PENDAHULUAN
Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja dan terjadi
berulang-ulang untuk menyerang seorang target atau korban yang lemah, mudah
dihina dan tidak bisa membela diri sendiri (Sejiwa 2008). Bullying juga di
mempertahankan dirinya dalam situasi di saat ada hasrat untuk melukai atau
Kasus bullying di Indonesia sering kali terjadi di institusi pendidikan. Hal ini di
buktikan dengan data dari Komisi Nasional Perlindungan Anak, tahun 2011
menjadi tahun dengan tingkat kasus bullying tertinggi di lingkungan sekolah yaitu
sebanyak 339 kasus kekerasan dan 82 diantaranya meninggal dunia (KPA 2011).
yang terjadi di Indonesia selalu meningkat setiap tahun. Hasil pemantaun KPAI
dari 2011 sampai dengan 2014, terjadi peningkatan, Tahun 2011 terjadi 2.178
kasus kekerasan, tahun 2012 ada 3.512 kasus, tahun 2013 ada 4.311 kasus, tahun
2014 ada 5.066 kasus, kata Wakil Ketua KPAI Maria Advianti. Hasil monitoring
dan evaluasi KPAI tahun 2012 di 9 provinsi menunjukan bahwa anak 91% anak
1
2
dan 17,9% di lingkungan masyarakat. 78, 3% anak menjadi pelaku kekerasan dan
sebagian besar karena pernah menjadi korban kekerasan sebelumnya atau pernah
Hasil survey yang dilakukan oleh yayasan Semai Jiwa Amini (Sejiwa 2008) dalam
workshop anti bullying yang dihadiri oleh lebih kurang 250 peserta menemukan
yang kondusif dan berpengaruh terhadap kemampuan akademis dan sosial siswa.
korban merasa rendah diri, kurang rasa percaya diri, tidak berharga, merasa takut,
menjalankan pembelajaran.
siswa kelas 6 sampai kelas 12, kemudian kuesioner tersebut diisi sendiri oleh
siswa. Hasil dari penelitian adalah bully-victim memiliki skor negatif terbanyak
akademis.
Pada tahun 2014 dilakukan penelitian oleh Ida Ayu Surya Dwipayanti dan
Tindakan Bullying dengan Prestasi Belajar Anak Korban Bullying pada Tingkat
orang tua atau walinya, atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas
4
sekolah wajib di lindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru,
masalah yang banyak dialami oleh banyak perempuan, karena masalah ibarat
sebuah pyramid yang kecil pada puncaknya tetapi besar pada bagian dasarnya,
sebab untuk mendapatkan angka yang pasti sangatlah sulit. Terlebih jika tindak
kekerasan tersebut terjadi dalam rumah tangga, karena masalah tersebut masih
dianggap tabu dan masih dianggap sebagi masalah keluarga yang di selesaikan
tersebut.
Pasal yang terkait secara langsung dan dapat dikualifikasikan sebagai tindak
kekerasan fisik terhadap perempuan yaitu, Pasal 351 KUHP sampai dengan Pasal
356 KUHP. Perbuatan yang memenuhi unsure delik dalam pasal-pasal tersebut
umum.
5
bersifat meluas dan merasuk, menembus wilayah yang berbeda-beda dan semua
tingkat pendapatan dalam masyarakat. Studi tersebut menemukan bahwa satu dari
tiga perempuan di dunia akan mengalami kekerasan fisik atau seksual dalam
hidupnya oleh seseorang yang ia kenal, bisa suami, pacar, anggota keluarga atau
teman.
menemukan bahwa suami atau pasangan dekat bertanggung jawab dari 38 persen
kesehatan seksual dan remaja di WHO yang juga salah satu penyusun laporan
Studi ini merupakan penelitian sistematis pertama atas data global mengalami
WHO, bekerja sama dengan London School of Hygiene & Tropical Medicine dan
Dewan Riset Medis Afrika Selatan, mengumpulkan data dari 81 negara pada
2010. Studi tersebut menemukan bahwa daerah yang paling terkena dampaknya
adalah Asia Tenggara, wilayah Mediterania timur dan Afrika, dengan persentase
6
kekerasan yang dilakukan oleh kombinasi pasangan dekat dan kekerasan seksual
dengan menunjukkan bahwa 32,7 persen kekerasan fisik dan seksual terhadap
Agar penelitian ini lebih spesifik dan terarah, maka peneliti membatasi dan
tersebut, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan
antara perilaku (bullying) dengan Pola Asuh Dan Riwayat Kekerasan Dalam
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan antara pola asuh dan
(bullying)
Dari hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
lenteng agung.
perilaku kekerasan.
masyarakat.
selanjutnya.
