Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ILMU PENDIDIKAN SOSIAL

Dosen Pengempu
L.Heny Nirmayani, M.Pd

Oleh
Putu Ayu Nita Andriani (2111031037)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN DHARMA ACARYA
STAH MPU KUTURAN
SINGARAJA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-
Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan mengenai mata kuliah
Pendidikan Ilmu Sosial.

Dengan tulisan ini kami diharapkan mahasiswa mampu untuk memahami konsep pembelajaran
IPS. Kami sadar tulisan ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya
kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi.

Singaraja, 30 Mei 2022

penulis
DAFTAR ISI

COVER 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 4
PENDAHULUAM 4
1.1 LATAR BELAKANG 4
1.2 RUMUSAN MASALAH 4
1.3 TUJUAN PENULISAN 4
BAB II 5
PEMBAHASAN 5
2.1 Penjelasan tentang fakta, konsep dan generalisasi dalam konsep IPS 5
2.2 Penjelasan tentang Nilai dalam Konsep Dasar IPS 6
2.3 Penjelasan tentang Sikap dalam Konsep Dasar IPS 7
2.4 Penjelasan tentang Keterampilan dalam Konsep Dasar IPS 8
2.5 Penjelasan tentang hubungan Nilai, Sikap dan Keterampilan dalam kehidupan bermasyarakat 9
BAB III 11
PENUTUP 11
3.1 KEAIMPULAN 11
3.2 SARAN 11
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I

PENDAHULUAM

1.1 LATAR BELAKANG


Aspek afektif merupakan salah satu diantara tiga aspek yang sangat penting dalam pembelajaran di
sekolah. Aspek afektif merupakan aspek sikap yang tertanam dalam diri siswa. Sikap yang baik pada
siswa akan menjadikan proses belajar mengajar lancar, tanpa kendala, dan bermakna. Sikap tidak dapat
dipisahkan dengan nilai. Setiap sikap, pasti akan bernilai. Salah satu contoh jika seorang murid selalu
mendengarkan ketika pelajaran berlangsung, ketika ditanya siswa tersebut menjawab benar, tidak
membuat gaduh, dan selalu bersikap yang baik, maka siswa tersebut akan memiliki nilai yang tinggi.
Sebaliknya, jika seorang murid bersikap tidak baik, maka nilainya akan jelek atau rendah.

Pada setiap mata pelajaran sekolah dasar, wajib memasukkan atau mengajarkan sikap dan nilai yang
terkandung dalam masing-masing mata pelajaran. Hal tersebut dikarenakan pada setiap mata pelajaran
berbeda kemampuan sikap yang harus dimiliki oleh siswanya. Kemampuan sikap mata pelajaran ipa
berbeda dengan kemampuan sikap ips. Kemampuan sikap pada tiap-tiap mata pelajaran yang tertanam
setelah pembelajaran berlangsung akan menjadi bekal ketika siswa dirumah dan di masyarakat.

Penanaman sikap tersebut akan menjadi nilai tersendiri bagi siswa. Sikap siswa di sekolah akan
tercermin atau teraplikasi pada kehidupan di rumah dan masyarakat. Maka dari itu, penanaman sikap
dan nilai pada masing-masing mata pelajaran harus benar-benar dilaksnakan secara baik. Khusus mata
pelajaran ips, penanaman sikap dan nilai pada siswa harus benar-benar tercapai. Hal itu karena IPS
merupakan mata pelajaran yang sedikit banyak mengajarkan tentang sikap dan nilai yang baik pada
kehidupan di keluarga, sekolah dan kehidupan masyarakat. Sangat disayangkan jika pengajaran IPS
tidak dilaksanakan dengan terstruktur, maka aspek sikap yang terdapat dalam tiap-tiap materi tidak
akan tersampaikan dan tertaman dengan baik ke dalam diri setiap siswa.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana fakta ,konsep dan generalisasi dalam konsep IPS ?
2. Bagaimana nilai dalam konsep dasar IPS ?
3. Bagaimana sikap dalam konsep dasar IPS ?
4. Bagaimana keterampilan dalam konsep dasar IPS ?
5. Bagaimana hubungan nilai, sikap, dan keterampilan dalamkehidupan bermasyarakat ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui fakta, konsep dan generalisasi dalamkonsep IPS.
2. Untuk mengetahui nilai dalam konsep dasar IPS.
3. Untuk mengetahui sikap dalam konsep dasar IPS.
4. Untuk mengetahui keterampilan dalam konsep dasar IPS.
5. Untuk mengetahui hubungan nilai, sikap dan keterampilandalam kehidupan bermasyarakat .
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penjelasan tentang fakta, konsep dan generalisasi dalam konsep IPS
A. Fakta

