Pasien Terintegrasi *Indonesian model of PCC

1.Patient Engagement & Empowerment. (HPK, ARK, PAP, MKE)

2. DPJP sbg Clinical Leader. (PAP, AP)


3. PPA sbg Tim, Kolaborasi (+Kompetensi) Interprofesional. (AP,
PAP, MKE)
4. CPPT – Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi. (AP,PAP)
5. Manajer Pelayanan Pasien / Case Manager. (ARK, PAP)
6. Segitiga Sasaran PCC – Triple Aim PCC (HPK, ARK, AP, PAP)
7. Kolaborasi Pendidikan Pasien. (MKE)
8. Integrated Clinical Pathway. (PMKP, TKRS)
9. Integrated Discharge Planning. (ARK)
(KARS, 2019, SNARS Edisi 1.1.)
Profesional Pemberi Asuhan Clinical
PPA Team Leader
Dalam SNARS Ed 1.1. DPJP

PPJA
Apoteker

Profesional Pemberi Asuhan :


PPA
• Profesional yg secara langsung Tugas Mandiri,
memberikan asuhan kpd pasien, Lainnya Dietisien Tugas Kolaboratif,
a.l. DPJP, PPJA, R.Dietisien, Tugas Delegatif
Apoteker, dan Lainnya.
• Kompetensi Profesi & Kompetensi
utk Kolaborasi Interprofesional
• Tugas Mandiri, Tugas Kolaboratif, (KARS, 2018)
Tugas Delegatif/Mandat
1. Keterlibatan Pasien – Keluarga
Patient & Family Engagement
Profesional Pemberi Asuhan Clinical
PPA Team Leader
Dalam SNARS Ed 1.1. DPJP

PPJA
Apoteker

Profesional Pemberi Asuhan :


PPA
• Profesional yg secara langsung Tugas Mandiri,
memberikan asuhan kpd pasien, Lainnya Dietisien Tugas Kolaboratif,
a.l. DPJP, PPJA, R.Dietisien, Tugas Delegatif
Apoteker, dan Lainnya.
• Kompetensi Profesi & Kompetensi
utk Kolaborasi Interprofesional
• Tugas Mandiri, Tugas Kolaboratif, (KARS, 2018)
Tugas Delegatif/Mandat
RENUNGKAN PERBEDAAN : PPA DAN PASIEN
PPA :
 Menjalani pendidikan bertahun2, kompeten,
memiliki kewenangan
 Pelayanan pasien dijalankan dgn standar, rutin,
homogen, serba jelas.
 Aktivitas individu PPA hanya 1 shift

Pasien :
 Masuk RS seperti masuk “hutan”, relatif banyak yg
tidak jelas, pengalaman baru….
 Pasien “tidak pernah” melalui “pendidikan untuk
menjadi pasien” !!!
 Relatif tidak punya kewenangan ikut ambil “Hutan”
keputusan, harus ikut “kata” dokter…
 Ada rasa cemas, ngeri, bingung, takut.
 Di RS, hanya Pasien yg menjalani “3 shift” !!

KARS
*Standar ARK 2.1.
Saat admisi, pasien dan keluarga pasien dijelaskan tentang rencana
asuhan, hasil yg diharapkan dari asuhan, dan perkiraan biayanya.

- Penjelasan saat proses admisi


- Dapat terkait dgn Discharge Planning
Elemen Penilaian ARK.2.1
1. Penjelasan termasuk rencana asuhan didokumentasikan. (D,W)
2. Penjelasan termasuk hasil asuhan yg diharapkan dan
didokumentasikan. (D,W)
3. Penjelasan termasuk perkiraan biaya yg ditanggung pasien atau
keluarga. (D,W)
4. Penjelasan yg diberikan dipahami oleh pasien & keluarga
utk membuat keputusan (W)

53
Standar MKE 6
RS menyediakan edukasi untuk menunjang partisipasi pasien dan keluarga dalam
proses asuhan.
Elemen Penilaian MKE 6
1. Terdapat penetapan organisasi promosi kesehatan RS yang mengoordinasikan
pemberian edukasi kepada pasien sesuai dengan peraturan per-UU-an. (R)
2. Terdapat bukti organisasi promosi kesehatan RS telah berfungsi sesuai dengan
peraturan per-UU-an. (D,W)
3. Edukasi dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan pasien dan keluarga di seluruh RS.
(D,O,W)

Standar MKE 9
Pemberian edukasi merupakan bagian penting dalam proses asuhan kepada pasien.

Elemen Penilaian MKE 9

5. Pasien dan keluarga diberikan edukasi mengenai hak dan tanggung jawab mereka
untuk berpartisipasi pada proses asuhan. (D,W) (lihat juga HPK 2.2)
KARS Dr.Nico Lumenta
Patient Activation Measurement

Pasien
Pasif
Pasrah
Patient Activation Measurement
Level Keterlibatan Pasien

Level 1 Level 2
• Tidak terlibat dan kewalahan • Menjadi sadar, tetapi masih berjuang
• Individu pasif dan kurang percaya diri. • Individu memiliki pengetahuan, tetapi
Pengetahuan rendah, orientasi tujuan lemah, kesenjangan besar tetap ada.
dan kepatuhan rendah. • Mereka percaya bahwa kesehatan
• Ada yang mulai mengambil peran sebagian besar di luar kendali mereka,
• Perspektif mereka: "Dokter saya yang • Tetapi dapat menetapkan tujuan yang
bertanggung jawab atas kesehatan saya" sederhana.
• Bangun keterlibatan berbasis Pengetahuan, • Perspektif mereka: "Saya bisa
Kesadaran Diri & Keyakinan Awal melakukan lebih banyak"
• Pasien belum memahami bahwa mereka • Peningkatan Pengetahuan,
harus memainkan peran aktif dalam Pengembangan Keterampilan Awal,
kesehatan mereka sendiri. Mereka cenderung Tumbuhkan Keyakinan
menjadi penerima perawatan pasif.
Patient Activation Measurement
Level Keterlibatan Pasien

Level 3 Level 4
• Sudah mengambil tindakan • Mempertahankan perilaku dan mendorong lebih
• Individu memiliki fakta2 kunci dan jauh.
membangun keterampilan • Individu telah mengadopsi perilaku baru, tetapi
manajemen diri. mungkin tidak dapat mempertahankan pada
• Tetapi mungkin kurang percaya diri saat stres atau pada krisis kesehatan.
dan keterampilan untuk mendukung • Mempertahankan gaya hidup sehat adalah
perilaku mereka fokus utama.
• Mereka berusaha untuk perilaku • Perspektif mereka: "Saya adalah pendukung
praktik terbaik, dan berorientasi saya sendiri"
pada tujuan. • Mencapai / melebihi Pedoman Perilaku Gaya
• Perspektif mereka: “Saya bagian Hidup,
dari tim asuhan kesehatan saya” • Mengembangkan Teknik untuk Mencegah
• Pengembangan Keterampilan Kambuh
• Mengikuti Panduan Perilaku
KARS Dr.Nico Lumenta
KARS Dr.Nico Lumenta
KARS Dr.Nico Lumenta
Patient Activation Measurement
Level Keterlibatan Pasien

Level 1 Level 2
• Tidak terlibat dan kewalahan • Menjadi sadar, tetapi masih berjuang
• Individu pasif dan kurang percaya diri. • Individu memiliki pengetahuan, tetapi
Pengetahuan rendah, orientasi tujuan lemah, kesenjangan besar tetap ada.
dan kepatuhan rendah. • Mereka percaya bahwa kesehatan
• Ada yang mulai mengambil peran sebagian besar di luar kendali mereka,
• Perspektif mereka: "Dokter saya yang • Tetapi dapat menetapkan tujuan yang
bertanggung jawab atas kesehatan saya" sederhana.
• Bangun keterlibatan berbasis Pengetahuan, • Perspektif mereka: "Saya bisa
Kesadaran Diri & Keyakinan Awal melakukan lebih banyak"
• Pasien belum memahami bahwa mereka • Peningkatan Pengetahuan,
harus memainkan peran aktif dalam Pengembangan Keterampilan Awal,
kesehatan mereka sendiri. Mereka cenderung Tumbuhkan Keyakinan
menjadi penerima perawatan pasif.
Patient Activation Measurement
Level Keterlibatan Pasien

Level 3 Level 4
• Sudah mengambil tindakan • Mempertahankan perilaku dan mendorong lebih
• Individu memiliki fakta2 kunci dan jauh.
membangun keterampilan • Individu telah mengadopsi perilaku baru, tetapi
manajemen diri. mungkin tidak dapat mempertahankan pada
• Tetapi mungkin kurang percaya diri saat stres atau pada krisis kesehatan.
dan keterampilan untuk mendukung • Mempertahankan gaya hidup sehat adalah
perilaku mereka fokus utama.
• Mereka berusaha untuk perilaku • Perspektif mereka: "Saya adalah pendukung
praktik terbaik, dan berorientasi saya sendiri"
pada tujuan. • Mencapai / melebihi Pedoman Perilaku Gaya
• Perspektif mereka: “Saya bagian Hidup,
dari tim asuhan kesehatan saya” • Mengembangkan Teknik untuk Mencegah
• Pengembangan Keterampilan Kambuh
• Mengikuti Panduan Perilaku
KARS Dr.Nico Lumenta
KARS Dr.Nico Lumenta
KARS Dr.Nico Lumenta
3. PPA sbg Tim Interdisiplin dgn
Kolaborasi Interprofesional
Profesional Pemberi Asuhan Clinical
PPA Team Leader
Dalam SNARS Ed 1.1. DPJP

PPJA
Apoteker

Profesional Pemberi Asuhan :


PPA
• Profesional yg secara langsung Tugas Mandiri,
memberikan asuhan kpd pasien, Lainnya Dietisien Tugas Kolaboratif,
a.l. DPJP, PPJA, R.Dietisien, Tugas Delegatif
Apoteker, dan Lainnya.
• Kompetensi Profesi & Kompetensi
utk Kolaborasi Interprofesional
• Tugas Mandiri, Tugas Kolaboratif, (KARS, 2018)
Tugas Delegatif/Mandat
Standar AP.4
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) bekerja secara tim memberikan
asuhan pasien terintegrasi, masing2 melakukan asesmen berbasis
pengumpulan Informasi , melakukan analisis utk membuat rencana
asuhan (IAR), dengan DPJP sebagai ketua tim asuhan yg
mengintegrasikan asuhan, termasuk menentukan prioritas kebutuhan
mendesak bagi pasien rawat inap.

