Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KAJIAN FILOSOFIS TERHADAP METOD DAKWAH


MATA KULIAH : FILSAFAT DAKWAH

DOSEN PENGAMPU : EFI BRATA MADYA. M,Si

DISUSUN OLEH BPI A KELOMPOK 3 :

AINUN NADA (0102201009)


DINNA RAHMAYANI ZEBUA (0102201026)

FADILAH (0102201018)
NABILA (0102201072)
NURDIANA (0102201017)
SALSABILA PUTRI AZZAHRA (0102201070)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATRA UTARA

2020/2021
2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji serta syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan ridha, rahmat, taufiq serta

bimbingan-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Kajian Filosofis

Terhadap Metode Dakwah”. Shalawat serta Salam senantiasa tercurahkan kepada

junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Terima kasih kepada Bapak dosen Efi Brata Madya yang telah memberikan

bimbingan kepada kami. Sebab dengan ini secara tidak langsung pengetahuan kami

bertambah. Semoga Allah SWT selalu merhidhai usaha kita dalam melakukan proses

belajar. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamin.

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas kelompok yang telah

ditugaskan. Selain itu, bertujuan untuk menambah wawasan pembaca. Kami menyadari

bahwa dalam makalah ini masih banyak kelemahan dan kekurangan serta jauh dari dari

kata sempurna disebabkan masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan kami. Dengan

bantuan dan kerjasama yang baik dari anggota kelompok tugas ini dapat terselesaikan

dengan baik.

i
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Medan, 29 April 2021

Tim Penyusun

ii
iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. ................................................................................................ Latar

Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. ................................................................................................ Rumusan

Masalah ...................................................................................... 2

C. ................................................................................................ Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 3

A. ................................................................................................ Filsafat

Dakwah ..................................................................................... 3

B. ................................................................................................ Objek

Kajian Filsafat Dakwah .............................................................. 6

C. ................................................................................................ Kajian

Filosofis Terhadap Metode Dakwah oleh Para Ahli .................... 7

1. ........................................................................................... Amrullah

Ahmad .................................................................................. 8

iv
2. ........................................................................................... Samsul

Munir Amin .......................................................................... 9

3. ........................................................................................... Moh. Ali

Aziz .................................................................................... 10

4. ........................................................................................... Agus

Saeful Muhtadi.................................................................... 10

5. ........................................................................................... Sukriadi

Sambas ............................................................................... 11

6. ........................................................................................... Muhamma

d Shulton............................................................................ 13

BAB III PENUTUP ........................................................................... 15

A. ................................................................................................ Kesimpula

n .............................................................................................. 15

B. ................................................................................................ Saran

15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 16

v
vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini kegiatan keagamaan Islam sering dikaitkan dengan dakwah. Dikutip
Mahmud Yunus (1965: 127) kata dakwah berasal dari bahasa Arab dari kata da’â, yad’ûw,
da’watan bermakna menyeru, memanggil, mengajak dan melayani 1. Dalam kehidupan
sehari-hari dakwah masih dianggap dalam arti sempit. Kebanyakan dari mereka
beranggapan bahwa dakwah merupakan pekerjaan membosankan yang berupa kegiatan
tausiyah, tabligh dan terhubung dengan usztad. Selain hal tersebut, pengertian dakwah juga
masih dikenal sebagai penyampaian materi dakwah yang berasal dari lisan dan ucapan.
Padahal dakwah secara luas adalah tindakan menyeru, mengajak, memanggil, melayani
seorang mad’u kearah yang lebih baik lagi sesuai ajaran Islam.

Berdasarkan asumsi masyarakat yang melekat, hal ini dipandang perlu adanya
kajian dakwah secara fisiologis. Menurut Enjang hal ini sebagai upaya untuk menemukan
dan memahami esensi dan substansi dakwah Islam2. Sebagai upaya ternyata penyampaian
materi dakwah dilakukan dengan metode yang berbeda-beda sesuai situasi dan keadaan
mad’u. Pelaksanaan dakwah ini tentunya tidak sembarang kegiatan penyeruan tanpa
metode dan dasar pemikiran yang jelas. Kajian filosofis tentang dakwah ini dimuat pada
filsafat dakwah.