Fakta adalah hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan yang sungguh-sungguh terjadi dan
terjamin kebenarannya. atau sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Fakta sosial adalah cara
bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu dan mempunyai kekuatan memaksa
dan mengendalikan individu tersebut. Contoh, di sekolah seorang murid diwajibkan untuk datang tepat
waktu, menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban tersebut
dituangkan ke dalam sebuah aturan dan memiliki sanksi tertentu jika dilanggarFakta dapat
menyebabkan lahirnya teori baru. Fakta juga dapat menjadi alasan untuk menolak teori yang ada dan
bahkan fakta dapat mendorong untuk mempertajam rumusan teori yang sudah ada. Banks
(Ischak:2004:2.7) mengemukakan bahwa fakta merupakan pernyataan positif dan rumusannya
sederhana.

Fakta merupakan salah satu materi yang dikaji dalam IPS. Dengan fakta-fakta yang ada kita dapat
menyimpulkan sesuatu atau beberapa peristiwa yang pernah terjadi. Fakta merupakan titik awal untuk
membentuk suatu konsep. Dari beberapa konsep yang saling berkaitan kita dapat membentuk suatu
generalisasi. Fakta, konsep, dan generalisasi merupakan bahan kajian dalam Ilmu Pengetahuan Sosial
yang harus dipahami siswa.

B. Konsep

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:588), pengertian konsep adalah gambaran mental dari
objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami
hal-hal lain. Menurut Soedjadi (2000:14) pengertian konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan
untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah
atau rangkaian kata

Konsep adalah suatu kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan merupakan alat intelektual
yang membantu kegiatan berfikir dan memecahkan masalah. Dari pengertian tersebut dapat ditarik
sebuah ke simpulan bahwa konsep mengandung atribut. Atribut adalah ciri yang membedakan tabel
objek atau peristiwa atau proses dari obyek, peristiwa atau proses lainnya. Atribut dapat didasarkan atas
fakta berupa informasi konkret yang dapat dibuktikan melalui laporan seseorang atau hasil pengamatan
langsung. Laporan verbal, gambar-gambar, chart yang berisi data dapat digunakan untuk
mengkomunikasikan atribut.

Menurut Womack (1970), selain memahami konsep yang dibangun berdasarkan pengenalan kita
terhadap atribut kelas (penggolongan) dan simbol, juga penting memahami tingkat arti (level of
meaning) dari sebuah konsep. Ia berpendapat bahwa sebuah konsep studi sosial merupakan kata atau
sekumpulan kata (prosa) yang berkaitan dengan satu gambaran tertentu yang menonjol dan bersifat
tetap (Certain, vakint, inalienable, features = tetap, menonjol, tak dapat dicabut).

C. Generalisasi

Schuneke (1988:16) mengemukakan bahwa generalisasi merupakan abstraksi dan sangat terikat
konsep. Generalisasi menghubungkan beberapa konsep sedemikian rupa sehingga terbentuk suatu pola
hubungan yang bermakna dan menggambarkan hal yang lebih luas. Artinya, dalam pikiran kita
terbentuk pola-pola hubungan bermakna yang lebih luas (Djodjo Suradisastra 1991/1992:39). Menurut
Nursid Sumaatmadja (1980:83), generalisasi adalah hubungan dua konsep atau lebih dalam bentuk
kalimat lengkap, yang merupakan pernyataan deklaratif dan dapat dijadikan suatu prinsip atau
ketentuan dalam IPS.

Jadi dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan menyusun generalisasi, apabila orang itu menarik
dua konsep atau lebih dengan sedemikian rupa sehingga saling berhubungan satu dengan Iainnya.
Untuk lebih jelasnya kita ambil contoh berikut. Ada ungkapan : “Makin primitif suatu masyarakat,
lingkungan hidupnya akan makin mempengaruhi cara hidup masyarakat itu” kita menemukan paling
sedikit tiga konsep, yaitu: (1) Masyarakat primitif; (2) Lingkungan hidup; (3) Cara hidup.