Asuhan Pasien Terintegrasi


Elemen Penilaian AP.4
1. Ada bukti hasil asesmen awal dan asesmen ulang oleh masing-
masing PPA diintegrasikan. (D,W)
2. Ada bukti hasil asesmen dianalisis utk membuat rencana asuhan.
(D,W)
3. Berdasarkan hasil asesmen dan rencana asuhan PPA lainnya,
DPJP mengintegrasikan rencana asuhan dan tindak lanjutnya.
(lihat PAP 2.1, PAP 5) (D,W)
➢Standar PAP.2.
Ditetapkan proses utk melakukan integrasi dan koordinasi pelayanan dan
asuhan kpd setiap pasien.
Integrasi Pelayanan
*MPP-Case Manager*
➢Elemen Penilaian PAP.2.
1. Ada regulasi yg mengatur pelayanan dan asuhan terintegrasi di dan
antar berbagai unit pelayanan (R)
2. Rencana asuhan diintegrasikan dan dikoordinasikan di dan antar
berbagai unit pelayanan (lihat juga ARK.2, EP 3) (D,O,W)
3. Pemberian asuhan diintegrasikan dan dikoordinasikan di dan antar
berbagai unit pelayanan (D,O,W)
4. Hasil atau simpulan rapat dari tim PPA atau diskusi lain ttg kerjasama
didokumentasikan dalam CPPT. (D,W)
➢Standar PAP.2.1.
Rencana asuhan individual setiap pasien dibuat dan didokumentasikan
IAR  Plan of Care

DPJP – Clinical Leader


➢Elemen Penilaian PAP. 2.1.
1. Ada regulasi ttg asuhan utk setiap pasien direncanakan oleh dokter
penanggung jawab pelayanan (DPJP), perawat dan PPA lainnya sesudah
pasien masuk rawat inap. (R)
2. Rencana asuhan dibuat utk setiap pasien dan dicatat oleh PPA yg
memberikan asuhan di rekam medis pasien (D,W)
3. Rencana asuhan pasien terintegrasi, dibuat dgn sasaran berdasarkan
data asesmen awal dan kebutuhan pasien. (D,W)
4. Rencana asuhan dievaluasi secara berkala sesuai kondisi pasien,
dimutakhirkan atau direvisi oleh tim PPA berdasar asesmen ulang (D,W)
5. Perkembangan tiap pasien dievaluasi berkala dan dibuat notasi pada
CPPT oleh DPJP sesuai kebutuhan dan diverifikasi harian oleh DPJP
(D,W)
1 ASESMEN
PASIEN
(Periksa Pasien)
 IAR

Profesional
ASUHAN
Pemberi
PASIEN
Asuhan

2 PEMBERIAN-
PELAYANAN /
IMPLEMENTASI-
RENCANA
MONITORING
Proses Asuhan Pasien Diagram
IAR
Patient Care

1 Asesmen Pasien Pencatatan:


(Skrining, “Periksa Pasien”)
PPA : 1. Informasi dikumpulkan : Asesmen
I Awal
Dokter Anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
Perawat diagnostik / lain, dsb
Bidan 2. Analisis informasi : A Asesmen
Apoteker Menetapkan Diagnosis, Masalah, Risiko
Ulang
Nutrisionis Untuk mengidentifikasi Kebutuhan Yan Pasien
SOAP
Dietisien 3. Rencana Asuhan/Plan of Care : R
Teknisi Merumuskan rencana dan sasaran terukur Tenaga Gizi :
Medis Untuk memenuhi Kebutuhan Yan Pasien ADIME
(Penata- (Assessment, Diagnosis,
Intervention (+Goals),
Anestesi)
Pemberian Pelayanan
Monitoring, Evaluation)
Terapis Fisik 2
Implementasi Rencana
Intervensi, Monitoring
Asesmen Ulang
Proses Asuhan Pasien
2 blok proses, oleh masing2 PPA
1. Asesmen Pasien  “IAR”
S 1. INFORMASI DIKUMPULKAN : anamnesa, pemeriksaan AP 1, 1.1, 1.2, 1.3, 1.4,
O fisik, pemeriksaan lain / penunjang, dsb I 1.4.1, 1.5, 4. SKP 6.
2. ANALISIS INFORMASI : menghasilkan kesimpulan a.l. ARK 1, 1.1, 1.2, 2.3, 3.3,
Masalah, Kondisi, Diagnosis, 4, 4.1, 4.2, 4.3, 5, 5.2.
A untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan pasien A AP 1.1, 1.2, 1.3. SKP 6.

P 3. RENCANA PELAYANAN / Plan of Care, ARK 2.1. PAP 2, PAP


R 2.1, 5, AP 2, PAB 5, 7,
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan pasien
7.3. SKP 6.

2. Implementasi Rencana, ARK 3.2. PAP 2, EP 2,


Pemberian Pelayanan, PAP 5 EP 2 & 3, PAB 3
EP 5, 5.3, 6, 7.3. PKPO
Intervensi,Monitoring 6, 7
78
Interprofessionality
 Interprofessional Collaboration (IPC)
When multiple health workers from different professional
backgrounds work together with patients, families,
carers, and communities to deliver the highest quality of
care

 Interprofessional Education (IPE)


When students from two or more professions learn about,
from and with each other to enable effective collaboration
and improve health outcomes
(FrameworkKARS
for Action onLumenta
Dr.Nico Interprofessional Education & Collaborative Practice, WHO, 2010)
PPA : Kompetensi Kolaborasi Interprofesional
Interprofessional Collaborative Practice Competency
Domains

Interprofessional Education Collaborative Expert Panel.. Core competencies for interprofessional collaborative practice:
Report of an expert panel. Washington, D.C.: Interprofessional Education Collaborative, (2011)
Kompetensi pada Kolaborasi Interprofesional (38)

Ranah Kompetensi 1: Values/Ethics for Interprofessional Practice (10)

Bekerja bersama PPA lain untuk memelihara iklim saling respek (menghormati) dan
berbagi nilai2.
Ranah Kompetensi 2: Roles/Responsibilities (9)

Menggunakan pengetahuan dari peran masing2 guna memperoleh dan mengatasi


kebutuhan layanan kesehatan dari pasien dan populasi yang dilayani.
Ranah Kompetensi 3: Interprofessional Communication (8)
Berkomunikasi dengan pasien, keluarga, komunitas, dan PPA lain dengan cara yang
responsif dan bertanggung jawab yang mendukung suatu pendekatan tim dalam
pemeliharaan kesehatan serta pengobatan penyakit.
Ranah Kompetensi 4: Teams and Teamwork (11)

Menerapkan nilai2 membangun-relasi dan prinsip2 dinamika tim untuk kinerja efektif
dalam tim dgn peran yang berbeda untuk merencanakan dan memberikan asuhan
berfokus pasien-/populasi yang aman, tepat waktu, efisien, dan wajar.

Interprofessional Education Collaborative Expert Panel.. Core competencies for interprofessional collaborative practice:
Report of an expert panel. Washington, D.C.: Interprofessional Education Collaborative, (2011)
PPA
sebagai
Tim Interdisiplin

(Febr 2015
17 pages)
What Are Multidisciplinary Rounds? - MDR
MDR are a patient-centered model MDR adalah asuhan model patient-
of care, emphasizing safety and centered, menekankan safety dan
efficiency, that enable all members efisiensi, yang memberdayakan
of the team caring for patients to semua anggota tim asuhan pasien
offer individual expertise and untuk memberikan keahlian
contribute to patient care in a individunya dan menambahkan
concerted fashion asuhan pasien dalam gaya/pola
yang disepakati
With MDR, disciplines come together, Dengan MDR, para PPA berkumpul,
informed by their clinical expertise, to melalui keahlian mereka,
coordinate patient care, determine mengkoordinasikan asuhan pasien,
care priorities, establish daily goals, menetapkan prioritas asuhan,
and plan for potential transfer or menetapkan sasaran/goal harian,
discharge. dan merencanakan pemindahan atau
pemulangan
(How to Guide : Multidisciplinary Rounds. Institute for Healthcare Improvement, updated February 2015 )
Why Is It Important to Conduct Multidisciplinary Rounds?
Effective MDR can be a powerful MDR yang efektif dapat menjadi
vehicle for: wahana yang kuat bagi :
o Coordinating care among o Koordinasi asuhan antar disiplin
disciplines o Penelaahan status pasien terkini
o Reviewing current patient status o Menjelaskan goal dan outcome
o Clarifying patient goals and pasien
outcomes o Menciptakan suatu perencanaan
o Creating a comprehensive plan of asuhan yang komprehensif
care
MDR provide a formal mechanism MDR menjadi mekanisme formal
for daily communication among the bagi komunikasi harian antar tim
care team, patients, and families asuhan, pasien, dan keluarga
regarding: berkenaan dengan :
o Identification of safety risks o Identifikasi risiko safety
o Identification of daily goals o Identifikasi sasaran/goal harian
(How to Guide : Multidisciplinary Rounds. Institute for Healthcare Improvement, updated February 2015 )
Why Is It Important to Conduct Multidisciplinary Rounds?

MDR facilitate protocol or MDR memfasilitasi penggunaan


guideline use and understanding protokol atau guideline / pedoman
among the care team, providing: dan pemahaman antara tim
o A consistent approach asuhan, dalam memberikan
o Education and teaching o Suatu pendekatan yang
opportunities konsisten
o Kesempatan edukasi dan
pembelajaran
• MDR provide consistency for • MDR merupakan sarana
process improvement peningkatan proses yang
konsisten

(How to Guide : Multidisciplinary Rounds. Institute for Healthcare Improvement, updated February 2015 )
5. Manajer Pelayanan Pasien
Case Manager
KESINAMBUNGAN PELAYANAN

*Standar ARK. 3.1


RS menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses kesinambungan
pelayanan di RS dan koordinasi diantara profesional pemberi asuhan
(PPA) dibantu oleh manajer pelayanan pasien (MPP)/Case Manager.

Manajer Pelayanan Pasien (MPP)


/ Case Manager
Elemen penilaian ARK.3.1
1. Ada regulasi ttg proses dan pelaksanaan utk mendukung
kesinambungan dan koordinasi asuhan, termasuk paling sedikit
mencakup a). s/d e). yg dimuat di Maksud dan Tujuan ARK.3.1, sesuai
regulasi RS (lihat juga TKP.10) (R)

87
2. Ada penunjukkan MPP dgn uraian tugas a.l. dlm konteks menjaga
kesinambungan dan koordinasi pelayanan bagi individu pasien melalui
komunikasi dan kerjasama dgn PPA dan pimpinan unit serta mencakup
butir f. s/d m. (D,W)
3. Pasien diskrining utk kebutuhan pelayanan manajemen pelayanan pasien
(D,W)
4. Pasien yg mendapat pelayanan MPP, pencatatannya dilakukan dalam Form
MPP dan selalu diperbaharui utk menjamin komunikasi dengan PPA.(D,W)
5. Kesinambungan dan koordinasi proses pelayanan didukung dgn
menggunakan perangkat pendukung, spt rencana asuhan PPA, catatan
MPP, panduan, atau perangkat lainnya. (D,O,W)
6. Kesinambungan dan koordinasi dapat dibuktikan di semua tingkat/fase
asuhan pasien. (D,O,W)

88
➢Standar PAP.2.
Ditetapkan proses utk melakukan integrasi dan koordinasi pelayanan dan
asuhan kpd setiap pasien.

