Anda di halaman 1dari 34

CRITICAL BOOK REPORT

MK : PROFESI KEPENDIDIKAN

NILAI :

PROFESI PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

(Dr. Rusydi Ananda, M.Pd)

APA YANG SALAH DENGAN PELATIHAN GURU DAN BAGAIMANA KITA BISA
MEMPERBAIKINYA

(What Went Wrong With Teacher Training,and How We Can Fix It)

(Peter Mclaren)

DISUSUN OLEH :

NAMA MAHASISWA : KEVIN MARZUKI SIANTURI

NIM : (3202431017)

DOSEN PENGAMPU : MAY SARI LUBIS, S.Pd , M.Pd

KELAS : PENDIDIKAN GEOGRAFI C 2020

Program Studi S1 Pendidikan Geografi

Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Medan

2021
KATA PENGHANTAR

Puji Syukur Saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Kasih dan Anugrahnya
penulis dapat menyelesaikan tugas Critikal Book Report ini dengan baik,tak lupa juga saya
sangat berterimakasih kepada ibu May Sari Lubis, S.Pd , M.Pd. selaku dosen pengampu mata
kuliah Profesi Kependidikan telah membingbing saya sehingga tugas ini dapat terselesaikan
dengan baik

Kepenulisan tugas yang berbentuk makalah ini merupakan,salah satu tagihan tugas untuk
memenuhi capaian kompetensi dari mata kuliah Profesi Kependidikan dan tidak sampai disitu
semoga dengan adanya tulisan ini dapat menjadi bahan referensi maupun pertimbangan untuk
membaca dua maupun tiga buku yang disajikan dalam CBR ini

Saya sangat berharap tugas yang berbentuk makalah ini dapat berguna bagi kalangan pembaca
bahkan kepada siapapun,namun saya menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata
sempura.untuk itu penulis sangat berharap kritikan dan saran yang tentunya membangun guna
perbaikan di masa mendatang

Terima Kasih dan Selamat Membaca

Sidikalang,20 Februari 2021

Kevin M Sianturi

3202431017

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR ................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................... 1
1.2 TUJUAN ............................................................................................................................... 2
1.3 MANFAAT ........................................................................................................................... 2
1.4 IDENTITAS BUKU .............................................................................................................. 3
BAB II RINGKASAN ISI BUKU .................................................................................................. 4
2.1 RINGKASAN ISI BUKU UTAMA ..................................................................................... 4
2.2 RINGKASAN ISI BUKU PEMANDING .......................................................................... 16
BAB III PEMBAHASAN ISI BUKU........................................................................................... 28
3.1 BUKU UTAMA .................................................................................................................. 28
3.2 BUKU PEMBANDING ...................................................................................................... 28
BAB IV PENUTUP ...................................................................................................................... 30
4.1 KESIMPULAN ................................................................................................................... 30
4.2 SARAN ............................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 31

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kata profesi dalam bahasa Inggris adalah ―profession‖,dalam bahasa Belanda ―professie‖ yang
merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin ―professio‖ yang bermakna pengakuan atau
pernyataan. Kata profesi juga terkait secara generik dengan kata ―okupasi‖ (Indonesia),
accupation (Inggris), accupatio (Latin) yang bermakna kesibukan atau kegiatan atau pekerjaan
atau mata pencaharian.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan profesi adalah bidang pekerjaan yang
dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu. Menurut Tilaar
(2002:86) profesi merupakan pekerjaan, dapat juga berwujud sebagai jabatan di dalam suatu
hirarki birokrasi yang menuntut keahlian tertentu serta memiliki etika khusus untuk jabatan
tersebut serta pelayanan baku terhadap masyarakat. Hal senada dipaparkan Nata (2003:138)
bahwa profesi adalah pernyataan atau pengakuan tentang bidang pekerjaan atau bidang
pengabdian yang dipilih.Vollmer dan Mills sebagaimana dikutip Danim (2010:56) menyatakan
profesi adalah suatu pekerjaan yang menuntut kemampuan intelektual khusus yang diperoleh
melalui kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan untuk menguasai keterampilan atau
keahlian dalam melayani atau memberikan advis kepada orang lain dengan memperoleh upah
atau gaji dalam jumlah tertentu.

Critical Book Report adalah tugas kajian pustaka terkait pemecahan masalah atau pengkajian
yang mendalaman tentang konsep dan prinsip ilmu yang dipelajari yang berisi deskripsi, analisis,
bandingan, sintesis tentang isi buku, mengungkap kelebihan dan kelemahan, kesimpulan dan
critical position mahasiswa, yang dapat terdiri dari 1 (satu) bab buku teks atau 1 (satu) buku teks
secara keseluruhan, atau berbagai referensi buku yang digunakan sebagai sumber belajar pada
mata kuliah tertentu.pada karya ilmiah ini, penulis akan mendeskripsikan, menganalisis, dan
membandingkan dua buku diktat sebagai buku pegangan utama mahasiswa mata kuliah Profesi
Kependidikan dan satu buah buku pembanding.

Diharapkan dari makalah ini, mahasiswa dapat mengetahui kelemahan serta kelebihan dari buku
yang dikritisi

1
1.2 TUJUAN

Adapun tujuan dari tugas laporan ini adalah :

1. Mengulas keseluruhan isi Buku


2. Mencari informasi dalam buku
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan isi buku
4. Dan memenuhi tagihan tugas mata kuliah Profesi Kependidikan

1.3 MANFAAT

Adapun manfaat yang dapat diambil dari tugas laporan CBR ini adalah mendapat pengetahuan
dari dua buku yang dibaca, manfaat ini juga bisa dirasakan oleh orang lain karena penulis telah
memberikan gambaran terkait dengan buku yang akan dibaca sehingga waktu lebih efisien

2
1.4 IDENTITAS BUKU

1.4.1 IDENTITAS BUKU UTAMA

 Judul : Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan


 Edisi : Dr. Rusydi Ananda, M.Pd
 Pengarang / (Editor, jika ada) : Dr. Rusyadi Ananda / Amiruddin, M.Pd
 Penerbit : Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI)
 Kota terbit : Medan
 Tahun terbit : Februari 2018
 Jumlah halaman : 286 Halaman
 ISBN : 978-602-51316-0-8

1.4.2 IDENTITAS BUKU PEMBANDING

 Judul : Apa yang Salah Dengan Pelatihan Guru dan bagaimana kita bisa
Memperbaikinya.(What Went Wrong With Teacher Training and How We Can
Fix It
 Edisi : Edisi Pertama
 Pengarang / (Editor, jika ada) : Peter Mclaren
 Penerbit : Stylus Publishing,LLC
 Kota terbit : Sterling,Virginia
 Tahun terbit : 2010
 Jumlah halaman : 261 Halaman
 ISBN : 978-1-57922-437-0

3
BAB II RINGKASAN ISI BUKU

2.1 RINGKASAN ISI BUKU UTAMA

BAB I PENDAHULUAN

Kata profesi dalam bahasa Inggris adalah ―profession‖, dalam bahasa Belanda ―professie‖ yang
merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin ―professio‖ yang bermakna pengakuan atau
pernyataan.Kata profesi juga terkait secara generik dengan kata ―okupasi‖ (Indonesia),
accupation (Inggris), accupatio (Latin) yang bermakna kesibukan atau kegiatan atau pekerjaan
atau mata pencaharian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan profesi adalah bidang
pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu.
Menurut Tilaar (2002:86) profesi merupakan pekerjaan, dapat juga berwujud sebagai jabatan di
dalam suatu hirarki birokrasi yang menuntut keahlian tertentu serta memiliki etika khusus untuk
jabatan tersebut serta pelayanan baku terhadap masyarakat.

Profesional adalah jenis pekerjaan khas yang memerlukan pengetahuan, keahlian atau ilmu
pengetahuan yang digunakan dalam aplikasi untuk berhubungan dengan orang lain, instansi atau
lembaga (Yamin dan Maisah, 2010:30). Kata lain terkait dengan kata profesi adalah
―profesionalisme‖. Menurut Arifin (1991:105) profesionalisme berarti pandangan bahwa suatu
keahlian tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang mana keahlian itu hanya diperoleh
melalui pendidikan khusus atau latihan khusus. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan
profesionalisasi adalah proses membuat suatu badan organisasi agar menjadi profesional. Yamin
dan Maisah (2010:30) menjelaskan profesionalisasi adalah proses yang mengakibatkan pekerjaan
bergerak pada tingkat yang lebih tinggi atau lebih mudah.

Profesi menunjuk pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keadilan, tanggung jawab,
dan kesetiaan terhadap profesi. Suatu profesi secara teori tidak bisa dilakukan oleh sembarang
orang yang tidak dilatih atau disiapkan untuk itu. Profesional menunjuk pada dua hal yaiitu
penampilan seseorang yang sesuai dengan tuntutan yang seharusnya, dan menunjuk pada
individunya. Profesionalisme mengacu kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk
bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik profesinya. Profesionalitas menunjuk pada
derajat penampilan seseorang sebagai profesional atau penampilan suatu pekerjaan sebagai
profesi. Profesionalisasi menunjuk pada proses menjadikan individu sebagai seorang profesional
melalui pendidikan prajabatan dan/atau dalam jabatan.

Hak yang melekat pada diri tenaga kependidikan sebagaimana dipaparkan dalam Undang-
Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah
sebagai berikut: 1. Memperoleh penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan
memadai. 2. Memperoleh penghasilan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja. 3. Memperoleh
pembinaan karir sesuai dengan tuntunan pengembangan kualitas. 4. Memperoleh perlindungan
hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual. 5. Memperoleh
kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang

4
kelancaran pelaksanaan tugas. Sedangkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh tenaga
kependidikan adalah: 1. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis dan dialogis. 2. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan
mutu pendidikan. 3. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi da kedudukan
sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.sedangkan Klasifikasi tenaga
kependidikan sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan sebagai berikut:

1. Kepala satuan pendidikan adalah orang yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk
memimpin institusi atau satuan pendidikan. Termasuk tenaga kependidikan ini adalah:
Rektor,kepala sekolah,direktur atau istilah lainnya.
2. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan
pendidikan dengan tugas khusus sebagai profesi pendidik contoh :
guru,dosen,konselor,pengawas,pamong belajar,widyaiswara.tutor,fasilitator,ustad
3. Tenaga kependidikan lainnya adalah orang yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan
pendidikan pada satuan pendidikan atau institusi walaupun tidak secara langsung terlibat
dalam proses pendidikan contoh : wakil kepala sekolah,pustakawan,laboran,tata
usaha,pelatih ekstrakurikuler, dan petugas keamanan.