Alasan di atas menjadi daya tarik penulis untuk menambah wawasan kita mengenai
kajian filosofis terhadap metode dakwah. Selain itu, ketertarikan penulis untuk

1
Abdullah, Ilmu Dakwah; Kajian Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Aplikasi Dakwah, (Bandung: Cipta
Pustaka, 2015), 3.
2
Enjang AS, Dakwah Multi Perspektif: Kajian Filosofis Hingga Aksi, (Bandung: Madrasah Malem
Reboan (MMR) & Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M UIN Sunan Gunung Djati). Halaman 3

1
menyelesaikan makalah ini dikarenakan salah satu tugas yang diberikan oleh dosen
pengampu pada matakuliah filsafat dakwah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di jelaskan di atas, timbul
pertanyaan mengenai:
1. Apakah yang dimaksud filsafat dakwah?
2. Apa saja yang menjadi Objek kajian filsafat dakwah?
3. Bagaimana kajian filosofis terhadap metode dakwah menurut para ahli?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud filsafat dakwah.
2. Untuk mengetahui objek menjadi kajian filsafat dakwah.
3. Untuk mengetahui kajian filosofis terhadap metode dakwah menurut para ahli.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Filsafat Dakwah

Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Yunani philosophia. Dalam bahasa ini, kata
ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dan
sebagainya) dan (sophia = “kebijaksanaan”). Sehingga arti harfiahnya adalah: “cinta
kebijaksanaan”. Kata filosofi serapan dari bahasa Belanda yang dikenal di Indonesia.
Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang
mendalami bidang falsafah disebut “filsuf”, yaitu orang yang mencintai kebijaksanaan atau
‘orang (yang) bijak.

Filsafat dakwah dapat dirumuskan sebagai cabang ilmu dakwah yang membahas
tentang ontologi, epistimologi, dan aksiologi dakwah. Menurut Henry pengetahuan bisa
disebut ilmu apabila memiliki obyek kajian, metodologi, bersifat universal, dan sitematis.
Menurut istilah, filsafat adalah ilmu istimewa Yang menjawab masalah-masalah yang tidak
dapat Dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa, karena masalah-Masalah termaksud di luar
atau di atas jangkauan ilmu Pengetahuan biasa.7 Dalam arti praktis filsafat Mengandung
arti alam berpikir/alam pikiran, sedangkan Berfilsafat ialah: berpikir secara mendalam atau
radikal Atau dengan sungguh-sungguh sampai ke akar-akarnya Terhadap suatu kebenaran,
atau dengan kata lain Berfilsafat mengandung arti mencari kebenaran atas Sesuatu. Filsafat
dapat juga dipahami sebagai kajian atau Pembahasan yang sedalam-dalamnya tentang
sesuatu, Untuk menemukan hakikat dari sesuatu itu. Berbeda Dengan kajian keilmuan,
kajian filsafat setidak-tidaknya Memiliki empat ciri khas.

1. Pertama, bersifat kritis. Artinya mengkaji dan memertanyakan sesuatu secara kritis,
lalu mencoba memberikan jawaban-jawaban atas pertanyaan itu secarakritis.

3
Berpikir kritis adalah sebuah proses yang tidak akan pernah selesai. Seseorang dapat
mencapai sebuah kesimpulan tentatif9 berdasarkan evaluasi dari informasi yang
ada, tetapi jika ada informasi baru yang ditemukan maka proses evaluasi itu pun
harus dijalankan kembali.
2. Kedua, radikal. Dalam arti mengkaji sesuatu untuk menemukan hakikat atau hal
yang paling mendasar dari sesuatu yang dikaji.
3. Ketiga, universal. Dalam pengertian, bahwa filsafat selalu menghendaki perenungan
dan pemikiran terhadap sesuatu seara utuh dan tidak memberi toleransi pada kajian
yang parsialistik-atomistik11, tetapi harus bersifat holistik-universalistik dan
komprehensif.
4. Keempat, spekulatif. Dalam arti bergerak dan Berputar pada pemikiran semata-mata
dan tidak Menuntut bukti empirik. Sehingga setiap pemikiran Kefilsafatan selalu
membutuhkan kekuatan nalar dan Pemikiran cerdas dan cemerlang.