Integrasi Pelayanan
*MPP-Case Manager*
➢Elemen Penilaian PAP.2.
1. Ada regulasi yg mengatur pelayanan dan asuhan terintegrasi di dan
antar berbagai unit pelayanan (R)
2. Rencana asuhan diintegrasikan dan dikoordinasikan di dan antar
berbagai unit pelayanan (lihat juga ARK.2, EP 3) (D,O,W)
3. Pemberian asuhan diintegrasikan dan dikoordinasikan di dan antar
berbagai unit pelayanan (D,O,W)
4. Hasil atau simpulan rapat dari tim PPA atau diskusi lain ttg kerjasama
didokumentasikan dalam CPPT. (D,W)
MANAJER PELAYANAN PASIEN / CASE MANAGER

DPJP
PPJA MPP :
PPJA Apoteker • ARK 3.1. – MPP
Clinical Leader :
• PAP 2 –
• Kerangka pokok
asuhan Pasien, Integrasi Inter
Keluarga Unit
• Koordinasi
• AP 4 – Integrasi
• Kolaborasi
inter PPA
• Sintesis
• Interpretasi Lainnya Dietisien • ARK 2.2. –
Kelola Alur
• Review
Pasien
• Integrasi asuhan
• PAP 2.4 – KTD
• ARK 3.3. –
Yan Kes (MPP bukan Transfer
MIRM 13.1. –
MPP
/ RS Lain PPA aktif) •
Transfer
 MPP bukanlah PPA aktif Yan • PAP 1 – Asuhan
Case Manager Seragam
 Shift pagi Keuangan/
Billing Asuransi Dokter
 Ratio 1 : 25 Pasien
Perusahaan/ Keluarga
- Kompleksitas Pasien Employer BPJS
- Kebutuhan RS
• Pembayar
• Perusahaan
• Asuransi
Output CM : MPP :
 Kontinuitas Pelayanan • ARK 3.1. – MPP
 Pelayanan dgn Kendali • PAP 2 – Integrasi Inter Unit
Mutu dan Biaya • AP 4 – Integrasi inter PPA
 Pelayanan yg memenuhi ARK 2.2. – Kelola Alur Pasien
MPP

kebutuhan Pasien-Kel pd • ARK 3.3. – Transfer
ranap s/d dirumah • MIRM 13.1. – Transfer
 Good Patient Care Case • PAP 1 – Keseragaman Asuhan
Manager

(*Pemandu, *Laison/
Penghubung/“Jembatan”) • RS
Pasien • PPA
Keluarga • Rohaniwan
• Unit2
• Keuangan
Asuhan Pasien Terintegrasi :
Triple Aim PCC
PPA `

*Sasaran
PPA* Kebutuhan
Pasien
MPP Pasien
PAP 2.1.

*Harapan/ Sasaran
/ Case Mgr
Sistem Pasien*
Pendukung
Keluarga,Teman,
RT-Tetangga dsb
AP 1, ARK 1,
1. Pemahaman Pasien ttg asuhan HPK 2.2.
(penyakit,tindakan)
2. Kepuasan pasien
3. Kemampuan mengambil keputusan • Penerapan PCC >
*Sasaran terkait asuhan
4. Keterlibatan & pemberdayaan
• Kolaborasi PPA >
MPP* 5. Kepatuhan thd PPA • Kendali mutu asuhan
6. Kemandirian pasien • Kendali biaya asuhan
ARK 3.1. 7. Dukungan keluarga/yg lain pasien • Kendali safety asuhan  MPP bukanlah PPA aktif
8. Pemulangan aman  Shift pagi
9. Kesesuaian asuhan dgn  Ratio 1 : 25 Pasien
kebutuhannya - Kompleksitas Pasien
(Nico Lumenta, 2019) 10. Kesinambungan pelayanan - Kebutuhan RS
• MPP me navigasi melalui 9 fase
• Berulang & Cyclical Proses Manajemen
• Berpusat pd pasien Pelayanan Pasien
• Sistem support dari pasien
Form A Form B Level bervariasi berdasarkan pengaturan
MPP MPP praktik. Termasuk pengumpulan data yg
s/d Selesai dibutuhkan untuk fase Evaluasi hasil

Perenca Implemen Tindak Proses Evalua


Skrining Asesmen
naan tasi lanjut Transisi si hasil
(Koordinasi
Asuhan)

Stratifik Kedalaman fase ini bervariasi berdasarkan pada Komunikasi


pengaturan praktik MnPP. Misalnya. Risiko stratifikasi
asi adalah penting dalam asuransi kes, asuhan kronis dll. Pasca
Risiko Dalam perawatan akut / jangka panjang Risiko Transisi
stratifikasi dapat dikombinasikan dengan fase
Asesmen

(CCMC, Commission for Case Manager Certification, 2011)


6. Segitiga Sasaran PCC
(Triple Aim PCC)
Asuhan Pasien Terintegrasi :
Triple Aim PCC
PPA `

*Sasaran
PPA* Kebutuhan
Pasien
MPP Pasien
PAP 2.1.

*Harapan/ Sasaran
/ Case Mgr
Sistem Pasien*
Pendukung
Keluarga,Teman,
RT-Tetangga dsb
AP 1, ARK 1,
1. Pemahaman Pasien ttg asuhan HPK 2.2.
(penyakit,tindakan)
2. Kepuasan pasien
3. Kemampuan mengambil keputusan • Penerapan PCC >
*Sasaran terkait asuhan
4. Keterlibatan & pemberdayaan
• Kolaborasi PPA >
MPP* 5. Kepatuhan thd PPA • Kendali mutu asuhan
6. Kemandirian pasien • Kendali biaya asuhan
ARK 3.1. 7. Dukungan keluarga/yg lain pasien • Kendali safety asuhan  MPP bukanlah PPA aktif
8. Pemulangan aman  Shift pagi
9. Kesesuaian asuhan dgn  Ratio 1 : 25 Pasien
kebutuhannya - Kompleksitas Pasien
(Nico Lumenta, 2019) 10. Kesinambungan pelayanan - Kebutuhan RS
Segitiga Sasaran PCC
“Triple Aim PCC”

*Sasaran *Harapan AP 1, ARK 1,


PAP 2.1.
PPA* / Sasaran HPK 2.2.
(+BPIS)
Pasien*

Harapan/Sasaran terkait
1. Diagnosis
2. Terapi, Obat,
1. Pemahaman Pasien ttg asuhan
Tindakan
(penyakit,tindakan) 3. Fungsi Fisik, Mental
2. Kepuasan pasien 4. Lain2
3. Kemampuan mengambil keputusan terkait asuhan
4. Keterlibatan & pemberdayaan
5. Kepatuhan thd PPA
6. Kemandirian pasien *Sasaran
7. Dukungan keluarga/yg lain pasien
8. Pemulangan aman MPP* ARK 3.1.

9. Kesesuaian asuhan dgn kebutuhannya


10. Kesinambungan pelayanan (Nico Lumenta, 2019)
1.Diagnosis
Harapan /
2.Terapi, Obat, Tindakan
Sasaran
3.Fungsi Fisik, Mental
Pasien
4.Lain2

1. Pemahaman Pasien ttg asuhan (penyakit,tindakan)


2. Kepuasan pasien
3. Kemampuan mengambil keputusan terkait asuhan
4. Keterlibatan & pemberdayaan
MPP 5. Kepatuhan thd PPA
6. Kemandirian pasien
7. Dukungan keluarga/yg lain pasien
8. Pemulangan aman
9. Kesesuaian asuhan dgn kebutuhannya
10.Kesinambungan pelayanan
Proses Asuhan Pasien
Patient Care

1 Asesmen Pasien Pencatatan:


(Skrining, “Periksa Pasien”)
1. Informasi dikumpulkan : Asesmen
I Awal
Anamnesa, pemeriksaan, pemeriksaan lain /
penunjang, dsb
PPA : 2. Analisis informasi :
Dokter
A Asesmen
Menetapkan Diagnosis / Masalah / Kondisi
Ulang
Perawat Untuk mengidentifikasi Kebutuhan Yan Pasien
SOAP
Apoteker 3. Rencana Asuhan/Plan of Care : Triple Aim PCC :
Dietisien R 1. Sasaran PPA
Merumuskan rencana dan sasaran terukur
Lainnya Untuk memenuhi Kebutuhan Yan Pasien 2. Sasaran /
Harapan Pasien
3. Sasaran MPP
2 Pemberian Pelayanan,
Implementasi Rencana,
Intervensi, Monitoring
Asesmen Ulang (KARS, 2012)
7. Kolaborasi Pendidikan Pasien
@Standar MKE 6 : RS menyediakan edukasi untuk menunjang partisipasi
pasien dan keluarga dalam proses asuhan.
1. Elemen Penilaian MKE 6
2. Terdapat penetapan organisasi promosi kesehatan RS yg mengoordinasikan
pemberian edukasi kepada pasien sesuai dengan peraturan perUUan. (R)
3. Terdapat bukti organisasi promosi kesehatan RS telah berfungsi sesuai
dengan peraturan perUUan. (D,W)
4. Edukasi dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan pasien dan keluarga di
seluruh RS. (D,O,W)