BAB II GURU

Kata ―GURU‖ ditengah-tengah masyarakat merupakan akronim dari orang yang di ―gugu‖ dan
di ―tiru‖ yaitu orang yang selalu dapat ditaati dan diikuti (Yamin dan Maisah, 2010:88). Dalam
hal ini guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada orang lain,melaksanakan
pendidikan dan pembelajaran ditempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan
formal, tetapi bisa juga di masjid, di rumah dan sebagainya (Djamarah, 2005:31). Dalam
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan |
20 pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Hal ini sejalan dengan penjelasan Pidarta (1997:265) bahwa guru dan dosen adalah
pejabat professional sebab mereka diberi tunjangan professional.

Peran dan fungsi guru berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran. Secara
khusus dalam pembelajaran guru mempunyai peran dan fungsi untuk mendorong, membimbing
dan memfasilitas siswa untuk belajar. Ki Hajar Dewantara menegaskan pentingnya peran dan
fungsi dalam pendidikan dengan ungkapan: Ing ngarsa sung tulada berarti guru berada di depan
memberi teladan, ing madya mangun karsa, berarti guru berada ditengah menciptakan peluang
untuk berprakarsa, dan tut wuri handayani berarti guru dari belakang memberikan dorongan dan

5
arahan. Konsep yang dikemukakan Ki Hajar Dewantara ini menjadi pedoman dalam
melaksanakan pendidikan dan pembelajaran di Indonesia.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru dapat dilihat bahwa kualifikasi guru terdiri dari:

1.Kualifikasi akademik guru pada satuan pendidikan jalur formal

 Kualifikasi Akademik Guru PAUD/TK/RA ,harus memiliki kualifikasi akademik


pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan
anak usia dini atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
 Kualifikasi Akademik Guru SD/MI. Guru pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat,
harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau
sarjana (S1) dalam bidang pendidikan SD/MI (D-IV/S1 PGSD/PGMI) atau psikologi
yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
 Kualifikasi Akademik Guru SMP/MTs. Guru pada SMP/MTs, atau bentuk lain yang
sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-
IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
 Kualifikasi Akademik Guru SMA/MA. Bab 2 - Guru | 39 pendidikan minimum diploma
empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
 Kualifikasi Akademik Guru SDLB/SMPLB/SMALB, harus memiliki kualifikasi
akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program
pendidikan khusus atau sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan/diampu, dan program studi yang terakreditasi.
 Kualifikasi Akademik Guru SMK/MAK, harus memiliki kualifikasi akademik
pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai
dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan program studi yang terakreditasi.

2. Kualifikasi Akademik Guru Melalui Uji Kelayakan dan Kesetaraan. Kualifikasi akademik
yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat sebagai guru dalam bidang-bidang khusus yang sangat
diperlukan tetapi belum dikembangkan di perguruan tinggi dapat diperoleh melalui uji kelayakan
dan kesetaraan.

Sebagai konsekuensi tugas profesionalnya, maka guru mendapatkan hak-haknya. Di dalam


Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan
hak-hak yang diperoleh guru. sebagai berikut:

6
1. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minium dan jaminan kesejahteraan
sosial.
2. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
3. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual.
4. Memperoleh dan memanfaatkan sarana prasarana pembelajaran untuk menunjang
kelancaran tugas keprofesionalan
5. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan,
penghargaan dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan.

Di dalam peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan reformasi Birokrasi
nomor 16 Tahun 2009 diatur jenjang jabatan dan pangkat fungsional guru. Jenjang jabatan
fungsional guru dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi adalah,Guru pertama,Guru
muda,Guru madya, dan Guru utama.

BAB III KEPALA SEKOLAH

Secara etimologis, kepala sekolah merupakan padanan dari school principal yang bertugas
menjalankan principalship atau kekepala sekolahan. Istilah kekepalasekolahan artinya segala
sesuatu yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi sebagai kepala sekolah. Selain sebutan
kepala sekolah, ada juga sebutan lain yaitu administrator sekolah (school
administrator),pimpinan sekolah (school leader), manajer sekolah (school manajer). Rugaiyah
dan Sismiati (2011:6) menjelaskan kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk
memimpin TK/RA, TKLB, SD/MI, SDLB, SMO/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMK/MAK,
SMALB yang bukan rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) atau tidak dikembangkan
menjadi sekolah bertaraf internasional (SBI). Kualifikasi umum harus dimiliki untuk menjadi
kepala sekolah/madrasah adalah sebagai berikut:

1. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan
atau nonkependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi.
2. Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi- tingginya 56 tahun.
3. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenjang
sekolah masing-masing,kecuali di Taman Kanak- kanak /Raudhatul Athfal (TK/RA)
memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA.
4. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi
non-PNS disetarakan

Adapun Kompetensi Kepribadian yang harus dimiliki seorang kepala sekolah antara lain :
Berakhlak mulia,Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin,selalu konsisten dalam
berpikir, bersikap, berucap,memiliki komitmen,tegas dalam mengambil sikap,disiplin,memiliki
keinginan yang kuat dalam pengembangandiri sebagai kepala sekolah/madrasah.

7
Fungsi dan peran kepala sekolah dijelaskan oleh Mulyasa (2005:98-120) adalah sebagai berikut:
(1) kepala sekolah sebagaiedukator, (2) kepala sebagai manajer, (3) kepala sekolah sebagai
administrator, (4) kepala sekolah sebagai supervisor, (5) kepala sekolah sebagai leader, (6)
kepala sekolah sebagai inovator, dan (7) kepala sebagai motivator

BAB IV PENGAWAS SEKOLAH

Pemaknaan terhadap kata supervisor (pengawas sekolah)tidak dapat dipisahkan dengan kata
supervisi. Secara etimologis kata supervisi berasal dari bahasa Inggris yaitu supervision yang
terdiri dari kata super dan vision. Kata super bermakna atas atau lebih, sedangkan kata vision
berarti lihat atau awasi, dengan demikian dapatlah dimaknai bahwa supervisi yaitu melihat dari
atas atau melakukan pengawasan. Sehingga kata supervisor dimaknai sebagai orang atau pihak
yang melakukan pengawasan. pengawas sekolah (supervisor) adalah personil yang memberikan
layanan bantuan kepada personil sekolah dan lembaga pendidikan dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan di lembaga pendidikan tersebut. Keberadaannya memberikan dorongan dan
bantuan dalam menyelesaikan segala jenis dan bentuk persoalan yang muncul dalam
pembelajaran dan manajerial di sekolah.

Secara khusus, pengawas pendidikan memiliki tugas membantu guru untuk meningkatkan
kemampuan profesionalnya, meliputi hal-hal sebagai berikut:

 Membantu guru untuk lebih memahami dan menghayati tujuan-tujuan pendidikan


 Membantu guru untuk lebih memahami kebutuhan dan masalah yang dihadapi peserta
didik.
 Membantu guru dalam menerapkan kepemimpinan efektif dalam rangka meningkatkan
profesional guru.
 Membantu guru meningkatkan kemampuan penampilannya di dalam kelas.
 Membantu guru dalam mendesain program pembelajaran.
 Membantu guru meningkatkan kompetensi, baik kompetensi kepribadian, pedagogik,
profesional maupunsosial.
 Mendorong guru untuk meningkatkan jabatan karirnya.

Menurut Siahaan dkk (2006:65), tugas-tugas pengawas adalah: (1) menyusun dan melaksanakan
pedoman kegiatan tahunan, (2) membimbing pelaksanaan kurikulum, (3) membimbing tenaga
teknis, (4) membimbing tata usaha, (5) membimbing penggunaan dan pemeliharaan sarana
belajar serta menjaga kualitas dan kuantitas sarana sekolah, (6) membimbing hubungan
kerjasama dengan instansi Pemerintah, Dunia Usaha, dan Komite Sekolah, dan (7)
menyampaikan laporan hasilpelaksanaan tugas.

8
Beban kerja pengawas sekolah/madrasah sebagaimanadiatur dalam Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan
Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya adalah 37,5 jam perminggu termasuk di
dalamnya pelaksanaan pembinaan, pemantauan, penilaian dan pembimbingan di
sekolah/madrasah binaan.sedangkan Kualifikasi yang harus dimiliki pengawas sekolah
dijelaskan oleh Siahaan dkk (2006:35-36) adalah: (1) kualifikasi yang bersifat normatif, dan (2)
kualifikasi yang bersifat konstruktif. Selanjutnya terkait dengan kompetensi pengawas sekolah
dipaparkan di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 12 Tahun 2007 tentang
Standar Pengawas Sekolah/Madrasah dinyatakan bahwa kompetensi pengawas sekolah/madrasah
meliputi: (1) kompetensi kepribadian, (2) kompetensi supervisi manajerial, (3) kompetensi
supervise akademik, (4) kompetensi supervisi evaluasi pendidikan, (5) kompetensi penelitian
pengabdian, dan (6) kompetensi sosial.

BAB V PENILIK

Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan dinyatakan bahwa penilik adalah tenaga kependidikan dengan tugas utama
melakukan kegiatan pengendalian mutu dan evaluasi program dampak pendidikan anak usia dini
(PAUD), pendidikan kesetaraan dan keaksaraan serta kursus pada jalur pendidikan nonformal
dan informal (PNFI).

