Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

Pengertian, Sikap, Kinerja dan Peningkatan Mutu


Profesi Keguruan

Diajukkan Sebagai Salah Satu Tugas


pada Mata Kuliah Profesi Keguruan

Oleh :
Bella Carista Salampessy
Greatys Windesy
Milka Adisty Wangko
Nidia Risnayanti

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN


UNIVERSITAS CENDERAWASIH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
JAYAPURA
2016
MAKALAH

Pengertian, Sikap, Kinerja dan Peningkatan Mutu


Profesi Keguruan

Diajukkan Sebagai Salah Satu Tugas


pada Mata Kuliah Profesi Keguruan

Oleh :
Bella Carista Salampessy
NIM : 20160111024031
Greatys Windesi
NIM : 20160111024010
Milka Adisti Wangko
NIM : 20160111024009
Nidia Risnayanti
NIM :20160111024005
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena atas limpahan kasih serta anugerah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.

Dalam makalah ini menjelaskan tentang karya tulis ilmiah dan tata acara
penulisan karya tulis ilmiah. Adapun makalah ini diajukkan untuk menyelesaikan
tugas pada mata kuliah Profesi Keguruan.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini, tidak terlepas


dari bantuan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan terima kasih atas segala
bantuan berupa materi maupun bimbingan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Diana Setyaningsih, S.Pd, M.Pd. sebagai dosen pengampu mata kuliah


Profesi Keguruan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Cenderawasih.
2. Semua pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu atas
bantuan yang diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung
untuk penyelesaian makalah ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat


bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.

Jayapura, 27 Februari 2017

Penulis

2 | Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI..... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........1


B. Pembatasan Masalah.....
1
C. Rumusan Masalah.....
2
D. Tujuan Penulisan.. 2
E. Manfaat Penulisan.... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian... 3
B. Sikap Profesi Keguruan.. 6
C. Kinerja Profesi Keguruan. 12
D. Peningkatan Mutu Profesi Keguruan.........19

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan.27
b. Saran...27

DAFTAR
PUSTAKA...28

3 | Page
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia yang merupakan faktor determinan pembangunan. Pendidikan
adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang (UU SPN No. 20
Tahun 2003). Dengan tidak bermaksud mengecilkan kontribusi komponen yang lainnya,
komponen tenaga kependidikan atau guru merupakan salah satu faktor yang sangat esensi
dalam menentukan kualitas peserta didiknya. Guru merupakan salah satu unsur di bidang
kependidikan yang harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai
tenaga profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam
hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu
pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus
sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.
Kelengkapan dari jumlah tenaga pengajar dan kualitas dari guru tersebut akan
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar yang berujung pada peningkatan mutu
pendidikan. Guru dituntut profesional dalam menjalankan tugasnya dengan memiliki
sikap dan kinerja yang berkompeten. Untuk itu upaya peingkatan mutu serta kualitas
seorang guru sangat dibutuhkan.
Makalah ini dibuat sebagai syarat menyelesaikan tugas mata kuliah Profesi Keguruan
dengan harapan dapat membantu mengetahui pengertian, sikap, kinerja serta peningkatan
mutu profesi keguruan.

B. Pembatasan Masalah
Mengingat kemampuan, biaya dan waktu yang sangat terbatas maka dalam makalah
ini penulis hanya membahas pokok bahasan umum tentang pengertian, sikap, kinerja serta
upaya peningkatan mutu profesi keguruan sehingga tidak terkait tentang prosedur dan tata
cara mengajar seorang guru secara professional.

C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan profesi keguruan ?
2. Bagaimana sikap di dalam profesi keguruan?
3. Apa saja kinerja yang terdapat pada profesi keguruan?

1 | Page
4. Bagaimana upaya peningkatan mutu profesi keguruan?

D. Tujuan Penulisan
Tujuan yang terdapat dalam penulisan makalah tentang pengertian, sikapp, kinerja
beserta pengingkatan mutu profesi keguruan adalah :
1. Mengetahui pengertian dari profesi keguruan.
2. Memahami sikap-sikap dalam profesi keguruan.
3. Mengetahui kinerja dari profesi keguruan.
4. Memahami dan mengidentifikasi pengingkatan mutu profesi keguruan.

E. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dalam penulisan ini adalah :
1. Sebagai penambah wawasan pada para pembaca.
2. Mahasiswa dapat menyiapkan diri sebagai calon guru dalam menunjujkan sikap dan
kinerja yang profesional.
3. Sebagai bahan referensi ilmiah dan sumbangan pengetahuan bagi sekolah, bagi para
pembaca tentang profesi keguruan
4. Makalah ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi para penulis guna
menciptakan tulisan yang lebih bermanfaat khususnya untuk bidang pendidikan.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian
a. Pengertian Profesi
Menurut Ornstein dan Levine (1984) menyatakan profesi itu adalah jabatan
yang sesuai dengan pengertian profesi dibawah ini:

2 | Page
Melayani masyarakat merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat
(tidak berganti-ganti pekerjaan).
Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan khalayak
ramai (tidak setiap orang dapat melakukannya).
Menggunakan hsil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek.
Memerlukan pelatihan khusus.
Mempunyai persyaratan masuk.
Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu.
Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil, tidak dipindahkan
ke atasan atau instansi yang lebih tinggi dan mempunyai sekumpulan unjuk kerja
yang baku.

Menurut Sanusi et al (1991) mengutarakan ciri-ciri utama suatu profesi itu sebagai
berikut:

Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang menentukan
(crusial).
Jabatan yang menuntut keahlian dan keterampilan tertentu.
Keterampilan/keahlian yang di tuntut jabatan itu, didapat melalui pemecahan
masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.

Jabatan itu berdasarkan pada disiplin ilmu yang jelas, sistematik, ekspilisit, yang
bukan sekedar pendapat umum. Profesi itu pada hakikatnya adalah suatu peryataan
atau janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan
atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa untuk menjabat
pekerjaan itu.(buku MATERI POKOK PROFESI KEGURUAN I, PGSM3904/2
SKS/MODUL 1-6, Jakarta 1997/1998). Jika ditelaah, pengertian tersebut
mengandung beberapa hal yakni, bahwa profesi itu merupakan pernyataan atau janji
terbuka; profesi itu mengandung unsur pengabdian; dan profesi adalah suatu jabatan
atau pekerjaan. (buku MATERI POKOK PROFESI KEGURUAN I, PGSM3904/2
SKS/MODUL 1-6, Jakarta 1997/1998). Profesi merupakan pernyataan atau janji
terbuka, maksudnya, bahwa pernyataan atau janji yang dinyatakannya (oleh seorang
profesional) tidak sama dengan suatu janji atau pernyataan yang dikemukakan oleh
seorang yang bukan profesional. (buku MATERI POKOK PROFESI KEGURUAN I,
PGSM3904/2 SKS/MODUL 1-6, Jakarta 1997/1998). Profesi adalah suatu
pekerjaanyang memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang berkualifikasi tinggi
dalam melayani atau mengabdi kepentingan umum untuk mencapai kesejahteraan
insani. (BUKU MATERI POKOK PROFESI KEGURUAN I, PGSM3904/2

3 | Page
SKS/MODUL 1-6, Jakarta 1997/1998). Dikarenakan kebutuhan guru mendesak
maka Pemerintah Hindia Belanda mengangkat lima macam guru, yaitu:

a. Guru lulusan sekolah guru yang dianggap sebagai guru yang berwenang
penuh.
b. Guru yang bukan lulusan sekolah guru, tetapi lulus ujian yang diadakan
untuk menjadi guru.
c. Guru bantu, yakni yang lulus ujian guru bantu.
d. Guru yang dimagangkan kepada seorang guru senior, yang merupakan calon
guru, dan
e. Guru yang diangkat karena keadaan yang amat mendesak yang berasal dari
warga yang pernah mengecap pendidikan.