Adapun pengertian filsafat dakwah adalah ilmu Pengetahuan yang mempelajari


secara kritis dan Mendalam tentang dakwah (tujuan dakwah, mengapa Diperlukan proses
komunikasi dan transformasi ajaran Dan nilai-nilai Islam dan untuk mengubah keyakinan,
Sikap dan seseorang khas Islam) dan respon Terhadap dakwah yang dilakukan oleh para
dâ’i dan Mubaligh, sehingga orang yang didakwahi dapat Menjadi manusia-manusia yang
baik dalam arti beriman, Berakhlak mulia seperti yang diajarkan oleh Islam. Atau Dalam
penjelasan yang lain dinyatakan, bahwa dari Pemahaman di atas, maka filsafat dakwah
selanjutnya Dapat dipahami sebagai sebuah kajian yang lengkap Dan utuh terhadap dakwah
yang meliputi semua Unsurnya. Selanjutnya Filsafat Dakwah bisa dinyatakan Sebagai
sebuah kajian kefilsafatan tentang dakwah, yang Bisa dipahami dalam tiga makna.

1. Pertama, kajian tentang dasar-dasar, prinsip-Prinsip dan hal-hal yang dianggap


paling penting Mengenai dakwah.

4
2. Kedua, kajian rasional atau kefilsafatan tentang Prinsip-prinsip dakwah yang digali
dari sumber-sunber Otentik Islam (al-Quran dan as-Sunnah), serta pemikiran
Ulama, sebagai pegangan para da’i dalam melaksanakan Tugas dakwahnya untuk
menggapai ridha Allah.
3. Ketiga, kajian mengenai dakwah yang Memerlihatkan perbedaan-perbedaan
paradigmatik (pola Pemikiran) tentang hal-hal pokok mengenai dakwah. Lebih
lanjut, menurut Syukriadi Sambas25, filsafat Dakwah dapat dijelaskan sebagai
berikut:

Pengertian filsafat dakwah dalam al-Qur’an diturunkan dari Al-Qur’an, yaitu


“Hikmah” (QS an-Nahl/16: 125)

1. Adil, ilmu, sabar, kenabian, al-Qur’an, dan Injil.


2. Ungkapan sesuatu untuk mengetahui sesuatu yang Utama dengan ilmu yang utama,
dan orang yang Melakukan suatu perbuatan dengan cermat dan Teliti disebut hâkim.
3. Al-Hâkim, yaitu orang yang cermat dalam segala Urusan, atau orang yang bijak,
yakni orang yang Telah tertimpa berbagai pengalaman.
4. Al-Hakam atau al-Hâkim, yaitu penguasa dan hakim Yang menghukumi dan
memerbaiki sesuatu.
5. Al-Hikmah, yaitu objek kebenaran (al-Haq) yang Didapat melalui ilmu dan akal.
6. Mencegah perbuatan bodoh, membuat sesuatu Menjadi baik dan mencegah sesuatu
jangan sampai Meleset dari yang dikehendaki.
7. Mencegah orang dari perbuatan
8. tercela.
9. Mencegah kezaliman.

Selanjutnya, pengertian filsafat dakwah Berdasarkan makna filsafat sebagai kegiatan


berpikir Sesuai dengan hukum berpikir, dapat dirumuskan Sebagai berikut:

5
1. Pemikiran yang mendasar, sistematis, logis, dan Menyeluruh tentang dakwah Islam
sebagai sebuah Sistem aktualisasi ajaran Islam di sepanjang jalan.
2. Aktivitas pikiran yang teratur, selaras, dan terpadu Dalam mencandra hakikat
dakwah Islam pada Tataran konsep dan tataran realitas.
3. Pengetahuan murni tentang proses internalisasi, Transmisi, transformasi, dan difusi
Islam di Sepanjang zaman.
4. Analisis logis, radikal, objektif, dan proforsional Dalam membahas term-term
dakwah Islam baik Dari sisi teoritis maupun praktis.