@Standar MKE 7 : PPA yang memberikan edukasi harus mampu memberikan


edukasi secara efektif.
Elemen Penilaian MKE 7
1. PPA sudah terampil melakukan komunikasi efektif. (D,W)
2. PPA memiliki pengetahuan yang cukup tentang materi yg diberikan. (W)
Elemen Penilaian MKE 6 Telusur Skor
1. Terdapat penetapan organisasi promosi R Regulasi tentang penetapan unit/komite/panitia/tim PKRS 10 TL
kesehatan rumah sakit yang termasuk pedoman kerja dan program - -
mengkoordinasikan pemberian edukasi 0 TT
kepada pasien sesuai peraturan perUUan
(R)
2. Terdapat bukti organisasi promosi D Bukti tentang laporan pelaksanaan kegiatan PKRS 10 TL
kesehatan rumah sakit telah berfungsi W  Pimpinan unit/komite/panitia/tim PKRS 5 TS
sesuai peraturan perUUan.(D,W)  Staf unit/komite/panitia/tim PKRS 0 TT
3. Edukasi dilaksanakan sesuai dengan D Bukti tentang laporan pelaksanaan edukasi 10 TL
kebutuhan pasien dan keluarga di seluruh O Lihat pelaksanaan pemberian edukasi 5 TS
RS. (D,O,W) W  Pimpinan unit/komite/panitia/tim PKRS 0 TT
 Staf unit/komite/panitia/tim PKRS
 Pasien dan keluarga
Elemen Penilaian MKE 7 Telusur Skor
1. Profesional pemberi asuhan (PPA) sudah D Bukti tentang pelaksanaan pelatihan komunikasi efektif 10 TL
terampil melakukan komunikasi efektif (D,W) 5 TS
W PPA 0 TT
2. Profesional Pemberi Asuhan (PPA) W  PPA 10 TL
memiliki pengetahuan yang cukup tentang  Pasien/keluarga 5 TS
materi yang diberikan (W) 0 TT
@Standar MKE 8 : Agar edukasi pasien dan keluarga dapat efektif maka staf
harus melakukan asesmen kemampuan, kemauan belajar, dan kebutuhan
edukasi yang dicatat di dalam rekam medis.
Elemen Penilaian MKE 8
1. Dilakukan asesmen kemampuan dan kemauan belajar pasien serta keluarga yang meliputi a)
s/d e) maksud dan tujuan yang dicatat di rekam medis. (D,O)
2. Dilakukan asesmen kebutuhan edukasi untuk pasien dan dicatat di rekam medis. (D,O).
3. Hasil asesmen digunakan untuk membuat perencanaan kebutuhan edukasi. (D,O)

Untuk merencanakan edukasi dilakukan asesmen:


a) keyakinan serta nilai-nilai pasien dan keluarga;
b) kemampuan membaca, tingkat pendidikan, dan bahasa yang digunakan;
c) hambatan emosional dan motivasi;
d) keterbatasan fisik dan kognitif;
e) kesediaan pasien untuk menerima informasi.
Elemen Penilaian MKE 8 Telusur Skor
1. Dilakukan asesmen kemampuan dan D Bukti tentang pelaksanaan asesmen kemampuan dan 10 TL
kemauan belajar pasien dan keluarga kemauan belajar pasien a) s/d e) dalam rekam medis 5 TS
yang meliputi a) sampai dengan e) di pasien 0 TT
maksud dan tujuan dan dicatat di rekam
medis.(D,O) O Lihat rekam medis pasien
2. Dilakukan asesmen kebutuhan D Bukti tentang pelaksanaan asesmen kebutuhan edukasi 10 TL
edukasi untuk pasien dan dicatat di 5 TS
rekam medis (D,O). O Lihat rekam medis pasien 0 TT

3. Hasil asesmen digunakan untuk D Bukti tentang perencanaan edukasi sesuai hasil 10 TL
membuat perencanaan kebutuhan asesmen dalam rekam medis 5 TS
edukasi (D,O) O Lihat rekam medis pasien 0 TT
@Standar MKE 9 : Pemberian edukasi merupakan bagian penting dalam
proses asuhan kepada pasien.
Elemen Penilaian MKE 9
1. Terdapat bukti terhadap pasien dijelaskan mengenai hasil asesmen, diagnosis, dan rencana
asuhan yang akan diberikan. (D,W) (lihat juga HPK 2.1)
2. Terdapat bukti terhadap pasien dijelaskan hasil asuhan dan pengobatan termasuk hasil
asuhan dan pengobatan yang tidak diharapkan. (D,W) (lihat juga PAP 2.4 dan HPK 2.1)
3. Terdapat bukti edukasi asuhan lanjutan di rumah. (D,W)
4. Bila dilakukan tindakan medik yang memerlukan persetujuan tindakan kedokteran (informed
consent), pasien dan keluarga belajar tentang risiko dan komplikasi yang dapat terjadi untuk
dapat memberikan persetujuan. (D,W)
5. Pasien dan keluarga diberikan edukasi mengenai hak dan tanggung jawab mereka untuk
berpartisipasi pada proses asuhan. (D,W) (lihat juga HPK 2.2)
Elemen Penilaian MKE 9 Telusur Skor
1. Terdapat bukti terhadap pasien dijelaskan tentang D Bukti tentang pelaksanaan pemberian penjelasan tentang hasil asesmen, 10 TL
hasil asesmen, diagnosis dan rencana asuhan yang diagnosa dan rencana asuhan 5 TS
akan diberikan. (D,O) (Lihat juga HPK.2.1) O Lihat rekam medis pasien 0 TT
2. Terdapat bukti pasien dijelaskan tentang hasil D Bukti tentang pelaksanaan pemberian edukasi oleh DPJP dan PPJA 10 TL
asuhan dan pengobatan termasuk hasil asuhan dan tentang hasil asuhan dan pengobatan termasuk hasil asuhan yang tidak 5 TS
pengobatan yang tidak diharapkan. (D,W) (Lihat juga diharapkan 0 TT
PAP.2.4 dan HPK 2.1) W  DPJP
 PPJA
 Pasien/keluarga
3. Terdapat bukti edukasi asuhan lanjutan di rumah. D Bukti pelaksanaan pemberian edukasi oleh DPJP, PPJA, MPP tentang 10 TL
(D,W) asuhan lanjutan di rumah 5 TS
W  DPJP 0 TT
 PPJA
 MPP
4. Bila dilakukan tindakan medik yang memerlukan D Bukti pelaksanaan pemberian edukasi tentang risiko dan komplikasi 10 TL
persetujuan tindakan kedokteran (informed consent), tindakan medik yang akan dilakukan 5 TS
pasien dan keluarga belajar tentang risiko dan W  DPJP 0 TT
komplikasi yang dapat terjadi untuk dapat  Pasien/keluarga
memberikan persetujuan. (D,W)
5. Pasien dan keluarga diberikan edukasi mengenai D Bukti pelaksanaan pemberian edukasi tentang hak, kewajiban dan 10 TL
hak dan tanggung jawab mereka untuk berpartisipasi tanggungjawab pasien untuk berpartisipasi dalam proses asuhan 5 TS
pada proses asuhan (D,W) (lihat juga HPK.2.2) W  PPA 0 TT
 Staf klinis
 Pasien/keluarga
@Standar MKE 10 : Edukasi pasien dan keluarga termasuk topik berikut ini,
terkait dengan pelayanan pasien: penggunaan obat yang aman, penggunaan
peralatan medis yang aman, potensi interaksi antara obat dan makanan,
pedoman nutrisi, manajemen nyeri, dan teknik rehabilitasi.
Elemen Penilaian MKE 10
1. Pemberian edukasi kpd pasien dan keluarga terkait dgn asuhan yg diberikan meliputi
penggunaan obat2-an secara efektif dan aman, potensi efek samping obat, potensi interaksi
obat antarobat konvensional, obat bebas, serta suplemen atau makanan. (D,W)
2. Pemberian edukasi kpd pasien dan keluarga terkait dgn asuhan yg diberikan meliputi
keamanan dan efektivitas penggunaan peralatan medis. (D,W)
3. Pemberian edukasi kpd pasien dan keluarga terkait dengan asuhan yg diberikan meliputi
diet dan nutrisi yang memadai. (D,W) (lihat juga PAP.4 EP 7)
4. Pemberian edukasi kpd pasien dan keluarga terkait dengan asuhan yg diberikan meliputi
manajemen nyeri. (D,W) (lihat juga HPK 2.5 dan PAP 6 ; AP 1.3)
5. Pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga terkait dengan asuhan yg diberikan
meliputi teknik rehabilitasi. (D,W)
6. Pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga terkait dengan asuhan yang diberikan
meliputi cara cuci tangan yang aman. (D,W,S) (lihat juga SKP 5 dan PPI 9 EP 6)
Elemen Penilaian MKE 10 Telusur Skor
1. Pemberian edukasi kepada pasien dan D Bukti pelaksanaan pemberian edukasi tentang: 10 TL
keluarga terkait dengan asuhan yang 1) penggunaan obat-obatan secara efektif dan aman 5 TS
diberikan meliputi penggunaan obat- 2) potensi efek samping obat 0 TT
obatan secara efektif dan aman, potensi 3) potensi interaksi obat antar obat konvensional, obat
efek samping obat, potensi interaksi bebas, serta suplemen atau makanan
obat antarobat konvensional , obat (regulasi lihat MKE 1 EP 1)
bebas serta suplemen atau makanan W  Apoteker
(D,W)  Pasien/keluarga
2. Pemberian edukasi kepada pasien dan D Bukti pelaksanaan pemberian edukasi tentang keamanan 10 TL
keluarga terkait dengan asuhan yang dan efektivitas penggunaan peralatan medis 5 TS
diberikan meliputi keamanan dan 0 TT
efektivitas penggunaan peralatan medis W  DPJP/PPJA/PPA lainnya
(D,W)  Pasien/keluarga
3. Pemberian edukasi kepada pasien dan D Bukti pelaksanaan pemberian edukasi tentang diet dan 10 TL
keluarga terkait dengan asuhan yang nutrisi yang memadai. 5 TS
diberikan meliputi diet dan nutrisi yang 0 TT
memadai (D,W) (lihat juga PAP.4 EP 7) W  Dietisien
 Pasien/keluarga
Elemen Penilaian MKE 10 Telusur Skor
4. Pemberian edukasi kepada pasien dan D Bukti pelaksanaan pemberian edukasi tentang asesmen 10 TL
keluarga terkait dengan asuhan yang nyeri dan manajemen nyeri 5 TS
diberikan meliputi manajemen nyeri 0 TT
(D,W) (lihat juga HPK.2.5 dan PAP.6 ; W  DPJP
AP.1.5)  PPJA
 staf klinis
 Pasien/keluarga
5. Pemberian edukasi kepada pasien dan D Bukti pelaksanaan pemberian edukasi tentang teknik 10 TL
keluarga terkait dengan asuhan yang rehabilitasi 5 TS
diberikan meliputi teknik rehabilitasi 0 TT
(D,W) W  DPJP/fisioterapis
 Pasien/keluarga
6. Pemberian edukasi kepada pasien dan D Bukti pelaksanaan pemberian edukasi tentang cara cuci 10 TL
keluarga terkait dengan asuhan yang tangan 5 TS
diberikan meliputi cara cuci tangan yang W  PPJA/PPA lainnya/Tim PPI 0 TT
aman (D,W,S) (lihat juga SKP.5 dan PPI.9  Pasien/keluarga
EP 6) S Peragaan cuci tangan
@Standar MKE 11 : Metode edukasi mempertimbangkan nilai2 dan pilihan
pasien dan keluarga, serta memperkenankan interaksi yang memadai
antara pasien-keluarga dan staf klinis agar edukasi efektif dilaksanakan.
Elemen Penilaian MKE 11
1. PPA harus menyediakan waktu yang adekuat dalam memberikan edukasi. (W)
2. Bila diperlukan, pemberian edukasi kpd pasien dan keluarga diberikan secara kolaboratif
oleh PPA terkait. (D,W)
3. Pada proses pemberian edukasi, staf harus mendorong pasien dan keluarga untuk
bertanya dan memberi pendapat agar dapat sebagai peserta aktif. (W,S)
4. Terdapat bukti dilakukan verifikasi utk memastikan pasien dan keluarga dapat memahami
materi edukasi yg diberikan. (D,W)
5. Informasi verbal diperkuat dengan materi tertulis. (D,W)
Elemen Penilaian MKE 11 Telusur Skor
1. Profesional pemberi asuhan (PPA) harus W  PPA 10 TL
menyediakan waktu yang adekuat dalam  Pasien/keluarga 5 TS
memberikan edukasi (W) 0 TT
2. Bila diperlukan, pemberian edukasi D Bukti tentang materi edukasi kolaboratif 10 TL
kepada pasien dan keluarga diberikan secara 5 TS
kolaboratif oleh professional pemberi asuhan 0 TT
(PPA) terkait. (D,W) W PPA terkait
3. Pada proses pemberian edukasi, staf W  PPA 10 TL
harus mendorong pasien dan keluarga untuk  Staf klinis 5 TS
bertanya dan memberi pendapat agar dapat  Pasien/keluarga Staf pemberi edukasi 0 TT
sebagai peserta aktif. (W,S)
S Peragaan staf klinis dalam pemberian edukasi
4. Terdapat bukti dilakukan verifikasi untuk D Bukti pelaksanaan verifikasi 10 TL
memastikan pasien dan keluarga dapat 5 TS
memahami materi edukasi yang diberikan W  PPA 0 TT
(D,W)  Staf klinis
 Pasien /keluarga
5. Informasi verbal diperkuat dengan materi D Bukti materi edukasi tertulis 10 TL
tertulis. (D,W) 5 TS
0 TT
8. Integrated Clinical Pathway
UU no 29/2004 Praktik Kedokteran