Dalam sejarah pendidikan Guru Indonesia, guru mempunyai status dan


wibawa yang sangat tinggi dalam masyarakat, dan dianggap sebagai orang serba
tahu, karena peranan guru tidak hanya mendidik anak di depan kelas tetapi tetapi
mendidik masyarakat ,tempat mendidik masyarakat dan untuk tempat masyarakat
bertanya. Namun, kewibawaan guru mulai memudar seiring kemajuan zaman ,
perkembangan ilmu dan teknologi, dan kepedulian guru yang meningkat tentang
imbalan atau jasa (Sanusi et al,1991).

b. Pengertian Guru
Guru adalah profesi yang mempersiapkan sumber daya manusia untuk
menyongsong pembangunan bangsa dalam mengisi kemerdekaan. Guru dengan
segala kemampuannya dan daya upayanya mempersiapkan pembelajaran bagi peserta
didiknya. Sehingga tidak salah jika kita menempatkan guru sebagai salah satu kunci
pembangunan bangsa menjadi bangsa yang maju dimasa yang akan datang. Dapat
dibayangkan jika guru tidak menempatkan fungsi sebagaimana mestinya, bangsa dan
negara ini akan tertinggal dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian
waktu tidak terbendung lagi perkembangannya. Profesi adalah suatu pekerjaan yang
dalam melaksanakan tugasnya memerlukan/menuntut keahlian (expertise),
menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh
dari lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum
yang dapat dipertanggungjawabkan.

4 | Page
Guru merupakan pendidik propesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar membimbing mengarahkan melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik
pada jalur pendidikan formal.
Aktifitas-aktifitas perkembangan guru memiliki kebutuhan akan kegiatan
pendidikan, pelatihan dan pengembangan yang diperlukan bagi guru pendidikan,
pelatihan dan pengembangan merupakan proses yang ditempuh oleh guru pada saat
mernjalani tugas-tugas kedinasan. Kegiatan ini diorganisasikan secara beragam dan
berspektrum luas dengan tujuan untuk meningkatkan kopetensi, ketrampilan, sikap,
pemahaman, dan performansi yang dibutuhkan oleh guru saat ini dan dimasa
mendatang.
Kegiatan pengembangan profesi guru terkait langsung dengan tugas
utamannya yaitu menyusun kurikulum dengan mengaju pada rambu-rambu KTSP.
Semua guru memiliki hak yang sama untuk kegiatan pembinaan dan profesi,
kebutuhan guru akan program pembinaan dan pengembangan profesi beraganm
sifatnya. Kebutuhan yang dimaksud dikelompokan kedalam lima kategori, yaitu
pemahaman tentang konteks mengajar , inovasi pembelajaran dan pengalaman tentang
teori-teori terkini.

c. Profesi Keguruan
Pengertian profesi keguruan adalah satu pekerjaan sesuai keahlian seorang
guru yang diberikan atau diajarkan kepada peserta didik agar bisa berperan aktif
dalam hidupnya sekarang dan masa datang.

2. Sikap Profesi Keguruan


a. Sasaran Sikap Profesional

Guru sebagai pendidikan profesional mempunyai citra yang baik di


masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi
panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat
bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang ada yang patut
diteladani atau tidak. Baimana guru meningkatkan pelayanannya, meningkatkan
pengetahuannya, memberi arahan dan dorongan kepada naka didiknya dan bagaimana
cara guru berpaiakan dan berbicara serta cara bergaul baik dengan siswa, teman-
temannya serta anggota masyarakat, sering menjadi perhatian masyarakat luas.

5 | Page
Walaupun segala perilaku guru selalu diperhatikan masyarakat, tetapi yang
akan dibicarakan dalam bagian ini adalah khusus perilaku guru yang berhubungan
denga profesinya. Hal ini berhubungan dengan bagaimana pola tingkah laku guru
dalam memahami, menghayati, serta mengamalkan sikap kemampuan dan sikap
profesionalnya. Pola tingkah laku guru yang berhubungan dengan itu akan
dibicarakan sesuai dengan sasarannya, yakni sikap profesional keguruan terhadap:
Peraturan perundang-undangan,
Organisasi profesi,
Teman sejawat,
Anak didik,
Tempat kerja,
Pemimpin
Pekerjaan.

b. Sikap Terhadap Peraturan Perundang-undangan


Dalam rangka pembangunan di bidang pendidikan di Indonesia, Departemen
Pendidikan Nasional mengeluarkan ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang
meruapakan kebijaksanaan yang akan dilaksanakan oleh aparatnya, yang meliputi
antara lain: pembangunan gedung-gedung pendidikan, pemerataan kesempatan belajar
antara lain dengan melalui kewajiban belajar, peningkatan mutu pendidikan,
pembinaan generasi muda dengan menggiatkan kegiatan karang taruna, dan lain-lain.
Kebijaksanaan pemerintah tersebut biasanya akan dituangkan ke dalam bentuk
ketentuan-ketentuan pemerintah. Dari ketentuan-ketentuan pemerintah ini selanjutnya
dijabarkan ke dalam program-program umum pendidikan.
Guru merupakan unsur aparatur negara dan abdi negara. Karena itu, guru
mutlak perlu mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan, sehingga dapat melaksanakan ketentuan-ketentuan yang merupakan
kebijaksanaan tersebut. Kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan ialah
segala peraturan-peraturan pelaksanaan baik yang dikeluarkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional, di pusat maupun di Daerah, maupun departemen lain dalam
rangka pembinaan pendidikan di negara kita.
Setiap guru Indonesia wajib tunduk dan taat kepada ketentuan-ketentuan
pemerintah. Dalam bidang pendidikan ia harus taat kepada kebijaksanaan dan
peraturan, baik yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional maupun
Departemen yang berwenang mengatur pendidikan, di pusat maupun di daerah dalam
rangka melaksanakan kebijaksanan-kebijaksanaan pendidikan di Indonesia.

c. Sikap Terhadap Organisas Profesi

6 | Page
Guru secara bersama-sama memelihara dan meningktkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. Dasar ini menunjukkan kepada kita
betapa pentingnya peranan organisasi profesi sebagai wadah dan sarana pengabdian.
PGRI sebagai organisasi profesi memerlukan pembinaan, agar lebih berdaya guna dan
berhasil guna sebagai wadah usaha untuk membawakan misi dan memantapkan
profesi guru. Keberhasilan usaha tersebut sangat tergantung kepada kesadaran para
anggotanya, rasa tanggung jawab, dan kewajiban para anggotanya Organisasi PGRI
merupakan suatu sistem, di mana unsur pembentukannya adalah guru-guru. Oleh
karena itu, guru harus bertindak sesuai dengan tujuan sistem. Ada hubungan timbal
balik antara naggota profesi dengan organisasi, baik dalam melaksanakan kewajiban
maupun dalam mendapatkan hak.
Organisasi profesional harus membina mengawasi para anggtoanya. Siapakah
yang dimaksud dengan organisasi itu? Jelaskan yang dimaksud bukan hanya ketua,
atau sekretaris, atau beberapa orang pengurus tertentu saja, tetapi yang dimaksud
dengan organisasi di sini adalah semua anggota dengan seluruh pengurus dan segala
perangkat dan alat-alat perlengkapannya. Kewajiban membina organisasi profesi
merupakan kewajiban semua anggota dan semua pengurusnya.
Oleh karena itu, semua anggota dan pengurus organisasi profesi, karena
pejabat-pejabat dalam organisasi merupakan wakil-wakil formal dan keseluruhan
anggota organisasi, maka merekalah yang melaksanakan tindakan formal berdasarkan
wewenang yang telah didelegasikan kepadanya oleh seluruh anggota organisasi itu.
Dalam kenyataannya, para pejabat itulah yang memegang peranan fungsional dalam
melakukan tindakan pembinaan sikap organisasi, merekalah yang
mengkomunikasikan segala sesuatu mengenai sikap profesi kepada para anggotanya.
Dan mereka pula yang mengambil tindakan apabila diperlukan.

