Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

RESUSITASI CAIRAN: LUKA BAKAR


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Program Profesi Keperawatan pada
Stase Keperawatan Kegawatdaruratan dan Kritis

Pembimbing Akademik :
Ristina Mirwanti, M.Kep

Disusun Oleh :
Intan Maeilani Rahayu
220112200586

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XLI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
A. Definisi Luka Bakar
Luka bakar adalah kondisi yang digambarkan oleh adanya kerusakan jaringan serta
lapisan kulit karena adanya koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi sel. Kerusakan kuli
yang terjadi diakibatkan oleh adanya penghantaran energi dari sumber energi ke kulit.
Luka bakar merupakan kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh berbagai sumber non-
mekanik seperti zat kimia, listrik, panas, sinar matahari atau radiasi nuklir (Murray &
Hospenthal, 2008).
B. Klasifikasi Luka Bakar
Luka bakar berdasarkan kedalaman luka bakar Menurut (Rahayuningsih, 2012)
a. Luka bakar derajat I (super facial partial-thickness)
Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang didalam proses
penyembuhannya tidak akan meninggalkan jaringan parut. Biasanya kerusakan tejadi
pada lapisan dermis dan disebagian dermis kulit pada kondisi ini seseorang pasti akan
merasakan nyeri, pada permukaankulit akan telihat memerah dan cenderung kering.
Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam
5-7 hari
b. Luka bakar drajat II
Luka bakar drajat II ini biasanya tejadi kerusakan pada area epidermis dan di sebagian
dermis kulit berupa reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh dasar luka
berwarna merah atau pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal, pada
kondisi ini akan muncul rasa nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi, kemerahan serta
timbul eksudsi cairaan. Luka bakar drajat II tebagi menjadi:
- Luka Bakar Drajat II A Dangkal (superficial)
Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis, apendises kulit seperti
folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Luka sembuh dalam
waktu 10-14 hari
- Luka Bakar Drajat II B (deep)
Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit seperti folikel rambut,
kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih
lama, tergantung apendises kulit yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam
waktu lebih dari satu bulan
c. Luka Bakar Drajat III (Full Thickness)
Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam,
apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea rusak, tidak
ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau coklat, kering, letaknya lebih rendah
dibandingkan kulit sekitar karena koagulasi protein pada lapisan epidermis dan dermis,
tidak timbul rasa nyeri. Penyembuhan lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan
(Rahayuningsih, 2012).
Berdasarkan kedalaman luka, luka bakar dapat diklasifikasikan sebagai derajat 1
sampai IV yang uraiannya seperti pada Tabel

Klasifikasi Kedalaman Morfologi Melepuh Sensasi Wakti


Luka Bakar Luka Penyembuhan
Drajat I Epidermis Merah - Sangat 1 minggu
Nyeri
Drajat II Epidermis dan Merah jambu, Melepuh Sangat 2-3 Minggu
(Superficial dermis basah, waktu Nyeri
Partial) (superfisial dan pengisian
dalam) kapiler cepat
Drajat III Epidermis, Pucat, merah Mungkin Nyeri 3 minggu skin
(Deep Partial seluruh dermis menetap waktu melepuh berkuran graft dan eksisi
Thickness) hingga lemak pengisian g
subkutan kapiler kurang
Derajat IV Menembus Kulit putih Tidak Tidak Eksisi dan skin
(Full kulit dan tidak atau ada nyeri graft
Thickness) lemak coklat
subkutan
mencapai otot
serta tulang
C. Etiologi Luka Bakar
Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal menurut (Moenadjat, 2009), diantaranya
adalah:
1. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn): disebabkan oleh gas, cairan, bahan padat
Luka bakar, air panas (scald) akibat objek panas
2. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn) Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh
asam kuat atau alkali.
3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn) Listrik menyebabkan kerusakan yang
dibedakan karena arus, api, dan ledakan.
4. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)

D. Manifestasi Klinis
1. Luka bakar derajat I (kerusakan terjadi pada lapisan epidermis, tidak dijumpai bulae,
kulit kering, hiperemi berupa eritema, nyeri, dan penyembuhan terjadi spontan dalam
waktu 5-10 hari)
2. Luka bakar derajat II A(kerusakan terjadi pada bagian superficial dari dermis, organ-
organ kulit masih utuh, dan penyembuhan spontan dalam waktu 10-14 hari)
3. Luka bakarderajat II B (kerusakan terjadi pada pada hamper seluruh bagian dermis,
organ-organ kulit sebagian besar masi hutuh, dan penyembuhan terjadi lebih lama.
Umum nya penyembuhan terjadi lebih dari satu bulan)
4. Luka bakar derajat III (kerusakan terjadi pada seluruh lapisan dermis dan lapisan yang
lebih dalam, organ-organ kulit mengalami kerusakan, tidak dijumpai bulae, kulit yang
terbakar berwarna abu dan pucat, terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis,
tidak dijumpai nyeri, hilang sensasi, dan penyembuhan terjadi lama karena proses
epitelisasi spontan dari dasar kulit tidak terjadi) (Nurarif & Kusuma, 2015).
E. Patofisiologi Luka Bakar (Nurafif, 2015) Ansietas

