Anda di halaman 1dari 15

.

ANANDA

,M.
Pd
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat taufik dan hidayahnya,
kami dapat menyelesiakan makalah ini.Shalawat serta salam semoga tetap senantiasa tercurah
untuk junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga dan sahabatnya, diiringi dengan
upaya meneladani akhlaknya yang mulia.

Kami sampaikan bahwa pembuatan makalah ini untuk memenuhi mata kuliah konsep
dasar konseling tentang “Konseling Layanan yang Profesional.” kami ucapakan terima kasih
kepada bapak Dosen yang sudah memberikan kesempatan dan membimbing kepada kelompok
kami dalam menyusun makalah ini.

Sehubung dengan pembuatan makalah ini tentu banyak sekali kekurangan-kekurangan


untuk itu kami sangat mengharapkan atas saran, kritik, masukan dan sebagainya sangat kami
harap kan hal tersebut agar dapat memperbaiki kesalahan kami untuk lebih baik lagi.

Akhirnya do’a kami panjatkan semoga upaya kita lakukan ini mendapat ridha Allah SAW, dan
menjadi amal ibadah bagi kita semua. Aamiin.

Wassalamu’alaikumWr. Wb.

Medan, 10 Mei 2021

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
1.1 LATAR BELAKANG 3
1.2 RUMUSAN MASALAH 3
1.3 TUJUAN PENULISAN 3
BAB II 6
PEMBAHASAN 6
2.1 pengertian Profesi 6
2.2 Hakikat Profesi 8
2.3 Konseling sebagai Layanan Profesional 10
2.4 Hambatan yang diHadapi sebagai seorang Profesi Khususnya Profesi Konseling 13
BAB III 14
PENUTUP 14
3.1 Kesimpulan 14
3.2 Saran 14
Daftar Pustaka 15

3
BAB I
PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

Bimbingan dan Konseling merupakan pelayanan yang menunjang pelaksanaan


pendidikan di sekolah, karena program-program bimbingan dan konseling meliputi aspek-
aspek tugas perkembangan individu, khususnya menyangkut kawasan kematangan personal
dan emosional, sosial pendidikan serta kematangan karir.Dalam pelaksanaan tugas dan
fungsinya sehingga mendapatkan hasil yang baik dalam proses bimbingan konseling,
dibutuhkan seorang guru / konselor yang profesional dalam bidang Bimbingan dan Konseling.
Profesional merupakan suatu sikap atau kinerja yang sesuai dengan kemampuannya. Hal ini
tentu konselor harus memiliki kualitas pribadi yang baik dan etika serta kemampuan dalam
bidang Bimbingan dan Konseling.

Pada saat ini konseling di Indonesia belum sampai pada kondisi yang mapan, namun
harus sudah menyesuaikan diri dengan perubahan global yang dipicu oleh kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi, kemudahan transportasi, dan ‘hilangnya’ batas-batas struktural
yang mengkotak-kotakan manusia berdasarkan Negara atau wilayah. Orientasi pendekatan,
strategi bantuan, kurikulum bantuan, sampai pada bagaimana konselor dipersiapkan
merupakan sederet isu yang harus direspon oleh para pengembang teori, peneliti, dan praktisi
di bidang konseling.Keluhan-keluhan yang datang dari para guru pembimbing di lapangan
cukup menyedihkan.

BK telah berkembang relatif lama dan diharapkan berkembang ke arah yang lebih
profesional. Namun, kenyataan di lapangan sekarang, BK baru dilirik sebelah mata. Bahkan
pelecehan atau menganggap gampang BK di sekolah masih banyak terjadi. Beberapa julukan
BK yang kurang baik masih tetap menempel misalnya Guidence and Counseling atau GC
diplesetkan menjadi “guru cicing”. Jam BK atau BP yang diberikan kepada siswa diplesetkan
dengan “boleh keluar” atau “boleh pulang”. Bahkan tugas guru BK pun masih menjadi sang
pengadil atau polisi sekolah yang harus mencari-cari kesalahan siswa. Selain itu masih banyak
permasalahan BK di sekolah-sekolah salah satunya adalah bimbingan dan konseling dibatasi
pada hanya menangani masalah yang bersifat insidental, bimbingan dan konseling hanya untuk
klien-klien tertentu saja, bimbingan dan konseling bekerja sendiri, konselor harus aktif
sedangkan pihak lain pasif, menganggap pekerjaan bimbingan dna konseling dapat dilakukan
oleh siapa saja, menganggap hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera dilihat.