d. Sikap terhadap Teman Sejawat


Dalam ayat 7 Kode Etik Guru disebutkan bahawa Guru memelihara
hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial. Ini berarti
bahwa: (1) Guru hendaknya menciptakan dan memlihara hubngan sesama guru dalam
lingkungan kerjanya, dan (2) Guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat
kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial di dalam dan di luar lingkungan kerjanya.
Dalam hal ini Kode Etik Guru Indonesia menunjukkan kepada kita betapa
pentingnya hubngan yang harmonis perilaku diciptakan dengan mewujudkan persaan
bersaudara yang mendalam antara sesama anggota profesi. Hubungan sesama anggota

7 | Page
profesi dapat dilihat dari dua segi, yakni hubungan formal dan hubungan
kekeluargaan.
Hubungan formal ialah hubungan yang perlu dilakukan dalam rangka
melakukan tugas kedinasan. Sedangkan hubungan keleuargaan ialah hubungan
persaudaraan yang perlu dilakukan, baik dalam lingkungan kerja maupun dalam
hubungan keseluruhan dalam rangka menunjang tercapainya keberhasilan anggota
profesi dalam membawakan misalnya sebagai pendidik bangsa.

e. Sikap Terhadap Anak Didik


Dalam Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa: Guru berbakti
membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa
Pancasila. Dasar ini mengandung beberapa prinsip yang harus dipahami oleh seorang ufur
dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, yakni: tujuan pendidikan nasional, prinsip
membimbing, dan prinsip pembentukan manusi Indonesia seutuhnya.
Tujuan pendidikan nasional dengan jelas dapat dibaca dalam UU No. 2/1989 tentang
Pendidikan Nasional, yakni membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa
Pancasila. Prinsip yang lain adalah membimbing peserta didik, bukan mengejar, atau
mendidik saja. Pengertian membimbing seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar
Dewantara dalam sistem amongnya. Tiga kalimat padat yang terkenal daari sistem itu
adalah ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani. Ketiga
kalimat itu mempunyai arti bahwa pendidikan harus dapat memberi contoh, harus dapat
memberikan pengaruh, dan harus dapat mengendalikan peserta didik.
Dalam tut wuri terkandung maksud membiarkan peserta didik menuruti bakat dan
kodratnya sementara guru memperhatikannya. Dalam handayani berarti guru
mempengaruhi peserta didik, dalam arti membimbing atau mengajarnya. Dengan
demikian membimbing mengandung arti bersikap menentukan ke arah pembentukan
manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila, dan bukanlah mendikte peserta
didik, apalagi memaksanya menurut kehendak sang pendidik. Mottto tut wuri handayani
sekarang telah diambil menjadi motto dari Departemen Pendidikan Nasional RI.
Prinsip manusia seutuhnya dalam kode etik ini memandang manusia sebagai kesatuan
yang bulat, utuh, baik jasmani maupun rohani, tidak hanya berilmu tinggi tetapi juga
bermoral tinggi pula. Guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan
pengetahuan atau perkembangan intelektual saja, tetapi juga harus memeperhatikan
perekmbangan seluruh pribadi peserta didik, baik jasmani, rohani, sosial maupun yang

8 | Page
lainnya yan gsesuai dengna hakikat pendidikan. Ini dimaksudkan agar peserta didik pada
akhirnya akan dapat menjadi manusia yang mampu menghadapi tantangan-tantangan
dalam kehidupan sebagai insan dewasa. Peseta didik tidak dapat dipandang sebagai obyek
semata yangharus patuh kepada kehendak dan kemauan guru.

f. Sikap Terhadap Tempat Kerja


Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa suasana yang baik di tempat kerja akan
meningkatkan produktivitas. Hal ini disadari dengan sebaik-baiknya oleh seetiap guru,
dan guru berkewajiban menciptakan suasana yang demikian dala lingkungannya. Untuk
menciptakan suasana kerja yang baik ini ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu:
Guru sendiri,

Hubungan guru dengan orang tua dan masyarakat sekeliling.

Terhadap guru sendiri dengan jelas juga dituliskan dalm salah satu butir dari
Kode Etik yang berbunyi: Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang
menunjang berhasilnya proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, guru harus aktif
mengusahakan suasan yang baik itu dengna berbagai cara, baik dengan penggunaan
metode mengajar yang sesuai, maupun dengan penyediaan alat belajar yang cukup,
serta pengaturan organisasi kelas yang mantap, ataupun pendektan lainnya yang
diperlukan.

Suasana yang haromis di sekolah tidak akan terjadi bila personil yang terlihat
di dalamnya, yakni kepala sekolah, guru, staf administrasi dan siswa, tidak menjalin
hubungan yang baik di antara sesamanya. Penciptaan suasana kerja menantang harus
dilengkapi dengan terjalinnya hubungan yang baik dengan orang tua dan masyarakat
sekitarnya. Ini dimaksudkan untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab
bersama terhadap pendidikan. Hanya sebagian kecil dari waktu, di waktu justru
digunakan peserta didik di luar sekolah, yakni di rumah dan di masyarakat sekitar.
Oleh sebab itu, amatlah beralasan bahwa orang tua dan masyarakat bertanggung
jawab terhadap pendidikan mereka. Agar pendidikan di luar ini terjalin dengan baik
dengan apa yang dilakukan oleh guru di sekolah diperlukan kerja sama yang baik
antara guru, orang tua, dan masyarakat sekitar.

Dalam menjalin kerjasama dengan orang tua dan masyarakat, sekolah dapat
mengambl prakarsa, misalnya dengan cara mengundang orang tua sewaktu
9 | Page
pengambilan rapor, mengadakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat
sekitar, mengikutsertakan persatuan orang tua siswa atau Komite Sekolah dalam
membantu meringankan permasalahan sekolah, terutama menanggulangi kekurangan
fasilitas ataupun dana penunjang kegiatan sekolah.

