Anda di halaman 1dari 16

A.

RSUP DR Sardjito saat ini sudah mulai menerapkan penggunaan Electronic Medical Record
(EMR), sarana dan prasarana sudah tersedia seperti komputer dan jaringan internet, namun
penerapan EMR di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta masih terkendala. Saat ini belum semua
ruangan di rumah sakit menggunakan Electronic Medical Record (EMR). Di bangsal A Ns.
Diana masih melakukan mendokumentasikan tindakan keperawatan secara tertulis. Dia
mengatakan selama ini belum pernah mendapatkan sosialisasi terkait pengoperasian system
EMR. Jika menerima pasien pindahan dari bangsal B yang sudah menerapkan EMR Ns.
Diana merasa kesulitan dan cenderung menyerahkan tugas pendokumentasian EMR ke
perawat lain. Beberapa teman perawat juga belum pernah menggunakan EMR. Sebagai
kepala ruang bangsal A apa yang akan Anda lakukan?
B. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Rekam Medis
Rekam medis adalah berkas yang berisi identitas, anamnesa, pemeriksaan fisik,
laboratorium, diagnosa dan tindakan medis terhadap seorang pasien yang dicatat baik
secara tertulis maupun elektronik. Penyimpanan secara elektronik akan
membutuhkan komputer dengan memanfaatkan manajemen basis data. Pengertian rekam
medis bukan hanya sekedar kegiatan pencatatan, tetapi harus dipandang sebagai suatu
sistem penyelenggaraan mulai dari pencatatan, pelayanan dan tindakan medis apa saja yang
diterima pasien, selanjutnya penyimpanan berkas sampai dengan pengeluaran berkas dari
tempat penyimpanan manakala diperlukan untuk kepentingannya sendiri maupun untuk
keperluan lainnya.
Menurut UU Praktik Kedokteran dalam penjelasan pasal 46 ayat (1) yang dimaksud
dengan rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada
pasien. Pengertian rekam medis diperkuat melalui Peraturan Menteri Kesehatan
(Permenkes) No. 269/2008, bahwa jenis data rekam medis dapat berupa teks (baik yang
terstruktur maupun naratif), gambar digital (jika sudah menerapkan radiologi digital), suara
(misalnya suara jantung), video maupun yang berupa biosignal seperti rekaman EKG.
Bagian penting yang perlu diperhatikan dalam rekam medis yaitu: Patient Record dan
Manajemen. Patient record adalah suatu informasi yang terekam baik dalam bentuk tulisan
maupun elektronik tentang
kondisi kesehatan dan penyakit pasien yang bersangkutan. Patient record umumnya
bersifat individu, tidak pernah ada catatan kesehatan dari beberapa orang secara kolektif
didalam sebuah rekam medis. Bagian kedua adalah berkaitan dengan Manajemen.
Manajemen adalah suatu proses pengolahan atau kompilasi kondisi kesehatan dan penyakit
pasien agar dapat menjadi suatu informasi yang bermanfaat untuk melakukan
pertanggungjawaban baik dari segi manajemen, keuangan maupun kondisi perkembangan
kesehatan pasien. Sebagai bahan untuk kompilasi fakta tentang kondisi kesehatan dan
penyakit, maka rekam medis seorang pasien akan berisi 2 hal penting yaitu:
1)Dokumentasi data pasien tentang keadaan penyakit sekarang maupun waktu yang lampau.
2)Dokumentasi tertulis tentang tindakan pengobatan yang sudah, sedang dan akan dilakukan
oleh dokter sebagai tenaga kesehatan profesional.

Berdasarkan kedua kondisi penting diatas, maka secara umum informasi yang tercantum
dalam rekam medis seorang pasien harus mengandung 3 unsur, masing-masing adalah:
a. Siapa (Who) pasien tersebut dan Siapa (Who) yang merawat/memberikan tindakan medis.
b. Apa (What) keluhan pasien, Kapan (When) itu mulai dirasakan, Kenapa (Why) atau
sebab terjadinya dan Bagaimana (How) tindakan medis yang diterima pasien.
c. Hasil atau dampak (Outcome) dari tindakan medis dan pengobatan yang sudah diterima
pasien.
Data yang mengandung ketiga unsur diatas harus benar, akurat dan tidak boleh
tertinggal, karena data tersebut berdampak fatal bagi keselamatan jiwa pasien jika terjadi
kesalahan.