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
Menurut (UU. NO. 10 tahun 1992). Keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami istri, suami istri dan anaknya, atau ayah
Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat
Duvan dan Logan, (1986) dalam Effendi dan Makhfudli (2013), Keluarga
anggota keluarga.
(2013), Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung
dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu samalain,
8
9
menyatakan keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup
hambatan.
pendapat.
pendapat terbatas.
beberapa yaitu:
c. Terdiri dari dua atau lebih indivu yang di ikat oleh darah,
adik.
sosial anggota.
Sebagai sistem keluarga mempunyai anggota yaitu : ayah, ibu dan anak
yaitu: lingkungan atau masyarakat dan sebaliknya sebagai sub sistem dari
sehat bio-psiko-sosial dan spiritual. Jadi sangat tepat bila keluarga sebagai
sehat
dan adanya interaksi yang terus menerus antara satu dengan yang lainnya.
menerus. Hubungan dapat banyak dan komplek seperti seorang wanita bisa
sebagai istri, sebagai ibu, sebagai menantu dan lainnya yang semua itu
dalam keluarga yang sangat kaku dan fleksibel akan dapat meneruskan
a. Patrilineal
b. Matrilineal
c. Patrilokal
keuargasedarah suami
d. Keluarga kawinan
Effendy, 1998)
anggota keluarga.
berfokus pada satu hal, dan selalu mengulang isu dan pendapat
sendiri.
a. Karakteristik pengirim
b. Karakteristik penerima
1. Siap mendengarkan.
3. Melakukan validasi.
ke arah positif.
e. Affective power.
Baumrind, (dalan Berk tahun 1994 menyatakan bahwa, child rearing styles
individual yang berlangsung sejak anak lahir hingg anak menjadi dewasa.
Dalam penelitian ini Pola Asuh adalah pola asuh yang di terapkan pada anak
dan bersifat relatif konsistensi dari waktu ke waktu. Dalam megasuh anak
asuh anak.
dan kontrol yang diterapkan oleh orang tua memiliki dampak sosial,
diberikan oleh orang tua, maka anak semakin baik pola perilaku
16
lebih baik, harga diri yang lebih tinggi, kompetensi sosial yang baik
yang baik dan memiliki harga diri yang yang lebih rendah,
Namun jika orang tua terlalu mengontrol anak, maka anak tidak
keseluruhan. Jika orang tua terlalu toleran, dengan kata lain terlalu
dengan hasil yang positif pada anak. Anak dari orang tua yang
memiliki tingkat harga dri yang tinggi, kasih sayang yang lebih
antara orang tua dan anak. Misalnya, memuji anak ketika anak
1991; Heterington and Park, 1993), pada keluarga yang orang tuanya
dan sering terjadi proses memberi dan menerima secara verbal antara
empati. Orang tua juga dapat menjadi tegas ketika anak melakukan
terlihat dari sikap orang tua yang cepat menganggap rendah anak,
pengasuhan yang sering terjadi setiap interaksi antara orang tua dan
anak yaitu:
(ParentingMeturity Demand)
Communication)
arah.
Nurturance)
Peran orang tua terdiri dari perpaduan antara peran ayah dan
f. Penyimpanan tradisi
Selain figure ibu, anak juga memerlukan figure ayah bagi pengembangan
karakternya. Peran ayah ini diperlukan baik bagi anak laki-laki maupun
seimbangkan oleh ayah. Umumnya ayah bersikap lebih santai, lugas dan
Bagi anak perempuan, ayah merupakan tempat ia belajar tentang hal yang
Melalui ayahnya, anak laki-laki dapat belajar misalnya, cara bergaul, cara
sangat kecil. Hal ini karena anak lelaki meniru model acuannya, yaitu
ayahnya sendiri yang membantu anak berkembang. Anak akan lebih mudah
sebagai sosok yang memiliki otoritas dalam menentukan apa yang boleh
dana pa yang tidak boleh dilakukan dalam keluarga beserta ganjaran atau
2.2.2.1. Demokratis
(Debri 2008).
2.2.2.2. Otoriter
2.2.2.3. Permisif
Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak,
hal ini bisa di sebabkan oleh beberapa factor yang ada dalam
antara lain:
keinginannya).
seksual)
sakit, jatuh sakit dan luka berat, kecacatan, bahkan sampai meninggal
dunia.