Keharusan guru membina hubungan dengan orang tua dan masyarakat


sekitarnya ini merupakan isi dari butir ke lima Kode Etik Guru Indonesia.

g. Sikap Terhadap Pemimpin


Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru maupun
organisasi yang lebih besar, guru akan berada dala bimbingan dan pengawasan pihak
atasan.
Sudah jelas bahwa pemimpin suatu unit atau organisasi akan mempunyai
kebijaksanaan dan arahan dalam memimpin organisasinya, di mana tiap anggota
organisasi itu dituntut berusaha untuk bekerja sama dalam melaksanakan tujuan
organisasi tersebut. Dapat saja kerja sama yang dituntut pemimpin tersebut berupa
tuntutan akan kepatuhan dalam melaksanakan arahan dan petunjuk yang diberikan
mereka. Kerja sama juga dapat diberikandalam bentuk usulan dan malahan kritik yang
membangun demi pencapaian tujuan yang telah digariskan bersama dan kemajuan
organisasi.oleh sebab itu, dapat kita simpulkan bahwa sikap seorang guru terhadap
pemimpin harus positif, dalam pengertian harus bekerja sama dalam menyukseskan
program yang sudah disepakati, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

h. Sikap Terhadap Pekerjaan


Profesi keguruan berhubungan dengan anak didik, yang secara alami
mempunyai persamaan dan perbedaan. Tugas melayani orang yang beragam sangat
memerlukan kesabaran dan ketelatenan yang tinggi, terutama bila berhubungan
dengna peserta didik yang masih kecil. Barangkali tidak semua orang dikaruniai sifat
seperti itu, namun bila seseorang telah memilih untuk memasuki profesi guru, ia
dituntut untuk belajar dan berlaku seperti itu.
Orang yang telah memilih suatu karier tertentu biasanya akan berhasil baik,
bila dia mencitai dengan sepenuh hati. Artinya, ia akan berbuat apa pun agar kariernya
berhasil baik, ia committed dengan pekerjaannya. Ia harus mau dan mampu
melaksanakan tugsnya serta mampu melayani dengan baik pemakai jasa yang
membutuhkannya.
Agar dapat memberikan layanan yang memuaskan masyarakat, guru harus
selalu dapat menyesuaikan kemampuan dan pengetahuannya dengan keinginan dan
10 | P a g e
permintaan masyarakat, dalam hal ini peserta didik dan para orang tuannya.
Keinginan dan permintaan ini selalu berkembang sesuai dengan perkembangan
masyarakat yang biasanya dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh
karenay, guru selalu dituntut untuk secara terus-menerus meningkatkan dan
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan mutu layanannya. Keharusan
meningkatkan dan mengembangkan mutu ini merupakan butir yang keenam dalam
Kode Etik Guru Indonesia yang berbunyi: Guru secara pribadi dan bersama-sama,
mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
Dalam butir keenam ini dituntut kepada guru, baik secara pribadi maupun
secara kelompok, untuk selalu meningkatkan mutu dan martabat profesinya. Guru
sebagaimana juga dengan profesi lainnya, tidak mungkin dapat meningkatkan mutu
dan martabat profesinya bila guru itu tidak meningkatkan atau menambah
pengetahuan dan keterampilannya, karena ilmu dan pengetahuan yang menunjang
profesi itu selalu berkembang sesuai dengan kemajuan zaman.

3. Kinerja Profesi Keguruan


Pengertian Kinerja Profesional
Kinerja profesional terdiri dari dua kata, yaitu kinerja dan profesional. Istilah
kinerja sering diidentikkan dengan istilah prestasi. Istilah kinerja atau prestasi
merupakan pengalih bahasaan dari kata Inggris performance.
Terdapat beberapa pengertian mengenai kinerja dalam Utami (2011), yaitu:
a. Mangkunegara mendefinisikan kinerja adalah hasil kerja yang secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
b. Sulistiyani dan Rosidah menyatakan kinerja seseorang merupakan kombinasi
dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya.
c. Bernandin dan Russell mengemukakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang
dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya
yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan, serta waktu.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, definisi kinerja sebagai hasil kerja yang
dicapai oleh individu yang disesuaikan dengan peran atau tugas individu tersebut
dalam suatu organisasi pada suatu periode tertentu, yang dihubungkan dengan
suatu ukuran nilai atau standar tertentu dari organisasi di mana individu tersebut
bekerja.

11 | P a g e
Sedangkan profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu
keahlian pada pendidikan dan jenjang pendidikanya atau dengan terlibat dalam
suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, yang dimiliknya yang merupakan
jalan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari apa yang berupa perkerjaanya.

Dengan demikian, kinerja profesional merupakan hasil kerja yang dicapai oleh
individu dengan mempraktekkan suatu keahlian pada pendidikan dan jenjang
pendidikanya pada suatu periode tertentu, yang dihubungkan dengan suatu ukuran
nilai atau standar tertentu dari organisasi di mana individu tersebut bekerja.

Kinerja Profesi Keguruan


1. Konsep Kinerja Guru
Setiap individu yang diberi tugas atau kepercayaan untuk bekerja pada suatu
organisai tertentu diharapkan mampu menunjukkan kinerja yang memuaskan dan
memberikan konstribusi yang maksimal terhadap pencapaian tujuan oraganisasi
tersebut.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja diartikan sebagai sesuatu yang
dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Kinerja adalah sebuah kata dari bahasa
Indonesia dari kata dasar kerja yang menerjemahkan kata dari bahasa asing
prestasi. Bisa pula berarti hasil kerja.1[1] Sedangkan menurut Sholihin
sebagaimana mengutip dari Sulistyorini menegaskan bahwasannya kinerja adalah
tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas
dan kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwasannya kinerja
guru adalah tingkat keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dalam pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.

2. Indikator-indikator Kinerja Guru


Kinerja sesorang dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara pekerjaan
dengan keahliannya, begitu pula halnya dengan penempatan guru pada bidang
tugas.
Menempatkan guru sesuai dengan keahliannya secara mutlak harus
dilakukukan. Apabila guru diberikan tugas yang tidak sesuai dengan keahliannya

12 | P a g e
akan berakibat menurunnya cara kerja dan hasil pekerjaan mereka, juga akan
menimbulkan rasa tidak puas pada diri mereka. Rasa kecewa akan menghambat
perkembangan moral kerja guru.
Selain dipengaruhi oleh keahlian dan kemampuan dari seorang guru, kinerja
dipengaruhi juga oleh kepuasan kerja yaitu perasaan individu terhadap pekerjaan
yang memberikan kepuasan bathin sehingga pekerjaan tersebut disenangi dan
dilaksanakan dengan baik. Untuk mengetahui keberhasilan kinerja perlu
dilakukan evaluasi dengan berpedoman pada parameter dan indikator yang telah
ditetapkan.
Kinerja guru sangat penting untuk dievaluasi karena guru mengemban tugas
professional artinya tugas-tugas hanya dapat dikerjakan dengan kompetensi
khusus yang diperoleh melalui program pendidikan. Guru memiliki peranan yang
sangat besar bagi terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Guru sebagai demonstrator
Guru sebagai pengelola kelas
Guru sebagai mediator dan fasilitator
Guru sebagai evaluator2

Pendidik sebagai Profesi Di Indonesia, beberapa profesi masih pada taraf


sedang berkembang, termasuk profesi pendidik. Dalam praktek di lapangan,
tidak semua okupasi didukung dengan kemampuan profesi, karena kondisi
pasar tenaga kerja, belum dirumuskannya standar profesi, lemahnya organisasi
dalam mengontrol pengisian okupasi, dan penerapan pengetahuan dan
keterampilan yang lebih dikontrol oleh profesi lain.
Kondisi semacam ini akan semakin berbahaya apabila dibiarkan karena tidak
ada kepastian kemampuan minimal yang harus dipenuhi dalam mengisi
okupasi, jeleknya layanan publik, dan biasanya cenderung berdampak kepada
penyalahgunaan kewenangan (malpraktek). Menurut Saudagar dan Idrus (2009:
87-88), suatu jabatan dapat termasuk kategori profesi apabila memenuhi
setidak-tidaknya lima syarat, yaitu sebagai berikut. :
I. Didasarkan atas sosok ilmu pengetahuan teoretik (body of theoretical
knowledge) yang disepakati bersama.
II. Komitmen untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilannya dalam
praktek secara otonom dan berkekuatan monopoli.

13 | P a g e
III. Adanya kode etik profesi sebagai instrumen untuk memonitor tingkat
ketaatan anggotanya dan sistem sanksi yang perlu diterapkan.
IV. Adanya organisasi profesi yang mengembangkan, menjaga, dan
melindungi profesi.
V. Sistem sertifikasi bagi individu yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan untuk dapat menjalankan profesi tersebut. Undang-
undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan, jelas
membedakan antara pendidik dan tenaga kependidikan.