Perubahan Citra
Tubuh
- v
Api Psikologis Perasaan Malu
- Air Panas Gangguan Citra Tubuh
- Bahan LUKA BAKAR
Kimia Luka terbuka Kuman
- Listrik Biologis masuk Hepar Pelepasan
- Radiasi Katelkolamin

Cedera Inhalasi Diruang Tertutup Kerusakan Kulit Luka terbuka Kuman Resiko Hypoksia
masuk Gangguan Hepatik
Fungsi Hati

Kerusakan Mukosa Keracunan Gas Penguapan


Resiko Inveksi Kardiovas Kebocoran
kular Kapiler
Edema Laring CO2 Meningkat Peningkatan
Pembuluh darah Penurunan Curah Jantung

Obstruksi Jalan Nafas HB Menurun Gangguan perfusi


Ekstravasasi Cairan Organ Penting Hipoxia Sel
Otak
Otak
Gagal Nafas HB Tidak Mampu Mati
Mengikat O2 Resiko Ketidakefektipan
Tekanan Ontotik menurun Gangguan Sirkulasi Perfusi Jaringan Serebral
Ketidakefektifan Pola
Nafas Hambatan Pertukaran Gas
Cairan Intravaskular Hipovolemia & Defisiensi Volume
menurun Hemokonsentrasi Cairan
F. Ukuran Luas Luka Bakar
Perhitungan cara ini hanya dapat diterapkan pada orang dewasa, karena anak-anak
mempunyai proporsi tubuh yang berbeda. Pada anak-anak dipakai modifikasi Rule of
Nines menurut Lund and Browder, yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1
tahun
Rules Of Nine:
1. Kepala dan leher 9%
2. Dada depan dan belakang 18%
3. Abdomen depan dan belakang 18%
4. Tangankanan dan kiri 18%
5. Paha kanan dan kiri 18%
6. Kaki kanan dan kiri 18%
7. Genital 1%
Jumlah 100%