Pasal 44 Pasal 50 & 51

Standar Standar Profesi


Pelayanan Standar Prosedur
Kedokteran Operasional

Permenkes 1438/2010
Standar Pelayanan Kedokteran
Prinsip dasar : Std Pelayanan Kedokteran terdiri dari
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran - PNPK dan SPO
PNPK (Pedoman Nasional
Literatur:
Pelayanan Kedokteran) Artikel asli
Terutama untuk penyakit yang banyak, Meta-analisis
mahal, risiko, bervariasi dalam praktik PNPK (asing)
Dibuat oleh pakar multidisiplin
Ideal, terkini, evidence-based, canggih Buku ajar, etc
Dikoordinasi Kemenkes, disahkan Menkes Panduan profesi, Direktorat,
Kesepakatan staf medis
Diterjemahkan ke fasyankes
menjadi:

Standar Prosedur Operasional = PPK

Dapat +
Sesuai dengan Pathways Dapat dilakukan
Algoritme tanpa
Jenis dan strata
menunggu PNPK
(hospital specific) Protokol
Prosedur
(Sudigdo Sastroasmoro, Konsorsium Upaya Kesehatan,
Ditjen BUK - Kemenkes RI, 2015) Standing orders
267 hal
MENETAPKAN PRIORITAS CP YANG
AKAN DIBUAT
1. HIGH VOLUME (BERDASARKAN DATA
TAHUN YANG LALU)
2. HIGH VARIATION
3. HIGH COST
4. KASUS KOMPLEX
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
 PPK Apendisitis Akut
 PPK Benign Prostat Hyperplasia
 PPK Fraktur Terbuka
 PPK Hernia Inguinalis
 PPK Total Knee Arthroplasty/Replacement
 PPK Demam Tifoid
 PPK Diare Akut
 PPK Kejang Demam
 PPK DHF
 PPK Pneumonia
 PPK Stroke Hemoragik
 PPK Stroke Iskemik
 PPK Perdarahan Subarachnoid
 PPK Placenta Previa Pada Kehamilan Aterm
PANDUAN ASUHAN PANDUAN ASUHAN PANDUAN ASUHAN
KEPERAWATAN GIZI KEFARMASIAN
 PAK Apendisitis Akut  PAG Apendisitis  PAKf Terkait Permasalahan Obat
 PAK Benign Prostat Hyperplasia  PAG Demam Tifoid / Drug Related Problem pd
 PAK Fraktur Long Bone  PAG Diare Akut Apendisitis
 PAK Total Knee Replacement  PAG Kejang Demam  PAKf Terkait Permasalahan Obat
/ DRP pd Hernia Inguinalis
 PAK Diare Akut  PAG Demam Berdarah
 PAKf Terkait Permasalahan Obat
 PAK Kejang Demam Sederhana  PAG Bronkopneumonia / DRP pd Demam Tifoid
 PAK Placenta Previa Totalis  PAG Stroke  PAKf Terkait Permasalahan Obat
 PAG Placenta Previa Totalis / DRP pd Diare
 PAKf Terkait Permasalahan Obat
/ DRP pd Kejang Demam
 PAKf Terkait Permasalahan Obat
/ DRP pd DBD
Prinsip Penyusunan
Clinical Pathway / Alur Klinis

PPK
+  Algoritme, Protokol, Prosedur, Standing orders
+
Panduan Asuhan Keperawatan, Panduan Asuhan Gizi, Panduan
Asuhan Kefarmasian, Panduan Asuhan PPA lainnya

*Asuhan Pasien Terintegrasi* 118


(TIM PERSI PENYUSUN CLINICAL PATHWAY GUIDELINE , DES 2015)
7. Integrated Clinical Pathway
UU no 29/2004 Praktik Kedokteran

Pasal 44 Pasal 50 & 51

Standar Standar Profesi


Pelayanan Standar Prosedur
Kedokteran Operasional

Permenkes 1438/2010
Standar Pelayanan Kedokteran
Prinsip dasar : Std Pelayanan Kedokteran terdiri dari
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran - PNPK dan SPO
PNPK (Pedoman Nasional
Literatur:
Pelayanan Kedokteran) Artikel asli
Terutama untuk penyakit yang banyak, Meta-analisis
mahal, risiko, bervariasi dalam praktik PNPK (asing)
Dibuat oleh pakar multidisiplin
Ideal, terkini, evidence-based, canggih Buku ajar, etc
Dikoordinasi Kemenkes, disahkan Menkes Panduan profesi, Direktorat,
Kesepakatan staf medis
Diterjemahkan ke fasyankes
menjadi:

Standar Prosedur Operasional = PPK

Dapat +
Sesuai dengan Pathways Dapat dilakukan
Algoritme tanpa
Jenis dan strata
menunggu PNPK
(hospital specific) Protokol
Prosedur
(Sudigdo Sastroasmoro, Konsorsium Upaya Kesehatan,
Ditjen BUK - Kemenkes RI, 2015) Standing orders
267 hal
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
 PPK Apendisitis Akut
 PPK Benign Prostat Hyperplasia
 PPK Fraktur Terbuka
 PPK Hernia Inguinalis
 PPK Total Knee Arthroplasty/Replacement
 PPK Demam Tifoid
 PPK Diare Akut
 PPK Kejang Demam
 PPK DHF
 PPK Pneumonia
 PPK Stroke Hemoragik
 PPK Stroke Iskemik
 PPK Perdarahan Subarachnoid
 PPK Placenta Previa Pada Kehamilan Aterm
Prinsip Penyusunan
Clinical Pathway / Alur Klinis

PPK
+  Algoritme, Protokol, Prosedur, Standing orders
+
Panduan Asuhan Keperawatan, Panduan Asuhan Gizi, Panduan
Asuhan Kefarmasian, Panduan Asuhan PPA lainnya

*Asuhan Pasien Terintegrasi* 124


(TIM PERSI PENYUSUN CLINICAL PATHWAY GUIDELINE , DES 2015)
9. Integrated Discharge Planning
*Standar ARK. 3.
Asesmen awal termasuk menetapkan kebutuhan perencanaan
pemulangan pasien.
Perencanaan Pemulangan Pasien (P3)
/ Discharge Planning

Elemen Penilaian ARK.3


1. RS menetapkan proses penyusunan perencanaan pemulangan
pasien (P3), dimulai pd asesmen awal rawat inap dan menetapkan
kriteria pasien yg membutuhkan P3. (R)
2. Proses P3 dan pelaksanaannya dicatat di Rekam Medis sesuai
regulasi RS. (D,W) (lihat AP 2, lihat ARK 4)

126
*Standar ARK.4.1.
RS bekerjasama dengan praktisi kesehatan diluar RS ttg tindak lanjut
pemulangan. - Aspek pemulangan pasien
- P3 / discharge planning
- TL di rumah
Elemen penilaian ARK.4.1
1. Ada bukti pemulangan pasien yg rencana pemulangannya kompleks
(discharge planning) dimulai sejak awal pasien masuk ranap
melibatkan semua PPA terkait serta difasilitasi oleh MPP, utk
kesinambungan asuhan sesuai dgn kondisi kesehatan dan
kebutuhan pelayanan pasien. (D,W)
2. Pada tindak lanjut pemulangan pasien bila diperlukan dapat
ditujukan kepada fasilitas kesehatan baik perorangan ataupun
institusi yg berada di komunitas dimana pasien berada yg bertujuan
utk memberikan bantuan pelayanan.(D)

127
(Std APK 3 EP 3, AP 1.11)
Discharge Planning
Transisi & Kontinuitas Yan
Keluarga :
Asuhan
Dirumah

Pra Admisi : Yan


o eLOS Rawat inap Dirumah Sosial
o Rujukan

Yan
Discharge Planning Follow-up
Edukasi, Pelatihan spesifik : Pasien-Kel Penunjang,
• Awal & durante • Ke RS Yan Kes
Rehab
ranap • Telpon Primer
• Kriteria dilingkungan
• Tim Multidisiplin Proses Pulang :
• Keterlibatan o 24-48 jam pra-pulang
Pasien-Kel o Penyiapan Yan dilingkungan
• Antisipasi masalah o Kriteria pulang +
• Program Edukasi o Resume pasien pulang
/Pelatihan o Transport
o dsb

Discharge Planning
• Cegah Komplikasi
Pasca Discharge
• Cegah Readmisi
Standards for integrated discharge planning

Standard 1: Communication and consultation


Appropriate and effective mechanisms shall be in place for communication and consultation
on matters relating to integrated discharge planning, with key stakeholders within and outside
the organisation.

