Dosen Pengampu:
Ely Zetina.M.Pd.
DISUSUN OLEH :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayah-nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan materi ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga materi ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga materi ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi materi ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Materi ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan materi ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling adalah merupakan sebuah proses tolong menolong antara
individu satu dengan individu yang lain untuk memahami diri mereka sendiri. Di dalam
pendidikan bimbingan dan konseling mewakili hasrat masyarakat untuk membantu
individu, sumbangan bimbingan dan konseling menambah kepahaman tentang informasi
pendidikan, vokasional dan social yang diperlukan untuk membuat pilihan secara
berpengetahuam bagi pelajar.
Dalam pendidikan, konselor sekolah sebagai individu yang tidak diharapkan
bertindak sebagai hakim atau penilai. Konselor berbeda dengan guru, pengurus sekolah
dan orang tua dalam tugasnya di sekolah. Konselor tidak bertanggung jawab seperti guru
untuk memastikan bahwa pelajar mencapai dalam bidang akademik. Oleh karena itu
konselor mampu untuk mengadakan hubungan yang harmonis sehingga tercapai
pertumbuhan dan perkembangan pelajar.
Bimbingan dan konseling ada untuk menolong pelajar memahami berbagai
pengalaman diri, peluang yang ada serta pilihan yang terbuka untuk mereka dengan
menolong mereka mengenal, membuat interpretasi dan bertindak terhadap kekuatan
sendiri, dan bersumber dari diri mereka dan bertujuan untuk mempercepat perkembangan
diri pelajar. Seorang konselor dalam pelayanan bimbingan dan konseling merupakan
pekerjaan profesional, oleh sebab itu praktiknya harus mengikuti asas-asas, dan landasan-
landasan tertentu.
B. Rumusan Masalah
1
C.Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASA
N
Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata, yaitu
“bimbingan” (terjemahan dari kata “guidance”) dan “konseling” (diadopsi dari kata
“conseling”). Dalam praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan kegiatan
yang tidak terpisahkan. Keduanya merupakan bagian yang integral. Untuk pemahaman
yang yang lebih jelas, dalam uraian berikut pengertian bimbingan dan konseling diuraikan
secara terpisah.
a. Makna Bimbingan
Istilah “guidance”, juga diterjemahkan dengan arti bantuan dan tuntunan. Ada
juga yang menerjemahkan dengan arti pertolongan. Jadi secara etimologis,
bimbingan dan konseling berarti bantuan dan tuntunan atau pertolongan, tetapi
tidak semua bantuan, tuntunan atau pertolongan berarti konteksnya bimbingan.
Makna bimbingan bisa diketahui melalui akronim kata bimbingan sebagai berikut:
B (bantuan)
I (individu)
M (mandiri) atau kemandirian
B (bahan)
I (interaksi)
N (nasihat)
G (gagasan)
A (asuhan)
N (norma)
3
b. Makna Konseling
Makna konseling juga dapat dimaknai dari akronim kata konseling sebagai berikut;
K (kontak)
O (orang)
N (menangani)
S (masalah)
E (expert atau ahli)
L (laras)
I (integrasi)
N (norma)
G (guna)
Jadi konseling bisa berarti kontak hubungan umbal balik antara dua orang
(konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, yang didukung oleh keahlian
dan dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma yang
berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien.
Bimbingan dan konseling berkenaan dengan perilaku, oleh sebab itu tujuan
bimbingan dan konseling adalah dalam rangka: pertama. Membantu mengembangkan
kualitas kepribadian individu yang dibimbing atau dikonseling. Kedua, membantu
mengembangkan kualitas kesehatan mental klien. Ketiga, membantu mengembangkan
perilaku yang lebih efektif pada diri individu dan lingkungannya. Keempat, membantu
klien menanggulangi problema hidup dan kehidupannya secara mandiri.