B. Objek kajian Filsafat Dakwah

Filsafat dakwah sebagai landasan pemikiran dari suatu ilmu dalam mencapai tujuan
ilmu, mempunyai obyek kajian yang berbeda dengan ilmu lainnya. Dalam ilmu dakwah,
tujuannya ialah mencapai kebahagiaan yang dirasakan di dunia sesuai dengan perintah Al-
Qur’an dan hadist Nabi.

Secara sederhana obyek kajian filsafat dakwah ialah pemikiran mendalam dan
radikal, logis dan sistematis tentang proses usaha merealisasikam ajaran islam dalam
dataran kehidupan umat manusia melalui strategi, metodologi dan sistem yang relevan
dengan mempertimbangkan dimensi religio-politik-kultural-sosio-psikologi umat.

Obyek formalnya ialah pemikiran yang mendalam, radikal, logis dan sistematis
yang hal tersebut dapat bersentuhan dengan obyek material filsafat keilmuan lainnya.
Sedangkan objek material filsafat dakwah adalah mengkaji tentang Tuhan, manusia,
lingkungan dan ajaran islam. Tuhan yang menurunkan ajaran kepada Rasul merupakan
sumber kebenaran dan sumber tujuan yang akan diraih oleh manusia. Karenanya Tuhan
perlu dikenal, dihayati dan dipahami sehingga manusia dapat mengabdi dan berterimakasih
kepada-Nya. Untuk tujuan tersebut, maka dalam aktivitas dakwah tidak terlepas dengan
pembahasan tuhan dan hubungan dengan manusia. Kemudian dakwah tidak akan berhasil

6
bila tidak ada manusia. Untuk itulah pembahsaan tentang manusia menjadi objek material
dakwah.

Dalam filsafat dakwah kebenaran perlu disampaikan dengan menggunakan strategi,


metode dan media yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pengetahuan masyarakat.
Untuk membedakan filsafat dakwah dengan ilmu lainnya, maka perlu dirumuskan objek
formal filsafat dakwah3. Menurut syukriyanto, objek filsafat dakwah adalah mempelajari
bagaimana hakikat dakwah. Menurut Suisyanto objek formal filsafat dakwah adalah usaha
untuk mendapatkan pengetahuan yang sedalam-dalamnya tentang proses penyampaian
ajaran Islam. Sedangkan menurut Abdul Basyit dalam bukunya Filsafat Dakwah,
menyatakan bahwa objek formal filsafat dakwah yaitu membahas ontologi, epistimologi,
dan aksiologi dakwah.4

C. Kajian Filosofis terhadap Metode Dakwah Menurut Para Ahli


Sebelum kita mengetahui bagaimana metode dakwah menurut para ahli, ada bainya
kita perlu mengetahui apa itu metode. Metode berasal dari bahasa Latin yaitu methodus
yang berarti cara, begitu pula dalam bahasa Inggris Methode artinya cara. Sedangkan
menurut bahasa Indonesia yang dikemukakan oleh Moh Hasan metode adalah suatu

3
Lutfi Ulfa Ni’amah, Filsafat Dakwah yang Terabaikan, Volume 4 No 01. 2016
4
Syukriyanto, Filsafat, hlm 4.

Ontologi berasal dari “on” dan “logos”. “On” berarti ada dan “logos” berarti ilmu. Jadi ontologi berarti ilmu
tentang ada. Dalam antologi dibahas tentang apa hakikat kenyataan. Dari makna tersebut, maka ontologi
dakwah membahas tentang hakikat dakwah.
Epistimologi adalah suatu teori tentang pengetahuan yang berkaitan dengan cara memperoleh pengetahuan
dan metode keilmuan. Epistemologi adalah pemanfaatan prosedur kerja untuk memperoleh pengetahuan yang
benar dengan menggunakan metode ilmiah. Jadi epistemologi dakwah berkaitan dengan prosedur ilmiah
dalam pengembangan keilmuan dakwah.
Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan dengan kegunaan
dari pengetahuan yang diperoleh, dalam hal ini berkaitan dengan kegunaan ilmu dakwah.