Pendidik dipastikan merupakan tenaga profesional, yaitu yang bertugas


merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembibingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat.
Karena sebagai tenaga professional, pendidik harus memiliki kualifikasi
minimal dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajarnya. Tidak
semua tenaga kependidikan merupakan jabatan yang memerlukan keahlian
profesional, karena termasuk dalam pengertian ini adalah tenaga administrasi dan
penyelenggara pendidikan.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru


Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan dan dianggap sebagai orang
yang berperanan penting dalam pencapaian tujuan pendidikan yang merupakan
percerminan mutu pendidikan. Keberadaan guru dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya tidak lepas dari pengaruh faktor internal maupun faktor eksternal yang
membawa dampak pada perubahan kinerja guru. Beberapa faktor yang mempengaruhi
kinerja guru yang dapat diungkap tersebut antara lain :
1. Kepribadian dan dedikasi
Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri seseorang sebagai sistem
psikofisik yang menentukan dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya
dan bersifat unik. Aspek-aspek kepribadian terdiri dari karakter, temperamen,
sikap, stabilitas emosi, responsibilitas dan sosiabilitas.
Kepribadian guru merupakan faktor terpenting dalam menjalankan kinerjanya,
karena hal inilah yang menentukan baik tidaknya ia dalam mendidik para anak
didiknya agar menjadi para generasi penerus bangsa yang bermanfaat bagi
Negara ini. Semakin baik kepribadian guru maka semakin tinggi dedikasinya

14 | P a g e
terhadap pelaksanaan tugas dan kewajibannya dalam mengembangkan mutu
pendidikan yang baik dan sesuai harapan.
2. Pengembangan Profesi
Pengembangan profesi guru merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan untuk mengantisipasi perubahan dan beratnya tuntutan terhadap
profesi guru. Pengembangan profesi guru menekankan pada penguasaan ilmu
pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya.
Pengembangan kemampuan profesioanalitas guru harus dilakukan secara
berkesinambungan, mengingat masih banyaknya guru-guru yang belum
memberikan totalitas kinerjanya terhadap profesi, lebih-lebih terhadap tujuan
pendidikan yanghendak dicapai.
Upaya meningkatkan profesionalisme guru diantaranya melalui peningkatan
kualifikasi dan persyaratan jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagi tenaga
pengajar. Dengan adanya persyaratan ini, maka guru tidak akan meremehkan
profesi yang dimilikinya dan ia juga akan lebih mumpuni dibidangnya. Upaya
lainnya yaitu melalui sertifikasi, sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat
pendidikkepada guru yang telah memenuhi persyaratan tertentu, yaitu memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional,yang dibarengi
dengan peningkatan kesejahteraan yang layak.
Selain itu, pengembangan profesi guru dapat juga dilakukan dengan kegiatan-
kegiatan lainnya berupa diskusi masalah penelitian, seminar dan pembinaan
berkala, penulisan buku atau pembuatan bahan ajar, pembuatan media
pembelajaran, workshop, dan juga penelitian-penelitian yang dapat meningkatkan
mutu profesi guru seperti penelitian tindakan kelas atau penelitian eksperimen. 3[6]
Akan tetapi semua kegiatan pengembangan tersebut harus dilaksanakan sesuai
dengan persyaratan dan harus sesuai dengan tugas dan fungsi guru dalam kegiatan
sekolah.

3. Kemampuan Mengajar
Seorang guru hendaknya memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dan
fungsinya dengan baik dalam kegiatan mengajar. Mengajar adalah usaha
mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa.
Kemampuan yang harus dimiliki seorang guru diantaranya adalah kemampuan

15 | P a g e
dalam perencanaan pengajaran, kemampuan penguasaan materi yang utuh dan
berwawasan serta mempunyai bahan pengayaan terutama pada bidang-bidang
yang menjadi tugasnya, kemampuan menyajikan materi dan menganalisis
materi yang diajarkan serta menghubungkannya dengan konteks pola piker dan
cara hidup, kemampuan berkomunikasi dengan siswa dan kemampuan
mengevaluasi proses serta hasil yang sedang dan sudah dilaksanakan serta
kemampuan merevisi program pengajaran untuk mendapatkan hasil yang lebih
maksimal.
Dengan kemampuan yang dimiliknya,seorang guru diharapkan dapat
memberikan kreasi dan inovasi baru dalam bidang pendidikan.

4. Antar Hubungan dan Komunikasi


Pentingnya komunikasi bagi organisasi tidak dapat dipungkiri, adanya
komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan
berhasil dan begitu pula sebaliknya. Hubungan dan komunikasi yang baik
membawa konsekwensi terjalinnya interaksi seluruh komponen yang ada dalam
sistem sekolah. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru akan berhasil jika
ada hubungan dan komunikasi yang baik dengan siswa sebagai komponen yang
diajar. Untuk itu semakin baik pembinaan hubungan dan komunikasi dibina
maka respon yang muncul semakin baik pula yang pada gilirannya mendorong
peningkatan kinerja.

5. Hubungan dengan Masyarakat


Sekolah merupakan lembaga sosial yang tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat lingkungannya, sebaliknya masyarakat pun tidak dapat dipisahkan
dari sekolah sebab keduanya memiliki kepentingan, sekolah merupakan
lembaga formal yang diserahi mandat untuk mendidik, melatih, dan
membimbing generasi muda bagi peranannya di masa depan, sementara
masyarakat merupakan pengguna jasa pendidikan itu.
Hubungan sekolah dengan masyarakat adalah suatu proses komunikasi antara
sekolah dengan masyarakat untuk meningkatkan pengertian masyarakat tentang
kebutuhan serta kegiatan pendidikan serta mendorong minat dan kerjasama
untuk masyarakat dalam peningkatan dan pengembangan sekolah. Hubungan
sekolah dengan masyarakat ini sebagai usaha kooperatif untuk menjaga dan
mengembangkan saluran informasi dua arah yang efisien serta saling
pengertian antara sekolah, personalia sekolah dengan masyarakat.

16 | P a g e
Untuk peningkatan mutu pendidikan perlu adanya kerjasama antara kepala
sekolah dan guru dalam hal kinerja guru dalam proses Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM). Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru harus
sesuai dengan materi yang diajarkan serta kondisi siswa yang ada di sekolah
tersebut. Serta ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai, misalnya
buku-buku dan alat peraga.
Di sisi lain perlunya kerjasama yang baik antara pihak sekolah dan
masyarakat/wali murid dalam peningkatan prestasi siswa. Jika ada masalah
yang timbul yang berkenaan dengan siswa, misalnya penurunan hasil belajar
siswa, perrlu adanya pemecahan masalah bersama antara pihak sekolah dan
masyarakat/wali murid.

6. Kedisiplinan
Disiplin adalah ketaatan dan ketepatan pada suatu aturan yang dilakukan
secara sadar tanpa adanya dorongan atau paksaan pihak lain atau suatu keadaan
di mana sesuatu itu berada dalam tertib, teratur dan semestinya serta tiada suatu
pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kedisiplinan yang baik ditunjukan guru dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya akan memperlancar pekerjaan guru dan memberikan perubahan
dalam kinerja guru ke arah yang lebih baik dan dapat dipertanggung jawabkan.
Kondisi ini bukan saja berpengaruh pada pribadi guru itu sendiri dan tugasnya
tetapi akan berimbas pada komponen lain sebagai suatu cerminan dan acuan
dalam menjalankan tugas dengan baik dan menghasilkan hasil yang
memuaskan.