G. Kriteria Berat Ringannya Luka Bakar (American Burn Association,)


1. Luka Bakar Ringan/ Minor
- Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
- Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
- Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka, tangan,
kaki, dan perineum.
2. Luka Bakar Sedang (moderate burn)
- Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III
kurang dari 10 %
- Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa >
40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
- Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak
mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
3. Luka Bakar Berat (major burn)
- Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia
50 tahun
- Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama
- Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
- Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas
luka bakar
- Luka bakar listrik tegangan tinggi
- Disertai trauma lainnya
- Pasien-pasien dengan resiko tinggi.
H. Fase- Fase Luka Bakar
1. Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami
ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas), dan
circulation (sirkulasi)
2. Fase sub akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan:
- Proses inflamasi dan infeksi.
- Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada Luka telanjang atau tidak
berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ organ fungsional.
- Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organorgan fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah
penyulit berupa parut yang hipertropik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan
kontraktur
I. Pemeriksaan Penunjang
- Cek laboraturium (Hb, Ht, trombosit, guladarah, elektronik, kreatinin, ureum,
protein, albumin, urinlengkap, AGD)
- Cek EKG
- Rontgen
- CVP ( hal ini dilakukan untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada
luka bakar lebihdari 30% dewasa dan lebihdari 20% pada anak)
(Nurarif & Kusuma, 2015)
J. Komplikasi Lukabakar
Meurut (Amin, dkk, 2013) komplikasi luka bakar diantaranya:
1. Sindrom kompartemen
2. Gagal respirasi akut
3. Gangguan ventilasi
4. Syok
5. Gagal Ginjal akut
6. Gagal jantung
K. Penatalaksanaan Luka Bakar
Penatalaksanaan yang bisa dilakukan yaitu dengan penilaian awal dengan
menggunakan Primary survey yang dimulai dari persiapan APD yang digunakan oleh
penolong seperti sarung tangan, google atau kacamata dan baju pelindung khusus.
Teknik yang dilakukan pertama adalah mengecek ABCD.
1. Airway (Manajemen jalan nafas dan trauma servikal)
Bebaskan jalan nafas/ pertahankan jalan nafas agar tetap bebas dengan
memperhatikan tulang leher bila ada kecurigaan atau trauma lain.
- Pada luka bakar kritis disertai trauma lakukan intubasi (pemasangan pipa
endotrakeal) dikerjakan lebih dulu sebelum dijumpai obstruksijalan nafas yang
dapat menyebabkan distres pernafasan
- Pada klien luka bakar yang dicurigai adanya trauma inhalasi pemasangan Pipa
Nasofaringeal merupakan prioritas utama tanpa menunggu adanya distres
nafas
2. Breathing (Manajemen pernafasan dan ventilasi)
Adaya kesulitan bernafas masalah pada pengembangan dada terkait
ketergantungan dan frekuensinya adanya suara nafas tambahan seperti ronkhi, wezing
atau stridor. Moenadjat (2009) pastikan pernafasan adekuat dengan cara:
- Pemberian Oksigen oksigen diberikan 2-4 L/menit adalah memadai namun
apabila sekret banyak dapat diubah menjadi 4-6 L/menit. Hindari pemberian
oksigen tinggo (>10 L/menit) atau dengan tekanan karena akan menyebabkan
hipoksia dan baro trau,a uang diikuti dengan stress oksidatif.
- Humififikasi. Oksigen diberikan bersama dengan uap air untuk mengencerkan
sekret yang kental agar mudah dikeluarkan
- Terapi Inhalasi, menggunakan nebulizer efetif
- Levase bronkoalveolar
- Rehabilitasi pernafasan
- Penggunaan ventilator
- Apabila penyebab gangguan Breathinng keracnan CO2 dengan asap berikan
O2 100 % (dengan NRM)
- Saturasi O2 kurang dari 90 % lakukan (Ventikator dengan BVM)
3. Circulation (Manajemen sirkulasi dengan control perdarahan)
Warna kulit tergantung pada derajat luka bakar, melambatnya capillary refill
time, hipotensi, mukosa kering, nadi meningkat. Menurut Djumhana (2011),
penanganan sirkulasi dilakukan dengan pemasangan IV line dengan kateter yang
cukup besar, dianjurkan untuk pemasangan CVP untuk mempertahankan volume
sirkulas
1. Pemasangan infus intravena atau IV line dengan 2 jalur
2. Pemasangan CVP (Central Venous Pressure)
3. Kaji trauma yang lain :
- Pertahankan panas tubuh
- Perhatikan kebutuhan untuk pemberian cairan intravena Transportasi (segera
kirim pasien ka rumah sakit)
- Penanganan dibagian emergensi
4. Disability (Monitor status neurogenic)
Pada pasien dengan penurunan kesadaran kehilangan sensasi dan refleks puppi dan
menilai GCS
5. Exposure (Pengendalian lingkungan)
Pada pasien dengan luka bakar terdapat hipertermi akibat inflamasi
Setelah melakukan primary survei dilanjutkan dengan melakukan secondary
survei hal yang dikaji pada secondary survei diantaranya:
1. Monitor TTv
2. Pemeriksaan Fisik
3. Lakukan pemeriksaan tambahan
Setelah secondary survei selesai lakukan evaluasi serta penilaian ulang pada pasien
apabila terjadi masalah pada ABC maka lakukan kembali primary survei sampai kondisi
klien kembali stabil.Penatalaksanaan pada pasien luka bakar disesuaikan dengan kondisi:
1. Resusitasi Cairan
Rumus Kebutuhan Cairan
PARKLAN FORMULA

❖ First 24 jam
4 cc RL x Kg BB x %Luka Bakar
- Diberikan 50% dari total cairan dalam 8 jam pertama
- Diberikan 50% dari total cairan dalam 16 jam pertama
❖ Second 24 hours
- Kebutuhan cairan 30-40 cc X BB
- 1 ml RL X BB X %Luka Bakar
Contoh Soal
Pasien dewasa dengan Bb 60 Kg dengan luas luka bakar 30 %. Kejadian jam 08.00
datang ke RS jam 10.00

❖ 24 jam pertama
Total kebutuhan : 4 X 60 X 30 = 7.200 ml
8 jam pertama : 3.600 ml (jam 10.00 - 18.00) = 600 ml/jam
16 jam kedua : 3.600 ml (18.00-10.00) = 225 ml/jam

❖ 24 jam kedua
Cairan maintance : 30 X 60 =1.800 ml
Koloid : 0,3 X 60 X 30 = 540 ml
Kristaloid : 1 X 60 X 30 = 1.800 ml
2. Penggantian darah
Luka bakar pada kulit menyebabkan tejadinya kehilangan sejumlah sel darah
merah sesuai dengan ukuran dan kedalaman luka bakar karena plasma perdominan
hilang 48 jam pertama setelah terjadinya luka bakar tetaou relative polisitemia
terjadi pertama kali.
3. Perawatan luka bakar
- Luka dicuci, debridement dan disinfeksi dengan savlon 1: 30
- Diolesi dengan betadin
- Bersihkan lagi dengan air steril
- Tutup Tulle
- Topikal silver sulfadiazine (SSD)
- Tutup kasa steril tebal/ elastik verban
- Luka dibuka hari ke 5 -7 kecuali ada tanda-tanda infeksi
- Dilakukan degan pembiusan total dikamar operasi
4. Pemenuhannutrisi
5. Antibiotic
6. Kontrol rasa sakit (opioid dan NSAID)
7. Early exicision and grafting (E&G)
8. Escharotomy
(Nurarif & Kusuma, 2015)
L. Diagnosis Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
2. Nyeri akut b.d proses terjadinyaluka
3. Resiko infesksi
4. Kerusakan integritas kulit b.d luka bakar
5. Resiko infeksi b.dhilangnya barrier kulit
M. Intervensi Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
a. Monitor status hidrasi
b. Monitor intake dan output cairan
c. Monitor tanda-tanda vital
d. Pemberian IV line
e. Atur kemungkinan transfusi
2. Nyeri akutb.d proses terjadi nya luka
a. Pemberian analgesic
b. Kontrol lingkungan yang dapat memengaruhi nyeri
c. Tingkatkan istirahat
d. Evaluasi keefektifan control nyeri
3. Kerusakan integritas kulit b.d luka bakar
a. Lakukan perawatan luka aseptic
b. Kaji adanya tanda-tanda infeksi (kemerahan)
c. Hindari kerutan pada tempat tidur
4. Resikoinfeksib.dhulangnya barrier kulit
a. Pertahankan lingkungan aseptic
b. Kolaborasi pemberian antibiotic
c. Dorong masukan nutrisi yang cukup
Diagnosa
Gangguan pertukaran Gas Airway Management
- Bebaskan jalan nafas
- Dorong bernafas dalam lama dan tahan batuk
- Atur kelembaan udara yang sesuai
- Atur posisi untuk mengurangi sesak nafas
- Monitor frekuensi dan kedalaman nafas
Monitor Respirasi
- Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan
upaya bernafas
- Catat pergerakan dada, lihat kesimetrisan dada,
apakah menggunakan alat bantu, dan adakah
penggunaan alat bantu dan retraksi otot
interkosta
- Monitoring pernafasan, hidung, adanya suara
ngorok
- Monitoring pola nafas, bradipneu, takipneu,
hiperventilasi, respires kusmaul dan lain-lain
- Palpasi kesamaan ekspansi paru
- Perkusi dada anterior dan posterior dari kedua
paru
- Monitor adanya kelelahan otot diafragma
- Auskultasi suara nafas, catat area penurunan
dan ketidakadanya ventilasi dan bunyi nafas

Kekurangan volume cairan Manajemen Cairan


b.d kehilangan cairan aktif - Monitor diare atau muntah
- Awasi tanda-tanda hipovolenik (oliguria,
abdominal pain, bingung)
- Monitor balance cairan
- Monitor pemberian cairan parental
- Monitor BB jika terjadi penuruna BB drastic
- Monitor tanda-tanda dehidrasi
- Monitor tanda-tanda vital
- Berkan cairan peroral sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian terapi
-

Resiko infesksi - Pertahankan teknik aseptic


- Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
melakukan tindakan
- Monitor tanda dan gejala infeksi
- Monitor adanya luka
- Dorong masukan cairan
- Batasi pengunjung
- Berikan terapi antibiotic
Nyeri Akut - Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif (PQRST)
- Kaji tanda-tanda vital
- Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan
- Berikan posisi yang nyaman
- Anjurkan pasien untuk mengalihkan
perhatian
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasi pemberian analgetic untuk
mengurangi nyeri
DAFTAR PUSTAKA
American Burn Association, & Committee, N. B. R. A. (2017). National Burn Repository
2017 Update. In American Burn Association (Vol. 60606, Issue 312, pp. 1–141).
http://ameriburn.org/wp-content/uploads/2018/05/2017_aba_nbr_annual_report-1.pdf
Amin, dkk. 2013. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis & NANDA
NIC-NOC. Jakarta : Mediaction Publishing.
Moenadjat Y. Luka Bakar: Masalah dan Tata Laksana. Balai Penerbit FKUI. Edisi 4. 2009: 1-
38.
Murray, & Hospenthal. (2008). Biokimia harper (27 ed.). Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis
Medis & NANDA NIC-NOC (2nd ed.). Mediaction
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Luka Bakar, 8 Menteri Kesehatan
Republik Indonesia 55 (2019).
Rahayuningsih, T., 2012, Penatalaksanaan Luka Bakar (Combustio),Jurnal Profesi Volume
08/

Anda mungkin juga menyukai