Generalisasi yang baik adalah generalisasi yang tidak menyebut orang, tempat atau benda. Alasannya,
apabila kita menyebutkannya berarti generalisasj yang kita buat memiliki tingkat abstraksi yang
rendah, tingkat keberlakuannya juga sempit atau rendah. Generalisasi harus ditulis sedemikian rupa
sehingga siswa dapat mengaplikasikannya dalam berbagai situasi yang bagaimanapun juga.

Pengertian generalisasi dalam sejarah berbeda dengan generalisasi dalam disiplin ilmu sosial lainnya.
Generalisasi dalam sejarah merupakan contradiction in terminis karena sifatnya yang unik yang
menunjukkan bahwa peristiwa sejarah itu tidak terulang lagi. Namun di dalam sejarah ada juga
kemungkinan perulangan, dalam arti bahwa yang berulang itu adalah hal-hal yang berkaitan dengan
pola perilaku manusia yang berorientasi nilai, sistem sosial, kebutuhan ekonomi, kecenderungan
psikologis, dan selanjutnya, menurut Rochiati dalam Jarotimec (1986:29).

2.2 Penjelasan tentang Nilai dalam Konsep Dasar IPS

Menurut Purwodarminto dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nilai adalah harga, hal-hal penting atau
berguna bagi manusia. Nilai atau sistem nilai adalah keyakinan, kepercayaan, norma atau kepatuhan-
kepatuhan yang dianut oleh seseorang ataupun kelompok masyarakat. (Kosasih Djahiri. 1980:5).

Sedangkan menurut Fraenkel dalam (Husein Achmad. 1981:87), menyatakan bahwa nilai
menggambarkan suatu penghargaan atau semangat yang diberikan seseorang atas pengalaman-
pengalamannya. Selanjutnya ia mengatakan nilai itu merupakan standar tingkah laku, keindahan,
efisiensi, atau penghargaan yang telah disetujui seseorang, dimana seseorang berusaha hidup dengan
nilai tersebut serta bersedia mempertahankannya. Apabila dilihat dari sifatnya, nilai dapat digolongkan
menjadi empat, yaitu:

a. Nilai yang memiliki sifat relatif stabil dan bertahan dari waktu ke waktu mengikuti kelangsungan
hidup sistem sosial budaya masyarakat yang bersangkutan.

b. Nilai sebagai suatu bentuk keyakinan, memiliki komponen kognitif, afektif, dan psikomotorik.

c. Nilai dengan dua kategori, yaitu nilai instrumental dan nilai terminal. Nilai instrumental adalah nilai
yang menyangkut gaya perilaku yang dipandang sebagai nilai yang sesuai atau berharga. Sedangkan
nilai terminal adalah nilai yang “the end state” di mana nilai- nilai instrumental menjadi bermakna.

d. Nilai-nilai yang disusun atau diorganisasaikan ke dalam suatu sistem nilai yang menjadi keyakinan
mengenai pola-pola hidup manusia yang terus berkembang sesuai dengan perkembangan budayanya.

Sehubungan dengan hal tersebut, Koentjaraningrat mengemukakan pengertian sistem nilai budaya yaitu
suatu sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar
dari warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Oleh
karena itu sistem nilai-budaya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Sistem-
sistem tata kelakuan manusia lain yang tingkatnya lebih konkrit, seperti aturan-aturan khusus, hukum
dan norma-norma, semuanya juga berpedoman kepada sistem nilai budaya tersebut.

Dengan demikian kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa nilai secara umum merupakan ukuran
tentang baik-buruk, tentang tata laku yang telah mendalam dalam kehidupan masyarakat. Nilai
merupakan pencerminan budaya suatu kelompok masyarakat. Nilai apabila ditinjau sebagai sistem
nilai, merupakan pedoman kehidupan bermasyarakat yang lebih tinggi tingkatnya dari pada norma
sosial, karena norma sosial itu juga bersumber dan berpedoman kepada sistem nilai. Sistem nilai tidak
hanya mempengaruhi tingkah laku dan tindakan seseorang, melainkan lebih jauh dari itu yaitu menjadi
dasar untuk mencapai tujuan hidupnya.