2. Pengertian rekam medis elektronik


Idealnya sebuah rekam medis berisi data riwayat kesehatan pasien dari mulai ia lahir
hingga saat ini. Namun karena sistem yang ada di Indonesia sekarang ini terkait informasi
kesehatan belum terintegrasi dan belum didukung sepenuhnya oleh teknologi informasi,
maka data-data pasien tersebut terpisah-pisah dan terbagi tergantung pada tempat dimana ia
mendapatkan pelayanan kesehatan pertama kali. Jadi seandainya seorang pasien jatuh sakit
di kota lain, maka dia akan dibuatkan rekam medis baru oleh rumah sakit dimana ia berobat
dan riwayat kesehatannya akan diulang ditanyakan oleh dokter, syukurlah jika ia masih
mampu diajak berbicara, tetapi seandainya tidak? Melihat pentingnya sebuah rekam medis,
maka sudah saatnya semua rumah sakit di Indonesia membangun Electronic Medical Record
(EMR) dan akan lebih berdaya guna jika semua rekam medis itu terkoneksi didalam
jaringan komputer seluruh rumah sakit di Indonesia.
Sebenarnya Electronic Medical Record (EMR) bukan merupakan wacana baru bagi
penyelenggara pelayanan kesehatan seperti rumah sakit. Beberapa rumah sakit bahkan
berani menyatakan telah mengimplementasikan EMR di dalam manajemennya. Bagi rumah
sakit yang belum memiliki EMR umumnya berargumentasi sudah berkeinginan untuk
memiliki EMR tetapi masih terbentur beberapa kendala organisasi seperti: biaya, budaya
kerja, teknis dan sumber daya.
Pada dasarnya EMR adalah penggunaan perangkat teknologi informasi untuk pengumpulan,
penyimpanan, pengolahan serta peng-akses-an data yang tersimpan pada rekam medis
pasien di rumah sakit dalam suatu sistem manajemen basis data yang menghimpun berbagai
sumber data medis. Bahkan beberapa rumah sakit modern telah menggabungkan EMR
dengan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) yang merupakan
aplikasi induk yang tidak hanya berisi EMR tetapi sudah ditambah dengan fitur-fitur seperti
administrasi, billing, dokumentasi keperawatan, pelaporan dan dashboard score card.
EMR juga dapat diartikan sebagai lingkungan aplikasi yang tersusun atas penyimpanan data
klinis, sistem pendukung keputusan klinis, standarisasi istilah medis, entry data
terkomputerisasi, serta dokumentasi medis dan farmasi. EMR juga bermanfaat bagi
paramedis untuk mendokumentasikan, memonitor, dan mengelola pelayanan kesehatan yang
diberikan pada pasien di rumah sakit. Secara hukum data dalam EMR merupakan rekaman
legal dari pelayanan yang telah diberikan pada pasien dan rumah sakit memiliki hak untuk
menyimpan data tersebut. Menjadi tidak legal, bila oknum di rumah sakit menyalahgunakan
data tersebut untuk kepentingan tertentu yang tidak berhubungan dengan pelayanan
kesehatan pasien.
Electronic Medical Record (EMR) berbeda dengan Rekam Kesehatan Elektronik (RKE).
RKE merupakan kumpulan dari EMR pasien yang ada di masing-masing rumah sakit (pusat
pelayanan kesehatan). RKE dapat diakses dan dimiliki oleh pasien serta datanya bisa
digunakan di pusat
pelayanan kesehatan lain untuk keperluan perawatan berikutnya. RKE baru bisa terwujud
jika sudah ada standarisasi format data EMR pada masing-masing rumah sakit sehingga
data-data tersebut bisa diintegrasikan. Untuk mewujudkan RKE dibutuhkan suatu sistem
yang terintegrasi dan disepakati bersama oleh masing-masing pusat pelayanan kesehatan
pada suatu wilayah tertentu atau bahkan yang lebih luas dari itu misalkan bersifat nasional.