Standard 2: Organisational structure and accountability


Responsibility for integrated discharge planning shall be clearly defined and there shall be
clear lines of accountability throughout the organization.

Standard 3: Management and key personnel


Appropriately qualified key personnel shall be in place to ensure that the integrated discharge
planning service is provided safely, efficiently and cost-effectively.

Standard 4: Education and training


Education and Training in relevant aspects of integrated discharge planning shall be provided
to all new and existing staff members (both permanent and temporary).

(Code of Practice for Integrated Discharge Planning, Health Service Executive, 2008)
Standard 5: Operational policies and procedures
Written policies, procedures and guidelines for the integrated discharge planning process shall
be based on the Health Service Executive Recommended Practices for Integrated
Discharge Planning (Part 3), shall be available, implemented and shall reflect relevant
legislation and published professional guidance.

Standard 6: Integrated discharge planning process


Integrated discharge planning shall include the patient and as appropriate, the family/carer in
the development and implementation of the patient’s discharge plan and shall ensure that
steps are taken to address necessary linkages with other healthcare providers in order to
ensure a seamless transition from one stage of care to the next.

Standard 7: Audit and monitoring


Audits shall be carried out to ensure that the procedures for integrated discharge planning con-
form to the required Standards and that the processes undertaken conform to the procedures.
The audit results shall be used to identify opportunities for improvement

(Code of Practice for Integrated Discharge Planning, Health Service Executive, 2008)
2. DPJP sebagai Clinical Leader
Standar AP.4
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) bekerja secara tim memberikan
asuhan pasien terintegrasi, masing2 melakukan asesmen berbasis
pengumpulan Informasi , melakukan analisis utk membuat rencana
asuhan (IAR), dengan DPJP sebagai ketua tim asuhan yg
mengintegrasikan asuhan, termasuk menentukan prioritas kebutuhan
mendesak bagi pasien rawat inap.

Asuhan Pasien Terintegrasi


Elemen Penilaian AP.4
1. Ada bukti hasil asesmen awal dan asesmen ulang oleh masing-masing
PPA diintegrasikan. (D,W)
2. Ada bukti hasil asesmen dianalisis utk membuat rencana asuhan.
(D,W)
3. Berdasarkan
Berdasarkan hasil
hasil asesmen
asesmen dan
dan rencana
rencana asuhan
asuhan PPA
PPAlainnya,
lainnya, DPJP
DPJP
mengintegrasikan
mengintegrasikan rencana
rencana asuhan
asuhan dan
dan tindak
tindak lanjutnya.
lanjutnya. (lihat
(lihat PAP
PAP 2.1,
PAP 5) (D,W)
2.1, PAP 5) (D,W)
➢Standar PAP.2.1.
Rencana asuhan individual setiap pasien dibuat dan didokumentasikan
IAR  Plan of Care
Rencana Terintegrasi
DPJP – Clinical Leader
➢ Elemen Penilaian PAP. 2.1.
1. Ada regulasi ttg asuhan utk setiap pasien direncanakan oleh dokter penanggung jawab
pelayanan (DPJP), perawat dan PPA lainnya sesudah pasien masuk rawat inap. (R)
2. Rencana asuhan dibuat utk setiap pasien dan dicatat oleh PPA yg memberikan asuhan di
rekam medis pasien (D,W)
3. Rencana asuhan pasien terintegrasi, dibuat dgn sasaran berdasarkan data asesmen awal
dan kebutuhan pasien. (D,W)
4. Rencana asuhan dievaluasi secara berkala sesuai kondisi pasien, dimutakhirkan atau
direvisi oleh tim PPA berdasar asesmen ulang (D,W)
5. Perkembangan tiap pasien dievaluasi berkala dan dibuat notasi pada CPPT oleh DPJP
5. sesuai kebutuhan
Perkembangan dan
tiap diverifikasi
pasien harian
dievaluasi oleh DPJP
berkala (D,W)notasi pada CPPT oleh DPJP
dan dibuat
sesuai kebutuhan dan diverifikasi harian oleh DPJP (D,W)
DPJP
Gambaran kegiatan Clinical Leader, sbg “motor” integrasi asuhan

1. Secara rutin saat visit pasien tiap pagi DPJP membaca semua catatan2
di CPPT dari para PPA -24 jam-, terkait asesmen, perkembangan
pasien, pelaksanaan pelayanan, juga dari form2 lain a.l. “Nurse’s note”,
Form gizi, dll. POLA KEGIATAN DPJP SEHARI-HARI
Sebagai Clinical Leader
2. Melakukan review, interpretasi, sintesis dari rencana dan
CPPT : Kolom Review & Verifikasi DPJP
pelaksanaannya (Std PAP 2.1. EP 5)
3. Menyusun skala prioritas
4.Memberi catatan / notasi pd CPPT utk a.l. perhatian,
koreksi, arahan, instruksi dsb sebagai wujud integrasi !! Bila
diperlukan.
5.Atau bila asuhan sudah sesuai dgn rencana & sasaran, cukup
memberi paraf (= verifikasi) pada CPPT, beri paraf pd pojok
kanan bawah lembar CPPT akhir 24 jam
134
CPPT : CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI 5
2
Kolaborasi PPA
3 4 REVIEW &
1 melalui CPPT
HASIL ASESMEN PASIEN DAN PEMBERIAN PELAYANAN Instruksi PPA
VERIFIKASI DPJP
(Tulis Nama, beri Paraf,
Profesional Termasuk Pasca Bedah Tgl, Jam)
Tgl, Jam
Pemberi Asuhan (Tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai Sasaran. Tulis Nama, beri Paraf (Instruksi ditulis dgn (DPJP harus
pada akhir catatan) rinci dan jelas) membaca/mereview
seluruh Rencana
Asuhan)
2/2/2015 Perawat S : Nyeri akut lutut kiri sejak 1-2 jam • Monitoring nyeri tiap 30’
Jm 8.00 O : skala nyeri VAS : 7 • Lapor DPJP
TD 165/90, N 115/m, Frek Nafas : 30/m • Kolaborasi pemberian
A : Nyeri akut arthritis gout anti inlamasi & analgesic
P : Mengatasi nyeri dalam 2 jam dgn target VAS <4
Paraf..
*Lapor 2 jam lagi skala
nyeri
*Foto Ro Lutut hari ini bila
2/2/2015 Dokter S : Nyeri lutut kiri akut sejak pagi nyeri mereda/toleransi
Jm 8.30 O : Lutut kiri agak merah, nyeri tekan, skala NRS 7-8, hangat pd palpasi. cukup
A : Gouty Arthritis - flare Genu Sinistra
P : inj steroid xx mg , tab colchicine 2 X 0,6 mg/hari.
Paraf …
Dst….
Paraf
Catatan/Notasi DPJP … … … … … … … … … … DPJP
… … … … … … … … … … … … …+paraf DPJP per akhir 24 jam
Asuhan Terintegrasi
Rencana Asuhan Terinterasi

Rencana Asuhan
Masing2 PPA
(EP 1,2,3; SOAP masing2, +Sasaran) Rencana Asuhan
Terintegrasi
dalam 1 form
DPJP (EP 3)
Mereview & Verifikasi
(EP 5)

Integrasi Asuhan
Pasien
➢Standar PAP.2.
Ditetapkan proses utk melakukan integrasi dan koordinasi pelayanan dan
asuhan kpd setiap pasien.
Integrasi Pelayanan
*MPP-Case Manager*
➢Elemen Penilaian PAP.2.
1. Ada regulasi yg mengatur pelayanan dan asuhan terintegrasi di dan
antar berbagai unit pelayanan (R)
2. Rencana asuhan diintegrasikan dan dikoordinasikan di dan antar
berbagai unit pelayanan (lihat juga ARK.2, EP 3) (D,O,W)
3. Pemberian asuhan diintegrasikan dan dikoordinasikan di dan antar
berbagai unit pelayanan (D,O,W)
4. Hasil atau simpulan rapat dari tim PPA atau diskusi lain ttg kerjasama
didokumentasikan dalam CPPT. (D,W)
4. CPPT – Catatan Perkembangan
Pasien Terintegrasi dan Komunikasi
antar PPA
Standar AP.2
RS menetapkan regulasi untuk melakukan asesmen ulang bagi semua
pasien dengan interval waktu berdasarkan kondisi, tindakan, untuk melihat
respons pasien, dan kemudian dibuat rencana kelanjutan asuhan dan atau
rencana pulang.
Asesmen ulang
SOAP, semua PPA
Elemen Penilaian AP.2
1. Ada regulasi ttg asesmen ulang oleh DPJP, perawat dan PPA lainnya utk
evaluasi respons pasien thd asuhan yg diberikan sbg tindak lanjut. (lihat
juga, ARK 3, PAP.5; PAB.6.1; MPO.7) (R)
2. Ada bukti pelaksanaan asesmen ulang medis dilaksanakan minimal satu
kali sehari, termasuk akhir minggu / libur utk pasien akut (D,W)
3. Ada bukti pelaksanaan asesmen ulang oleh perawat minimal satu kali per
shift atau sesuai dgn perubahan kondisi pasien. (D,W)
4. Ada bukti asesmen ulang oleh PPA lainnya dilaksanakan dgn interval
sesuai regulasi RS. (D,W)
Standar AP.2.1
RS menetapkan regulasi hasil asesmen ulang dicatat di rekam medis
dan didokumentasikan dengan baik dan dapat dengan cepat dan mudah
ditemukan kembali dalam rekam medis.
- Urutan lembar dlm RM
- Penataan “on going”
- CPPT
Elemen Penilaian AP.2.1
1. RS menetapkan pengaturan urutan penyimpanan lembar2 RM agar
mudah dicari kembali diakses dan terstandar, PPA dpt menemukan dan
mencari kembali hasil asesmen di rekam medis. (R)
2. Asesmen ulang dicatat di dokumen Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi (CPPT). (D)
Maksud dan Tujuan AP.2 dan AP.2.1
Asesmen ulang oleh semua PPA merupakan faktor penting untuk evaluasi thd keputusan ttg
asuhannya sudah benar dan efektif. Dilakukan asesmen ulang dgn interval waktu yg
didasarkan atas kebutuhan dan rencana asuhan, dan digunakan sbg dasar rencana pulang
pasien sesuai dgn regulasi RS. Hasil asesmen ulang dicatat di rekam medik pasien/CPPT sbg
informasi utk di gunakan oleh semua PPA (Lihat juga, ARK.3).
CPPT minimal terdiri dari kolom: 1)Tanggal dan jam, 2)Profesional Pemberi Asuhan,
3)Hasil asesmen dan Pemberian pelayanan (tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai
Sasaran, tulis nama, beri paraf pada akhir catatan), 4)Instruksi PPA termasuk pasca bedah
(instruksi ditulis dengan rinci dan jelas), 5)Review dan Verifikasi DPJP (tulis nama, beri paraf,
tgl, jam). DPJP harus membaca/mereview seluruh rencana asuhan.