Jabatan fungsional penilik adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup, tugas,
tanggung jawab, dan wewenanguntuk melakukan kegiatan pengendalian mutu dan evaluasi
dampak program pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan kesetaraan dan keaksaraan,
serta kursus pada jalur PendidikanNonformal dan Informal (PNFI) sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil

Mengenai kualifikasi penilik diatur dalam PeraturanMenteri Negara Pendayagunaan Aparatur


Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 14 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Penilik dan
Angka Kreditnya dijelaskan sebagai berikut:

1. Berstatus sebagai pamong belajar pamong atau jabatansejenis di lingkungan pendidikan


nonformal dan informal sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun, atau pernah menjadi pengawas
pendidikan formal.
2. Berijazah paling rendah S1/D-IV sesuai kualifikasi bidang kependidikan yang ditentukan.
3. Pangkat paling rendah Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III-b.
4. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) paling-kurang bernilai baik dalam satu
tahun terakhir.
5. Lulus seleksi sebagai penilik.
6. Pengangkatan jabatan Penilik dari jabatan pamong belajar, jabatan pengawas sekolah dan
jabatan Guru, berusia paling tinggi 54 tahun

9
7. Pengangkatan jabatan Penilik dari jabatan pamong atau jabatan sejenis di lingkungan
pendidikan nonformal dan informal, berusia paling tinggi 50 tahun.
8. Pegawai Negeri Sipil yang diangkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 2
(dua) tahun setelah diangkat harus mengikuti dan lulus diklat fungsional Penilik.
9. Penetapan jabatan fungsional ditetapkan berdasarkan angka kredit diperoleh dari unsur
utama dan unsur penunjang setelah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan
angka kredit.
10. Pamong belajar atau jabatan sejenis di lingkungan pendidikan formal dan informal

Di samping persyaratan sebagaimana di atas,pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan


penilik dilaksanakan sesuai formasi jabatan Penilik yang ditetapkan oleh Kepala Daerah masing-
masing setelah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang
Pendayagunaan Aparatur Negara berdasarkan pertimbangan Kepala Badan Kepegawaian
Negara.Formasi jabatan fungsional Penilik ditetapkan satu kecamatan paling banyak 6 (enam)
orang.Jabatan dan Pangkat Penilik.Jenjang jabatan fungsional penilik dari mulai yang terendah
sampai tertinggi sebagai berikut: Penilik pertama,Penilik muda,Penilik madya,danPenilai utama

BAB VI KONSELOR

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Konselor menjelaskan konselor adalah tenaga pendidik profesional
yang telah menyelesaikan pendidikan akademik strata 1 program studi bimbingan dan konseling
dan program pendidikan profesi konselor dari perguruan tinggi penyelenggara program
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi.

Tugas pokok guru bimbingan konseling adalah menyusun program bimbingan, melaksanakan
program bimbingan,mengevaluasi program bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan dan
tindak lanjut dalam program bimbingan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa guru
bimbingan konseling adalah guru yang memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
secara penuh dalam melaksanakan bimbingan konseling di sekolah. Mereka bertanggung jawab
untuk merencanakan,melaksanakan, mengevaluasi pelaksanaan program, menganalisis program
yang telah dievaluasi serta merumuskan bentuk-bentuk tindak lanjut yang akan diambil untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensinya.dengan rincian tugas guru bimbingan konseling
adalah:

1. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling.


2. Merencanakan program bimbingan dan konseling.
3. Melaksanakan segenap program satuan layanan bimbingan dan konseling.

10
Dalam menjalankan layanan tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) guru pembimbing adalah
melaksanakan enam bidang bimbingan sebagai berikut:

1. Bidang pelayanan pengembangan kehidupan pribadi yaitu pelayanan yang membantu


peserta didik dalam memahami, menilai dan mengembangkan potensi dan kecakapan
2. Bidang pelayanan pengembangan kehidupan sosial yaitu pelayanan yang membantu peserta
didik dalam memahami dan menilai serta kemampuan hubungan sosial yang sehat
3. Bidang pelayanan pengembangan kemampuan belajar yaitu pelayanan yang membantu
peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan
sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri.
4. Bidang pelayanan pengembangan karir yaitu pelayanan yang membantu peserta didik
dalam memahami dan menilai informasi serta memilih dan mengambil keputusan karir.
5. Bidang pelayanan pengembangan kehidupan berkeluarga yaitu pelayanan yang membantu
peserta didik dalam memahami, menilai dan memilih pasangan hidup untuk membina
rumah tangga yang rukun damai serta mencapai kematangan.
6. Bidang pelayanan pengembangan kehidupan keberagamaan yaitu pelayanan yang
membantu peserta didik mengembangkan kematangan dalam peningkatan iman, takwa dan
akhlak mulia dengan cara menyadari diri

Kualifikasi akademik konselor atau guru bimbingan konseling sebagaimana dicantumkan di


dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor adalah sarjana pendidikan (S1) dalam bidang
bimbingan dan konseling dan berpendidikan profesi konselor. bimbingan konseling adalah
proses pemberian bantuan yang diberikan oleh konselor kepada peserta didik agar mencapai
kemandirian, proses tersebut dilakukan atau hubungan timbalik balik melalui pertemuan tatap
muka. Menurut Hikmawati (2010:16) fungsi bimbingan konseling di sekolah sebagai berikut :
fungsi
pemahaman,preventif,penegembangan,penyembuhan,penyaluran,adaptasi,penyesuaian,perbaik
an,fasilitasi, dan pemeliharaan

Tujuan pemberian layanan bimbingan konseling Yusuf dan Nurihsan (2008:13) adalah agar
individu dapat: (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta
kehidupannnya di masa yang akan datang, (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan
yang dimilikinya seoptimal mungkin, (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan,
lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya, dan (4) mengatasi hambatan dan kesulitan
yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat,maupun
lingkungan kerja.Asas-asas bimbingan konseling dipaparkan Prayitno dan Amti (2004:115-
120) adalah asas kerahasiaan, asas kesukarelaan, asas keterbukaan, asas kekinian, asas
kemandirian, asas kegiatan, asas kedinamisan, asas keterpaduan, asas kenormatifan, asas
keahlian, asas alih tangan, dan asas tut wuri handayani.

11
Dalam melaksanakan layanan bimbingan konseling khususnya di sekolah dilakukan dengan
landasan-landasan yang melandasinya, dalam hal ini menurut Prayitno dan Amti (2004:137-
180) yaitu landasan filosofis, landasan religious,landasan psikologis, landasan sosial budaya,
landasan ilmiah dan teknologis dan landasan pedagogis. Terdapat beberapa prinsip dasar yang
dipandang sebagai fondasi bagi layanan bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip ini berasal
dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian layanan
atau bantuan, baik di sekolah maupuun di luar sekolah. Dalam pelayanan bimbingan konseling
prinsip-prinsip yang digunakan bersumber dari kajian filosofis,hasil-hasil penelitian dan
pengalaman praktis tentang hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam
konteks sosial budayanya, pengertian, tujuan, fungsi dan proses penyelenggaraan bimbingan
konseling

BAB VII PUSTAKAWAN

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan


dijelaskan bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh
melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan
tanggungjawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan

Di dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negeri Republik Indonesia nomor


132/KEP/M.PAN/12/2002 tahun 2002 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka
Kreditnya dinyatakan bahwa tugas pokok pejabat fungsional pustakawan tingkat terampil
meliputi: pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber
informasi,pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi.Sedangkan tugas pokok
pustakawan tingkat ahli meliputi pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan
pustaka/sumber informasi, pemasyarakatan perpustakaan,dokumentasi dan informasi serta
pengkajian pengembangan perpustakaan, dokumentasi dan informasi.

Dalam konteks penyelenggaraan perpustakaan di sekolah/madrasah, maka peran utama


pustakawan sangatlah penting, terutama ikut andil dalam mengisi tujuan, dan misi sekolah
serta prosedur evaluasi. Pustakawan bersama-sama dengan kepala sekolah dan guru terlibat
dalam pengembangan perencanaan dan implementasi kurikulum. Pustakawan dituntut untuk
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam hal penyediaan informasi dan mampu
menemukan solusi dari setiap problematika informasi dan dituntut sebagai seorang ahli yang
mampu memenuhi kebutuhan warga sekolah.Pada dasarnya tugas pustakawan di
sekolah/madrasah berperan dalam mengkampanyekan gemar membaca dan mempromosikan
literatur kepada warga sekolah (peserta didik,pendidik, kepala sekolah maupun staf
administrasi).

Berkaitan dengan kualifikasi dan standar kompetensi pustakawan khususnya pustakawan


sekolah/madrasah di atur di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun
2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah,di dalamnya dijelaskan bahwa

12
setiap sekolah/madrasah untuk semua jenis dan jenjang yang mempunyai jumlah tenaga
perpustakaan sekolah/madrasah lebih dari satu orang,mempunyai lebih dari enam rombongan
belajar (rombel), serta memiliki koleksi minimal 1000 (seribu) judul materi perpustakaan dapat
mengangkat kepala perpustakaan sekolah/madrasah.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan


dicantumkan mengenai jenis-jenis perpustakaan sebagai berikut:

1. Perpustakaan Nasional.Perpustakaan nasional melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang


perpustakaan dan berkedudukan di Ibukota Negara.

2. Perpustakaan Umum dalam penyelenggaraanya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai


Perpustakaan umum diselenggarakan oleh Pemerintah,Pemerintah Propinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota,Kecamatan, dan Desa/ Kelurahan, serta dapat diselenggarakan oleh masyarakat

3. Perpustakaan sekolah/madrasah dalam penyelenggaraannya memperhatikan prinsip setiap


sekolah/madrasah menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standar nasional

4. Perpustakaan Perguruan Tinggi memiliki prinsip-prinsip pengelolaan perpustakaan sebagai


setiap perguruan tinggi menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standar nasional
perpustakaan dengan memperhatikan standar nasional pendidikan

5. Perpustakaan Khusus.memiliki prinsip-prinsip penyelenggaraan perpustakaan sebagai


perpustakaan khusus menyediakan bahan perpustakaan sesuai dengan kebutuhan pemustaka di
lingkungannya.