4. Peningkatan Mutu Profesi Keguruan


Sehubungan dengan peran dan fungsi guru dalam pembelajaran, maka diperlukan adanya usaha
dari guru untuk mengoptimalkan peran dan fungsinya tersebut. Peranan guru tersebut akan
senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik
dengan siswa, sesama guru maupun dengan staf sekolah atau bahkan dengan kepala sekolah. Dari
berbagai kegiatan interaksi, maka kegiatan pembelajaran dapat dipandang sebagai sentral bagi
peranannya, mengingat disadari atau tidak bahwa sebagian waktu dan perhatian guru banyak
dicurahkan untuk penggarapan pembelajaran di dalam kelas dan berinteraksi dengan siswa.

17 | P a g e
Beberapa fungsi guru menurut Zen (2010:69-70) sehubungan dengan tugasnya selaku pengajar
dapat dijelaskan sebagai berikut.
Sebagai Informator. Sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi
lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum. dalam pada itu
berlaku teori komunikasi: teori stimulus respon, teori dissonance reduction dan
teori pendekatan fungsional.

Sebagai Organisator. Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus,


work shop, jadwal pelajaran dan lain-lain. Komponen-komponen yang berkaitan
dengan kegiatan belajar mengajar, semua diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga
dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa.

Sebagai Motivator. Peranan guru sebagai motivator, penting artinya dalam rangka
meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus
dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcemen untuk
mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya, sehingga akan terjadi
dinamika di dalam pembelajaran.

Sebagai Pengarah/Direktor. Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih
menonjol. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan
siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

Sebagai Inisiator. Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam belajar. Sudah
barang tentu ide-ide itu merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak
didiknya.

Sebagai Transmiter. Dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku
penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.

Sebagai Fasilitator. Berperan sebagai fasilitator, guru dalam hal ini akan memberikan
fasilitas atau kemudahan dalam pembelajaran, misalnya saja dengan menciptakan
suasan kegiatan yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga
interaksi belajar mengajar akan berlangsung secara efektif.

Konsep Peningkatan Mutu Pembelajaran

18 | P a g e
Mutu pembelajaran merupakan bagian dari mutu pendidikan secara keseluruhan.
Dalam hal ini sebelum memahami konsep mutu pembelajaran, terlebih dahulu harus
diketahui konsep dasar tentang mutu pendidikan. Kemendikbud (2014:7) mendefinisikan
pengertian mutu pendidikan bahwa mutu pendidikan adalah kemampuan sekolah dalam
pengelolaan sekolah secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang
berkaitan dengan sekolah, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen
tersebut menurut norma atau standar yang berlaku. Berdasarkan pengertian tersebut
diungkapkan bahwa pada dasarnya mutu pendidikan merupakan kemampuan sekolah
dalam menghasilkan nilai tambah yang diperolehnya menurut standar yang berlaku.
Bertitik tolak dari pemikiran tersebut, maka mutu pembelajaran merupakan kemampuan
yang dimiliki oleh sekolah dalam penyelenggaraan pembelajaran secara efektif dan
efisien, sehingga menghasilkan manfaat yang bernilai tinggi bagi pencapaian tujuan
pengajaran yang telah ditentukan. Sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa
peningkatan mutu pembelajaran akan terwujud secara baik apabila dalam
pelaksanaannya didukung oleh komponen-komponen peningkatan mutu yang ikut andil
dalam pelaksanannya, antara lain:

Penampilan Guru. Komponen yang menunjang terhadap peningkatan mutu


pembelajaran adalah penampilan guru, artinya bahwa rangkaian kegiatan yang
dilakukan seorang guru dalam melaksanakan pengjaran sangat menentukan
terhadap mutu pembelajaran yang dihasilkan. Kunci keberhasilannya mengingat
bahwa guru yang merupakan salah satu pelaku dan bahkan pemeran utama dalam
penyelenggaraan pembelajaran, sehingga diharapkan penampilan gutu harus
benar-benar memiliki kemampuan, keterampilan dan sikap yang profesional yang
pada akhirnya mampu menunjang terhadap peningkatan mutu pembelajaran yang
akan dicapai.

Penguasaan Materi/Kurikulum. Komponen lainnya yang menunjang terhadap


peningkatan mutu pembelajaran yaitu penguasaan materi/kurikulum. Penguasaan
ini sangat mutlak harus dilakukan oleh guru dalam menyelenggarakan
pembelajaran, mengingat fungsinya sebagai objek yang akan disampaikan
kepada peserta didik. Dengan demikian penguasaan materi merupakan kunci
yang menentukan keberhasilan dalam meningkatkan mutu pembelajaran,

19 | P a g e
sehingga seorang guru dituntut atau ditekan untuk menguasai materi/kurikulum
sebelum melakukan pengajaran di depan kelas.

Penggunaan Metode Mengajar. Penggunaan metode mengajar juga merupakan


komponen dalam peningkatan mutu pembelajaran yang menunjukkan bahwa
metode mengajar yang akan dipakai guru dalam menerangkan di depan kelas
tentunya akan memberikan konstribusi terhadap peningkatan mutu pembelajaran.
Dengan menggunakan metode mengajar yang benar dan tepat, maka
memungkinkan akan mempermudah siswa memahami materi yang akan
disampaikan.

Pendayagunaan Alat/Fasilitas Pendidikan. Kemampuan lainnya yang


menentukan peningkatan mutu pembelajaran yaitu pendayagunaan alat-fasilitas
pendidikan. Mutu pembelajaran akan baik apabila dalam pelaksanaan
pembelajaran didukung oleh alat/fasilitas pendidikan yang tersedia. Hal ini akan
memudahkan guru dan siswa untuk menyelenggarakan pembelajaran, sehingga
diharapkan pendayagunaan alat/fasilitas belajar harus memperoleh perhatian
yang baik bagi sekolah-sekolah dalam upaya mendukung terhadap peningkatan
mutu pembelajaran.

Penyelengaraan Pembelajaran dan Evaluasi. Mutu pembelajaran ditentukan oleh


penyelenggaraan pembelajaran dan evaluasi yang menunjukkan bahwa pada
dasarnya mutu akan dipengaruhi oleh proses. Oleh karena itu guru harus mampu
mengelola pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran, sehingga mampu
mewujudkan peningkatan mutu yang optimal.

Pelaksanaan Kegiatan Kurikuler dan Ekstra-kurikuler. Peningkatan mutu


pembelajaran dipengaruhi pula oleh pelaksanaan kegiatan kurikuler dan ekstra-
kurikuler yang menunjukkan bahwa mutu akan mampu ditingkatkan apabila
dalam pembelajaran siswa ditambah dengan adanya kegiatan kurikuler dan
esktra-kurikuler. Kegiatan tersebut perlu dilakukan, mengingat akan menambah
pengetahuan siswa di luar pengjaran inti di kelas dan tentunya hal ini akan
menjadi lebih baik terutama dalam meningaktkan kreativitas dan kompenetis
siswa.

