Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BIMBINGAN KONSELING

PENGERTIAN, TUJUAN, ASAS, LANDASAN

Dosen Pembimbing : Miptahurrahman, S.Pd.I

Disusun Oleh :

Harun Arasyid ( T1A120013)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SITI KHADIJAH

MUARA TEWEH 2022/2023


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan karunia-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengertian, Tujuan, Asas,
Landasan”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW.

Makalah ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah bimbingan


konseling yang menjadi salah satu syarat penilaian. Ucapan terimakasih
kepada teman-teman yang telah bersedia bekerja sama dalam proses
penyelesaian makalah ini serta kepada dosen pembimbing yang telah
membantu dan membimbing saya dalam mengerjakan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami berusaha mengambil reverensi dari


berbagai sumber yang relevan dan akurat agar output yang dihasilkan dapat
maksimal dan sesuai dengan yang diharapkan akan tetapi jika nanti banyak
terdapat kekurangan disana-sini saya memohon maaf dan harap dapat
dimaklumi.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penyusun


khususnya untuk itu saya mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif
guna perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata saya mengucapkan
terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Muara Teweh, 20 Agustus 2023

Harun Arasyid

i
,DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 2

Tujuan dan manfaat 2

BAB II PEMBAHASAN 3

Pengertian Bimbingan Dan Konseling 3

Tujuan Bimbingan Konseling 6

Landasan Bimbingan Dan Konseling 7

BAB III PENUTUP 12

Kesimpulan 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bimbingan dan konseling adalah merupakan sebuah proses tolong


menolong antara individu satu dengan individu yang lain untuk memahami
diri mereka sendiri. Di dalam pendidikan bimbingan dan konseling mewakili
hasrat masyarakat untuk membantu individu, sumbangan bimbingan dan
konseling menambah kepahaman tentang informasi pendidikan, vokasional
dan social yang diperlukan untuk membuat pilihan secara berpengetahuam
bagi pelajar.

Dalam pendidikan, konselor sekolah sebagai individu yang tidak


diharapkan bertindak sebagai hakim atau penilai. Konselor berbeda dengan
guru, pengurus sekolah dan orang tua dalam tugasnya di sekolah. Konselor
tidak bertanggung jawab seperti guru untuk memastikan bahwa pelajar
mencapai dalam bidang akademik. Oleh karena itu konselor mampu untuk
mengadakan hubungan yang harmonis sehingga tercapai pertumbuhan dan
perkembangan pelajar.

Bimbingan dan konseling ada untuk menolong pelajar memahami


berbagai pengalaman diri, peluang yang ada serta pilihan yang terbuka untuk
mereka dengan menolong mereka mengenal, membuat interpretasi dan
bertindak terhadap kekuatan sendiri, dan bersumber dari diri mereka dan
bertujuan untuk mempercepat perkembangan diri pelajar. Seorang konselor
dalam pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional,
oleh sebab itu praktiknya harus mengikuti asas-asas, dan landasan-landasan
tertentu.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan Definisi dari Bimbingan Dan Konseling?

2. Tujuan bimbingan dan konseling?

3. Jelaskan landasan-landasan bimbingan dan konseling dalam


pelayanan secara professional?

4. Jelaskan asas-asas yang berkenaan dengan praktik atau pekerjaan


bimbingan dan konseling.

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi bimbingan dan konseling.

2. Untuk mengetahui tujuan bimbingan dan konseling.

3. Untuk mengetahui landasan-landasan bimbingan dan konseling.

4. Untuk mengetahui asas-asas yang berkenaan bimbingan dan konseling.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bimbingan dan Konseling

Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata, yaitu
“bimbingan” (terjemahan dari kata “guidance”) dan “konseling” (diadopsi dari
kata “conseling”). Dalam praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu
kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan. Keduanya merupakan bagian yang
integral. Untuk pemahaman yang yang lebih jelas, dalam uraian berikut
pengertian bimbingan dan konseling diuraikan secara terpisah.[1]

• Makna Bimbingan

Seperti disebut diatas bahwa, “bimbingan” merupakan terjemahan dari


kata “guidance” dari kata dasar “guide” yang berarti menunjukkan jalan
(showing the way), memimpin (leading), memberikan petunjuk (giving
instruction), mengatur (regulating), mrngarahkan (governing), dan memberi
nasihat (giving advice) (Winkel, 1991).