BAB VIII LABORAN

Rugaiyah dan Sismiati (2011:7) menjelaskan laboran adalah petugas non guru yang membantu
guru untuk melaksanakan kegiatan praktikum (meliputi penyiapan bahan, membantu pelakanaan
praktikum, serta mengemasi/membersihkan bahan dan alat setelah praktikum).Selain itu laboran
adalah teknisi yang membantu guru dalammelaksanakan pembelajaran yang berupa peragaan
atau praktikum.Oleh karena seorang laboran bekerja di labotarorium maka seyogyanya seorang
laboran harus memiliki hard skills dan soft skills yang memadai, inisiatif, ketekunan, kreativitas,
kecakapan,ketrampilan serta pengetahuan terkait dengan pengelolaan laboratorium.

Laboratorium atau dikenal dengan istilah ―lab‖ adalah tempat dilakukannya riset (penelitian
ilmiah), eksperimen (percobaan) pengukuran, ataupun pelatihan ilmiah. Oleh karena
laboratorium sebagai tempat kegiatan riset, penelitian,percobaan, pengamatan serta pengujian
ilmiah, maka laboratorium memiliki fungsi yang penting. Berikut beberapa fungsi laboratorium
sebagaimana dijelaskan oleh Decaprio (2013:17-19) sebagai berikut:

1. Menyeimbangkan antara teori dan praktek ilmu dan menyatukan antara teori dan praktek.
2. Memberikan keterampilan kerja ilmiah kepada penggunanya.

13
3. Memberikan dan memupuk keberanian penggunanya untuk mencari hakikat kebenaran
ilmiah dari suatu objek keilmuan dalam lingkungan alam dan lingkungan sosial.
4. Menambah keterampilan dan keahlian dalam mempergunakan alat media yang tersedia di
dalam laboratorium untuk mencari dan menentukan kebenaran ilmiah
5. Memupuk rasa ingin tahu mengenai berbagai macam keilmuan sehingga akan mendorong
untuk selalu mengkaji dan mencari kebenaran ilmiah dengan cara penelitian
6. Laboratorium dapat memupuk dan membina rasa percaya diri dalam keterampilan yang
diperoleh atau terhadap penemuan yang didapat.
7. Laboratorium dapat menjadi sarana belajar untuk memahami segala ilmu pengetahuan
yang masih bersifat abstrak sehingga menjadi sesuatu yang bersifat konkret dan nyata.

Secara sederhana laboratorium dapat dikelompokkan atas dua jenis yaitu:

 Laboratorium pendidikan, yaitu laboratorium yang digunakan untuk pendidikan baik


di tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Penggunaan ditujukan untuk
menunjang pelaksanaan pembelajaran.
 Laboratorium Bahasa sebagai sarana pembelajaran
 Selain laboratorium IPA dan laboratorium Bahasa,terdapat laboratorium pendidikan
lainnya yang dijumpai di sekolah/madrasah, laboratorium yang dimaksud adalah
laboratorium komputer.
 Laboratorium riset yaitu laboratorium yang digunakan oleh praktisi keilmuan dalam
upaya menemukan sesuatu untuk meneliti suatu hal yang menjadi bidang keahliannya

BAB IX TENAGA ADMINITRASI

Kata administrasi berasal dari bahasa latin yaitu ad yang berarti intensif, dan ministrare yang
berarti melayani, membantu, menolong,memudahkan, mengatur atau memenuhi. Dengan
demikian administrasi merujuk kepada kegiatan atau usaha untuk membantu, melayani,
memudahkan atau mengatur semua kegiatan di dalam mencapai suatu tujuan (Danim dan
Khairil,2012:207). tenaga administrasi sekolah adalah orang yang melakukan kegiatan atau usaha
untuk membantu, melayani, memudahkan atau mengatur semua kegiatan administrasi di sekolah.

Selanjutnya mengenai kompetensi tenaga administrasi sekolah/madrasah sebagaimana tercantum


di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Administrasi Sekolah/Madrasah dipaparkan sebagai berikut:

1. Kepala Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah.kompetensi kepribadian, sosial, teknis, dan


manajerial

2. Pelaksana Urusan.kompetensi kepribadian sosial, dan teknis pelaksana

3. Petugas Layanan Khusus.kompetensi kepribadian, sosial, dan teknis petugas layanan khusus

14
BAB X DOSEN

Padanan kata dosen dalam bahasa Inggris yaitu lecturer dan dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, dosen diartikan sebagai pensyarah atau pengajar di perguruan tinggi.Di dalam
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan
dosen adalah pendidik dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan,
dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang
berperan penting dalam menyebarkan, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan bagi
kepentingan dan kesejahteraan masyarakat,maka dosen memiliki kedudukan sebagai berikut:

1. Dosen berkedudukan sebagai tenaga profesional yang berfungsi sebagai agen


pembelajaran, pengembang ilmu pengetahuan, teknologi, seni serta pengabdi kepada
masyarakat.
2. Dosen mempunyai kedudukan sebagai tenaga professional pada jenjang perguruan tinggi.
3. Dosen berkedudukan sebagai pejabat fungsional dengan tugas utama di perguruan tinggi

Kualifikasi akademik dosen di dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa dosen memiliki
kualifikasi akademik minimum:

1. Lulusan program magister untuk program diploma atau program sarjana.


2. Lulusan program doktor untuk program pascasarjana.
3. Setiap orang yang memiliki keahlian dengan prestasi luar biasa dapat diangkat menjadi
dosen

Kualifikasi akademik yang berkaitan pengetahuan, sikap dan keterampilan secara khusus tidak
diatur oleh pemerintah,tetapi diserahkan kepada masing-masing satuan pendidikan tinggi melalui
senat perguruan tinggi. Demikian pula halnya dengan kompetensi dosen diserahkan sepenuhnya
pada perguruan tinggi masing-masing sesuai dengan karakteristik program studinya.di dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 37 tahun 2009 tentang Dosen, maka sebagai
pendidik dan tenaga profesional, dosen berhak mendapatkan hak-hak sebagai berikut:

1. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan kesejahteraan sosial.


2. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
3. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas prestasi kerja, seperti
perlindungan hukum,perlindungan profesi dan perlindungan keselamatan kerja dan
kesehatan kerja.
4. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi akses sumber belajar,
informasi, sarana dan prasarana pembelajaran, serta penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat
5. Memiliki kebebasan akademik, mimbar akademik, dan otonomi keilmuan.

15
6. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian secara objektif, transparan, dan
akuntabel dan menentukan kelulusan peserta didik.
7. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi/organisasi keilmuan.
8. Memperoleh cuti.

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor 36 tahun 2001 tentang Petunjuk Teknis
Penilaian Angka Kredit Jabatan Dosen adalah sebagai berikut:

1. Asisten ahli.

 Penata muda, golongan ruang III-a.


 Penata muda tingkat I, golongan ruang III-b.

2. Lektor.

 Penata, golongan ruang III-c.


 Penata tingkat I, golongan ruang III-d.

3. Lektor kepala.

 Pembina, golongan ruang IV-a.


 Pembina tingkat, golongan ruang IV-b.
 Pembina utama muda, golongan ruang IV-c.

4. Guru besar.

Dosen yang berhak untuk mengikuti sertifikasi tersebut apabila memenuhi syarat sebagai
berikut:

1. Memiliki pengalaman kerja sebagai pendidik pada perguruan tinggi sekurang-kurangnya


2 (dua) tahun
2. Memiliki jabatan akademik sekurang-kurangnya asisten ahli.
3. Lulus sertifikasi yang dilakukan perguruan tinggi yang menyelenggarakan program
pengadaan tenaga kependidikan pada perguruan tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah.

2.2 RINGKASAN ISI BUKU PEMANDING

BAB I SEJARAH DAN FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN GURU

Sejarah diskriminasi yang tidak terpisahkan, perebutan ideologis, sekolah, dan pengajaran
menjelaskan kegagalan pendidikan guru dulu dan sekarang.analisis Bernard (1972), '' ketika
seseorang berpikir tentang pendidikan tidak hanya sebagai pedagogi tetapi sebagai keseluruhan
proses dimana budaya mentransmisikan dirinya sendiri lintas generasi '' (hlm. 14). Para
pemimpin sistem pendidikan Amerika yang masih bayi mempromosikan penggunaan pendidikan
sebagai sarana untuk menyortir kelas (Cubberly, 1919), dengan demikian memastikan bahwa

16
sekolah akan menjadi pabrik yang menghasilkan manusia yang cocok untuk masyarakat
(Cremin, 1961). Sekolah umum sebagai organisasi tidak pernah dirancang untuk mendidik anak-
anak miskin dan beragam (Lezotte, 1994) atau menggembar-gemborkan perempuan sebagai
tokoh profesional pendidikan yang terlibat (Spring, 1997). Hofstadter (1963) mencatat,‖Sosok
guru sekolah mungkin saja diambil sebagai simbol sentral dalam masyarakat modern manapun
―(hlm.309). Namun, identitas, tujuan, dan hakikat sebenarnya dari mengajar, atau apa artinya
menjadi seorang guru, seringkali jauh lebih sulit dipahami. Peran dan resep masyarakat tentang
apa artinya menjadi guru telah berubah karena tuntutan publik dan agenda politik telah berubah
sepanjang sejarah sejak dimulainya pengajaran dan sekolah.