2.3.2. Kekerasan verbalyang juga bisa terdeteksi karena bisa terungkap indra
2.3.3. Secara mental atau psikologi yang paling berbahaya karena tidak
tertangkap oleh mata atau telinga kita apabila tidak cukup awas
pada seseorang.
dan pemerkosa di luar rumah, tetapi dapat terjadi dalam kehidupan rumah
1997).
istri dan anak tergantung dengan ekonomi cara melarang istri bekerja, atau
2.3.7. Penelantaraan
mudah dihina dan tidak bisa membela diri sendiri (Sejiwa 2008). Bullying
melukai atau menakuti orang itu atau membuat dia tertekan (Wicaksana
2008).
itu bullying juga melibatkan kekuatan dan kekuasaan yang tidak seimbang,
diri secara efektif untuk melawan tindakan negatif yang diterima korban
(Krahe 2005).
lain baik secara fisik maupun secara mental serta dilakukan secara
atau mental.
31
2.4.2.1. Keluarga
2.4.2.2. Sekolah
2005).
2.4.3.3. Perilaku ini dilakukan secara terus menerus dan juga berulang-
disekolah
melecehkan.
bahwa pelaku memiliki kekuasaan yang lebih tinggi sehingga pelaku dapat
mengatur orang lain yang dianggap lebih rendah. Korban yang sudah
bullying dapat juga dilakukan oleh teman sekelas baik yang dilakukan
aktifitas.
2.4.4. Jenis-JenisBullying
2.4.4.1. Bullying fisik Jenis bullying yang terlihat oleh mata, siapapun
2.4.4.2. Bullying verbal Jenis bullying yang juga bisa terdeteksi karena
berikut:
kali.
adalah tahu (know). Proses perilaku dalam tahapan tahu (know) menurut
tersebut bagi dirinya), hal ini berarti sikap responden sudah lebih
baik lagi.
Karakteristik keluarga
Struktur keluarga
Ciri struktur keluarga
pola pengasuhan
Dua aspek pola asuh
Pola komunikasi orang tua
Pola peran keluarga
Pola norma dan nilai keluarga
Pola pengasuhan
Demokratis
Otoriter
Perilaku bullying Permisif
riwayat kekerasan dalam
rumah tangga
kekerasan verbal
kekrasan fisik
kekerasan emosional dan psikologi
kekerasan seksual
kekerasan sosial dan ekonomi
penelantaran
Keterangan :
: Diteliti
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
Bagan kerangka konsep faktor yang berhubungan antara variabel pola asuh
perilaku bullying(Terikat).
3.2. Hipotesis
hipotesis yaitu:
3.2.1. Ada hubungan antara pola asuh keluarga terhadap perilaku (bullying)
40
41
METODE PENELITIAN
atau pengumpulan data sekaligus pada waktu yang sama (point time
disebut sebagai unit elementer atau elemen dari populasi (Ariawan 1998).
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa siswi kelas I-II Di Sekolah
4.4. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
43
44
2
𝑍𝛼 + 𝑍𝛽
𝑛={ 1+𝑟
} + 3
0,5 𝑖𝑛 (1−𝑟)
Keterangan :
n = Jumlah sampel
2
2,92
𝑛={ 1,558
} + 3
0,5 𝑖𝑛 (0,442)
2
2,92
𝑛={ } + 3
0,5 𝑖𝑛(2,262)
2,92 2
𝑛={ } + 3
0,408
𝑛 = {7,156}2 + 3
𝑛 = 51,20 + 3
𝑛 = 54,2
n = 56
45
inklusi dan eksklusi, dimana kriteria tersebut dapat atau tidaknya sampel
4.5.1. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
38 Jakarta Selatan.
data.Data yang terkumpul harus valid dan reliable, oleh sebab itu dibuat alat
menjadi alat ukur yang valid dan reliable. Alat ukur pada penelitian ini
berupa kuesioner yaitu berupa pernyataan dalam bentuk item – item yang
kemudian akan direspon atau diisi oleh responden sesuai pilihan yang
disediakan.
Berikut ini adalah alur penelitian mulai dari sebelum seminar proposal
kuesioner.
judul penelitian.
pola asuh demokratis (10 pernyataan), pola asuh otoriter (10 pernyataan),
tangga.
4.8.1. Instrument A terdiri dari 3 bagian yaitu bagian yang menilai pola
(3) dan STS (4). Pola asuh ditentukan dengan cara perbagian pola
total.