7
kerangka kerja dan dasar-dasar pemikiran untuk mendapat cara-cara yang sesuai dan tepat
untuk mencapai suatu tujuan.
Metode dakwah dalam Islam ada banyak disebutkan dalam al-Qur’an dan Hadist,
akan tetapi yang menjadi pedoman pokok dari keseluruhan metode yang ada yakni dimuat
dalam al-Qur’an surat An-nahl ayat 125. Namun terdapat berbagai metode dakwah yang
telah dirumuskan oleh para ahli, diantaranya:

1. Amrullah Ahmad
Menurut Amrullah Ahmad pengembangan ilmu sangat mempertimbangkan
kesesuaian karakteristik objek yang dikaji. Menurutnya objek penyelidikan ilmu
dakwah adalah setiap usaha yang dilakukan oleh setiap muslim atau jama’ah
muslim (lembaga-lembaga dakwah) yang bertujuan mewujudkan Islam dalam
kehidupann fardiyah, Usrah, jama’ah sampai terwujudnya akhlak yang mulia. Sifat
ini kemudian menghendaki beliau dalam memilih metode dakwah yang
komprehensif karena ruang lingkupnya menyentuh berbagai aspek kehidupan
masyarakat. Metode tersebut dikutip dalam bukunya, yakni5:
 Metode Tafsir Mudhu’i. Metode ini untuk mendapatkan jawaban berdasarkan
al-Qur’an terhadap masalah-masalah pada materi dakwah dan lainnya dengan
segala aspeknya. Dalam hal ini ayat-ayat yang membahas tentang masalah
dakwah dikaji dan dicermati secara mendalam untuk menemukan konsep
jawaban yang tepat mengenai materi dakwah dan lainnya.
 Metode Takhrij Hadist. Metode ini diperuntukkan dalam rekonstruksi dakwah
nabi yang bersumber dari hadis dan sirah.
 Metode analisa sistem dakwah. Secara praktis metode ini diperuntukkan untuk
menentukan kebijakan dan program dakwah.

5
Amrullah Ahmad,”Konstruksi keilmuan Dakwah dan Pengembangan Jurusan-Konsentrasi Studi”. Makalah
disampaikan pada seminar Lokakarya “Pengembangan Keilmuan Dakwah dan Prospek Kerja” APDI Unit
Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, Semarang 19-20 Desember 2008”.

8
 Metode historis. Metode ini dipakai dengan melihat dakwah dalam perspektif
waktu.
 Metode reflektif. Yakni metode untuk melakukan abstraksi terhadap temuan-
temuan dalam fakta dakwah.
 Metode riset dakwah partispatif. Metode ini melibatkan da’I dalam proses
transformasi.
 Metode survey. Metode ini untuk melihat peta dakwah sehingga hasil yang
didapat dapat digunakan sebagai dasar memilih materi, metode, da’I dan
strategi dakwah.
 Metode gerakan dakwah. Metode dimana peneliti melakukan generalisasi atas
fakta dakwah masa lalu dan sekarang serta kritik atas teori dakwah yang ada.
Dengan begitu peneliti dakwah dapat menyusun kecenderungan-
kecenderungan sebuah masalah, sistem metode, pola pengorganisasian
dakwah yang terjadi pada masa lalu, sekarang dan yang akan datang.

2. Samsul Munir Amin


Dengan sangat mempertimbangkan paradigma yang berkembang selama ini,
serta penggunaan ilmu dakwah, Samsul Munir Amin menyatakan pendapatnya
tentang metode dalam ilmu dakwah. Menurutnya terdapat beberapa metode yang
dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan dakwah, sebagai berikut 6:
 Metode Deduktif. Setiap uraian dakwah dijabarkan berdasarkan al-Qur’an,
kemudian dijabarkan lagi dengan ilmu-ilmu lain sebagai sumber normative
lainnya.
 Metode Abstraksi. Metode ini perpaduan antara metode deduktif dan induktif.
 Metode Comparative. Metode ini digunakan untuk melihat persamaan dan
perbedaan objek-obejek yang diselidiki dakwah.