Data terbaru yang tersedia dari Pusat Statistik Pendidikan Nasional (NCES, nd) menunjukkan
bahwa populasi sekolah negeri di Amerika Serikat lebih beragam daripada sebelumnya dalam
sejarahnya. Sistem sekolah Amerika saat ini melayani sekitar 48,8 juta siswa. Dari jumlah itu,
hanya lebih dari setengahnya adalah mahasiswa kulit putih non-Hispanik (56,9%). Kelompok
demografis terbesar berikutnya adalah siswa Hispanik (18,8%) dan siswa Afrika Amerika (17%).
Merupakan bagian yang lebih kecil tetapi tetap signifikan dari populasi usia sekolah di Amerika
Serikat adalah siswa Asia / Kepulauan Pasifik (4,3%) dan siswa Indian Amerika / Penduduk Asli
Alaska (1%).Sejarah Singkat Pendidikan Guru Amerika telah diartikulasikan baik dalam
penelitian pendidikan dan cerita anekdot dari orang tua dan keluarga anak usia sekolah, peran
dan tujuan pendidikan guru adalah masalah perdebatan yang jauh lebih besar (Darling-
Hammond, 2006 ). Lebih khusus lagi, perbedaan ideologis dan filosofis sehubungan dengan jenis
program yang ditawarkan, durasi program tersebut.

Pendidikan, atau awal mulanya, di Koloni Teluk Massachusetts kolonial dan New England
ditandai oleh kerapuhan sosial dan politik. Keseimbangan yang cermat antara memungkinkan
melek huruf dan membatasi perbedaan pendapat dan pemberontakan terus dicari. pertengahan
abad ke-18 dan berlanjut selama hampir seratus tahun berikutnya, sekolah dan pendidikan
menjadi usaha yang semakin terbuka. Berbagai jenis dan konfigurasi sekolah bermunculan:
sekolah tata bahasa, akademi, sekolah kecil, dan sekolah umum. Universitas dan perguruan
tinggi juga didirikan antara Revolusi dan Perang Sipil. Jumlah anak yang bersekolah meningkat
begitu juga dengan keragaman populasi siswa. Meskipun itu tetap terutama untuk kelas atas,
anak laki-laki dan laki-laki kulit putih, itu menjadi umum bagi gadis-gadis muda untuk
mendapatkan setidaknya beberapa tingkat pendidikan bahkan jika pendidikan itu terjadi di rumah
atau di sekolah perempuan. Sekolah misionaris bertahan dalam tujuan mereka untuk
mengasimilasi penduduk asli Amerika dan imigran ke dalam cara hidup Tanah Baru.

Feminisasi Awal Pengajaran (Sekitar 1800),Seiring bertambahnya populasi usia sekolah, begitu
pula permintaan akan sekolah dan guru.meskipun Sekolah misi, sekolah amal, dan sejenisnya
hanya dapat diakses oleh sejumlah anak dan warga negara non-kulit putih. Ketersediaan dan
kualitas sekolah sangat terkait dengan ketersediaan dan kualitas guru dan sumber daya sekolah di
komunitas di mana sumber daya tersedia, sekolah dibangun, guru diangkat.

17
Dari awal yang sederhana, sekolah umum di Amerika Serikat penuh dengan komplikasi dan
tidak berkembang dengan mulus, cara yang terorganisir, tetapi pada kenyataannya merupakan
bagian penting dari apa yang kemudian disebut sebagai ―Eksperimen Amerika Hebat‖( the Great
quest) perjalanan unik sebuah bangsa yang ingin menjadi tempat yang mandiri, sukses, kuat, dan
demokratis di mana orang-orangnya terpelajar dan terpelajar. Pertengahan abad ke-18
menyaksikan lonjakan pendidikan publik dan upaya untuk bergerak menuju kohesi

Sekolah Normal untuk Warga yang Baik (1830-1920),Sekolah normal menandai perubahan
tajam ke arah sentralisasi sekolah dan pendidikan di negara muda dan tetap menjadi benteng
dalam pendidikan (dan pendidikan guru) selama hampir satu abad. Mekanisme baru
diimplementasikan, dewan pendidikan dibentuk, dan mandat untuk kurikulum dan pengajaran
diberlakukan pada pendidikan dalam upaya untuk memberikan stabilitas dan struktur pada sistem
sekolah umum yang dikonseptualisasikan dan tidak terorganisir dengan sangat longgar. Ketika
sekolah biasa bermunculan di seluruh negeri, kehadiran meningkat; namun, jumlah guru terlatih
tetap rendah. Siswa sekolah normal adalah siswa sementara, keluar masuk sekolah, dan banyak
siswa yang menyelesaikan kurikulum tidak pernah mengajar atau hanya mengajar sebentar
karena mereka memandang pendidikan sekolah normal sebagai langkah maju dari kehidupan
pedesaan.pada tahun berikutnya (1830–1920),Model sekolah normal tumbuh dan bereplikasi,
tetapi akses ke pendidikan sekolah normal terbatas dan membatasi. Tidak hanya pendidikan
sekolah biasa yang mahal tetapi juga memakan waktu untuk menyelesaikannya, membutuhkan
satu tahun yang solid untuk menyelesaikan satu program studi untuk mengajar. Kehadiran,
keterjangkauan, dan akses ke program sekolah normal yang lengkap untuk pendidikan guru
merupakan tantangan bagi banyak warga, terutama bagi kelas pekerja, pedesaan, dan / atau
individu miskin. Gerakan sekolah menengah dimulai di kota dan awal abad ke-20 juga meluas ke
sebagian besar pedesaan.Sederhananya, sekolah menengah menawarkan lebih banyak guru
dengan pendidikan yang lebih tinggi dan berfungsi sebagai dasar upaya para reformis untuk
menghasilkan guru dari dan untuk sekolah normal. Kursus dinilai dan hierarkis berdasarkan usia
dan prestasi.meskipun anak laki-laki dan perempuan diterima dengan tingkat yang hampir sama,
sebagian besar siswa yang lulus adalah perempuan.

Sekolah normal pertama didirikan pada tahun 1839. Hanya 30 tahun kemudian, terdapat 35
sekolah, dan pada tahun 1927 terdapat hampir 200 sekolah normal di 46 dari 48 negara bagian.
Sekolah normal di Selatan dipisahkan.Sekolah normal menawarkan kurikulum yang paling mirip
dengan 2 tahun terakhir sekolah menengah saat ini dan kurikulum perguruan tinggi biasa yang
pertama. Pada 1920, hampir satu abad setelah sekolah normal pertama dibuka, sebagian besar
menawarkan program studi 4 tahun dan telah pindah ke perguruan tinggi. Meskipun sebagian
besar setuju bahwa pendidikan sekolah normal ideal untuk persiapan guru, relatif sedikit siswa
yang benar-benar menyelesaikan studi penuh. Pada tahun 1868, di tengah tekanan akreditasi
yang intens dan kekurangan guru, Dewan Bupati New York memilih untuk mendirikan Sekolah
Normal Harian (kemudian berganti nama menjadi Sekolah Tinggi Normal Kota New York)
untuk wanita dan memberinya kekuasaan untuk memberikan sertifikat pengajaran tanpa

18
pemeriksaan lebih lanjut.pada tahun 1930-an, perbedaan antara sekolah normal, sekolah
menengah atas, perguruan tinggi, dan universitas masih cukup kabur, di sekolah kulit hitam dan
putih. Namun demikian, program pendidikan guru, seperti di kebanyakan universitas, ditawarkan
di tingkat pra-perguruan tinggi.

pada tahun 1957 melambungkan pendidikan dan pendidikan guru (dan kritik pedas dari
keduanya) menjadi sorotan nasional dan internasional. Pada tahun 1960, pendidikan guru adalah
monopoli universitas, dan kesenjangan antara pendidik guru dan pengajar di bidang lain yang
lebih tradisional semakin dalam dan berkembang. Upaya reformasi signifikan yang didukung
oleh dana besar dari uang swasta berusaha untuk menyatukan dua entitas yang bersaing ini untuk
bekerja dengan asumsi bahwa bukan hanya tanggung jawab perguruan tinggi pendidikan untuk
mendidik guru tetapi juga seluruh universitas.

BAB II PROGRESIVISME LIBERAL DI THE CROSSROADS

Menuju Filsafat Kritis Pendidikan Guru.John Dewey.mengembangkan filosofi pendidikan


berdasarkan kesukaanya yang tumbuh dengan disonansi antara pengalaman remaja di kelas dan
kondisi aktual serta interaksi pengalaman siswa di masyarakat. Ide Dewey kemudian dikenal
sebagai pragmatisme sosial, istilah yang merujuk kepeduliannya pada hubungan antara pikiran
dan tubuh, komunikasi, dan bagaimana pengalaman siswa dapat memberikan dasar untuk
pemecahan masalah yang cerdas. Dalam penilaian John Baldacchino (2008), pemikiran
pendidikan Dewey mengajarkan kita bagaimana berfilsafat. kita diajari cara bergerak dan
memahami beragam pengalaman yang berbeda dan memang berbeda sifat dan impornya Filsafat,
dengan kata lain, dapat menjadi dasar untuk membangun praksis pendidikan yang terkait dengan
pengejaran pluralisme (yaitu keragaman pandangan).

Aliran dominan reformasi pendidikan mengacu pada serangkaian proses yang berlangsung di
sepanjang kontinum ide dominan, norma, dan nilai-nilai masyarakat dan kondisi konkret, nyata,
dan historis yang telah membentuk filosofi dan praktik pendidikan Pada tingkat yang tidak sehat,
sistem dan struktur pendidikan hierarkis yang memisahkan si miskin dari si kaya (atau yang
memiliki adat istiadat, menurut beberapa lingkaran politik) dianggap sebagai hal yang tidak
menyenangkan tetapi tidak dapat dihindari dalam masyarakat kapitalis. Penyimpangan dominan
yang dijelaskan sebelumnya telah disertai dengan sistem kepercayaan dan cita-cita yang
berkelanjutan dan semakin kompleks yang beredar di masyarakat kapitalis biasa, atau yang bisa
kita sebut sebagai Imajiner kapitalis.

