Anda di halaman 1dari 46

Subject 10

20/09/2016
Hukum dan Asuransi

Hukum dan Asuransi


ICAP 2016

Part 1
Isi dari Ringkasan ini hanya merupakan panduan belajar dalam mempersiapkan Ujian ICAP Subject 10 – Hukum dan
Asuransi dan beberapa merupakan pengetahuan dasar yang perlu dimiliki oleh Adjuster di Indonesia untuk dapat
dikembangkan lebih lanjut lagi oleh adjuster yang bersangkutan
***Hanya untuk Lingkungan Sendiri***
Subject 10 : Hukum dan Asuransi
Lingkup Study
Peserta ujian harus :
1. Mengetahui tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK), khususnya mengenai dasar hukum
dan tujuan dibentuknya OJK, serta tugas dan wewenang OJK.
2. Mengetahui tentang Dewan Asuransi Indonesia (DAI)

20/09/2016
3. Mengetahui tentang Asosiasi Penilai Kerugian Asuransi Indonesia (APKAI)
4. Mengetahui norma dan standar yang berlaku bagi adjuster di Indonesia
5. Mengetahui pengertian asuransi menurut UU no. 40 tahun 2014 dan KUHD dan pasal-
pasal yang berkaitan dengan usaha di bidang perasuransian.

Hukum dan Asuransi


6. Mengetahui tata hukum Indonesia, khususnya mengenai sumber hukum formal dan
material serta subjek hukum di Indonesia, perbedaan dasar antara hukum privat dan
hukum public :
a. Pengertian dan penggolongan tata-hukum Indonesia, sember hukum formal dan
material
• hierarki perundang-undangan Indonesia
• pengertian, sifat dan perbedaan hukum memaksa dan hukum
pelengkap/mengatur
b. Pengertian subjek hukum dan jenis-jenisnya serta kemampuan dan tanggung
jawabnya 2
c. Pengertian hukum publik dan hukum privat serta perbedaan-perbedaannya.
7. Memahami dasar-dasar hukum perdata serta hukum pembuktian, yaitu hukum
perikatan, hukum perjanjian, syarat syahnya suatu perjanjian, batal dan pembatalan
suatu perjanjian, dan kadaluarsa.
a. Pengertian hukum perdata dalam arti luas maupun sempit. Hubungan KUHPerdata
dan KUHDagang.
b. Pengertian perikatan dan perjanjian serta hubungannya , syarat-syarat syahnya
perjanjian.
c. Pengertian batal (void) dan dapat dibatalkan (voidable), syarat-syarat serta akibatnya.

20/09/2016
d. Pengertian pembuktian, alat-alat bukti, beban pembuktian (onus of proof)
e. Pengertian dan ketentuan kadaluarsa serta akibatnya.
8. Mengetahui pengalihan hak dan tanggung gugat (assignment of rights and liabilities) baik

Hukum dan Asuransi


menurut hukum Indonesia maupun hukum Inggris
a. Pengertian pengalihan hak dan tanggung gugat
b. Dasar hukum dan syarat-syarat pengalihan hak dan tanggung gugat
9. Mengetahui aspek-aspek hukum dan prinsip-prinsip asuransi, yang mencakup insurable
interest, utmost good faith, kausalitas dan proximate cause, indemnity, subrogation dan
contribution serta perbedaan-perbedaan dasar dan prinsip-prinsip tersebut berdasarkan
hukum Indonesia dan hukum Inggris.
a. Definisi dan kriteria masing-masing prinsip
b. Dasar-dasar hukum yang menjadi landasan
c. Berlakunya prinsip-prinsip tersebut dalam perjanjian asuransi dan akibatnya-akibat 3
yang timbul dalam hal terjadi penyimpangan
10. Mengetahui fraud dan misrepresentation baik berdasarkan hukum Indonesia maupun
hukum Inggris
a. Pengertian lembaga fraud dan misrepresentation dan dasar-dasar hukumnya
b. Akibat-akibat yang timbul dalam hal terjadi fraud dan misrepresentation
11. Memahami perbuatan melawan hukum (tort), bentuk-bentuk dan sifat-sifatnya, bentuk-
bentuk pembelaan dan tanggung gugat.
a. Perbedaan antara perbuatan melawan hukum, perbuatan kriminal dan ingkar janji
(breach of contract)