Secara profesional bimbingan dan konseling dapat berdiri sendiri, namun dalam konteks
perkembangannya di Indonesia bimbingan konseling yang dintegrasikan dalam pendidikan
akan terkait dengan sejumlah aturan pemerintah tentang pendidikan. Sebuah ironi jika BK yang
sudah menjadi sebuah profesi masih dipandang sebelah mata bahkan dianggap kurang penting,
hanya karena ketidak jelasan JUKLAK dan JUKNIS yang ada di lapangan (sekolah).

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Profesi?


2. Apa saja Hakikat Profesi
3. Bagaimana Profesi sebagai Layanan Profesional?
4. Apa-Apa saja Hambatan yang dihadapi sebagai seorang Profesi Khususnya Profesi
Konseling ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian Profesi.


2. Untuk mengetahui Hakikat Profesi.
3. Untuk mengetahui Profesi Sebagai Layanan Profesional.
4. Untuk mengetahui Hambatan yang dihadapi sebagai seorang Profesi Khususnya Profesi
Konseling .

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Profesi

Istilah “profesi” memang selalu menyangkut pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan
dapat disebut profesi. Untuk mecegah kesimpang-siuran tentang arti profesi dan hal-hal yang
bersangkut paut dengan itu, berikut ini dikemukakan beberapa istilah dan ciri-ciri profesi.
“Profesi” adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para petugasnya.
Artinya, pekerjaan yang disebut profesi, tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan
tidak disiapkan secara khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan itu.
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses
sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut.Secara estimologi, istilah
profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu profession atau bahasa latin profecus yang artinya
mengakui, adanya pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu
pekerjaan. Sedangkan secara terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan yang
mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental;
yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan
praktis, bukan pekerjaan manual.
Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok, yaitu pengetahuan, keahlian, dan
persiapan akademik. Kata Profesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dsb) tertentu. Di
dalam profesi dituntut adanya keahlian dan etika khusus serta standar layanan. Pengertian ini
mengandung implikasi bahwa profesi hanya dapat dilakukan oleh orang-orang secara khusus
di persiapkan untuk itu. Dengan kata lain profesi bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka
yang karena tidak memperoleh pekerjaan lain. Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam
melaksanakan tugasnya memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-
teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang
khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan.
Profesi mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat
dalam pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan “apa saja” dan “siapa saja” untuk
memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti
sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus

6
dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Profesi merupakan
kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan
dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia, di dalamnya
pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai
dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat
manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya serta adanya disiplin etika yang
dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.[5]
Profesi merupakan bagian dari pekerjaan, namun tidak setiap pekerjaan adalah profesi.
Seorang petugas staf administrasi bisa berasal dari berbagai latar ilmu, namun tidak demikian
halnya dengan Akuntan, Pengacara, Dokter yang membutuhkan pendidikan khusus. Profesi
merupakan suatu pekerjaan yang mengandalkan keterampilan dan keahlian khusus yang tidak
didapatkan pada pekerjaan-pekerjaan sebelumnya. Secara tradisional ada 4 profesi yang sudah
dikenal yaitu kedokteran, hukum, pendidikan, dan kependetaan.
Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan profesi, antara lain :
● Profesi adalah jabatan yang menuntut keahlian seseorang walau profesi tersebut tidak
bersifat komersial.
● Profesional mengacu pada dua hal yaitu, pertama orang yang menyandang suatu
profesi. Kedua, penanpilan seorang dalam melakukan pekerjaan sesuai profesinya.
● Profesionalisme adalah suatu tingkah laku, suatu tujuan atau suatu rangkaian kwalitas
yang menandai atau melukiskan coraknya suatu “profesi”. Profesionalisme
mengandung pula pengertian menjalankan suatu profesi untuk keuntungan atau sebagai
sumber penghidupan.
● Profesionalitas merupakan kemampuan sikap seorang anggota profesi untuk bertindak
secara professional.
● Profesionalisasi meruju kepada suatu proses pengembangan keprofesionalan para
anggota suatu profesi.