Upaya Progresif Liberal untuk memperbaiki Pendidikan,muncul sebagai upaya untuk


merestrukturisasi pengajaran dan pembelajaran dalam upaya mendamaikan cita-cita demokrasi
dengan praktik pendidikan yang secara historis tidak setara. Beroperasi melawan praktik yang
tampaknya terpisah dan otoriter dari apa yang disebut tradisi esensialis atau abadi dalam
pendidikan pendekatan yang berpusat pada guru yang mengutamakan prinsip-prinsip atas
pengejaran kebenaran, teks kanonik atas sastra yang didasarkan pada pengalaman yang beragam,

19
pengajaran keterampilan dasar untuk memenuhi fungsi dalam masyarakat selama pengembangan
agen manusia untuk mengubah masyarakat pragmatisme sosial mulai mendapatkan momentum
dan dampaknya terhadap pendidikan sangat mendalam dan menawan.Seiring waktu, ide
pragmatis sosial seperti Dewey telah mendapatkan perhatian lebih besar dan telah diadaptasi ke
dalam berbagai upaya pendidikan guru untuk membuat kelas lebih eksperiensial, kurang berpusat
pada guru, dan lebih peka terhadap realitas dan pengalaman siswa. Upaya liberal-progresif untuk
mendamaikan Imajiner dan Yang Nyata mengusulkan penurunan epistemologis sebagai
kendaraan untuk perubahan demokrasi sejati, mekanisme mendasar bagi pendidik dan siswa
untuk memahami bagaimana orang memandang realitas sosial Amerika. Janji dari filosofi kritis
untuk pendidikan guru bukanlah melakukan atau berpikir, tetapi melakukan dan berpikir.

BAB III PENTING PEMBUANGAN

Memajukan Kebiasaan Pikiran untuk Keadilan Sosial

Ideologi menginformasikan disposisi; pikiran kita (yaitu, ideologi) dan kata-kata adalah
pendahulu dari kebiasaan kita. Penilaian ideologi guru merupakan dimensi yang terabaikan
dalam bidang pendidikan guru. Selain itu, mandat NCATE untuk mendorong disposisi bagi
keadilan sosial terus dilanggar di bidang pendidikan guru karena garis pemikiran status quo,
yang dipegang oleh kekuatan pengajar kulit putih, memegang pemahaman ideologis yang kuat di
lapangan. Disposisi guru untuk keadilan sosial, sebagaimana ditetapkan oleh NCATE, ada secara
de jure, tetapi keadilan sosial de facto tetap sulit dipahami.

Frank Outlaw dengan puitis membagikan bahwa pikiran kita memengaruhi perkataan kita,
perkataan memengaruhi tindakan kita, tindakan memengaruhi kebiasaan kita, kebiasaan
menuntun pada karakter kita, dan karakter kita memengaruhi nasib kita. Ideologi yang ada di
mana-mana yang mendominasi bangsa ini tentang anak-anak yang beragam adalah ideologi yang
sama yang mendominasi tenaga pengajar kita; ini adalah ideologi yang membuat anak-anak yang
beragam dianggap tidak mampu. Satu tantangan untuk program persiapan guru adalah untuk
mempromosikan disposisi positif, atau kebiasaan pikiran, tentang anak-anak yang beragam di
antara guru pra-jabatan sehingga calon guru dapat menyadari takdir pedagogis yang menjanjikan.

BAB IV KANDIDAT GURU SELEKSI, RECRUITMENT,DAN INDUKSI

Analisis Kritis Dengan Implikasi untuk TransformasI

Siapa guru dalam hal latar belakang ras, etnis, budaya, sosial ekonomi, dan bahasa mereka
merupakan masalah penting karena penelitian menunjukkan bahwa tenaga pengajar perlu lebih
beragam untuk memenuhi kebutuhan siswa P-12 yang semakin beragam (Gay & Howard, 2000;
Milner, 2006).pada demografi dalam pendidikan guru dan kemudian P-12 beroperasi pada
setidaknya dua tingkat: (a) guru dalam program pendidikan guru (yang sebagian besar berkulit
putih dan perempuan) perlu dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan pelajar yang berbeda ras
dan etnis; dan (b) program pendidikan guru harus lebih gigih dan inovatif dalam memilih,

20
merekrut, dan melantik tenaga pengajar yang lebih beragam. literatur tentang memilih dan
merekrut guru potensial ke dalam program pendidikan guru. Kami membuat perbedaan khusus
antara seleksi, proses menetapkan karakteristik khusus program yang harus dipenuhi oleh calon
guru, dan perekrutan, proses yang melibatkan pencarian dan dorongan calon guru dengan
karakteristik tertentu untuk memasuki program. Tampaknya sebagian besar program memilih
seleksi; namun, seperti yang kita diskusikan, program pendidikan guru mungkin perlu lebih hati-
hati dalam mengembangkan proses dan sistem yang lebih menekankan pada perekrutan guru.
Upaya saat ini untuk mendiversifikasi tenaga pengajar merupakan reaksi terhadap peran pasif
yang secara historis telah dimainkan oleh pendidikan guru dalam perekrutan (Villegas & Davis,
2007) dan meluasnya kesenjangan rasial, etnis, dan bahasa di antara siswa P – 12 dan mereka
yang terdaftar dalam program pendidikan guru . Upaya khusus para peneliti ini telah mengarah
pada pengembangan jalur pendidikan guru dan strategi untuk mendukung kandidat secara
pribadi, profesional, dan moneter yang mungkin lebih menarik dan mendukung kandidat yang
beragam daripada status quo.

Seleksi Guru,dalam meninjau program yang dinominasikan oleh pendidik guru yang kami
tanyakan, metode seleksi dan bukan rekrutmen adalah yang paling umum; dengan kata lain,
program memiliki kriteria yang digunakan untuk memilih dari sekumpulan pelamar daripada
mencari dan menjangkau kandidat yang diinginkan. Dua metode seleksi utama yang digunakan
oleh program pendidikan guru muncul dari program yang dinominasikan dan literatur penelitian:

 Kuantitatif: berdasarkan tingkat pencapaian akademik minimum yang ditunjukkan oleh


nilai tes masuk perguruan tinggi (yaitu, SAT atau GRE), nilai rata-rata (IPK), dan
kualifikasi akademik atau pribadi lainnya (Zeichner et al., 1998).
 Kualitatif: Program pendidikan guru terkadang memilih calon pendidikan guru
berdasarkan tujuan akhir tertentu atau dengan mencari kualitas tertentu.

Dalam upaya untuk mengatasi masalah pergantian guru, negara bagian dan distrik sekolah
mengembangkan dan melaksanakan program induksi guru, dengan tujuan menyeluruh dari
program induksi guru baru adalah untuk memberikan guru baru ke lapangan dengan dukungan,
bimbingan, dan orientasi yang diperlukan ke dalam profesi.Program induksi guru mencakup
setidaknya satu dari komponen berikut: (a) pendampingan, orientasi umum baik ke kabupaten
dan / atau sekolah; (b) pelatihan kurikulum; dan (c) praktik pengajaran yang efektif

BAB V PROPOSAL SEDERHANA UNTUK MEMBUAT PENDIDIKAN GURU


AKUNTABEL

Bagaimana Membuat Pendidikan Guru yang Dikendalikan Universitas dan Program Sertifikasi
Alternatif Bertanggung Jawab atas Kualitas Guru di Sekolah yang Melayani Anak-anak dan
Remaja dalam Kemiskinan Sifat disfungsional dari distrik sekolah perkotaan lebih terlihat jelas
daripada kondisi kerja di sekolah mereka dan dalam ukuran kantor pusat mereka. Bahkan guru
yang paling efektif pun mulai kelelahan sejak tahun kelima mereka. Ada dua manfaat untuk

21
meminta pertanggungjawaban distrik sekolah. Pertama, jika pertumbuhan kabupaten
disfungsional ini dapat diperlambat, maka angka putus sekolah dan lulusan yang tidak
berpendidikan akan berkurang. Tidak sedikit manfaatnya untuk menurunkan jumlah tragedi
kemanusiaan (yaitu, putus sekolah dan lulusan tanpa keterampilan) dari jutaan menjadi ribuan.
Kedua, jika distrik-distrik ini akan dipecah menjadi ratusan distrik yang lebih kecil dan dapat
dipertanggungjawabkan, lebih banyak sumber daya akan dihabiskan di dalam sekolah dan ruang
kelas untuk pengajaran dan pembelajaran daripada untuk mendukung kantor pusat yang
bermetastasis. Distrik sekolah yang disfungsional memiliki jumlah siswa berkebutuhan khusus
yang sangat tinggi dan meningkat secara tidak proporsional. Di kota saya, jumlah siswa seperti
itu, termasuk mereka yang akan diuji, sekarang lebih dari 20% dari jumlah siswa dan terus
bertambah.

Sasaran untuk mengubah bisnis seperti biasa di tingkat universitas harus menjadi prioritas
tertinggi untuk mengubah keadaan pendidikan guru. Di bagian berikut, saya membagikan sistem
pertama tentang cara mewujudkannya

1. Sistem I Menjadikan Sekolah Pendidikan Bertanggung Jawab dan Bagaimana


Melakukannya
2. Sistem II Membuat Distrik Sekolah Bertanggung Jawab terhadap Guru dan Kepala
Sekolah yang Mereka Pekerjakan

Harapan terbaik untuk mendapatkan guru yang lebih efektif dari program persiapan guru
universitas adalah dengan mendasarkan anggaran program tersebut pada jumlah lulusan mereka
yang bertugas di sekolah yang menantang dan efektivitas guru tersebut dengan anak-anak dan
remaja. Di tingkat kabupaten, gaji petugas perekrutan harus didasarkan pada seberapa baik
pejabat mengidentifikasi dan mempertahankan guru yang berkualitas.