6
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: AMZAH, 2009), 34

9
 Metode Historis. Metode ini digunakan untuk mendapat pengetahuan tentang
sejarah dakwah dari awal mula dakwah hingga perkembangannya.

3. Moh. Ali Aziz


Menurut Moh. Ali Aziz, ilmu dakwah merupakan sebagai bagian dari sains
sosial, sehingga metode yang berkembang dalam sains sosial dapat digunakan
dalam perkembangan ilmu dakwah. Metode-metode yang berkembang dalam ilmu
sosial baik sebagai kelanjutan dari pendekatakan positivistic, fenomonologi dan
kritis kesemuanyan dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu dakwah dengan
mempertimbangkan tujuannya. Sebagai contoh, penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui hasil kegiatan dakwah dapat menggunakan metode eksperimen, uji
perbedaan, survey, dan uji relasional. Demikian pula, metode etnografi,
fenomenologi, interaksi simbolik, dan analisis isi dapat digunakan penelitian dalam
mengungkap fenomena dakwah. Metode kritis seperti PRA (Participatory Rural
Apprasial) dan RRA (Rapid Rural Apprasial) dapat digunakan dalam penelitian
dakwah sekaligus dalam proses pemberdayaan masyarakat.

4. Agus Saeful Muhtadi

Agus Saeful Muhtadi dalam Metode Penelitian Dakwah. Mereka


mengenalkan ragam metode penelitian ilmu dakwah yang dikatakan mengadaptasi
dari tradisi penelitian ilmu sosial. Metode-metode penelitian ilmu dakwah tersebut
ialah:

 Metode historis, metode ini digunakan untuk penelitian yang bertujuan


merekonstruksi masa lalu secara objektif dan akurat. Metode historis juga
dapat digunakan untuk melihat dalam perspektif kewaktuan.

10
 Metode deskriptif, metode ini digunakan untuk menggambarkan situasi dan
sifat populasi tertentu secara cermat.
 Metode perkembangan, metode ini digunakan untuk menyelidiki pola dan
proses pertumbuhan atau perubahan sebagai fungsi waktu.
 Metode kasus dan lapangan, metode ini digunakan untuk memusatkan
perhatian padas ebuah kasus secara intens dan terperinci mengenai latar
belakang keadaan sekarang yang dipermasalahkan.
 Metode korelasional, metode ini digunakan untuk melihat hubungan antara
dua gejala atau lebih.
 Metodekausal-komparatif, metode ini digunakan menyelidiki hubungan
sebab akibat antara faktor-faktor tertentu yang mungkin menjadi penyebab
gejala yang diselidiki.
 Metode eksprimen, metode ini dapat digunakan menyelidiki efek dan kasus
yang mungkin diterapkan dalam kelompok kelompok eksprimen.
 Metode verifikasi, metode ini digunakan untuk meneliti apakah sebuah teori
masih relevan dengan keadaan kehidupan sosial.
 Metode aksi, merupakan metode yang dapat digunakan dalam penelitian
dakwah yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan baru untuk
mengatasi kebutuhan dalam dunia kerja atau kebutuhan praktis lain.

5. Sukriadi Sambas

Menurut Syukriadi Sambas tujuan dakwah adalah memberikan landasan dan


sekaligus menggerakkan proses dakwah Islam yang bersumber pada al- Qur’an
dan as-Sunnah secara objektif-proforsional, melakukan kritik dan koreksi proses
dakwah Islam dan sekaligus mengevaluasinya, menegakkan kebenaran dan
keadilan di atas dasar taihudullah dan tauhid risalah, mensyukuri nikmat akal

11
dengan menerangkannya sesuai fungsi peruntukkannya, upaya penyempurnaan
jiwa manusia baik dari sudut teoritis maupun praktis. Sukriadi Sambas
merumuskan tiga metode yaitu sebagai berikut:

 Manhaj istinbath, yaitu sebuah langkah kerja (metode) untuk menggali,


merumuskan, dan mengembangkan teori-teori dakwah atau memahami
hakekat dakwah dengan merujuk pada al-Qur’an. metode dengan merujuk
kepada al-Qur’an dalam Surat al-Nahl ayat 125. Berdasarkan ayat ini,
terdapat tiga metode dakwah yakni bil hikmah, mau’idah hasanah dan
mujadalah.
 Bil hikmah dalam pengertian sehari-hari adalah bijaksana. Hikmah

juga dapat diartikan dalam filsafat dan filosof. Pengertian ini dapat
dilihat pada bukunya filosof Islam seperti Al-Arabi (870-950 M)
yang berjudul Al-Jama’u baina ra’iyal hakimain. Demikian pula Ibnu
Sina (980-1036 M) dalam bukunya “Al-Hikmatul Masyriqiyah”.
Dakwah al-hikmah dapat diartikan sebagai kegiatan penyeruan atau
pengajakan dengan cara yang bijak, filosofis argumentatif, penuh
kesabaran dan ketabahan, sesuai risalah nubuwah dan ajaran Al-
Qur’an7.
 Mau’idah hasanah, Dakwah mauidzatil hasanah berarti pengajaran

yang baik. Sebagai da’I yang berperan sebagai pembimbing yang


memberikan bimbingan kepada mad’u. Dakwah ini umumnya
cenderung ditujukan kepada masyarakat awam.
 Mujadalah, yaitu kegiatan dakwah yang dilakukan melalui diskusi

atau perdebatan yang dilakukan dengan cara yang baik, sopan


santun, saling menghargai, serta tidak arogan. Metode ini digunakan

7
Yasril Yazid, Nur Alhidayatillah, Dakwah dan Perubahan Sosial, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2017),
5-6.

12
pada manusia yang memiliki daya intelektual yang lebih tinggi
dibandingkan dengan yang lainnya8.
 Manhaj iqtibas, yaitu sebuah langkah kerja (metode) untuk menggali,
merumuskan, dan mengembangkan teori-teori dakwah atau memahami
hakekat dakwah dengan meminjam atau meminta bantuan dari ilmu-ilmu
sosial. Meminta bantuan bukan berarti mengkopi atau menjiplak. Hal ini
sudah biasa di dalam dunia keilmuan adanya pendekatan lintas disipliner.
Dalam khazanah keilmuan dakwah disebut ilmu bantu. Aturannya tidak
mengklaim hasilnya menjadi teori-teori dakwah orisinil, tetapi menggunakan
bahasa yang demokratis, yaitu “perspektif”. Jika meminta bantuan terhadap
ilmu komunikasi, maka teori yang dihasilkan adalah dakwah perspektif
komunikasi. Jika meminjam teori sosiologi, maka teori yang dihasilkannya
merupakan teori dakwah perspektif sosiologi, dan demikian seterusnya.
 Manhaj Istiqra, yaitu sebuah langkah kerja (metode) untuk menggali,
merumuskan, dan mengembangkan teori-teori dakwah atau memahami
hakekat dakwah dengan melalukan penelitian lapangan, baik penelitian
referensi atau lapangan. Penelitian lapangan misalnya penelitian tentang
sejarah dakwah di Indonesia pada masa awal, penelitian metode dakwah
yang dilakukan oleh para tokoh agama, seperti kiai, penelitian metod
dakwah yang dilakukan sebuah lembaga secara kelompok, dan lain
sebagainya. Hasil penelitian ini dapat melahirkan konsep atau bahkan teori
baru dalam dakwah.