Electronic Medical Record (EMR) merupakan catatan pasien seumur hidup dalam format
elektronik tentang informasi kesehatan seseorang yang dituliskan oleh satu atau lebih
petugas kesehatan secara terpadu dalam tiap kali pertemuan antara petugas kesehatan
dengan klien. Rekam Medis elektronik bisa diakses dengan komputer dari suatu jaringan
dengan tujuan utama menyediakan atau meningkatkan perawatan serta pelayanan
kesehatan yang efesien dan terpadu (Potter & Perry, 2009). Elektronik Medical Record
(EMR) merupakan sistem informasi kesehatan terkomputerisasi yang berisi data sosial
dan data medis pasien, serta dapat dilengkapi dengan sistem pendukung keputusan
(Andriani,2017). Seperti yang tertuang dalam Permenkes 269 tahun 2008 pada pasal 2
yaitu :
a. Rekam medis harus dibuat secara lengkap tertulis dan jelas atau secara elektronik.
b. Penyelenggaraan rekam medis dengan menggunakan teknologi informasi
elektronik diatur lebih lanjut dengan peraturan sendiri.
c. Dengan permenkes tersebut yang menyatakan bahwa rekam medis dapat berupa
rekam medis konvensional maupun secara elektronik.

1. Sistem Data Klinis Electronic Medical Record (EMR)


a. Rekam medis masing-masing pasien
Isi Rekam Medis individual hendaknya mencerminkan sejarah perjalanan kondisi
kesehatan pasien mulai dari lahir sampai berlangsungnya interaksi mutakhir antara
pasien dengan rumah sakit. Pada umumnya struktur rekam medis individual ini
terdiri dari daftar masalah sekarang dan masa lalu serta catatan-catatan SOAP
(Subjective, Objective, Assessment, dan Plan) untuk masalah-masalah yang masih
aktif.
b. Rangkuman data klinis untuk konsumsi manajer rumah klinis untuk konsumsi
manajer rumah sakit, pihak asuransi (data claim), kepala unit klinis, dan institusi
terkait sebagai pelaporan. Suatu rangkuman data klinis yang penting misalnya
mengandung jumlah pasien rawat inap menurut ciri-ciri demografis, cara
membayar, diagnosis dan prosedur operatif.
c. Registrasi penyakit
Misalnya kanker, merupakan sistem informasi yang berbasis pada suatu
komunitas atau wilayah administratif, mencakup semua kejadian penyakit tertentu
(misalnya segala jenis kanker) di antara penduduk yang hidup di wilayah yang
bersangkutan.
d. Data Unit Spesifik
Suatu sistem informasi mungkin diperlukan untuk mengelola unit tertentu di
rumah sakit. Sebagai contoh, unit-unit farmasi, laboratorium, radiology dan
perawatan memerlukan data inventory bahan-bahan habis pakai dan utilisasi
jenis-jenis pelayanan untuk merencanakan dan mengefisienkan penggunaan
sumber daya
e. Sistem kepustakaan
Sistem kepustakaan medik dan medik dan pendukung pendukung pengambilan
keputusan pengambilan keputusan klinis. klinis. Untuk menunjang keberhasilan
pelayanan klinis kepada pasien diperlukan sistem untuk mengarahkan klinisi pada
masalah spesifik, merekomendasikan keputusan klinis berbasis pada probabilitas
kejadian tertentu.
f. Paspor kesehatan kesehatan ( patient-carried patient-carried records records)
Rangkuman medik yang dibawa pasien memungkinkan pelayanan kesehatan
darurat di tempat-tempat yang jauh dari rumahnya. Rekam Medis ini mungkin
dalam bentuk kertas, microfiche atau smart card format . (Sabarguna, 2005)