Akuntabilitas dalam pendidikan guru membutuhkan upaya universitas yang terpadu dan
berfungsi sebagai indikator utama keberhasilan dan akuntabilitas guru. Ini adalah proposal
sederhana untuk meminta pertanggungjawaban perguruan tinggi pendidikan dan distrik sekolah
atas pendidikan guru dengan implikasi transformasional

BAB VI TARUHAN TINGGI AKUNTABILITAS DAN KUALITAS GURU

Mengatasi Kontradiksi

Undang-Undang Federal No Child Left Behind (NCLB) tahun 2001 mengubah tren negara
bagian ini ke tingkat nasional dengan mengharuskan negara bagian untuk memantau prestasi
siswa sebagai syarat pendanaan pendidikan kompensasi federal.Undang-undang NCLB
menetapkan kualitas guru sebagai bahan utama untuk meningkatkan kinerja siswa.persepsi
publik serta penelitian yang berkembang mendukung penekanan pada kualitas guru ini.ketika
gerakan akuntabilitas melanda bangsa, basis bukti yang mendokumentasikan pentingnya kualitas
guru terus tumbuh lebih persuasif (DarlingHammond, 1996, 2000; Hanushek, 1992; Rivkin,

22
Hanushek & Kain, 2005; Sanders, 1998; Sanders & Rivers, 1996). Persyaratan Guru
Berkualifikasi Tinggi NCLB: Kebijakan dan Bukti.Titik awal untuk memahami kontradiksi
antara NCLB dan realisasi guru berkualitas tinggi untuk semua siswa melibatkan pemahaman
sifat dari persyaratan federal dan menilai persyaratan tersebut dalam terang bukti empiris yang
tersedia.

 Guru Berkualifikasi Tinggi,Undang-undang No Child Left Behind jelas menetapkan


harapan untuk guru yang ditugaskan untuk mata pelajaran akademik inti termasuk bahasa
Inggris, seni membaca atau bahasa, matematika, sains, bahasa asing, kewarganegaraan
dan pemerintahan, ekonomi, seni, sejarah, dan geografi. Secara umum, undang-undang
mendefinisikan guru yang berkualifikasi tinggi sebagai orang yang memiliki gelar
sarjana, sertifikasi dan lisensi penuh negara bagian, dan pengetahuan konten di setiap
mata pelajaran yang diajarkan.
 Bukti Guru Berkualifikasi Tinggi,Sejauh penelitian dapat mengidentifikasi seperangkat
kualifikasi guru yang secara konsisten terkait dengan kinerja guru, kualifikasi tersebut
harus digunakan sebagai dasar untuk pengangkatan guru.Di luar kualifikasi dasar
tersebut, administrator sekolah dan distrik harus bebas mempertimbangkan faktor-faktor
yang relevan secara kontekstual untuk memilih guru dengan kualitas terbaik yang
tersedia bagi mereka.

Data dan Metode,Studi ini adalah bagian dari program penelitian yang lebih luas yang dirancang
untuk memahami kebijakan, praktik, dan sumber daya yang diperlukan untuk staf semua sekolah
dengan guru berkualitas tinggi (lihat Rice, Roellke, & Sparks, 2006) .7 Data untuk analisis
berasal dari studi kasus multilevel kebijakan guru di tiga negara bagian: Maryland, New York,
dan Connecticut

1. Pemilihan Lokasi dan Proses Pengumpulan Data


2. Deskripsi dari Situs Studi Kasus
3. Situs Mryland
4. Situs New York
5. Situs Connecticut

Tiga faktor membantu menjelaskan bagaimana NCLB dapat mengurangi kualitas guru, terutama
di sekolah-sekolah yang secara kronis berkinerja rendah: (a) penekanan pada ukuran kualifikasi
guru di atas masalah kualitas guru; (b) fakta bahwa beberapa guru yang memenuhi standar
kualifikasi tinggi ternyata tidak bermutu tinggi, mengingat faktor kontekstual sekolah; dan (c)
penekanan NCLB pada standardisasi dan seperangkat ukuran kinerja yang sempit.

BAB VII MEMENUHI TANTANGAN PENGUJIAN BERTEMPAT TINGGI

Menuju Literasi Penilaian yang Relevan Secara Budaya

23
Dalam bab ini, saya menawarkan definisi operasional literasi penilaian dengan menyebutkan dan
mendeskripsikan pengetahuan dan keterampilan yang membentuk literasi penilaian. Ini diikuti
dengan tinjauan komprehensif terhadap literatur pendidikan guru terkait dengan penilaian
literasi. kemudian menjelaskan upaya saya untuk mengembangkan literasi penilaian guru pra-
jabatan untuk membantu mereka mempertahankan pengajaran kelas yang berkualitas tinggi dan
adil dalam menghadapi tekanan, bahkan taruhannya yang tinggi, terkait dengan pengujian
berisiko tinggi. Secara khusus,menjelaskan upaya saya untuk mengembangkan keaksaraan
penilaian yang relevan secara budaya bagi guru pra-jabatan yang dapat lebih membekali mereka
untuk menghadapi tantangan dari konteks saat ini yang ditimbulkan oleh penggunaan pengujian
berisiko tinggi yang diperluas. Pentingnya pekerjaan semacam itu diperbesar, mengingat tinjauan
literatur yang tersedia tentang topik ini. Tampak jelas bahwa program pendidikan guru tidak
cukup mempersiapkan guru pra-jabatan untuk menghadapi kenyataan dan kerasnya pengajaran di
era akuntabilitas testcentric yang semakin intensif. Pengujian berisiko tinggi semakin penting.
Tidak mempersiapkan guru secara tepat untuk menghadapi kekerasan dan kerumitannya adalah
resep untuk bunuh diri profesional. dalam sistem pendidikan AS, tes standar taruhan tinggi —
seperti yang diajukan oleh No Child Left Behind Act tahun 2001 — adalah mesin utama
akuntabilitas pendidikan, bahkan reformasi pendidikan. Telah terjadi perkembangan wacana,
dalam media populer dan literatur pendidikan, membahas bahaya dan janji tes semacam itu
dalam hal meningkatkan kualitas keseluruhan pendidikan publik dan mengkomunikasikan
kepada publik kualitas keseluruhan

BAB VIII

Secara historis, para guru, dengan pengecualian serikat mereka, telah berusaha untuk tetap
berada di luar arena politik dan telah memusatkan upaya mereka pada materi pedagogi dan
disiplin ilmu tertentu. Namun, kebijakan yang mengganggu, seperti No Child Left Behind
(NCLB), melanggar tidak hanya kebebasan akademik guru dan, tetapi juga menciptakan tekanan
untu ―mengajar sambil ujian‖. Sudah waktunya, terutama mengingat otorisasi ulang yang akan
datang NCLB, agar para guru menjadi lebih berpengetahuan tentang kebijakan pendidikan dan
politik karena itu banyak mempengaruhi apa yang terjadi selama hari sekolah.

Pada dasarnya, tekanan yang berhubungan dengan akuntabilitas sekolah menunjukkan


pergerakan ke arah kontrol sekolah yang lebih top-down. Idenya adalah bahwa pejabat publik
(baik dipilih) percaya bahwa promosi prestasi siswa dapat diatur melalui sanksi, distribusi data
sekolah (misalnya, nilai ujian), informasi demografis siswa, dan kredensial guru (Moe, 2003).
Namun, 20 tahun reformasi berbasis standar tidak berbuat banyak menghilangkan kesenjangan
pencapaian yang dialami oleh beberapa anak, yang mengisyaratkan ketidakcukupan undang-
undang saja untuk memastikan keseimbangan hasil (Gregorian, 2004). Kebijakan, Politik, dan
Pendidikan K – 12 Publik AS,bersekolah di sekolah K-12 yang didanai publik. Pada tahun ajaran
2002–2003, terdapat 14.465 sekolah negeri distrik dan 95.615 sekolah. Dari 48,2 juta siswa yang
dilayani, 4,1 juta (8,5%) memiliki keterbatasan dalam kefasihan bahasa Inggris mereka dan 6,4
juta (13,4%) dilayani oleh program-program yang didukung oleh pemerintah federal untuk
24
penyandang disabilitas. Hampir 52% siswa sekolah negeri AS bersekolah di sekolah pinggiran
kota, 31% bersekolah di perkotaan, dan 17% bersekolah di sekolah yang dianggap pedesaan
(Pusat Statistik Pendidikan Nasional Departemen Pendidikan AS, 2004). ketidakpatuhan menjadi
alasan bagi pemerintah federal untuk membatasi distribusi atau menuntut pembayaran kembali
sumber daya fiskal.pengaruh Presiden Amerika Serikat di sekolah cenderung langsung dan tidak
langsung. Fungsi langsung terkait dengan persetujuan atau hak veto pada undang-undang dan
anggaran yang diajukan oleh Kongres. Selain itu, berbagai jalur tidak langsung memungkinkan
untuk memasukkan prioritas presiden ke dalam kebijakan pendidikan. Pengaruh fiskal
pemerintah federal dapat dibagi menjadi enam kategori: (a) bantuan umum, (b) pendanaan
diferensial, (c) regulasi, (d) promosi pengetahuan baru, (e) dukungan layanan, dan (f) persuasi
moral. Bantuan umum mengacu pada uang tanpa pamrih yang disebarkan ke negara bagian atau
lokalitas.

Tata Kelola Pendidikan Negara Bagian dan Lokal,mengingat kekuasaan yang diberikan kepada
gubernur, badan legislatif negara bagian, dan dewan pendidikan negara bagian sebagai fungsi
dari konstitusi negara bagian, badan-badan yang paling berpengaruh relatif terhadap sekolah
terdapat di tingkat negara bagian.bagian tambahan dari konstitusi tersebut juga membentuk
badan penegakan untuk kehadiran wajib dan kurikulum.