2.2 Hakikat Profesi

Profesi melibatkan beberapa istilah yang berkaitan, yaitu : profesi, profesionalitas,


profesional, profesionalisasi, dan profesionalisme.Profesi menunjuk pada suatu pelayanan atau
jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan terhadapnya. Profesionalitas
menunjuk pada kualitas atau sikap pribadi individu terhadap suatu pekerjaan. Profesional
menunjuk pada penampilan seseorang yang sesuai dengan tuntutan yang seharusnya dan

7
menunjuk pada orangnya itu sendiri.Profesionalisasi menunjuk pada proses menjadikan
seseorang sebagai profesional.Profesionalisme menunjuk pada (a) derajat penampilan
seseorang sebagai profesional; tinggi,rendah sedang, dan (b) sikap dan komitmen anggota
profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang paling ideal dari kode etik profesinya.sampai
pada suatu kesimpulan bahwa hakikat profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji yang
terbuka. Suatu profesi mengandung unsur pengabdian (Oemar Hamalik, 1984 : 3) menurutnya,
suatu profesi bukanlah dimaksudkan untuk mencari keuntungan materi belaka, melainkan
untuk pengabdian kepada masyarakat. Pengabdian seorang profesional menunjuk pada
pengutamaan kepentingan orang banyak daripada kepentingan diri sendiri.

A. Profesi guru
1. hakikat profesi guru

Syarat-syarat khusus diperlukan untuk mejadi seorang guru,terutama untuk menjadi


seorang guru yang profesional harus menguasai seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan
berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa
pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan. Usman (2011: 6), mengatakan bahwa guru
adalah profesi atau jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak
bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau
pekerjaan sebagai guru.

Guru dituntut mampu mengelola proses belajar-mengajar yang dapat memberikan


rangsangan kepada siswa, sehingga siswa memiliki keinginan yang tinggi untuk belajar.
Mulyasa (2010: 35), mengatakan bahwa minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang
dimiliki siswa tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini
guru perlu memperhatikan siswa secara individual, karena antara satu siswa dengan siswa
lainnya memiliki perbedaan yang mendasar. Guru pula yang memberikan dorongan agar siswa
berani berbuat benar, dan membiasakan mereka bertanggung jawab terhadap setiap
perbuatannya. Untuk itu profesi guru ini sangat menuntut kesabaran, kreatifitas dan
profesionalisme.
2. Peran dan Tugas Guru

a. ) Guru Sebagai Demonstrator

Peranan guru sebagai demonstrator, lecturer atau pengajar hendaknya senantiasa menguasai
bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya, serta senantiasa mengembangkannya

8
Profesional yang mempunyai makna yaitu berhubungan dengan profesi dan
memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, (KBBI, 1994). Sedangkan
profesionalisme adalah tingkah laku, keahlian atau kualitas dan seseorang yang professional
(Longman, 1987). Kegiatan bimbingan dan konseling pada umumnya di selenggarakan oleh
tenaga Profesional dalam bidang Bimbingan dan Konseling.
Dalam pendidikan, Bimbingan dan Konseling diselenggarakan oleh pejabat fungsional
yang secara resmi dinamakan guru pembimbing. Dengan demikian, kegiatan bimbingan dan
konseling disekolah merupakan kegiatan atau pelayanan fungsional yang bersifat profesional
atau keahlian dengan dasar keilmuan dan teknoligi.
Kegiatan Profesional Konselor dalam Bimbingan dan Konseling yaitu :
1. Nilai, Sikap, Keterampilan dan Pengetahuan
2. Pengakuan atas kewenangan sebagai konselor.
3. Testing
4. Riset
5. Layanan individual: hubungan dengan klien
Dengan demikian, profesionalisasi menunjuk pada proses peningkatan kemampuan
para anggota profesi dalam mencapai standart kompetensi penampilan nya sebagai anggota
suatu profesi. Dengan kata lain professionalisasi adalah merupakan serangkaian proses
pengembangan profesional (professional development) baik yang di lakukan melalui
pendidikan latihan pra-jabatan maupun dalam jabatan ( in-service training).
Alasan mengapa profesi konseling perlu di kembangkan menjadi jabatan profesional
adalah :
● Pekerjaan itu di landasi oleh ilmu pengetahuan dan keahlian yang dapat di peroleh dan
di kembangkan mellalui pendidikan dan latihan atau praktikum secara khusus (spesial
trainings) yang intensif, formal sehingga keahliannya tidak dapat digantikan oleh
sembarang orang.
● Jenis pekerjaan konseling memiliki aspek theoritical concepts or principles dan dapat
di aplikasikan.

2.4 Hambatan yang dihadapi sebagai seorang Profesi Khususnya Profesi Konseling
Hambatan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:
1. Layanan dasar, yaitu keterbatasan waktu dan belum memiliki ruang yang mewakili,
meskipun sebanyak 83% guru bimbingan dan konseling telah melaksanakan layanan
dasar.