2. Konsep Electronic Medical Record (EMR)


Konsep dasar sistem rekam medis elektronik adalah sebagai alat bantu
manajemen informasi yang dapat menghasilkan :
1. Peringatan dan kewaspadaan klinik (clinical alerts and reminders)
a. Kewaspadaan meliputi adanya hasil pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan penunjang lain yang abnormal.
b. Peringatan meliputi hasil pengecekan farmakologis terhadap perintah
pemberian obat; adanya riwayat reaksi alergi terhadap obat, kontraindikasi
pemberian obat, dosis obat yang tidak sesuai.
2. Hubungan dengan sumber pengetahuan untuk penunjang keputusan layanan kesehatan
(health-care decision support). Hal ini didasarkan atas praktek kedokteran berbasiskan-
bukti (evidence-based medicine). Dalam pelaksanaannya, klinisi melakukan pencarian &
penarikan hasil analisis meta yg sesuai dgn kondisi pasien yg ditangani pada Web.
Program pengambilan keputusan dapat diinkorporasikan dalam rekam medik elektronik,
pengguna memasukkan data pasiennya & memperoleh saran untuk penanganan pasien.
3. Analisis data agregat
a. Uji klinik konvension data dikumpulkan dari pasien dimasukkan ke dalam basis-data
komputer & dianalisis dengan program statistic
b. Electronic Medical Record (EMR) memungkinkan klinisi memperoleh data rutin dan
non rutin. Data rutin dapat langsung diperoleh (dalam bentuk siap olah) dari basis-data
rekam medik. Sedangkan data non-rutin dapat dikumpulkan pada waktu pemeriksaan
pasien & dimasukkan dalam rekam medik.
4. Perintah dokter Perintah dokter melalui komputer (CPOE; computerized physician
order physician order entry) Dilakukan baik itu melalui data bentuk bebas (informasi
teks) maupun bentuk kode (data terstruktur).
5. Pengambilan data sinyal biologis secara otomatis (automatic data capture)
a. Sinyal digital, menampilkan nilai-nilai diskret dari suatu nilai tertentu, mis. Tekanan
darah, frekuensi nadi, dan densitas jaringan (CT-scan, MRI).
b. Sinyal analog, analog, menampilkan nilai-nilai dalam rentang kontinyu, misal
elektrokardiogram (EKG), dan densitas jaringan (radiologi konvensional). Sistem
komputer hanya dapat mengakuisisi data digital. Oleh karena itu, sinyal analog harus
dikonversi terlebih dahulu menjadi sinyal digital dengan ADC (analog-to-digital
conversion) (Sabarguna, 2005).

3. Komponen Electronic Medical Record (EMR)


Komponen penting yang mengacu pada kebutuhan :
1) Record format
Bentuk yang sesuai contoh berbagai pelayanan sesuai kebutuhan.
2) Sistem performance
Seperti pemanggilan kembali, serta mudah dalam pengubahan data.
3) Reporting capabilities
Kelengkapan dokumen, mudah untuk dimengerti dan standar laporan
4) Training and implementation
Pelatihan yang minimal untuk menggunakan dengan benar.
5) Control and acces
Untuk mengakses bagi yang berwenang tapi terlindung dari penyalahgunaan.
6) Intelegence
Seperti sistem bantu keputusan, sistem tanda baca yang sesuai.
7) Linkages
Terkait dengan berbagai pelayanan lain, perpustakaan, database pasien dan
keuangan.
8) Record content
Meliputi standarisasi formulir dan isi, sesuai dengan kode penyakit dan tujuan
layanan