Sistem nilai yang menjadi landasan dan pedoman hidup bangsa Indonesia yang paling utama adalah
Pancasila. Bagi dunia pendidikan, Pancasila menjadi dasar pendidikan nasional. Dengan demikian nila-
nilai yang terkandung pada sila-sila Pancasila harus ditanamkan dalam pengajaran IPS.

2.3 Penjelasan tentang Sikap dalam Konsep Dasar IPS

Sikap merupakan suatu konsep psikologi yang kompleks, sampai sekarang belum ada satu definisi yang
diterima bersama oleh semua pakar psikologi. Satu hal yang dapat diterima bersama bahwa sikap
berakar dalam perasaan. Namun demikian, walaupun sikap berakar dalam perasaan, perasaan bukanlah
satu-satunya komponen dari sikap. Dalam perkembangan yang terakhir, sebagian besar pakar
sependapat bahwa sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu kompnen afektif, komponen kognitif, dan
komponen konatif. Komponen afektif, adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang terhadap sesuatu
obyek. Komponen kognitif, adalah kepercayaan atau keyakinan yang menjadi pegangan seseorang.
Sedangkan komponen konatif, adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara
tertentu terhadap sesuatu obyek.

Sikap adalah sebagai keadaan yang ada pada diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak, sikap
menyertai manusia dengan perasaan-perasaan tertentu dalam menanggapi obyek dan semua itu
terbentuk atas pengalaman (Bimo Walgito. 1983:52-55). Selanjutnya Koencaraningrat menjelaskan
bahwa suatu sikap adalah suatu disposisi atau keadaan mental di dalam jiwa dan diri seorang individu
untuk bereaksi terhadap lingkungannya (baik lingkungan manusia atau lingkungan masyarakatnya, baik
lingkungan alamiah maupun lingkungan fisiknya).

Walaupun berada di dalam diri individu, sikap biasanya juga dipengaruhi oleh nilai budaya dan sering
pula bersumber pada sistem nilai budaya. Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
sikap atau sikap mental ada pada diri seseorang, jadi bukan ada pada alam pikiran orang sebagai
anggota masyarakat. Sikap mental merupakan reaksi emosional seseorang terhadap lingkungannya,
baik secara positif maupun negatif, baik berkenaan dengan persetujuan maupun penolakan tentang
kondisi sosial yang dialaminya. Walaupun sikap mental ini ada pada diri seseorang tetapi sangat
dipengaruhi oleh sistem nilai, pengalaman, dan pendidikan. Oleh karena itu pendidikan, khususnya
pengajaran IPS dapat digunakan sebagai sarana untuk membina sikap mental anak didik.

Dengan demikian, dapat disimpulkan secara sederhana bahwa penilaian sikap dalam proses
pembelajaran di sekolah dapat diartikan upaya sistematis dan sistemik untuk mengukur dan menilai
perkembangan siswa, sebagai hasil dari proses pembelajaran yang telah dijalaninya.

2.4 Penjelasan tentang Keterampilan dalam Konsep Dasar IPS


Keterampilan Dasar Pendidik dalam Pembelajaran IPS SD
Beberapa keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai oleh pendidik dalam pembelajaran
IPS SD antara lain keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan bertanya,
keterampilan menjelaskan, keterampilan mengelola kelas,
keterampilan mengadakan variasi, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil,
keterampilan mengajar kelompok kecil danperorangan .

Keterampilan membuka dan menutup pelajaran Membuka dan menutup pelajaran merupakan
dua kegiatan rutin yang dilakukanguru disaat memulai dan mengakhiri pelajaran. Membuka
pelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk
menciptakan suasana siap mental dan penuh dan penuh perhatian pada siswa. Sedangkan menutup
pelajaran merupakan kegiatan
yang dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan dari inti pelajaran.

2.5 Penjelasan tentang hubungan Nilai, Sikap dan Keterampilan dalam kehidupan
bermasyarakat
Hubungan antara sikap dengan nilai, sebagian pakar psikologi berpendapat bahwa nilai lebih bersifat
global daripada sikap. Pendapat lain mengatakan nilai merupakan sasaran yang lebih abstrak, yang
ingin dicapai oleh seseorang. Nilai mendasari pandangan hidup seseorang. Oleh karena itu nilai tidak
mempunyai obyek yang spesifik, seperti dalam sikap. Namun sangat penting peranannya dalam
pembentukan sikap.

Sejalan dengan pendapat-pendapat tersebut, nilai sebagai sasaran yang ingin dicapai, atau sebagai hal
yang mendasari pandangan hidup seseorang, maka nilai menjadi kriteria atau ukuran yang bersifat
abstrak dalam membuat pertimbangan atau keputusan. Dalam kaitannya dengan peranan itu, nilai
menjadi kepercayaan normatif tentang apa yang disukai dan apa yang tidak disukai.

Dengan demikian nilai mempengaruhi pembentukan dan arah sikap seseorang. Nilai juga dapat
mempengaruhi perilaku dan perbuatan seseorang dengan mempengaruhi sikap dan penilaian terhadap
konsekuensi dari pada perilaku dan perbuatan seseorang tersebut. Melalui proses seperti ini, nilai
dapat dilihat sebagai kunci bagi lahirnya perilaku dan perbuatan seseorang. Oleh karena itu,
pengajaran dan penanaman nilai merupakan hal penting dalam rangka pembinaan sikap dan
kepribadian siswa.

Keterampilan-keterampilan IPS adalah beberapa kemampuan baik fisik maupun mental di bidang Imu
Pengetahuan Sosial. Ketrampilan ini meliputi kehidupan dan kerja sama. Belajar member dan
menerima tanggung jawab, menghormati hak – hak orang lain, membina kesadaran social.

Dengan demikian ini maka siswa mampu berkomunikasi dengan sesama manusia, lingkungannya di
masyarakat secara baik, hal ini merupakan realisasi dari penetapan IPS dalam kehidupan
bermasyarakat.

Nilai dan sikap merupakan dua faktor penting yang menentukan perilaku seseorang. Konsistensi
hubungan antara sikap dan perilaku ditentukan oleh dua faktor, yaitu motivasi dan kesempatan Jika
seseorang memiliki motivasi yang kuat untuk berpikir tentang sesuatu obyek serta memiliki
kesempatan untuk berbuat, maka sikap akan memberi pengaruh kepada perilakunya. Pendapat tersebut
sejalan dengan teori “reasoned action” yang menyatakan bahwa sikap dan nilai subyektif secara
bersama-sama menentukan munculnya suatu perilaku.
Jadi dapat disimpulkan bahwa antara nilai, sikap, dan keterampilan itu sangat erat kaitannya. Nilai
merupakan kepercayaan normatif, yang ikut menentukan apa yang disukai dan apa yang tidak disukai
oleh seseorang, sehingga terbentuk sikapnya terhadap sesuatu obyak. Selanjutnya sikap akan
mempengaruhi perilaku dan perbuatan seseorang. Namun demikian, seperti dijelaskan di atas bahwa
konsistensi hubungannya antara sikap dan keterampilan tersebut terjadi, jika terpenuhi syarat-syarat
tertentu.
BAB III

PENUTUP

3.1 KEAIMPULAN
Perkembangan pengetahuan sosial merupakan ilmu
pengetahuan yang disederhanakan untuk pendidikan, dimana mencakup fakta, konsep ,
generalisasi , nilai , sikap , keterampilan, huhungan nilai , sikap dan keterampilan kehidupan dalam
bermasyarakat diantaranya dengan memplajari ilmu pengetahuan sosial kita dapat mengetahui segala
ilmu sosial di luar sana dan bermanfaat untuk kehidupan kita.

3.2 SARAN
Semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dandapat dijadikan suatu
pedoman atau acuan dalam peroses meningkatkan keterampilan- keterampilan ilmu sosial lainnya
danmenambah wawasan para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.msyarifah.my.id/ips-dalam-fakta-konsep-generalisasi-dan-teori/

https://ekisusilowati18.wordpress.com/2015/04/22/sikap-nilai-dan-keterampilan-sosial-ips/

https://123dok.com/article/pengertian-keterampilan-ips-merancang-menyusun-alat-evauasi-
keterampilan.zx5l2gdq#:~:text=A.%20PENGERTIAN%20KETERAMPILAN%20IPS%20Ketera
mpilan-
keterampilan%20IPS%20adalah%20beberapa,ilmiah%20dapat%20dibagi%20menjadi%209%20ba
gian%20sebagai%20berikut%3A

https://anpridus.blogspot.com/2017/06/makalah-penanaman-nilai-dan-sikap-dalam.html

Anda mungkin juga menyukai