11
2. Layanan responsif, yaitu tersedianya ruang yang representatif, dana anggaran sekolah
yang minimal, orang tua yang kurang kooperatif dengan sekolah, kondisi geografis
tempat siswa dan keterbatasan waktu, meskipun sebanyak 88% telah melaksanakan
layanan responsif.
3. Perencanaan individu, yaitu kadang siswa yang memilih sekolah tidak sesuai dengan
kemampuan, berbeda dengan keinginan orang tua, tidak ada jadwal masuk kelas,
meskipun 100% guru bimbingan dan konseling telah melaksanakan perencanaan
layanan individu.
4. Dukungan sistem, hambatan yang bersumber dari luar, yaitu tidak adanya jadwal yang
ada dalam pertemuan organisasi profesi, waktu seminar bersama dengan jam sekolah,
tidak ada biaya dari sekolah untuk mengikuti seminar. Sedangkan hambatan yang
bersumber dari dalam yaitu belum semua guru bimbingan dan konseling bisa
mengoperasikan komputer, untuk riset dan pengembangan guru bimbingan dan
konseling belum memahami prosedur penelitian, tidak adanya biaya dan keterbatasan
waktu. Meskipun dari data kuantitatif sebanyak 76% guru dan konseling telah
melaksanakan dukungan sistem. Kata kunci: hambatan, layanan, bimbingan dan
konseling.
Hambatan-hambatan yang mungkin datang atau berasal dari konseling bisa berupa karena .
1. konseling TIDAK Terbuka sepenuhnya ditunjukkan kepada konselor differences
Persoalan Yang sedang dihadapi ATAU konseling merasa TIDAK prabayar bebas
untuk review mengungkapkan persoalannya KARENA suasana di sekitaran Tempat
Pelayanan Kurang Nyaman / Aman ATAU konseling TIDAK Percaya ditunjukkan
kepada konselor untuk review DAPAT membantu menyelesaikan Persoalan Yang
sedang dihadapinya, terutama Bagi konseling yang dipanggil.
2. Disebabkan oleh kurangnya kemampuan / penguasaan seorang konselor dalam
menggunakan teknik-teknik konseling, baik itu verbal maupun non verbal, sehingga
masalah yang masalah siswa tidak terungkap dengan jelas. Selain itu, juga mungkin
disebabkan oleh ketidakmampuan seorang konselor dalam membina hubungan yang
baik dengan konseli pada saat / permulaan konseling, sehingga membuat konseli
merasa tidak bebas untuk mengungkapkan laporan, terutama bagi konseli yang
dipanggil.
Oleh karena itu, dalam kegiatan konseling diharapkan konselor dan konseli harus
membina hubungan (kerjasama) yang baik dalam diri masing-masing agar tercipta suasana
yang nyaman sehingga ada perasaan bebas, terutama konseli, untuk mengungkapkan masalah

12
yang sedang dihadapinya. Selain itu, pihak konselor, diharapkan teknik-teknik dalam
konseling (verbal dan non verbal) harus dikuasai dengan baik, sehingga masalah yang sedang
berada dalam komunikasi dapat terungkap dengan baik dan jelas.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses
sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut.Secara estimologi, istilah
profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu profession atau bahasa latin profecus yang artinya
mengakui, adanya pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu
pekerjaan. Sedangkan secara terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan yang
mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental;
yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan
praktis, bukan pekerjaan manual.
Kegiatan Profesional Konselor dalam Bimbingan dan Konseling yaitu :
1. Nilai, Sikap, Keterampilan dan Pengetahuan
2. Pengakuan atas kewenangan sebagai konselor.
3. Testing
4. Riset
5. Layanan individual: hubungan dengan klien
Hambatan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:
1. Layanan dasar.
2. Layanan responsif.
3. Perencanaan individu.
4. Dukungan sistem.

3.2 SARAN

Demikianlah makalah ini kami susun, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Dalam penulisan ini kami sadari masih banyak kekurangan, saran dan kritik yang membangun
sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah kami ini.

14
Daftar Pustaka

Budi Santoso. (2012, 25 September). Definisi Profesional. Diperoleh 20 Maret 2018,


dari https://inisantoso.wordpress.com/2012/09/25/definisi-profesional/
Priyatno, Dasar-Dasar Bimbingan & Konseling, Jakarta: Rineka Cipta, 1999, hlm. 338.
Asmar,M.Pd,Kons Drs, 2009, Arah Profesional Profesi Konselor.
Syamsu Yusuf, Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah/Madrasah. Bandung : CV
Bani Qureys, 2005, hal :103

15

Anda mungkin juga menyukai