Istilah “guidance”, juga diterjemahkan dengan arti bantuan dan tuntunan.


Ada juga yang menerjemahkan dengan arti pertolongan. Jadi secara
etimologis, bimbingan dan konseling berarti bantuan dan tuntunan atau
pertolongan, tetapi tidak semua bantuan, tuntunan atau pertolongan berarti
konteksnya bimbingan.

Makna bimbingan bisa diketahui melalui akronim kata bimbingan sebagai


berikut:

B (bantuan)

I (individu)

3
M (mandiri) atau kemandirian

B (bahan)

I (interaksi)

N (nasihat)

G (gagasan)

A (asuhan)

N (norma)

Jadi bimbingan bisa berarti bantuan yang diberikan pembimbing kepada


individu agar individu yang dibimbing mencapai kemandirian dengan
mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi dan pemberian nasihat
serta gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang
berlaku.[2]

• Makna Konseling

Istilah konseling diadopsi dari bahasa Inggris “conseling” didalam kamus


artinya dikaitkan dengan “counsel” memiliki beberapa arti, yaitu nashiat (to
obtain consel), anjuran (to give counsel) dan pembicaraan (to take counsel).
Berdasarkan arti diatas, konseling secara etimologis berarti pemberian
nasihat, anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.

(Mortensen, 1994) menyatakan bahwa konseling merupakan proses


hubungan antar pribadi dimnana orang yang satu yang membantu yang
lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan
masalahnya.

Makna konseling juga dapat dimaknai dari akronim kata konseling


sebagai berikut;

K (kontak)

O (orang)

4
N (menangani)

S (masalah)

E (expert atau ahli)

L (laras)

I (integrasi)

N (norma)

G (guna)

Jadi konseling bisa berarti kontak hubungan umbal balik antara dua
orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, yang didukung
oleh keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan
norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien.

Berdasarkan makna bimbingan dan koseling diatas, dapat dirumuskan


makna bimbingn dan konseling sebagai berikut:

Bimbingan dan Konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan


yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui
pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar
konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan
masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri. Atau proses
pemberian bantuan atau pertolongan yang sistematis dari pembimbing
(konselor) kepada konseli (siswa) melalui pertemuan tatap muka atau
hubungan timbal balik antara keduanya untuk mengungkap masalah konseli
sehingga konseli mampu melihat masalah sendiri, mampu menerima dirinya
sendiri sesuai dengan potensinya, dan mampu memecahkan sendiri masalan
yang dihadapinya.[3]

5
2.2 Tujuan Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling berkenaan dengan perilaku, oleh sebab itu


tujuan bimbingan dan konseling adalah dalam rangka: pertama. Membantu
mengembangkan kualitas kepribadian individu yang dibimbing atau
dikonseling. Kedua, membantu mengembangkan kualitas kesehatan mental
klien. Ketiga, membantu mengembangkan perilaku yang lebih efektif pada diri
individu dan lingkungannya. Keempat, membantu klien menanggulangi
problema hidup dan kehidupannya secara mandiri.[4]

Adapun tujuan lainnya adalah sebagai berikut:

1. Pengenalan terhadap diri sendiri dan penerimaan terhadap diri sendiri.

2. Penyesuaian diri terhadap lingkungan (sekolah, rumah, masyarakat).

3. Pengembangan potensi semaksimal mungkin.

4. Pemecahan masalah dengan baik dan realistis.[5]

Hamdan Bakran Adz Dzaky, (2004), merinci tujuan bimbingan dan


konseling dalam Islam sebagai berikut: pertama, untuk mnghasilkan suatu
perubahan, perbaikan, kesehatan dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa
menjadi tenang, jinak dan damai (muthmainnah), bersikap lapang (radhiyah)
dan mendapatkan pencerahan taufiq dan hidayah-Nya (mardhiyah).

Kedua, untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan kesopanan


tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri,
lingkungan keluarga, sekolah, lingkungan kerja maupun lingkungan sosial dan
sekitarnya.

Ketiga, untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu


sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi (tasammukh),
kesetiakawanan, tolong menolong dan rasa kasih sayang.

Keempat, untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu


sehingga muncul dan berkembang keinginan untuk berbuat taat kepada-Nya,

6
ketulusan memenuhi segala perintah-Nya serta ketabahan menerima ujian-
Nya.

Kelima, untuk menghasilkan potensi ilahiyah, sehingga dengan potensi


itu individu dapat melakukan tugas-tugasnya sebagai khalifah dengan baik
dan benar, dapat dengan baik menaggulangi berbagai persoalan hidup dan
dapat membeikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya pada
berbagai aspek kehidupan.[6]

2.3 Landasan Bimbingan dan Konseling

Menurut Prayitno dan Erman Amti (1999): Landasan Bimbingan dan


konseling ada 6, yaitu:

• Landasan Filosofis

Filosofis bisa bermakna cinta kebijaksanaan. Pelayanan bimbingan dan


konseling merupakan serangkaian kegiatan atau tindakan yang semuanya
diharapkan merupakan tindakan yang bijaksana. Untuk itu diperlukan
pemikiran filosofis tentang berbagai hal yang menyangkut pelayanan
bimbingan dan konseling. Pemikiran filosofis menjadi alat bermanfaat bagi
pelayanan bimbingan dan konseling secara umum dan bagi konselor secara
khusus, yaitu membantu konselor dalam memahami situasi konseling dan
dapat membuat keputusan yang tepat.

• Landasan Religius

Landasan religius bagi layanan bimbingan dan konseling setidaknya


ditekankan pada tiga hal pokok, yaitu:

1. Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah makhluk


Allh SWT.

2. Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia


berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama.

3. Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara

7
optimal suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan
dan teknologi) serta kemasyarakatan yang sesuai dan mneguhkan
kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan
masalah individu.

• Landasan Psikologis

Psikologi merupakan tingkah laku individu. Landasan psikologis dalam


bimbingan dan konseling adalah memberikan kepahaman tentang perilaku
individu yang menjadi sasaran layanan. Hal ini sangat penting karena bidang
garapan bimbingan dan konseling adalah perilaku klien, yaitu perilaku klien
yang perlu di ubah atau dikembangkan untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki.[7]

• Landasan sosial-budaya

Merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada


konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor
yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada
dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup.
Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-
pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya.
Masing-masing suku dan berbangsa memiliki sosial budaya yang berbeda.
Perbedaan itu bisa subyektivitas budaya sehingga akan berpengaruh pula
pada upaya pemberian bantuan (bimbingan konseling).[8]

• Landasan Ilmiah dan Teknologi

Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang


memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun
prakteknya. Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling disusun secara
logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai metode, seperti:
pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedur tes, inventory atau
analisis laboratoris yang dituangkan dalam bentuk laporan penelitian, buku
teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.

8
• Landasan Pedagogis

Bimbingan dan konseling identik dengan pendidikan. Artinya ketika


seseorang sedang melakukan praktek bimbingan dan konseling berarti ia
sedang mendidik; Landasan pedagogis dalam layanan bimbingan dan
konseling ditinjau dari tiga segi, yaitu: (a) pendidikan sebagai upaya
pengembangan individu dan bimbingan merupakan salah satu bentuk
kegiatan pendidikan; (b) pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan
konseling; dan (c) pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan layanan
bimbingan dan konseling.[9]

2.4 Asas Bimbingan dan Konseling

Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling, ada asas-


asas yang dalam melakukannya, yaitu ketentuan yang harus diterapkan dalam
pelaksanaan pelayanan itu. Asas-asas yang di maksudkan adalah asas
kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan,
kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian,alih tangan kasus dan tut
wuri handayani. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan diuraikan secara
terperinci masing-masing asas tersebut sebagai berikut:

1. Asas kerahasiaan, konselor dituntut dan bertanggung jawab atas


kerahasiaan data dan keterangan klien yang menjadi sasaran layanan,
data dan keterangan tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh pihak
lain selain konselor dan klien.

2. Asas kesukarelaan, yaitu menghendaki adanya kesukarelaan klien


untuk mengikuti, menjalani layanan yang diperlukan baginya.

3. Asas keterbukaan, yaitu agar menghendaki klien untuk bersifat terbuka


dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang
dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi
dari luar yang berguna untuk pengembangan dirinya.

4. Asas kekinian, menghendaki agar klien bimbingan dan konseling untuk

9
permasalahan klien yang sekarang. Layanan yang berkenaan dengan
masa depan atau kondisi masa lalu dilihat dampak dan kaitannya
dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.

5. Asas kemandirian, yaitu menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan


konseling, yakni klien diharapkan menjadi individu yang mandiri dengan
ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu
mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri,
konselor hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan
dan konseling yang di selenggarakannya bagi perkembangan
kemandirian peserta didik.[10]

6. Asas kegiatan, yaitu menghendaki agar klien berpartisipasi secara aktif


di dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling.

7. Asas kedinamisan, usaha pelayanan bimbingan dan konseling


menghendaki terjadinya perubahan pada diri klien, yaitu perubahan
tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan ini tidaklah sekedar
mengulang hal yang sama, yang bersifat monoton, melainkan
perubahan yang selalu menuju ke sesuatu pembaharuan, sesuatu yang
lebih maju, dinamis sesuai dengan arah perkembangan klien yang
dikehendaki.

8. Asas keterpaduan, pelayanan usaha bimbingan dan konseling


berusaha memadukan berbagai aspek kepribadian klien, disamping
keterpaduan pada diri klien, juga harus diperhatikan keterpaduan isi
dan proses layanan yang diberikan.Untuk terselenggaranya asas
keterpaduan, konselor perlu memiliki wawasan yang luas tentang
perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan klien, serta berbagai
sumber yang dapat dipergunakan untuk menangani masalah klien, dan
semuanya dipadukan dalam keadaan serasi dan saling menunjang
dalam upaya bimbingan dan konseling.[11]

9. Asas kenormatifan, yaitu usaha bimbingan dan konseling tidak boleh

10
bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari
norma agama, norma adat, norma hukum Negara, norma ilmu, maupun
kebiasaan sehari-hari. Kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun
proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling.

10. Asas keahlian, usaha bimbingan dan konseling perlu di lakukan asas
ke ahlian secara teratur dan sistematik dengan menggunakan prosedur,
teknik, alat yang memadai. Untuk itu para konselor perlu mendapat
latihan secukupnya baik teori dan praktik, sehingga akan dicapai
keberhasilan usaha pemberian layanan yang terbaik.[12]

11. Asas alih tangan, dalam pemberiaan layanan bimbingan dan konseling,
asas alih tangan jika konselor sudah mengarahkan segenap
kemampuannya untuk membantu klien, namun klien belum dapat
terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka konselor dapat
mengirim klien tersebut kepada petugas, badan atau lembaga yang
lebih ahli.[13]

12. Asas tutwuri handayani, asas ini menunjukkan pada suasana umum
yang hendaknya tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara
konselor dan klien. Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan
konseling tidak hanya dirasakan pada waktu klien mengalami masalah
dan menghadap konselor saja, namun diluar hubungan proses bantuan
bimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan adanya dan
manfaatnya pelayanan bimbingan dan konseling itu.[14]

11
BAB III

PENUTUP

Bimbingan dan konseling adalah suatu proses tolong menolong untuk


mencapai tujuan yang dimaksud, dapat juga diartikan sebagai hubungan
timbal balik antara dua orang untuk menangani masalah klien, yang di dukung
dengan keahlian dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-
norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien. Bimbingan dan
konseling adalah dua komponen yang tak terpisahkan dan saling
membutuhkan dan saling berperan didalam proses bimbingan dan konseling.

12
Daftar Pustaka

Fahmi Muhammad, 2012. Fungsi, Tujuan, dan Asas Bimbingan Konseling


(http://Fahmimuh13.blogspot.com/2012/12/fungsi-dan-tujuan-asas-asas-
bimbingan_17.html) diakses 20 Agustus 2023

Mora rimonda,2013. Pengertian, prinsip, Landasan dan Fungsi


(http://Sfdzbd.blogspot.com/2013/03/pengertianprinsipasalandasanfungsi-
dan.html) diakses 20 Agustus 2023.

Akhmad sudrajat, 2008. Landasan, bimbingan, dan konseling


(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/landasan-bimbingan-
dan-konseling) diakses 20 Agustus 2023.

13

Anda mungkin juga menyukai