20 | P a g e
Tulisan ini akan lebih memfokuskan pembahasan dari aspek guru atau pendidik, yakni
Upaya-upaya apa saja yang harus ditempuh pemerintah dan pihak-pihak yang terkait untuk
meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan. Dan strategi bagaimanakah
meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan.
Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Upaya peningkatan mutu pendidikan dipengaruhi oleh faktor majemuk. Faktor yang
satu saling berpengaruh terhadap faktor yang lainnya. Namun demikian, faktor yang
paling penting adalah guru, karena hitam-putihnya proses belajar mengajar di dalam
kelas banyak dipengaruhi oleh mutu gurunya. Guru dikenal sebagai 'hidden
currickulum' atau kurikulum tersembunyi, karena sikap dan tingkah laku, penampilan
profesional, kemampuan individual, dan apa saja yang melekat pada pribadi sang
guru, akan diterima oleh peserta didiknya sebagai rambu-rambu untuk diteladani atau
dijadikan bahan pembelajaran. Bagi sebagian besar orangtua siswa, sosok pendidik
atau guru masih dipandang sebagai wakil orangtua ketika anak-anaknya tidak berada
di dalam keluarga.
Pada era teknologi informasi, guru memang tidak lagi dapat berperan sebagai
satu-satunya sumber informasi dan ilmu pengetahuan. Peran guru telah berubah lebih
menjadi fasilitator, motivator, dan dinamisator bagi peserta didik. Dalam era
teknologi informasi peserta didik dengan mudah dapat mengakses informasi apa saja
yang tersedia melalui internet. Dalam kondisi seperti itu, maka guru diharapkan
dapat memberikan peran yang lebih besar untuk memberikan rambu-rambu etika dan
moral dalam memilih informasi yang diperlukan. Dengan kata lain, peran pendidik
tidak dapat digantikan oleh apa dan siapa, serta dalam era apa saja. Untuk dapat
melaksanakan peran tersebut secara efektif dalam proses pendidikan, pendidik dan
tenaga kependidikan harus ditingkatkan mutunya dengan skenario yang jelas.

Peningkatan Gaji dan Kesejahteraan Guru


Mohammad Surya (Ketua Umum Pengurus Besar PGRI), menyatakan dengan tegas
bahwa "semua keberhasilan agenda reformasi pendidikan pada akhirnya ditentukan
oleh unsur yang berada di front terdepan, yaitu guru. Hak-hak guru sebagai pribadi,
pemangku profesi keguruan, anggota masyarakat dan warga negara yang selama ini
terabaikan, perlu mendapat prioritas dalam reformasi". Hak utama pendidik yang
harus memperoleh perhatian dalam kebijakan pemerintah adalah hak untuk
memperoleh penghasilan dan kesejahteraan dengan standar upah yang layak, bukan
'upah minimum'. Kebijakan "upah minimun" boleh jadi telah menyebabkan pegawai

21 | P a g e
bermental kuli, bukan pegawai yang mengejar prestasi. Itulah sebabnya, maka
langkah pertama peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan adalah
memberikan kesejahteraan guru dengan gaji yang layak untuk kehidupannya.
Langkah pertama ini dinilai amat vital dan strategis untuk meningkatkan mutu
pendidik dan tenaga kependidikan. Mengapa? Setidaknya ada dua alasan. Pertama,
dari lima syarat pekerjaan dapat disebut sebagai profesi, yang masih belum terpenuhi
secara sempurna adalah gaji dan kompensasi dari pelaksanaan peran sebagai profesi.
Kelima syarat pekerjaan sebagai profesi adalah;
Bahwa pekerjaan itu memiliki fungsi dan signifikansi bagi masyarakat,
Bahwa pekerjaan itu memerlukan bidang keahlian tertentu,
Bidang keahlian itu dapat dicapai dengan melalui cabang pendidikan
tertentu (body of knowledge),
Bahwa pekerjaan itu memerlukan organisasi profesi dan adanya kode etik
tertentu, dan kemudian,
Bahwa pekerjaan tersebut memerlukan gaji atau kompensasi yang memadai
agar pekerjaan itu dapat dilaksanakan secara profesional.
Dari kelima syarat tersesbut, yang masih belum terpenuhi sepenuhnya adalah syarat
yang kelima, yakni gaji dan kompensasi yang memadai. Alasan kedua, karena peningkatan
gaji dan kesejahteraan merupakan langkah yang memiliki dampak yang paling berpengaruh
(multiplier effects) terhadap langkah-langkah lainnya. Kalau perlu, agar langkah pertama
tersebut tidak menjadikan iri bagi pekerjaan lainnya, kenaikan gaji dapat dilakukan secara
menyeluruh dan bertahap. Hal ini terkait dengan maraknya tindak korupsi yang telah
mencapai tingkat yang berbahaya seperti virus yang telah menjangkiti semua aspek
kehidupan manusia.

Membangun Sistem Sertifikasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Serta Sistem


Penjaminan Mutu Pendidikan.
Sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, pembangunan sistem sertifikasi pendidik dan tenaga Kependidikan serta
sistem penjamin mutu pendidikan merupakan langkah yang amat besar, yang akan
memberikan dukungan bagi pelaksanaan langkah pertama, yang juga sangat berat,
karena terkait dengan anggaran belanja negara yang sangat besar. Penataan sistem
sertifikasi pendidik dan tenaga kependidikan harus dilakukan untuk menjamin
terpenuhinya berbagai standar nasional pendidikan yang telah ditetapkan.
Prasyarat yang harus dipernuhi sebagai berikut; untuk pendidik yang akan diangkat
menjadi PNS harus diterapkan standar minimal kualifikasi pendidikan. Sementara bagi guru

22 | P a g e
yang sudah memiliki pengalaman tidak perlu dituntut untuk memenuhi standar ijazah
tersebut, karena hanya akan menyebabkan terjadinya apa yang disebut dengan 'jual beli
ijazah' yang juga dikenal dengan 'STIA' atau 'sekolah tidak ijazah ada'. Yang diperlukan bagi
mereka adalah pendidikan profesi dan sistem diklat berjenjang yang harus dihargai setara
dengan kualifikasi pendidikan tertentu. Jika sistem sertifikasi ini telah mulai berjalan, maka
sistem kenaikan pangkat bagi pendidik dan tenaga kependidikan sudah waktunya
disesuaikan. Kenaikan pangkat pendidik dan tenaga kependidikan bukan semata-mata sebagai
proses administrasi semata-mata, melainkan lebih merupakan proses penting dalam sertifikasi
yang berdasarkan kompetensi.
d. Strategi Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan belajar mengajar yang dilakukan
oleh guru sebagai tenaga kependidikan, maka profesi guru harus memiliki dan menguasai
perencanaan kegiatan belajar mengajar, melaksanakan kegiatan yang direncanakan dan
melakukan penilaian terhadap hasil dari proses belajar mengajar. Kemampuan guru dalam
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran merupakan faktor utama dalam
mencapai tujuan pengajaran. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan proses belajar
mengajar ini sesuatu yang erat kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai
pengajar yang mendidik.
Guru sebagai pendidik mengandung arti yang sangat luas, tidak sebatas memberikan
bahan-bahan pengajaran tetapi menjangkau etika dan estetika perilaku dalam menghadapi
tantangan kehidupan di masyarakat. Sebagai pengajar, guru hendaknya memiliki perencanaan
(planing) pengajaran yang cukup matang. Perencanaan pengajaran tersebut erat kaitannya
dengan berbagai unsur seperti tujuan pengajaran, bahan pengajaran, kegiatan belajar, metode
mengajar, dan evaluasi. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian integral dari keseluruhan
tanggung jawab guru dalam proses pembelajaran.
Secara umum terdapat beberapa langkah strategi yang dapat diimplementasikan dalam
lingkungan kependidikan dengan tujuan bahwa peningkatan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan akan behasil melalui strategi- strategi berikut ini
Evaluasi diri self assessment
Evaluasi diri sebagai langkah awal bagi setiap sekolah yang ingin, atau
menerncanakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kegiatan ini
dimulai dengan curah pendapat brainstorming yang diikuti oleh kepala sekolah, guru,
dan seluruh staf, dan diikuti juga anggota komite sekolah.