∑ xy − (∑ x) (∑ y)/n
𝑟𝑥𝑦 =
√[∑ x 2 − (∑ x)²/n][∑ y 2 − (∑ y)²/n]
Keterangan:
N : Jumlah subjek
Variabel yang diuji dalam validitas dalam penelitian ini adalah pola
asuh. Berdasarkan hasil analisis SPSS uji validitas untuk 29 item dari
kuisioner pada pola asuh di nyatakan valid karena, nilai r hitung lebih
Rumus :
𝑆12 − 𝑆22
𝛼 = 2 [1 − ]
𝑆𝑥 2
51
Keterangan :
Hasil uji reliabilitas pada kuesioner pola asuh adalah sebesar 0,964
4.10.1 Editing
4.10.2 Codding
4.10.4 Cleaning
data sudah benar atau belum. Data yang sudah dimasukkan diperiksa
hipotesis yang diajukan (Sugiyono, 2009). Analisis data dalam penelitian ini
F
P= x 100
N
Ket
P= Presentasi
6. ∑d2
P= 1−
𝑛 (𝑛2 − 1)
Keterangan :
N : Jumlah sampel
Menurut Arikunto (2006), semakin besar angka dalam indeks korelasi, maka
sebagai berikut:
55
Tabel. 3
variabel yang diuji. Jika angka korelasi mendekati 1, maka korelasi dua
variabel akan semakin kuat, sedangkan jika korelasi makin medekati 0 maka
4.12.1 Autonomy
penelitian berlangsung.
4.12.2 Confidentiality
penelitian.
4.12.5 Beneficence
HASIL PENELITIAN
2010).
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Pola Asuh Keluarga
Pola Asuh Frekuensi %
Demokratis 36 54,5
Otoriter 20 30,3
Permisif 10 15,2
Total 66 100
Tabel.5.2
Distribusi Responden Berdasarkan riwayat kekerasan
dalam rumah tangga
Riwayat Kekerasan
Frekuensi %
Dalam Rumah Tangga
Ya 43 65,2
Tidak 23 34,8
Total 66 100.0
57
58
Tabel. 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan perilaku bullying
Perilaku Bullying Frekuensi %
Total 66 100.0
36,4% responden.
yang signifikan antara pola asuh keluarga terhadap perilaku Builying dan
Tabel 5.4
Perilaku Bullying p
Pola Asuh Total r
Tinggi Rendah value
30 6 36
Demokratis
83,3% 16,7% 100%
6 14 20
Otoriter
30,0% 70,0% 100% 0.002 0,376
6 4 10
Permisif
60,0% 40,0% 100%
42 24 66
Total
63,6% 36,4% 100%
Perilaku Bullying
Tabel .5.5
Hubungan Riwayat Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Perilaku
Bullying
Riwayat Kekerasan
Perilaku Bullying P
Dalam Rumah Total R
Value
Tangga Tinggi Rendah
33 10 43
Ya
76,7% 23,3% 100%
9 14 23
Tidak 0,002
39,1% 60,9% 100% 0,373
42 24 66
Total
63,6% 36,4% 100%
BAB VI
PEMBAHASAN
Mussen.(1994:396), pola asuh orang tua adalah suatu cara orang mencoba
diantaranya pengalaman masa lalu yang berhubungan erat dengan pola asuh
atau pun,tipe kepribadian orang tua, kehidupan perkawinan orang tua dan
adalah model dan cara pemberian perlakuan seorang kepada yang lain dalam
suatu lingkungan sosial atau dengan kata lain pola asuh adalah model dan cara
dari orang tua memperlakukann anaknya dalam suatu lingkungan sehari hari
61
62
bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara disfungsi keluarga dengan
perilaku bullying, yaitu semakin tinggi disfungsi keluarga yang dialami oleh
permisif kategori sedang (86, 4%).Artinya ada hubungan Antara Pola Asuh
Permisif Dengan Intensi Bullying Pada Siswa Siswi Kelas Vlll SMP
Muhammadiyah 4 Yogyakarta.
dilakukan oleh Novotasary.(2013), tentang tipe pola asuh orang tua yang
penelitian menumjukkak bahwa Tipe pola asuh yang paling banyak dirasakan
tipe pola asuh demokratis 45,5%, tipe pola asuh permisif sebanyak 43,2% dan
tipe pola asuh otoriter sebanyak 11,4%. Perilaku bullying ringan 58,0%,
63
Dengan hasil perhitungan uji statistik chi square menunjukan nilai p sebesar
0,027. Artinya Ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku
bullying. Hasil analisa univariat dari 1.224 responden perilaku bullying pada
pengamat dalam perilaku bullying adalah 64,1%, terdapat 97,5% siswa siswa
dengan tipe relasi keluarga mid range, dan 14,4 dengan relasi keluarga
ekstrim. Artinya hubungan pola asuh dan relasi keluarga pada siswa siswi
dengan perilaku bullying ditinjau dari status ekonomi oarng tua siswa kelas
dan signifikan antara keharmonisan keluarga dan perilu bullying ditinjau dari
status ekonomi orang tua rendah r=0.292 dan p=0.036<0.05, sedang r=0.378
hubugan antara pola asuh orang tua dengan kecenderungan bullying siswa.