4. Manfaat Electronic Medical Record (EMR)


1. Memudahkan penelusuran dan pengiriman informasi dan membuat penyimpanan
lebih ringkas. Sehingga data dapat ditampilkan dengan cepat sesuai kebutuhan. Hal
ini untuk efektif dan efisiensi pelayanan kesehatan sehingga dapat menurunkan
angka kesalahan kerja guna peningkatan keselamatan pasien (patient safety ).
2. Dapat menyimpan data dengan kapasitas yang yang besar,
sehingga dokter dan staf dan staf medis mengetahui rekam jejak dari kondisi pasien
berupa riwayat kesehatan sebelumnya, tekanan darah, obat yang telah diminum dan
tindakan sebelumnya sehingga tindakan lanjutan dapat dilakukan dengan tepat dan
berpotensi menghindari medical error.
3. Manfaat Umum Electronic Medical Record (EMR) adalah mampu meningkatkan
profesionalisme dan kinerja manajemen rumah sakit. Para stakeholder seperti pasien akan
menikmati kemudahan, kecepatan, dan kenyamanan pelayanan kesehatan. Bagi para
dokter, EMR memungkinkan diberlakukannya standar praktek kedokteran yang baik dan
benar. Sementara bagi pengelola rumah sakit, EMR menolong menghasilkan
dokumentasi yang auditable dan accountable sehingga mendukung koordinasi antar
bagian dalam rumah sakit. Disamping itu EMR membuat setiap unit akan bekerja sesuai
fungsi, tanggung jawab dan wewenangnya.
4. Manfaat Operasional.
Ada empat faktor operasional yang akan dirasakan, yaitu:
1. Kecepatan penyelesaian pekerjaan-pekerjaan administrasi. Ketika dengan sistem
manual pengerjaaan penelusuran berkas sampai dengan pengembaliannya
ketempat yang seharusnya pastilah memakan waktu, terlebih jika pasiennya cukup
banyak. Kecepatan ini berdampak membuat efektifitas kerja meningkat.
2. Faktor akurasi khususnya akurasi data, apabila dulu dengan sistem manual orang
harus mengecek satu demi satu berkas, namun sekarang dengan EMR data pasien
akan lebih tepat dan benar karena campur tangan manusia lebih sedikit, hal lain
yang dapat dicegah adalah terjadinya duplikasi data untuk pasien yang sama.
Misalnya, pasien yang sama di registrasi 2 kali pada waktu yang berbeda, maka
sistem akan menolaknya, EMR akan memberikan peringatan jika tindakan yang
sama untuk pasien yang sama dicatat 2 kali, hal ini menjaga agar data lebih akurat
dan user lebih teliti.
3. Faktor efisiensi, karena kecepatan dan akurasi data meningkat, maka waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan administrasi berkurang jauh,
sehingga karyawan dapat lebih fokus pada pekerjaan utamanya.
4. Kemudahan pelaporan, pelaporan adalah pekerjaan yang menyita waktu namun
sangat penting. Dengan adanya EMR, proses pelaporan tentang kondisi kesehatan
pasien dapat disajikan hanya memakan waktu dalam hitungan menit sehingga kita
dapat lebih konsentrasi untuk menganalisa laporan tersebut.
5. Manfaat Organisasi, karena SIMRS ini mensyaratkan kedisiplinan dalam pemasukan
data, baik ketepatan waktu maupun kebenaran data, maka budaya kerja yang sebelumnya
menangguhkan hal-hal seperti itu, menjadi berubah. Seringkali data EMR diperlukan juga
oleh unit layanan yang lain. Misal resep obat yang ditulis di EMR akan sangat
dibutuhkan oleh bagian obat, sementara semua tindakan yang dilakukan yang ada di
EMR juga diperlukan oleh bagian keuangan untuk menghitung besarnya biaya
pengobatan. Jadi EMR menciptakan koordinasi antar unit semakin meningkat. Seringkali
orang menyatakan bahwa dengan adanya komputerisasi biaya administrasi meningkat.
Padahal dalam jangka panjang yang terjadi adalah sebaliknya, jika dengan sistem manual
kita harus membuat laporan lebih dulu di atas kertas, baru kemudian di analisa, maka
dengan EMR analisa cukup dilakukan di layar komputer, dan jika sudah benar baru
datanya dicetak. Hal ini menjadi penghematan biaya yang cukup signifikan dalam jangka
panjang

Kelebihan Electronic Medical Record (EMR):


1. Ketepatan waktu dalam pengambilan keputusan medik, sehingga keputusan medik,
mutu pelayanan atau asuhan akan semakin baik.
2. Kemudahan penyajian data sehingga penyampaian informasi akan lebih efektif.
3. Pembentukan database yang memungkinkan penelitian, simulasi dan tenaga
pendidikan tenaga medik maupun paramedik, berdasarkan data yang nyata.
4. Efisiensi pemanfaatan sumber daya dan biaya dengan biaya dengan sistem
penyediaan sistem penyediaan bahan yang dapat menekan biaya
penyimpanan, pemesanan barang maupun biaya stockout, manajemen utilisasi
menyangkut tindakan atau prosedur yang tidak perlu, dan lain-lain. (Sabarguna,
2005)

Kekurangan Electronic Medical Record (EMR):


1. Membutuhkan investasi awal lebih besar daripada rekam medik kertas untuk
pengadaan perangkat keras dan lunak, dan biaya penunjang.
2. Waktu yang harus disediakan oleh key person dan perawat dalam mempelajari sistem
dan merancang ulang alur kerja memerlukan waktu yang lama.
3. Konversi rekam medik kertas ke rekam medik elektronik memerlukan waktu, sumber
daya, tekad dan kepemimpinan.
4. Resiko kegagalan pada sistem komputer
5. Problem dalam pemasukan data oleh petugas kesehatan.(Thede, 2008; Moody, 2004)