6. Muhammad Shulton
Muhammad Shulton dalam Desain Ilmu Dakwah: Kajian Ontologis,
Epsitimologis dan Aksiologis memberikan komentar bahwa keberadaan metode

8
Ibid, halaman 7

13
tersebut hendaklah mengakomodasi ilmu-ilmu keislaman dan ilmu-ilmu sosial
modern. Istinbath, merupakan salah satu sumbangan metode ilmu keislaman yang
digunakan ilmu dakwah berdasar pemahaman dan pemaknaan terhadap teks-teks
qauliyah, sebagaimana termuat di dalam al-Qur’an dan hadis. Artinya, penjelasan,
pemahaman, dan pemaknaan tentang hakekat dan realitas dakwah dapat dicari dari
sumber-sumber normative tersebut. Pada konteks inilah, metode ilmu dakwah lebih
bersifat deduktif karena mengacu kepada nash. Pola semacam ini ditemukan dalam
disiplin ilmu fiqh untuk keperluan menghasilkan hukum Islam. Adapun iqtibas dan
istiqra merupakan metode ilmu dakwah yang mengakomodasi perkembangan teori
dalam ilmu-ilmu sosial. Pada tataran ini, metode ilmu dakwah lebih bersifat
induktif.

Menciptakan metode ilmu dakwah meupakan bentuk ikhtiar dalam mengembangkan


ilmu pengetahuan secara kritis, agar dapat berkontribusi dalam perubahan masyarakat ke
arah yang lebih baik. Berdasarkan pandangan para pakar yang telah dikemukakan di atas,
menggambarkan terciptanya ruang diskusi terbuka demi tercapainya pengembangan ilmu
dakwah. adanya kegiatan ini diharapkan adanya penyelesaian masalah-masalah manusia.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Filasafat menjadi penting dalam kajian ilmu dakwah, karena nilai-nilai yang ada
dalam ajaran Islam jika dalam proses penyampaian dakwah yang dilakukan dai tidak tepat,
bisa jadi dipersepsikan salah ataupun berbeda oleh para mad’u. Oleh karena itu nilai-nilai
yang ada dalam filasafat seperti rasional, kritis, sistematis dan universal, menjadi konsep
penting ajaran Islam yang diangap ideal tersebut benar-benar sampai kepada mad’u, tidak
dipersepsikan keliru yang akan memberi citra buruk bagi Islam, tapi konsep yang
disampaikan oleh dai hendaknya utuh tidak dibumbui dengan hal-hal yang irasional sebagai
argumentasinya.

Penelitian filsafat dakwah dapat menggunakan berbagai jenis penelitian. Terdapat


banyak konsep, pikiran dan tindakan yang dapat dikaji. Konsep dakwah dapat berasal dari
kajian terhadap al-Qur’an, al-Hadits atau interpretasi ahli mengenai keduanya. Dapat juga
berupa pikiran para ahli mengenai dakwah yang diketahuinya atau dirasakannya bahkan
dilakukannya. Termasuk juga kejadian-kejadian atau fenomena-fenomena dakwah yang
dipahaminya dalam kerangka proses merealisasiksan ajaran Islam.

B. Saran

Dengan dibuatnya makalah ini yang membahas tentang Kajian Filosofis Terhadap
Metode Dakwah kita dapat mengetahui bahwa dalam melaksanakan dakwah tentu ada
hambatan, tetapi hambatan tersebut jangan sampai menjadikan untuk melaksanakan
kegiatan dakwah tetapi hendaknya hambatan tersebut perlu dikaji sehingga kita dapat
menemukan metode yang tepat terhadap ma’du sesuai ajaran dan Ridho Allah SWT.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, 2015. Ilmu Dakwah; Kajian Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Aplikasi
Dakwah. Bandung: Cipta Pustaka.
AS, Enjang, 2018. Dakwah Multi Perspektif: Kajian Filosofis Hingga Aksi. Bandung:
Madrasah Malem Reboan (MMR) & Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M UIN
Sunan Gunung Djati.
Ashror, Ahidul, 2018. Paradigma Dakwah: Konsepsi Dasar Pengembangan Ilmu.
Yogyakarta LKis
Bakhtiar, Amsal, 1997. Filsafat Agama, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Hasan, Muhammad, 2013. Metodologi dan Pengembangan Ilmu Dakwah. Surabaya: CV
Pena Salsabila
Yazid Yasril, Nur Alhidayatillah, 2017. Dakwah dan Perubahan Sosial. (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada)

16

Anda mungkin juga menyukai