Adapun tujuan lainnya adalah sebagai berikut:
Menurut Prayitno dan Erman Amti (1999): Landasan Bimbingan dan konseling ada
6, yaitu:
a. Landasan Filosofis
5
filosofis menjadi alat bermanfaat bagi pelayanan bimbingan dan konseling secara
umum dan bagi konselor secara khusus, yaitu membantu konselor dalam memahami
situasi konseling dan dapat membuat keputusan yang tepat.
b. Landasan Religius
d. Landasan sosial-budaya
a. Asas kerahasiaan, konselor dituntut dan bertanggung jawab atas kerahasiaan data dan
keterangan klien yang menjadi sasaran layanan, data dan keterangan tidak boleh dan
tidak layak diketahui oleh pihak lain selain konselor dan klien.
b. Asas kesukarelaan, yaitu menghendaki adanya kesukarelaan klien untuk mengikuti,
menjalani layanan yang diperlukan baginya.
c. Asas keterbukaan, yaitu agar menghendaki klien untuk bersifat terbuka dan tidak
berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun
dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna untuk
pengembangan dirinya.
d. Asas kekinian, menghendaki agar klien bimbingan dan konseling untuk permasalahan
klien yang sekarang. Layanan yang berkenaan dengan masa depan atau kondisi masa
lalu dilihat dampak dan kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat
sekarang.
e. Asas kemandirian, yaitu menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling,
yakni klien diharapkan menjadi individu yang mandiri dengan ciri mengenal dan
menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan,
7
mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri, konselor hendaknya mampu
mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling yang di selenggarakannya
bagi perkembangan kemandirian peserta didik.
f. Asas kegiatan, yaitu menghendaki agar klien berpartisipasi secara aktif di dalam
penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling.
g. Asas kedinamisan, usaha pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya
perubahan pada diri klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik.
Perubahan ini tidaklah sekedar mengulang hal yang sama, yang bersifat monoton,
melainkan perubahan yang selalu menuju ke sesuatu pembaharuan, sesuatu yang lebih
maju, dinamis sesuai dengan arah perkembangan klien yang dikehendaki.
h. Asas keterpaduan, pelayanan usaha bimbingan dan konseling berusaha memadukan
berbagai aspek kepribadian klien, disamping keterpaduan pada diri klien, juga harus
diperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan.Untuk
terselenggaranya asas keterpaduan, konselor perlu memiliki wawasan yang luas
tentang perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan klien, serta berbagai sumber
yang dapat dipergunakan untuk menangani masalah klien, dan semuanya dipadukan
dalam keadaan serasi dan saling menunjang dalam upaya bimbingan dan konseling.
i. Asas kenormatifan, yaitu usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan
dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adat,
norma hukum Negara, norma ilmu, maupun kebiasaan sehari-hari. Kenormatifan ini
diterapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
j. Asas keahlian, usaha bimbingan dan konseling perlu di lakukan asas ke ahlian secara
teratur dan sistematik dengan menggunakan prosedur, teknik, alat yang memadai.
Untuk itu para konselor perlu mendapat latihan secukupnya baik teori dan praktik,
sehingga akan dicapai keberhasilan usaha pemberian layanan yang terbaik.
k. Asas alih tangan, dalam pemberiaan layanan bimbingan dan konseling, asas alih
tangan jika konselor sudah mengarahkan segenap kemampuannya untuk membantu
klien, namun klien belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka
konselor dapat mengirim klien tersebut kepada petugas, badan atau lembaga yang
lebih ahli.
l. Asas tutwuri handayani, asas ini menunjukkan pada suasana umum yang hendaknya
tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara konselor dan klien. Asas ini
8
menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan pada waktu
klien mengalami masalah dan menghadap konselor saja, namun diluar hubungan
proses bantuan bimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan adanya dan
manfaatnya pelayanan bimbingan dan konseling itu.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bimbingan dan konseling adalah suatu proses tolong menolong untuk mencapai
tujuan yang dimaksud, dapat juga diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua
orang untuk menangani masalah klien, yang di dukung dengan keahlian dalam suasana
yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang
berguna bagi klien. Bimbingan dan konseling adalah dua komponen yang tak terpisahkan
dan saling membutuhkan dan saling berperan didalam proses bimbingan dan konseling.
10
DAFTAR PUSTAKA
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Intregrasi.
Jakarta: CV Rajawali.
11