Dapat dilihat dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang erat
dan signifikan antara pola asuh orang tua otoriter dengan kecenderungan
bullying r=0.274> dan r=0.242, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan permisif
signifikan antara pola asuh orang tua otoriter dengan kecenderungan bullying
pada siswa kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung tahun Ajaran 2016/2017.
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku bullying.Dapat dilihat dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang erat dan signifikan
antara pola asuh orang tua dengan perilaku bullying pada remajamaka dapat
dilihat persentasi dari pola asuh orang tua pada remaja siswa SMK Negeri 1
Manado yang terbanyak adalah pola asuh Otoriter dengan (39,6%). Penelitian
lain dilakukan Murtiyani (2011) tentang hubungan pola asuh orang tua dengan
menyatakan, Pola asuh orang tua yang otoriter yaitu yang memaksakan
tua yang memiliki pola asuh otoriter terdapat (27,1%) yang melakukan perilaku
bullying ringan dan (12,5%) yang melakukan perilaku bullying berat, orang tua
yang memiliki pola asuh permisif (4,2%) responden yang melakukan perilaku
bullying ringan (27,1%) yang melakukan perilaku bullying berat, dan yang
terakhir orang tua yang memiliki pola asuh demokratis terdapat (14,6%) yang
bullying berat. Berdasarkan hasil statistik dengan menggunakan uji chi square
menunjukkan terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku
bullying pada remaja di SMKdengan melihat nilai Pearson Chi Square p 0,003
dilakukan Annisa (2012) tentang hubungan antara pola asuh ibu dengan
66
perilaku bullying remaja di SMK Cikini, dan hasil penelitian ini menunjukkan
adanya hubungan antara pola asuh ibu dengan perilaku bullying remaja di
sekolah SMK Cikini, Pola asuh ibu yang otoriter memiliki keterlibatan dalam
bullying. Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang terlalu keras sehingga anak
menjadi akrab dengan suasana yang mengancam dan juga sikap orang tua yang
antara pola asuh orang tua dengan perilaku bullying pada remaja siswa SMK
Negeri 1 Manado.
tidak ada adaptasi artinya penuh konflik, pergumulan, dan perselisihan antara
Perilaku bullying anak dapat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua yang
penelitian yang telah dilakukan, peneliti mendapatkan hasil hubungan pola asuh orangtua
otoriter dengan perilaku bullying yang ada di SMP Negeri 1 Abung 7 Selatan Kota bumi
Lampung Utara pada siswa VIII diketahui bahwa didapat nilai korelasi sebesar 0,500.
hitung> rtabel.Hal ini berarti ada hubungan antara pola asuh orangtua otoriter dengan
67
Perilaku bullying pada siswa dan tingkat hubungan antara pola asuh orangtua otoriter
denngan perilaku bullying adalah sedang. Artinya ada hubungan antara pola asuh
orang tua otoriter dengan perilaku bullying pada siswa SMP Negeri 1 Abung 7
kepribadian remaja dan sebaliknya. Kualitas peran keluarga yang sangat baik
akan memberikan pengaruh yang positif bagi anak. Karena dalam keluarga
anak pertama kali diajarkan dan mendapatkan pengalaman yang positif sebagai
dasar atau pondasi yang sudah ditanamkan secara benar dalam keluarga, maka
perilaku bullying.
bahwa mayoritas responden berada pada kategori perilaku bullying tinggi 63.6%
oleh pihak yang lebih kuat terhadap pihak yang lebih lemah, dilakukan dengan
sengaja dan bertujuab untuk melukai korbannya secara fisik maupun emosional.
agresi yang dilakuan secara berulang ulang dan terus menenrus, terhadap kekuatan
yang tidak seimbang antara pelaku dan korbannya, serta bertujuan untuk
perilaku bullying dengan tingkat harga diri remaja awal yang menjadi korban
bullying. Dapat dilihat dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian kecil
yang mengalami perilaku bullying rendah 42,3%, tingkat harga diri sedang
76,8%, perilaku bullying sedang 51,9%, tingkat harga diri tinggi 23%. Dari hasil
uji korelasi chisquare r=<0,05 sebesar p=0.001. Artinya ada hubungana perilaku
bullying dengan tingkat harga diri remaja awal yang menjadi korban bullying.
perlaku arsetif pada santriwati. Dapat dilihat dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa semakin tinggi perilaku yang dilakukan sehingga semakin rendah perilaku
sebesar 0,9%, sisanya 99,1%. Artinya hasil penelitian menunjukkan bahawa ada
hubungan yang sangat signifikan antara perilaku bullying dengan arsetif pada
up comedy dan faktor demografi (usia dan jenis kelamin) dengan perilaku verbal
pada remaja. Dapat dilihat dari hasil penelitian menunjukkan bahwa menonton
69
tayangan stand up comedi dengan perilaku kekerasan pada remaja 0,363, >0.05,
faktor demografi usia dengan perilaku kekerasan verbal pada remaja 0.506, >0.05,
faktor demografi dengan jenis kelamin dengan perilaku kekerasan verbal pada
tayangan stand up comedi, usia dan jenis kelamin tidak memiliki korelasi dengan
emosional pada siswa pelaku bullying SMP Kota Bengkulu. Dapat dilihat dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa bimbingan orang tua yang terendah 71,87%,
bimbingan orang tua sedang 28,13%, dan bimbingan orang tua yang tinggi 0%,
yang positif terhadap antara bimbingan orang tua dengan kecerdasan emosional
pada siswa pelaku bullying di kelas III SMP Negeri 12 Kota Bengkulu.
Perilaku bullying tidak hanya dilihat dari pola asuh tetapi dilihat dari
product moment diperoleh nilai koefisien korelasi (rxy)= 0,452 dengan taraf
signifikansi = 0,000 (p< 0,01) yang berarti ada hubungan positif antara pola
asuh otoriter orang tua dengan perilaku bullying pada remaja. Perilaku
70
bullying dan pola asuh otoriter orang tua termasuk dalam kategori rendah.
Selain itu dari hasil pengujian independent sampel t-test diperoleh nilai uji-t
sebesar t = 2,822 dengan taraf sig 0,006= (p(p<0,05). Remaja putra yang
terlibat kasus bullying (66,0%) dan sebanyak (30,6 %) adalah remaja putri,
bullying pada remaja putra dan remaja putri. Dalam penelitian ini remaja putra
bahwa perilaku bullying sangat berpengaruh pada anak sehingga anak perlu
dan membentuk perilaku anak. Hubungan orang tua dan anak yang harmonis akan
kepribadian anak dan sebaliknya. Kualitas yang sangat baik akan memberikan
positif bagi anak. Karena dalam keluarga anak pertama kali di ajarkan dan
mendapatkan pengalaman yang positif sebagai dasar atau pondasi yang sudah di
tanamkan secara benar dalam keluarga, maka anak dapat memproteksi dirinya dari
perilaku yag menyimpang seperti perilaku bullying. Disamping itu juga bahwa
karena lingkungan sekolah yang terdapat erilaku bullying akan tetapi juga faktor-
faktor lain misalnya metode belajar dan pola asuh orang tua.
71
tangga berada pada kategori iya memiliki riwayat kekerasan dalam rumah
kekerasan dalam rumah tangga adalah jaminan yang diberikan oleh Negara
Dapat dilihat dari hasil penelitian menunjukkan bahwa yang diberikan oleh
perilaku bullying ditinjau dari status ekonomi orang tua. Dapat dilihat dari hasil
dari status ekonomi orang tua rendah r=0.292 dan p=0.036, <0.05. sedang r=0.378
dan p=0.010<0.05, tinggi 0.402 dan p=0.008, <0.05. sangat tinggi r=0.611 dan
p=0.045, <0.05. Artinya ada hubungan yang negative dan signifikan antara
dilakukan secara fisik ataupun verbal yang mencerminkan pada tindakan agresif
dan penyerangan pada kebebasan atau martabat seseorang yang dapat dilakukan
orang orang, yang dengan sarana kekuatannya, baik seara fisik maupun non fisik
kekerasan.
melampiaskan dalam bentuk kekerasan juga pada orang lain. Ketika anak
73
kearah yang positif. Sehingga anak akan berusaha untuk menghindari paparan
kekerasan dalam rumah tangga yang dapat berdampak kepada perilaku yang
antara pola asuh keluarga terhadap perilaku Builying dan terdapat hubungan
yang lemah.
bentuk, tata cara, gaya dalam melakukan sesuatu, Sedangkan mengasuh berarti,
masyarakat.
tua tidak boleh menghukum anak, tetapi sebagai gantinya orang tua harus
Pola asuh orang tua terhadap anak sangat berpengaruh terhadap tipe
tentang hubungan antara pola asuh orang tua dan tipe kepribadian dengan
penelitian tersebut, sebanyak Demokratis 17%, Permisif 69% dan Otoriter 14%,
tinggi12%, tinggi 9%, rendah 62% dan sangat rendah 17%. Analisis multivariat
menunjukkan nilai p 0,000 < p 0,05 artinya ada hubungan antara pola asuhorang
tua dan tipe kepribadian dengan perilaku bullying disekolah SMP Negeri 1
Gudo, Jombang.
sekolah, sebagian besar responden menilai iklim sekolahnya positif 50, 68%.
Disamping itu pula bahwa tuntutan kedewasaan terhadap anak orang tua
dengan pola asuh otoriter juga mendapat dukungan dari penelitian Savi Dia
Ningrum,dkk (2011) tentang hubungan pola asuh otoriter orang tua dengan
bullying disekolah. Dilihat dari hasil penelitian semakin tinggi pola asuh
sebaliknya semakin rendah pola asuh otoriter, maka bullying disekolah akan
semakin rendah pula 18,3%. Artinya ada hubungan pola asuh otoriter orang tua
dan relasi keluarga pada siswa siswi sekolah menengah pertama dengan
bullying pada siswa siswi SMP kelurahan penjaringan Jakarta utara adalah
pelaku, pengamat dalam perilaku bullying adalah 64,1%, terdapat 97,5% siswa
66,7% dengan tipe relasi keluarga mid range, dan 14,4 dengan relasi keluarga
(< p=0,04), artinya ada hubungan pola asuh dan relasi keluarga pada siswa
76
antara pola asuh orang tua otoriter dengan kecenderungan bullying dengan
0,274>0,248, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang
orang tua yang ditetapkan pada anak, yang merupakan bagian penting dan
terhadap anak berupa suatu proses interaksi orang tua (sebagai pengasuh) dan
menyatakan keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup
dilkaukan oleh Meutiasari (2016) tentang hubungan pola asuh permisif dan
hubungan antara pola asuh permisif dan iklim sekolah dengan perilaku bullying
(p<0,01) dengan kontribusi 4,6%, Ada hubungan antara pola asuh permisif
0,393 nilai p = 0,001 (p< 0,01) dengan kontribusi 15,5%, Ada hubungan antara
HalimSipogu,dengankoefisienr=0,639nilaip=0,000(p<0,01)dengankontribusi4
0,9%, artinya ada hubungan yang signifikan pola asuh dan iklim sekolah
terhadap anak, pola asuh demokratis, otoriter, permisif sangat penting dalam
yang sangat baik akan memberikan pengaruh yang positif bagi anak. Karena
yang positif sebagai dasar atau pondasi yang sudah ditanamkan secara benar
dalam keluarga maka anak dapat memproteksi dirinya dari perilaku yang
sebagai sasaran penelitian, dan hasil tersebut menyatakan bahwa ada hubungan
yang positif antara remaja yang menerima pola asuh otoriter denga remaja
78
yang menerima pola asuh permisif lebih memiliki untuk melakukan tindakan
sekolah.Siswa yang mendapat pola asuh otoriter dari orang tua mereka terbiasa
dangan berbagai aturan dan batasan, tanpa arahan dan bimbingan, mereka
menerima pola asuh demokratis dan memiliki latar belakang keluarga yang
tidak harmonis.
bahwa mayoritas responden yang berada pada pola asuh demokratis sebesar
juga dengan nilai r = 0,376 yang menunjukkan kekuatan hubungan yang lemah
dan bersifat tidak searah atau berlawanan arah. Temuan ini menunjukkan
harmonis.
menegaskan bahwa:
1) Bahwa setiap warga Negara berhak mendapat rasa aman dan bebas dari
harus dihapus.
Anggraini Sulistyo (2003) hubungan kekerasan dalam rumah tangga orang tua
dan orang tuanya mengalami kekerasan dalam rumah tangga berat 58,3%, remaja
yang memeiliki kenalakalan yang tingkat sedang 86,4%, remaja yang memiliki
kenakalan ringan 2,8%. Uji statistic hubungan antara kenakalan remaja dengan
kekerasan dalam rumah tangga orang tua menggunakan uji kendll tau0,532%
Disamping itu pula kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri yang
dalam rumah tangga yag dilakukan suami pada istri dengan perilaku kekerasan ibu
pada anak.Tidak pernah melakukan tindakan kekerasan pada anak 34,0%, pernah
terhadap anak 70,2%, tidak pernah melakukan physical abuse terhadap anak
72,3%, pernah melakukan dan tidak pernah melakukan diketahui 61,7%, pernah
melakukan kekerasan ekonomi terhadap anak 38,3%, artinya bahwa ada hubungan
kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan suami pada istri dengan perilaku
(1996) terhadap istri Pengaruh negatif dari KDRT pun beraneka ragam dan
bukan hanya bersifat hubungan keluarga, tetapi juga terhadap anggota dalam
keluarga yang ada di dalamnya. Dalam hal luka serius fisik dan psikologis
untuk memperoleh persamaan hak bidang hukum, sosial, politik dan ekonomi
dapat menjadi sumber masalah sosial. Tindak kekerasan pada istri dalam
rumah tangga merupakan masalah sosial yang serius, akan tetapi kurang
tindak kekerasan pada istri dalam rumah tangga memiliki ruang lingkup
pada istri dianggap wajar karena hak suami sebagai pemimpin dan
kepala keluarga, keempat: tindak kekerasan pada istri dalam rumah tangga
lebih berat psikis dan ekonomi 43,3%, dengan analisis lebih lanjut dengan Chi-
dan nilaix2 = 18,307. Artinya ada hubungan dengan kekerasan dalam rumah
melampiaskan dalam bentuk kekerasan juga pada orang lain. Ketika anak
kearah yang positif. Sehingga anak akan berusaha untuk menghindari paparan
83
kekerasan dalam rumah tangga yang dapat berdampak kepada perilaku yang
riwayat kekerasan dalam rumah tangga dan yang memiliki tidak memiliki
untuk anak.
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
7.1.2 Hasil penelitian ini mayoritas responden dengan memiliki riwayat kekerasan
antara pola asuh keluarga terhadap perilaku Builying dan terdapat hubungan
7.1.5 Hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat kekerasan
dalam rumah tangga terhadap perilaku Builying dan terdapat hubungan yang
lemah (r = 0,373).
7.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan maka peniliti juga memberikan saran pada berbagai pihak
84
85
7.2.2.1 Diharapkan untuk menjalin hubungan yang baik kepada siswa lain.
bullying atau yang tidak baik terjadi, agar tindakan tersebut dapat
segera diatasi.
87
rekam data yang lengkap dan dapat dijadikan sebagai alat ukur
bullying
7.2.4.3 Diharapkan untuk selalu dapat menjalin hubungan yang ramah dan
kepada siswa ketika tindakan bullying atau yang tidak baik terjadi,
selain dapat mencegah tindakan yang lebih besar terjadi juga untuk
Universitas Andalas
Amato, Paul R. & Previti, Denise. 2000. People’s Reasons for Divorcing: Gender,
Social Class, the Life Course and Adjustment. Journal of Family Issues,
Apsari.(2013). Hubungan Antara Harga Diri Dan Disiplin Sekolah. Jurnal Psikologi
Media.Yogyakarta
Bailon, SG. Maglaya, AS. (1989), Family Heath Nursing : The Proses Philippness :
http://www.dream.co.id/news/angka-perceraian-meningkat-lima-tahun-
macam-pola-asuh-orang-tua.html
eprints.ums.ac.id/24591/12/naskah-publikasi.pdf 07.03.2016.10.45WIB
Booth, A., & Edward, J.N. (2000). Starting over: Why remarriages are more
Davis, Kingsley & Blake, Judith. 1974. Struktur Sosial dan Fertilitas. , Yogyakarta:
260,252.
Development
Friedman MM. (1998) Family Nursing : Te ory and Assessment, (4th ED)
412
Hidayat, A Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba
Medika.
Hidayat, A.A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
http://bankdata.kpai.go.id/
http://health.liputan6.com/read/2411205/hati-hati-memanggil-dengan-nama-julukan-
bisa-bahayakan-mental
http://www.muvila.com/tv/artikel/stand-up-comedy-tayangan-komedi-yang-paling-
ditonton-151218j.html
http://www.suara.com/health/2016/01/13/160757/unicef-50-persen-anak-alami-
bullying-di-sekolah
https://kumparan.com/luthfa-nurridha1487566251351/kasus-bullying-meningkat-
pelaku-didominasi-oleh-remaja
https://www.voa.indonesia.com/a/who-kekerasan-terhadap-perempuan-epidemi-
global/1686309.html
Pengungkapan Diri Remaja Terhadap Orang Tua Pada Siswa SMA Krista
KPAI. 2012. Pacaran Pertama Anak Indonesia Umur 12 Tahun. http:// KPAI Pacaran
2014.
Dari http://www.tribunnews.com/metropolitan/2015/09/19/sudin-
pendidikan-jakarta-selatan-panggil-pihak-sdn-07-kebayoran-lama.,diunduh
20 januari 2016.
Indeks
Standar
Cipta
Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Algensindo
Jakenkabupaten Pati.Jurnal.V(2)1-8
hidup).Jakarta:Erlangga
Anak.Jakarta; PT Grasindo
Australia
Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Edisi 4, Jilid 1. Jakarta
Suriadi, Rita Yuliani, 2001. Asuhan Keperawatan Anak, Edisi 1. Jakarta : Fajar
Interpratama.
dan
www.who.int/violence_injury_prevention/violence/world_report/en/.
Yuhong Zhao, Domestic Violence in China: In Search of Legal and Social
Responses,