5. Dukungan infrastruktur yang dibutuhkan


1. Interoperability
Interoperability adalah suatu kemampuan berbagai ragam sistem atau aplikasi
untuk bekerja sama dan bisa berinteraksi dengan aplikasi lainnya yang berbeda untuk
memungkinkan terjadinya pertukaran data/informasi melalui suatu protokol yang
disetujui bersama, lewat bermacam-macam jalur komunikasi, biasanya lewat network
TCP/IP dan protokol HTTP dengan memanfaatkan file XML.
Tujuannya interoperability adalah :
● Transfer data dengan berbagi (sharing) dari satu pusat ke lebih dari satu lokasi
pada cakupan wilayah edar informasi berskala besar (enterprise-wide scale)
● Transfer pengetahuan dan integrasi
● Transfer terminologi medis,pemetaan dan pengintegrasian.
● Transfer pencitraan (gambar)
● Integrasi aplikasi klinis dan non klinis

Dalam Interoperability ini yang harus diperhatikan adalah:


a. Sistem terintegrasi wajib menggunakan standar secara konsisten guna
mendukung berbagi informasi lintas jaringan yang luas. Misalnya terminologi medis
dan data berkualitas tinggi
b. Isu etik, legal dan masalah teknik terkait dengan akurasi, keamanan rahasia
(konfidensialitas) dan hak akses akan meningkat saat sistem elektronisasi rekam medis
(rekam kesehatan) menjadi on-line.
c. Arsitektur rekaman, struktur standar informasi klinis dan protokol komunikasi, juga
masalah konfidensialitas informasi, kualitas data pasien, kamus data harus dipersiapkan.
2. Dukungan koneksi yang memadai (Broadband access)

Analisa dan Pembahasan


a. Langkah 1: Identifikasi keputusan

Definisikan dengan jelas sifat keputusan yang harus Anda buat. Langkah pertama ini sangat
penting.

1. Setuju menggunakan EMR


2. Tidak setuju menggunakan EMR

b. Langkah 2: Kumpulkan informasi yang relevan Kumpulkan beberapa informasi terkait


sebelum Anda membuat keputusan, diantaranya informasi apa yang dibutuhkan, sumber
informasi terbaik, dan cara mendapatkannya. Langkah ini melibatkan proses internal dan
eksternal. Beberapa informasi bersifat internal: Anda akan mencarinya melalui proses penilaian
diri. Informasi lain bersifat eksternal: Anda akan menemukannya secara online, di buku, dari
orang lain, dan dari sumber lain.

Internal :

a. Kemampuan, kemauan dan kesiapan perawat dalam mengoperasikan sistem EMR.


b. Kurangnya perangkat keras.
c. Jam sibuk sistem EMR sering error
d. Desain sistem belum sempurna
e. Sistem EMR belum kompatibel dengan sistem lain (farmasi)
f. Ketrampilan komputer kurang
g. Kehilangan akses data saat listrik mati
h. Internet tidak stabil, loading lama
i. Awal penggunaan EMR beban tenaga kesehatan bertambah
j. Keterlambatan memasukkan data

Eksternal : hasil dari sistematik review

c. Langkah 3: Identifikasi alternatifnya.

Saat Anda mengumpulkan informasi, Anda mungkin akan mengidentifikasi beberapa


kemungkinan jalur tindakan, atau alternatif. Anda juga dapat menggunakan imajinasi Anda dan
informasi tambahan untuk membangun alternatif baru. Pada langkah ini, Anda akan membuat
daftar semua alternatif yang mungkin.

1. Mengatasi Hambatan Implementasi Sistem EMR dengan cara sosialisasi manual user
EMR.
2. Manfaat Penggunaan sistem EMR dengan membuat SOP tentang EMR dan Pelatihan.
3. Kontribusi Keberhasilan EMR.
4. Menjaga Kerahasiaan atau Keamanan EMR.

d. Langkah 4: Timbang buktinya

Lakukan identifikasi konsekuensi di setiap alternatif. Lalu, tempatkan alternatif dalam urutan
prioritas berdasarkan sistem nilai yang Anda buat sendiri.

1. Sosialisasi manual user EMR.


Kelebihan : semua perawat terpapar informasi sistem EMR
Kekurangan : membutuhkan waktu untuk melaksanakan sosialisasi

2. Pelatihan.

Kelebihan : perawat menjadi mahir dan terampil menggunakan EMR dibuktikan dengan
mendapatkan sertifikat kompetensi
Kekurangan : membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit

3. Usulan pembuatan SOP tentang EMR.

Kelebihan : ada panduan petunjuk teknis (SOP) pelaksanaan EMR


Kekurangan : proses pembuatan SOP membutuhkan waktu yang panjang

e. Langkah 5: Menyusun prioritas dan memilih alternatif tempatkan alternatif dalam urutan
prioritas, berdasarkan sistem nilai yang Anda buat sendiri. Setelah Anda mempertimbangkan
semua bukti, Anda siap untuk memilih alternatif yang tampaknya terbaik untuk Anda.

1. Sosialisasi sistem EMR


2. Pelatihan EMR
3. Membuat SOP tentang EMR

f. Langkah 6: Ambil tindakan Definisikan bagaimana anda menjalankan keputusan yang Anda
pilih.

Untuk mempercepat dan mendorong minat perawat menggunakan EMR, maka dibutuhkan
sosialisasi tentang manfaat dan potensi EMR harus gencar dilakukan. Diperlukan pembuatan
manual user supaya perawat tidak kesulitan menggunakan EMR.

g. Langkah 7: Tinjau keputusan Anda & konsekuensinya Pada langkah terakhir ini, lakukan
evaluasi dari pilihan yang anda buat. Apa saja yang perlu anda evaluasi dan kemungkinan yang
terjadi dari keputusan anda tersebut.

1. Membuat manual user yang mudah dipahami.


2. Melakukan sosialisasi secara rutin.
3. Memberikan pendampingan kepada perawat yang masih kesulitan menggunakan EMR.
4. Melakukan evaluasi penggunaan EMR pada setiap meeting morning.
5. Mengidentifikasi kendala yang dalam penggunaan EMR.

KESIMPULAN

Untuk mempercepat dan mendorong minat perawat beralih ke EMR, maka tentu saja sosialisasi
yang terus menerus tentang manfaat dan potensi EMR harus gencar dilakukan. Kita sudah
melihat berbagai macam keuntungan penggunaan EMR, namun demikian untuk mempercepat
perawat beralih dari sistem manual ke EMR tidaklah semudah membalikkan telapak tangan,
perlu sebuah upaya keras dalam bentuk sosialisasi EMR, salah satunya dengan pembuatan
manual user EMR. Akhirnya kunci yang paling menentukan apakah EMR akan diadopsi atau
tidak terletak pada ada tidaknya kebutuhan, bukan teknologinya, baik menurut perawat maupun
manajemen rumah sakit. Selama perawat merasa mampu memberikan pelayanan yang terbaik
seperti saat ini, maka proses adopsi akan berjalan lambat, demikian pula jika pihak manajemen
tidak melihat sisi positif kebutuhan informasi di tingkat manajemen maka EMR hanya akan
menjadi wacana. Semoga tulisan ini dapat menumbuhkan kesadaran bagi pengambil kebijakan di
rumah sakit untuk segera menyadari arti penting dan manfaat EMR, agar migrasi dari rekam
medis manual ke elektronik rekam medis (EMR) tidak berjalan ditempat.
Daftar pustaka

1. Andriani, R., Kusnanto, H., & Istiono, W. (2017). ANALISIS KESUKSESAN


IMPLEMENTASI REKAM MEDIS ELEKTRONIK DI RS UNIVERSITAS GADJAH
MADA. Jurnal Sistem Informasi, 13(2), 90-96. https://doi.org/10.21609/jsi.v13i2.544
2. Cecilia Anne Kennedy Page, DNP, RN-BC, CPHIMS, PMPa, Aric Schadler,
PhD(ABD)b A Nursing Focus on EMR Usability Enhancing Documentation of Patient
Outcomes.
3. Depkes RI. 2008. Keputusan Menkes No.269 tahun 2008 pada pasal 2. Tentang
Rekam Medis
4. Elizabeth ManiasA,*, Tracey BucknallA,B, Nilmini WickramasingheC, Kathleen GrayD,
Jonathan Schaffere, Ellie RosenfeldA Patient and family engagement in communicating
with electronic medical records in hospitals: A systematic review
5. Moody, L.E, et.al. 2004. Electronic health records documentation in nursing: Nurses,
perception, attitues, and preferences. Journal Computer, Informatics, Nursing. Vol 22,
No.6, 337-344, Lippincott Williams & Wilkins, Inc.
6. Muh Amin1 , Winny Setyonugroho2, Nur Hidayah, Implementasi Rekam Medik
Elektronik: Sebuah Studi Kualitatif, 430 Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi
ISSN 2407-4322 Vol. 8, No. 1, Maret 2021, Hal. 430-442 E-ISSN 2503-2933
7. Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
8. Sabarguna, Boys. 2005. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Bandung: Amanah
9. Thede, L. 2008. Electronic Personal Health Records: Nursing’s Role. OJIN: The Online
Journal of Issues in Nursing Vo. 14 No.1.

Manual user EMR


1 . Mengajukan password dan user name ke IT melalui usulan dari Instalasi masing masing
2 . Log in menggunakan password dan user name masing masing
3. Pilih toolbaar asuhan keperawatan rawat inap pilih ruang dan nama pasien
4.
5. Pilih Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT)
a. Pada saat Operan jaga didepan komputer pilih rencana penatalaksanaan terintegrasi
pilih Tab catatan perkembangan pasien terintegrasi pilih Ubah jam operan jaga tanpa
mengubah apapun di isi CPPT pilih simpan.
b. Input CPPT
Pilih Rencana penatalaksanaan terintegrasi pilih Tab catatan perkembangan pasien
terintegrasi pilih tambah
Untuk perawat shift pagi: isi cppt lengkap dengan instruksi
Untuk perawat shift sore dan malam: isian cppt hapus semua instruksi yang ada apabila instruksi
yang harus dilakukan sama dengan shift pagi , apabila ada tambahan instruksi cukup ketikkan
tambahan instruksi yang berbeda dengan instruksi dari perawat shift pagi pilih simpan
c. Menambah diagnosa keperawatan baru yang ditemukan pada pasien
Pilih Rencana penatalaksanaan terintegrasi pilih tab catatan perkembangan pasien
terintegrasi pilih ubah pilih tambah diagnosa yang baru, isikan tanggal dan jam ditemukan
masalah baru, pilih diagnosa keperawatan, isikan kebutuhan pasien dan tujuan terukur, rencana
penatalaksanaan dan instruksi pilih simpan
d. Mengisi implementasi instruksi
Pilih Rencana penatalaksanaan terintegrasi pilih tab catatan perkembangan pasien
terintegrasi pilih status (warna biru) isikan jam pelaksanaan instruksi, pilih status pengerjaan,
isikan instruksi yang telah diimplementasikan pilih simpan.
2. Mengisi Pemantauan khusus (Monitoring Vital Sign)
Pilih Pemantauan khusus pilih ubah pilih tambah isikan data vital sign pasien pilih simpan
3. Mengisi Pelaksanaan pemberian obat
Pilih Catatan pelaksanaan pemberian obat pilih dikotak berwarna biru sesuai nama obat dan
tanggal peresepan obat pilih ubah, apabila perlu tambahan baris, pilih tambah baris, isikan
waktu pemberian obat pilih simpan. Untuk mengecek bisa pilih tab pelaksanaan pemberian
obat.
4. Menambah resep alkes
Pilih Catatan pelaksanaan pemberian obat ditambah resep, alkes, ketik alkes yang akan
diminta, untuk menambah baris pilih tanda (+ ) di kotak berwarna biru pilih simpan.
5. Bartel index
Pilih Pengkajian keperawatan pilih bartel index pilih ubah pilih tambah bartel index isikan
data pemeriksaan pasien di kolom aktif pilih simpan
6. Resume pasien pulang
Pilih Resume pasien pulang pilih tab resume pasien pulang pilih ubah, isikan data
pemeriksaan pasien di kolom yang aktif berwarna putih pilih simpan. Di tab rencana pasien
pulang, isikan tanggal rencana pasien pulang dan alasan pulang pilih simpan

Anda mungkin juga menyukai