23 | P a g e
Kegiatan evalusi diri ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sekolah saat ini
dalam segala aspeknya (seluruh komponen sekolah), kemajuan yang telah dicapai,
maupun masalah-masalah yang dihadapi ataupun kelemahan yang dialami. Kegiatan
evaluasi diri ini juga merupakan refleksi/mawas diri, untuk membangkitkan
kesadaran keprihatinan akan penting dan perlunya pendidikan yang bermutu,
sehingga timbul komitmen bersama untuk meningkatkan mutu sense of quality, serta
merumuskan titik tolak point of departure bagi sekolah/madrasah yang ingin atau
akan mengembangkan diri terutama dalam hal mutu.
Titik awal ini penting karena sekolah yang sudah berjalan untuk memperbaiki
mutu, mereka tidak berangkat dari nol, melainkan dari kondisi yang dimiliki.

Perumusan Visi, Misi, dan tujuan


Bagi pihak sekolah yang baru berdiri atau baru didirikan, perumusan visi dan
misi serta tujuan merupakan langkah awal / pertama yang harus dilakukan yang
menjelaskan kemana arah pendidikan yang ingin dituju oleh para pendiri/
penyelenggara pendidikan. Dalam kasus sekolah/madrasah negeri kepala sekolah
bersama guru mewakili pemerintah kab/kota sebagai pendiri dan bersama wakil
masyarakat setempat ataupun orang tua siswa harus merumuskan kemana sekolah
kemasa depan akan dibawa, sejauh tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan
nasional seperti tercantum dalam UU Nomor 23 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Kondisi yang diharapkan / diinginkan dan diimpikan dalam jangka panjang
itu, kalau dirumuskan secara singkat dan menyeluruh disebut visi. Keadaan yang
diinginkan tersebut hendaklah ada kaitannya dengan idealisme dan mutu pendidikan .
Idealisme disini dapat berkaitan dengan kebangsaan, kemanusiaan, keadilan,
keluhuran budi pekerti, ataupun kualitas pendidikan sebagaimana telah didefinisikan
sebelumnya. Sedangkan misi, merupakan jabaran dan visi atau merupakan
komponenkomponen pokok yang harus direalisasikan untuk mencapai visi yang telah
ditetapkan. Dengan kata lain, misi merupakan tugas-tugas pokok yang harus
dilakukan untuk mewujudkan visi.
Tujuan merupakan tahapan antara, atau tonggak tonggak penting antara titik
berangkat (kondisi awal) dan titik tiba tujuan akhir yang rumusannya tertuang dalam
dalam bentuk visi-misi. Tujuan-tujuan antara ini sebagai tujuan jangka menengah
kalau tiba saatnya berakhir (tahun yang ditetapkan ) akan disusul dengan tujuan
berikutnya, sedangkan visi dan misi (relatif/pada umumnya)masih tetap. Tujuan
(jangka menengah), dipenggal-penggal menjadi tujuan tahunan yang biasa disebut

24 | P a g e
target/sasaran, dalam formulasi yang jelas baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Tujuan-tujuan jangka pendek (1 tahun) inilah yang rincian persiapannya dalam
bentuk perencanaan.
Perencanaan
Perencanaan pada tingkat sekolah adalah kegiatan yang ditujukan untuk menjawab :
apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannnya untuk mewujudkan tujuan
(tujuan-tujuan) yang telah ditetapkan / disepakati pada sekolah yang bersangkutan,
termasuk anggaran yang diperlukan untuk membiayai kegiatan yang direncanakan.
Dengan kata lain perencanaan adalah kegiatan menetapkan lebih dulu tentang apa-apa
yang harus dilakukan, prosedurnya serta metode pelaksanaannya untuk mencapai suatu
tujuan organisasi atau satuan organisasi. Perencanaan oleh sekolah merupakan persiapan
yang teliti tentang apa-apa yang akan dilakukan dan skenario melaksanakannya untuk
mencapai tujuan yang diharapkan, dalam bentuk tertulis. Dikatakan teliti karena ia harus
menjelaskan apa yang akan dilakukan, seberapa besar lingkup cakupan kuantitatif dan
kualitatif yang akan dikerjakan, bagaimana, kapan dan berapa perkiraan satuan-satuan
biayanya, serta hasil seperti apa yang diharapkan.

Pelaksanaan
Apabila kita bertitik tolak dari fungsi-fungsi manajemen yang umumnya kita kenal
sebagai fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan/penggerakkan atau
pemimpinan dan kontrol/pengawasan serta evaluasi, maka langkah pertama sampai
dengan ketiga dapat digabungkan fungsi perencanaan yang secara keseluruhan (untuk
sekolah) sudah dibahas. Didalam pelaksanaan tentu masih ada kegiatan perencanaan-
perencanaan yang lebih mikro (kecil) baik yang terkait dengan penggalan waktu
(bulanan,semesteran, bahkan mingguan), atau yang terkait erat dengan kegiatan khusus,
misalnya menghadapi lomba bidang studi, atau kegiatan lainnya
Tahap pelaksanaan, dalam hal ini pada dasarnya menjawab bagaimana semua fungsi
manajemen sebagai suatu proses untuk mencapai tujuan lembaga yang telah ditetapkan
melalui kerjasama dengan orang lain dan dengan sumber daya yang ada, dapat berjalan
sebagaimana mestinya (efektif dan efisien). Pelaksanaan juga dapat diartikan sebagai
suatu proses kegiatan merealisasikan apa-apa yang telah direncanakan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

25 | P a g e
Dalam dunia pendidikan, seorang pendidik adalah penentu masa depan bangsa
maka para pendidik harus memahami arti, sikap dan kinerja pada profesi keguruan.
Bukan hanya memahami namun, selalu meningkatkan mutu profesi keguruan dalam
berbagai aspek pendidikan sehingga tercapai insan Indonesia cerdas dan kompetitif
melalui upaya mewujudkan pendidikan yang mampu membangun insan Indonesia
yang cerdas dan kompetitif dengan adil, bermutu, dan relevan untuk kebutuhan
masyarakat global.

B. Saran
Sebagai seorang pendidik marilah kita meningkatkan kinerja serta mutu
profesi keguruan dengan menjadi teladan yang baik dan bertanggung jawab yang
sesuai dengan kode etik guru. Penulis berharap saran ini dapat diterima oleh pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
http://cari-carimakalah.blogspot.co.id/2016/06/makalah-profesi-keguruan-
kompetensi.html
http://www.lpmpjateng.go.id/web/index.php/arsip/karya-tulis-ilmiah/899-peran-
dan-fungsi-guru-dalam-meningkatkan-mutu-pembelajaran
http://www.intipesan.com/2016/02/15/upaya-peningkatan-kualitas-guru-untuk-
meningkatkan-kualitas-sdm-indonesia/

26 | P a g e
http://nurlaesahijamaludin.blogspot.co.id/
http://disdik.jambikota.go.id/index.php/15-artikel/55-upaya-peningkatan-mutu-
guru
http://www.sarjanaku.com/2010/11/sikap-profesional-keguruan.html

http://www.kompasiana.com/medadenish/makalah-profesi-
keguruan_5510592ea333117732ba82f7
Hamalik, Oemar, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi
Aksara, 2006
Kunandar. Guru Profesional:Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan Dan Sukses
Dalam Sertifikasi Guru Jakarta: Raja Grafindo persada,.2007
N.K, Roestiyah Masalah-masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: Bina Aksara.1989 Ni.am,
Asrorun. Membangun Profesionalitas Guru. Jakarta : eLSAS. 2006

27 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai