Disusun Oleh :
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan karunia-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengertian, Tujuan, Asas,
Landasan”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Harun Arasyid
i
,DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN 3
Kesimpulan 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata, yaitu
“bimbingan” (terjemahan dari kata “guidance”) dan “konseling” (diadopsi dari
kata “conseling”). Dalam praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu
kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan. Keduanya merupakan bagian yang
integral. Untuk pemahaman yang yang lebih jelas, dalam uraian berikut
pengertian bimbingan dan konseling diuraikan secara terpisah.[1]
• Makna Bimbingan
B (bantuan)
I (individu)
3
M (mandiri) atau kemandirian
B (bahan)
I (interaksi)
N (nasihat)
G (gagasan)
A (asuhan)
N (norma)
• Makna Konseling
K (kontak)
O (orang)
4
N (menangani)
S (masalah)
L (laras)
I (integrasi)
N (norma)
G (guna)
Jadi konseling bisa berarti kontak hubungan umbal balik antara dua
orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, yang didukung
oleh keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan
norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien.
5
2.2 Tujuan Bimbingan dan Konseling
6
ketulusan memenuhi segala perintah-Nya serta ketabahan menerima ujian-
Nya.
• Landasan Filosofis
• Landasan Religius
7
optimal suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan
dan teknologi) serta kemasyarakatan yang sesuai dan mneguhkan
kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan
masalah individu.
• Landasan Psikologis
• Landasan sosial-budaya
8
• Landasan Pedagogis
9
permasalahan klien yang sekarang. Layanan yang berkenaan dengan
masa depan atau kondisi masa lalu dilihat dampak dan kaitannya
dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.
10
bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari
norma agama, norma adat, norma hukum Negara, norma ilmu, maupun
kebiasaan sehari-hari. Kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun
proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
10. Asas keahlian, usaha bimbingan dan konseling perlu di lakukan asas
ke ahlian secara teratur dan sistematik dengan menggunakan prosedur,
teknik, alat yang memadai. Untuk itu para konselor perlu mendapat
latihan secukupnya baik teori dan praktik, sehingga akan dicapai
keberhasilan usaha pemberian layanan yang terbaik.[12]
11. Asas alih tangan, dalam pemberiaan layanan bimbingan dan konseling,
asas alih tangan jika konselor sudah mengarahkan segenap
kemampuannya untuk membantu klien, namun klien belum dapat
terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka konselor dapat
mengirim klien tersebut kepada petugas, badan atau lembaga yang
lebih ahli.[13]
12. Asas tutwuri handayani, asas ini menunjukkan pada suasana umum
yang hendaknya tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara
konselor dan klien. Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan
konseling tidak hanya dirasakan pada waktu klien mengalami masalah
dan menghadap konselor saja, namun diluar hubungan proses bantuan
bimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan adanya dan
manfaatnya pelayanan bimbingan dan konseling itu.[14]
11
BAB III
PENUTUP
12
Daftar Pustaka
13