Asesmen ulang oleh DPJP memperhitungkan asuhan pasien selanjutnya. Seorang DPJP
melakukan asesmen thd pasien akut sekurang-kurangnya setiap hari, termasuk di akhir minggu
/libur, dan jika ada perubahan penting kondisi pasien.
Asesmen ulang dilakukan dan dicatat di CPPT berbasis IAR dgn metode SOAP, gizi dapat
dengan metode ADIME, dgn memperhatikan:
(Maksud dan Tujuan AP.2 dan AP 2.1)
….dengan memperhatikan:
• Interval sepanjang asuhan pasien (contoh, perawat mencatat secara tetap, tanda-
tanda vital (TTV), asesmen nyeri, detak jantung dan suara paru, sesuai kondisi
pasien)
• Setiap hari oleh DPJP thd pasien
• Sebagai respons terhadap perubahan penting kondisi pasien.
• Jika diagnosis pasien berubah dan dibutuhkan perubahan rencana asuhan
• Menentukan apakah pengobatan dan tindakan lain berhasil dan pasien dapat
dipindah atau pulang
Temuan pada asesmen digunakan sepanjang proses pelayanan utk mengevaluasi
kemajuan pasien dan utk memahami kebutuhan untuk asesmen ulang. Karena itu
sangat perlu bhw asesmen medis, keperawatan dan asesmen PPA lain yg berarti,
dicatat dan didokumentasikan dgn baik dan dapat dgn cepat dan mudah ditemukan
kembali dlm rekam medis atau dari lokasi lain yg ditentukan standar dan digunakan
oleh staf yg melayani pasien.
Standar TKRS 3.2
Rumah sakit mempunyai regulasi untuk memastikan terselenggaranya
komunikasi efektif di rumah sakit.

Elemen Penilaian TKRS 3.2


1. Ada regulasi yang mengatur pertemuan di setiap dan antartingkat di RS.
(R)
2. Ada regulasi komunikasi efektif antar PPA dan
antarunit/instalasi/departemen pelayanan. (R)
3. Ada bukti terselenggaranya pertemuan di setiap dan antar tingkat di RS.
(D,W)
4. Ada bukti komunikasi efektif antar PPA dan
antarunit/instalasi/departemen pelayanan sudah dilaksanakan (D,W)
5. Ada bukti pelaksanaan pemberian informasi yang tepat waktu, akurat,
dan relevan di lingkungan RS. (D,W)
6. Direktur/direksi dan para kepala bidang/divisi RS sudah menyampaikan
informasi tentang capaian program sesuai visi, misi, dan rencana
strategik kepada staf RS. (lihat MKE 4) (D,W)
Standar SKP.2
RS menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses meningkatkan
efektivitas komunikasi verbal dan atau komunikasi melalui telpon antar-
PPA.

Elemen Penilaian SKP.2


1. Ada regulasi tentang komunikasi efektif antar PPA. (lihat juga TKRS
3.2). (R)
2. Ada bukti pelatihan komunikasi efektif antar PPA. (D,W)
3. Pesan secara verbal atau verbal lewat telpon ditulis lengkap, dibaca
ulang oleh penerima pesan, dan dikonfirmasi oleh pemberi pesan. (lihat
juga AP 5.3.1 di maksud dan tujuan). (D,W,S)
4. Penyampaian hasil pemeriksaaan diagnostik secara verbal ditulis
lengkap, dibaca ulang, dan dikonfirmasi oleh pemberi pesan secara
lengkap. (D,W,S)
Standar SKP.2.2
RS menetapkan dan melakanakan proses komunikasi “serah terima”
(hand over).

Elemen Penilaian SKP.2.2


1. Ada bukti catatan tentang hal-hal kritikal dikomunikasikan di antara
PPA pada waktu dilakukan serah terima pasien (hand over). (lihat juga
MKE 5). (D,W)
2. Formulir, alat, dan metode ditetapkan untuk mendukung proses serah
terima pasien (hand over) bila mungkin melibatkan pasien. (D,W)
3. Ada bukti dilakukan evaluasi tentang catatan komunikasi yang terjadi
waktu serah terima pasien (hand over) untuk memperbaiki proses.
(D,W)
Standar MIRM 13.1
Rekam medis pasien memuat informasi yang memadai untuk mengidentifikasi
pasien, mendukung diagnosis, justifikasi pengobatan, dokumen pemeriksaan
dan hasil pengobatan, serta meningkatkan kesinambungan asuhan di antara
PPA termasuk manajer pelayanan pasien (MPP).

Elemen Penilaian MIRM 13.1


1. Ada regulasi tentang isi spesifik dari berkas rekam medis pasien yang ditentukan oleh RS
untuk kesinambungan asuhan oleh PPA (R)
2. Rekam medis berisi informasi yang memadai untuk mengidentifikasi pasien. (D,O)
3. Rekam medis berisi informasi yang memadai untuk mendukung diagnosis. (D,O)
4. Rekam medis berisi informasi yang memadai untuk memberi justifikasi asuhan dan
pengobatan. (D,O)
5. Rekam medis berisi informasi yg memadai untuk mendokumentasikan pemberian dan hasil
pengobatan. (D,O)
6. Aktivitas MPP dicatat dalam rekam medis. (D,O,W)
Standar MIRM 13.4
Dalam upaya perbaikan kinerja, RS secara teratur melakukan evaluasi
atau review rekam medis.

Elemen Penilaian MIRM 13.4


1. RS menetapkan individu atau tim yang melakukan review rekam medis
secara berkala. (R)
2. Rekam medis pasien di-review secara berkala. (D,W)
3. Review menggunakan sampel yang mewakili. (D,W)
4. Fokus review adalah pada ketepatan waktu, keterbacaan, dan
kelengkapan rekam medis. (D,W)
5. Proses review termasuk isi rekam medis harus sesuai dengan
peraturan dan per-UU-an. (D,W)
6. Proses review termasuk rekam medis pasien yang masih dirawat dan
pasien yang sudah pulang. (D,W)
7. Hasil review dilaporkan secara berkala kepada direktur RS. (D,W)
Standar MKE 5
Informasi asuhan pasien dan hasil asuhan dikomunikasikan antar staf
klinis selama bekerja dalam sif atau antar sif.

Elemen Penilaian MKE 5


1. Terdapat regulasi tentang tata cara berkomunikasi. (R)
2. Informasi kondisi pasien antar staf klinis termasuk PPA berdasar atas
proses yang sedang berjalan atau pada saat penting tertentu dalam
proses asuhan ditulis dalam rekam medis. (D,O)
3. Setiap pasien setelah rawat inap dibuat ringkasan pulang. (D,W) (lihat
juga MIRM 15)
IGD Rawat Jalan
Pulang/ Pulang/
Rujuk Rujuk
1. D/ baru
Asesmen Awal Asesmen Awal 2. D/Lama
>30 hari,
kronis >3
bln
Asesmen Ulang
Asesmen Ulang
CPPT