Di beberapa negara bagian, dia menunjuk Sekretaris Pendidikan atau Pengawas Pendidikan
Umum, dan di negara bagian lain orang-orang ini dipilih. Dengan pengecualian badan legislatif
negara bagian, badan yang paling berpengaruh sehubungan dengan kebijakan pendidikan publik
cenderung menjadi Dewan Pendidikan Negara Bagian (atau dalam kasus New York, Dewan
Bupati), dan konstitusi negara bagian menentukan apakah orang-orang ini diangkat atau terpilih.
Gubernur, seperti presiden, memberikan pengaruh pada sekolah. Kekuasaan mereka terikat pada
persetujuan atau veto atas tagihan dan penunjukan yang mereka buat untuk badan pembuat
kebijakan sebagaimana ditentukan dalam konstitusi negara bagian mereka. Otoritas langsung
atau tidak langsung mereka gunakan adalah fungsi konstitusi negara bagian mereka dan
bervariasi antar negara bagian.dewan pendidikan negara bagian diminta untuk melaksanakan dan
menegakkan mandat yang ditetapkan oleh badan legislatif negara bagian atau pihak yang
ditunjuk.

Politik dan kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan publik lebih mempengaruhi parameter
pengambilan keputusan dari pengawas dan dewan sekolah. Kebijakan dan politik juga dapat
mempersempit kesempatan untuk mengakomodasi berbagai gaya dan kebutuhan belajar anak.
Apakah kita mempertimbangkan ketergantungan berat yang diatur pada skor tes standar, ukuran
akuntabilitas yang tepat adalah tidak penting. Masalah yang lebih penting adalah bahwa proses
pengambilan keputusan tidak boleh dilanjutkan jika tidak ada masukan dari mereka yang
bertanggung jawab atas implementasi. Kegagalan untuk mengintegrasikan pengalaman dan
pemikiran terbaik dari para guru mengurangi keberhasilan peraturan perundang-undangan dan
kebebasan guru dan kabupaten untuk memenuhi kebutuhan istimewa komunitas mereka masing-
masing. Kami, sebagai guru
25
BAB IX MEMBANGUN ABAD 21 PENDIDIKAN GURU

Mengingat keragaman tujuan pendidikan guru dan realitas sekolah abad ke-21, bab ini
membahas apa yang mungkin dilakukan oleh kita di bidang pendidikan guru untuk mendukung
jenis pembelajaran yang dibutuhkan guru untuk melakukan pekerjaan yang rumit ini dengan
sedikit harapan untuk berhasil. Saya mengacu pada karya yang baru-baru ini dirilis dari National
Academy of Education Committee on Teacher Education, sekelompok peneliti, guru, dan
pendidik guru yang bekerja selama 4 tahun untuk merangkum bagaimana proses pembelajaran
pada anak-anak dan orang dewasa dapat menginformasikan kurikulum dan desain program
pendidikan guru (Darling-Hammond & Bransford, 2005)

Dilema Kontemporer untuk Pendidikan Guru,bagi yang belum tahu, kemudahan mengajar yang
tampak jelas dan berbagai hal yang benar-benar perlu diketahui guru agar berhasil dengan semua
siswa tidak hanya siswa yang dapat belajar sendiri dengan mudah relevan dengan dilema yang
dihadapi oleh program pendidikan guru. Gagasan ini berasal dari kurangnya pemahaman tentang
apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru yang baik di belakang layar dan dari standar diam-
diam untuk pengajaran yang terlalu rendah menyebabkan tekanan untuk jalur belakang ke dalam
pengajaran yang menolak akses calon guru ke sebagian besar pengetahuan. Oleh karena itu,
sekolah pendidikan harus merancang program yang membantu calon guru memahami secara
mendalam berbagai hal tentang pembelajaran, konteks sosial dan budaya, dan pengajaran serta
mampu menerapkan pemahaman ini di ruang kelas yang kompleks yang melayani siswa yang
semakin beragam.

 Membangun Model-Model Persiapan yang Kuat,ada sedikit diskusi tentang apa yang
terjadi dalam kotak hitam program kursus dan pengalaman klinis yang ditemui kandidat
dan tentang bagaimana desain program pengalaman untuk kandidat secara kumulatif
menambahkan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan disposisi yang menentukan
apa yang sebenarnya dilakukan guru di kelas.
 Pengetahuan untuk Mengajar: The ―What‖ dari Pendidikan Guru.banyak cara untuk
mengkonfigurasi pengetahuan yang mungkin dibutuhkan guru. Dalam
mengartikulasikan konsep inti dan keterampilan yang harus direpresentasikan
 Desain dan Pedagogi Program ―Bagaimana‖ Pendidikan Guru.meskipun penting untuk
memiliki mata pelajaran yang dipilih dengan baik yang mencakup pengetahuan inti
untuk mengajar, sama pentingnya untuk mengatur pengalaman calon guru
 Koherensi dan Integrasi,landasan pertama adalah koherensi dan integrasi yang erat di
antara kursus dan antara kursus dan kerja klinis di sekolah yang menantang organisasi
program tradisional, kepegawaian, dan mode operasi.
 Pengalaman klinis yang luas dan diawasi dengan baik terkait dengan kursus
menggunakan pedagogi yang menghubungkan teori dan praktik
 Hubungan Baru Dengan Sekolah,akhirnya, jenis strategi untuk menghubungkan teori
dan praktik ini tidak dapat berhasil tanpa perbaikan besar-besaran pada hubungan antara

26
universitas dan sekolah yang pada akhirnya menghasilkan perubahan dalam konten
sekolah serta pelatihan guru.
 Menahan Tekanan untuk Memperlancar Persiapan,eskipun pekerjaan heroik sedang
berlangsung untuk mengubah pendidikan guru dan semakin banyak program yang kuat
sedang dibuat, lebih dari 30 negara terus mengizinkan guru untuk masuk mengajar
dengan izin darurat atau keringanan dengan sedikit atau tanpa pendidikan guru sama
sekali.

Meskipun pendidikan guru hanya salah satu komponen dari apa yang dibutuhkan untuk
pengajaran berkualitas tinggi, hal itu penting untuk keberhasilan semua reformasi lain yang
didorong di sekolah. Untuk memajukan pengetahuan tentang mengajar, menyebarkan praktik
yang baik, dan untuk meningkatkan kesetaraan bagi anak-anak, oleh karena itu penting bagi
pendidik guru dan pembuat kebijakan untuk mencari persiapan yang kuat bagi guru yang tersedia
secara universal daripada kejadian langka yang hanya tersedia untuk beberapa orang yang
beruntung

27
BAB III PEMBAHASAN ISI BUKU

3.1 BUKU UTAMA

Kelebihan :

 Menggunakan bahasa penghantar dan tatabahasa ,Bahasa Indonesia yang baik dan sesuai
dengan Kaidah Ejaan Yang Disempurnakan
 Cover yang sangat menarik minat pembaca dan sangat kreatif
 Layout dan font yang rapi sehingga,mudah untuk dibaca dan dipahami oleh pembaca
 Materi yang sistematis,jelas dan teoris dengan menggunakan pendekatan teori para ahli
dalam menjelaskan jabaran Keprofesian Pendidik dan Tenaga Kependidikan
 Menjelaskan setipa materi dengan sistem point sehinga sangat mudah untuk dimengerti

Kekurangan :

 Masih terdapat beberapa pengunaan kata ataupun bahasa yang tidak baku dan non-formal
 Sedikit menghadirkan gambar dalam isi buku,sehingga kurang berkesan dalam
menciptakan,kondisi membaca yang baik serta menarik.

3.2 BUKU PEMBANDING

Kelebihan :

 Cover yang minimalis dan menarik,sehingga dapat mempersuasif pembaca


 Menggunakan bahasa Inggris dalam buku,sehingga bersifat universal,karena
menggunakan bahasa penghantar Internasional
 Tata bahasa yang baik dan mengguankan sudut pandang orang pertama
 Materi sistematis,teoris dan sesuai dengan daftar isi
 Menggunakan metode Studi Kasus dalam menjelaskan materi,sehingga pembaca dapat
mengerti lebih mendalam
 Menggunakan sudut pandang beberapa ahli dalam menjelaskan teori dalam buku
 Menggunakan tabel maupun gambar dalam menjelaskan fenomena terkait dengan materi
yang dibahas
 Menghadirkan beberapa pertanyaan oleh penulis,untuk membuka presepsi pembaca usai
membaca satu bab
 Diakhir setiap bab,penulis menyediakan referensi,terkait dengan materi yang sedang
dibahas,sehingga pembaca dapat mencari sumber lain yang membahas materi tersebut

Kekurangan :

28
 Masih tersedia dalam bahasa Inggris ,sehingga tidak semua pembaca dapat menjangkau
buku ini

29
BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Setelah membaca kedua buku,penulis dapat menyimpulkan bahwa kedua buku membahas
mengenai Profesi Pendidik,namun ada beberapa perbedaan .bahwa pada buku utama membahas
dan memaparkan materi mengenai Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan dan telaahnya
didalam buku ini menjabarkan siapa-siapa saja tenaga pendidik dan tenaga
pendidik,jabatan,kualifikasi serta perbedaanya.sedangkan pada buku pembanding membahas
mengenai Kesalahan Dalam Pelatihan Guru dan Bagaimana Memperbaikinya yang mana buku
ini menjabarkan sejarah panjang dunia keguruan dalam ranah pendidikan,sistem
pendidikan,kasus-kasus yang dialami pendidik dan peserta didik.namun pada konteks yang sama
masih memuat peran dan kualifikasi pendidik.

4.2 SARAN

Penulis sangat meyarankan kedua buku ini dijadikan sebagai referensi dalam memahami
Keprofesian Pendidik.karena kedua buku ini memiliki kekutan dan kelebihanya masing-
masing,buku pembanding sangat disarankan dalam studi kasus dalam Profesi Kependidikan
namun sayangnya masih tersedia dalam bahasa pengantar yaitu bahasa Inggris.penulis berharap
tersedianya buku pembanding dalam berbagai bahasa terkhususnya bahasa Indonesia
sehingga,siapapun insan pembaca dapat membacanya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Ananda,rusyadi.2018.Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Medan :Lembaga Peduli


Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI)

Mclare,petter.2010.What Went WrongWith Teacher Training And How We Can Fix It. Sterling
Virginia :Stylus Publishing (LLC)

31

Anda mungkin juga menyukai