Pulang/
Rawat Inap Rujuk

Asesmen Ulang
Asesmen Awal
CPPT
CPPT : CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI 5
2
Kolaborasi PPA
3 4 REVIEW &
1 melalui CPPT
HASIL ASESMEN PASIEN DAN PEMBERIAN PELAYANAN Instruksi PPA
VERIFIKASI DPJP
(Tulis Nama, beri Paraf,
Profesional Termasuk Pasca Bedah Tgl, Jam)
Tgl, Jam
Pemberi Asuhan (Tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai Sasaran. Tulis Nama, beri Paraf (Instruksi ditulis dgn (DPJP harus
pada akhir catatan) rinci dan jelas) membaca/mereview
seluruh Rencana
Asuhan)
2/2/2015 Perawat S : Nyeri akut lutut kiri sejak 1-2 jam • Monitoring nyeri tiap 30’
Jm 8.00 O : skala nyeri VAS : 7 • Lapor DPJP
TD 165/90, N 115/m, Frek Nafas : 30/m • Kolaborasi pemberian
A : Nyeri akut arthritis gout anti inlamasi & analgesic
P : Mengatasi nyeri dalam 2 jam dgn target VAS <4
Paraf..
*Lapor 2 jam lagi skala
nyeri
*Foto Ro Lutut hari ini bila
2/2/2015 Dokter S : Nyeri lutut kiri akut sejak pagi nyeri mereda/toleransi
Jm 8.30 O : Lutut kiri agak merah, nyeri tekan, skala NRS 7-8, hangat pd palpasi. cukup
A : Gouty Arthritis - flare Genu Sinistra
P : inj steroid xx mg , tab colchicine 2 X 0,6 mg/hari.
Paraf …
Dst….
Paraf
Catatan/Notasi DPJP … … … … … … … … … … DPJP
… … … … … … … … … … … … …+paraf DPJP per akhir 24 jam
Standar AP.2
RS menetapkan regulasi untuk melakukan asesmen ulang bagi semua
pasien dengan interval waktu berdasarkan kondisi, tindakan, untuk melihat
respons pasien, dan kemudian dibuat rencana kelanjutan asuhan dan atau
rencana pulang.
Asesmen ulang
SOAP, semua PPA
Elemen Penilaian AP.2
1. Ada regulasi ttg asesmen ulang oleh DPJP, perawat dan PPA lainnya utk
evaluasi respons pasien thd asuhan yg diberikan sbg tindak lanjut. (lihat
juga, ARK 3, PAP.5; PAB.6.1; MPO.7) (R)
2. Ada bukti pelaksanaan asesmen ulang medis dilaksanakan minimal satu
kali sehari, termasuk akhir minggu / libur utk pasien akut (D,W)
3. Ada bukti pelaksanaan asesmen ulang oleh perawat minimal satu kali per
shift atau sesuai dgn perubahan kondisi pasien. (D,W)
4. Ada bukti asesmen ulang oleh PPA lainnya dilaksanakan dgn interval
sesuai regulasi RS. (D,W)
Standar AP.2.1
RS menetapkan regulasi hasil asesmen ulang dicatat di rekam medis
dan didokumentasikan dengan baik dan dapat dengan cepat dan mudah
ditemukan kembali dalam rekam medis.
- Urutan lembar dlm RM
- Penataan “on going”
- CPPT
Elemen Penilaian AP.2.1
1. RS menetapkan pengaturan urutan penyimpanan lembar2 RM agar
mudah dicari kembali diakses dan terstandar, PPA dpt menemukan dan
mencari kembali hasil asesmen di rekam medis. (R)
2. Asesmen ulang dicatat di dokumen Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi (CPPT). (D)
➢Maksud dan Tujuan PAP.2.1.
-Rencana asuhan menjelaskan asuhan dan pengobatan/tindakan yang diberikan
kepada seorang pasien. Rencana asuhan memuat satu paket tindakan yang
dilakukan oleh profesional pemberi asuhan (PPA) untuk memecahkan atau
mendukung diagnosis yang ditegakkan melalui asesmen. Tujuan utama rencana
asuhan adalah memperoleh hasil klinis yang optimal.
-Proses perencanaan bersifat kolaboratif menggunakan data berasal dari asesmen
awal dan asesmen ulang yang dilakukan oleh dokter dan PPA lainnya (perawat,
ahli gizi, apoteker, dsb.) untuk mengetahui dan menetapkan prioritas tindakan,
prosedur, dan asuhan PPA lainnya untuk memenuhi kebutuhan pasien. Rencana
asuhan yang baik menjelaskan asuhan individual, objektif, dan sasaran dapat diukur
untuk memudahkan asesmen ulang serta revisi rencana asuhan.
-Pasien dan keluarga dilibatkan dalam proses perencanaan. Berdasar atas hasil
assesmen ulang, rencana asuhan diperbaharui atau disempurnakan untuk dapat
menggambarkan kondisi pasien terkini. Rencana asuhan didokumentasikan di
rekam medik pasien.
-Rencana asuhan pasien harus terkait dengan kebutuhan pasien. Kebutuhan ini
mungkin berubah sebagai hasil dari proses penyembuhan klinis atau ada informasi
baru hasil asesmen ulang (contoh, hilangnya kesadaran, hasil laboratorium yang
abnormal) (lihat PAP 8.7; PAP 9). (lihat AP 2).
-Rencana asuhan direvisi berdasar atas perubahan-perubahan ini dan
didokumentasikan di rekam medis pasien sebagai catatan dari rencana semula
atau hal ini dapat menghasilkan rencana asuhan baru.
-Salah satu cara untuk membuat rencana asuhan adalah mengetahui dan
menetapkan sasaran-sasaran. Sasaran terukur dapat dipilih oleh DPJP dan
bekerja sama dengan perawat dan PPA lainnya. Sasaran terukur dapat diamati
dan dapat dicapai terkait dengan asuhan pasien dan dari hasil klinis yang
diharapkan. Pendekatan sasaran dapat menggunakan SMART (Spesifik,
Measurable: dapat diukur, Achievable: dapat dilaksanakan, Realistik dan Time:
target waktu).
Contoh dari sasaran realistik dan terukur sebagai berikut:
 Kondisi…..
Contoh dari sasaran realistik dan terukur sebagai berikut:
 kondisi pasien kembali dengan fungsi (out put) jantung stabil melalui detak
jantung, irama jantung, dan tekanan darah berada di kisaran normal;
 pasien dapat menunjukkan mampu memberi sendiri suntikan insulin sebelum
pasien pulang keluar dari rumah sakit;
 pasien mampu berjalan dengan “walker” (alat bantu untuk berjalan)
menuju ruangan tamu dan kedua kakinya mampu menanggung beban berat
badan.
-DPJP sebagai ketua tim PPA melakukan evaluasi/review berkala dan verifikasi
harian merupakan upaya untuk menjaga terlaksananya asuhan terintegrasi dan
DPJP dapat membuat notasi sesuai dengan kebutuhan. (lihat AP 4)
-Catatan: Rumah sakit dapat memakai suatu pola, sebagai tambahan, satu
rencana asuhan terintegrasi, dengan sasaran-sasaran yang diharapkan oleh PPA.
Pola ini memang pada dasarnya lebih baik daripada rencana terpisah oleh PPA
masing-masing.
Contoh
Rencana Asuhan Terintegrasi
Std PAP 2.1 EP 3
156
KARS, Nico A. Lumenta
PASIEN
Pasien

Quality & Safety


Profesional
Sistem Pelayanan Pemberi
Klinis Asuhan
Asuhan Pasien / Patient Care

Manajemen
Perawat
Sistem Fisio
Manajemen terapis Apoteker

KODEKI Pasal 18 Dokter “BPIS”


Pasien Ahli
Setiap Dr memperlakukan Gizi
Radio
teman sejawatnya grafer Lainnya
Analis
sebagaimana ia sendiri
ingin diperlakukan “Enthusiatic Patient”
“Kepuasan Pasien”

Pasien KARS Dr.Nico Lumenta


Barrier to Patient Centered Care :

 Pasien
• Sikap yang pasif
• Kurang percaya diri bertanya
• Tidak cukup pengetahuan utk analisis informasi
• Status social-ekonomi
• Cara pandang dan budaya yang keliru
 Dokter/Staf
• Kurangnya pengetahuan, pelatihan ttg PCC
• Kurang waktu, impractical (cara pikir yang berbelit)
• Kurang motivasi
• Kurang dihargai
• Tidak terlatih menangkap ekspresi pasien ttg nilai, ide, perasaan
• Sulit diimplementasi, tidak jelas akan adanya perbaikan outcome
 Rumah Sakit
• RS yang enggan melakukan perubahan
• Kurangnya sumber daya
• Dunn,N : Practical Issues Around Putting The Patient in Centre of Care, J R Soc Med. Jul 2003
• Bensberg, M :Patient Centred Care Literatur Review, Dandenong District Division of General Practice, October 2007
*Standar PP.5
Pasien yg berisiko nutrisi mendapat terapi gizi
Asuhan Gizi Terintegrasi
Elemen Penilaian PP.5
1. Pasien yg pada asesmen berada pada risiko nutrisi,
mendapat terapi gizi.
2. Suatu proses kerjasama dipakai untuk
merencanakan, memberikan dan memonitor terapi
gizi.(lih.juga PP.2, Maksud dan Tujuan)  “Susun bersama” Asesmen Gizi
Lanjutan  ttd bersama !
3. Respon pasien terhadap terapi gizi dimonitor. (lih.juga
AP.2, EP 1)
4. Respon pasien terhadap terapi gizi dicatat dalam
rekam medisnya (lih.juga MKI.19.1, EP 5)
160
RUMAH SAKIT ANAK DAN BUNDA HARAPAN KITA JAKARTA
No. Rekam Medis:
CATATAN Nama Lengkap : _____________, ______________
TINDAKAN Tanggal Lahir
(Nama Keluarga)
: _____________, Jenis Kelamin: L/P
KEPERAWATAN Ruang........................................................
Tanggal :
No. Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
Jam
1 Gangguan sistem per- Mengisap lendir
napasan: Melakukan inhalasi/fisioterapi dada*
(pilih & lingkari: a, b, c atau
d) Mendengarkan bunyi paru
Menilai gawat napas (Score Downe)
a. Bersihan jalan napas Mengatur posisi pasien: sedikit ekstensi, fowler/semi fowler*
tidak efektif. Memberikan O2……..Liter/menit, Metode…………………
Memantau SpO2
b. Pola napas tidak Melakukan RJP/Resusitasi Bayi Baru Lahir (neonatus)*
adekuat Memasang NCPAP
Mengobservasi adanya sianosis/retraksi/napas cuping hidung*
c. Gangguan pertukaran Mengambil darah arteri untuk pemeriksaan AGD
gas Kolaborasi pemasangan ETT
Kolaborasi pemberian koreksi asam/basa
d. Risiko gawat janin Memantau Bunyi Jantung Janin
Memantau gerakan janin
…………………………………………………………………...........
…………………………………………………………………...........
2 Gangguan cairan, Menimbang Berat Badan/Mengukur Tinggi/Panjang badan*
elektrolit & nutrisi: Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi
(pilih & lingkari: a, b, c atau
d) Memberi makan/minum melalui oral/NGT*
Memasang OGT/NGT*
a. Kekurangan/kelebihan* Menghitung produksi urin/diuresis
volume cairan tubuh Memantau/mencatat intake-output
Menghitung balance cairan
b. Gangguan Memasang infus/iv catheter/Melepas infus/Merawat infus*
keseimbangan cairan Mengukur tanda-tanda vital
dan elektrolit Mengkaji refleks isap
Menilai residu
c. Perubahan nutrisi: Menyendawakan bayi
kurang/lebih* dari Melakukan konseling menyusui
kebutuhan tubuh Membantu ibu menyusui bayinya
Memantau adanya perdarahan
d. Risiko/aktual* Menilai kontraksi uterus pasca persalinan 161
perdarahan …………………………………………………………………...........
…………………………………………………………………...........
…………………………………………………………………...........
1/2

162
• Pelaksanaan Asuhan Pasien Terintegrasi terdiri dari
1. Keterlibatan & Pemberdayaan Pasien-Keluarga
2. DPJP sbg Clinical Leader
3. PPA sbg Tim, Kolaborasi Interprofesional
4. CPPT – Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
5. Manajer Pelayanan Pasien / Case Manager
6. Integrated Clinical Pathway
7. Integrated Discharge Planning
8. Asuhan Gizi terintegrasi
• Diperlukan komunikasi efektif antar PPA agar asuhan pasien terintegrasi memang
meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
• Dokumentasi utama komunikasi adalah CPPT
• Pasien sebagai person adalah pusat dalam proses asuhan pasien  Patient Centered Care –
PCC
• Konsep inti PCC :
A. Sisi Pasien : Martabat & Respek, Informasi, Partisipasi, Kolaborasi
B. Sisi PPA : Berpartner dgn Pasien, PPA adalah Tim Interdisiplin, DPJP adalah Clinical
Leader, Asuhan Pasien Terintegrasi
• Pasien & keluarga adalah Mitra PPA  bagian dari tim : mereka ikut memilih alternatif  ikut
merasa memiliki keputusan  ikut bertanggungjawab
PASIEN
Pasien

Quality & Safety


Profesional
Sistem Pelayanan Pemberi
Klinis Asuhan
Asuhan Pasien / Patient Care

Manajemen
Perawat
Sistem Fisio
Manajemen terapis Apoteker

KODEKI Pasal 18 Dokter “BPIS”


Pasien Ahli
Setiap Dr memperlakukan Gizi
Radio
teman sejawatnya grafer Lainnya
Analis
sebagaimana ia sendiri
ingin diperlakukan “Enthusiatic Patient”
“Kepuasan Pasien”

Pasien KARS Dr.Nico Lumenta


dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM, MHKes
Komisi Akreditasi Rumah Sakit
168

Anda mungkin juga menyukai