20/09/2016
b. Sifat dan unsur-unsur setiap jenis perbuatan melanggar hukum, terutama negligence,
nuisance, strict liability
c. Dasar-dasar hukum perbuatan melawan hukum

Hukum dan Asuransi


a. Bentuk-bentuk remedies atas perbuatan melanggar hukum
b. Bentuk-bentuk pembelaan (defences) dalam lembaga-lembaga perbuatan melanggar
hukum
c. Pengertian dan sifat lembaga perwakilan dan tanggunggugat (vicarious liability),
dasar hukum dan pembelaan.
12. Mengetahui pengertian “conditions dan warranties” yang berkenaan dengan asuransi
dan memahami syarat-syarat dan kondisi perjanjian asuransi menurut hukum Indonesia
a. Pengertian dan penerapan “conditions dan warranties” dalam perjanjian asuransi
menurut hukum Inggris serta akibat pelanggarannya.

4
b. Pengertian dan penerapan express maupun implied warranties serta express dan
implied conditions dalam pelbagai jenis perjanjian asuransi
c. Klasifikasi syarat/kondisi perjanjian asuransi menurut hukum Indonesia, baik yang
terdapat dalam polis, lampiran maupun ketentuan lainnya serta akibat
pelanggarannya.
13. Mengetahui ketentuan mengenai penafsiran perjanjian dan rules of construction
menurut hukum Indonesia serta hukum Inggris

20/09/2016
a. Penafsiran perjanjian yang menggunakan standard wording dan non standard
wording terutama yang berkenaan dengan perjanjian asuransi
b. Cara-cara penafsiran perjanjian serta pihak-pihak yang dapat memberikan

Hukum dan Asuransi


penafsiran secara sah
c. Urutan kekuatan hukum pelbagai cara perumusan perjanjian
14. Mengetahui cara penyelesaian perselisihan
a. Prosedur penyelesaian perselisihan
b. Prosedur arbitrase serta badan yang berwenang menyelenggarakan arbitrase
dalam bidang asuransi
c. Perbandingan penyelesaian perselisihan melalui ligitasi, arbitrase, mediasi,
negosiasi

5
Subject 10 : Hukum dan Asuransi
Sumber
1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
2. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUH Dagang)
3. Undang-Undang Republik Indonesia no. 40 tahun 2014 tentang Perasuransian

20/09/2016
4. Kode Etik, Kode Perilaku dan Pedoman Kerja Adjuster Indonesia
5. Website OJK  www.ojk.go.id
6. Website DAI  www.ojk.go.id

Hukum dan Asuransi


7. Website APKAI  www.adjusters-indonesia.org
8. Asuransi Kebakaran di Indonesia (H. Gunanto – Tira Pustaka)
9. Pengantar Ilmu Hukum (Drs. C.ST. Kansil, SH, Sinar Grafika, Latihan Ujian)
10. Pengantar Hukum Pertanggungan (Prof. Abdulkadir Muhamad, SH, Penerbit PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung 1994)
11. Pokok-pokok Hukum Perdata (Prof Subekti, SH, Penerbit PT. Intermasa)
12. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia/hukum pertanggungan (HMN
Purwosutjipto, SH, percetakan Bhinneka Surya Pratama)
13. Soal – Jawaban UJIAN AAMAI MARET 2006 – SEPTEMBER 2012 (Ir. Sudarno Hardjo
Saparto AAIK, QIP, AHLI K3) 6
1. Otoritas Jasa Keuangan
Mengetahui tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK), khususnya tentang :
1. dasar hukum,
2. tujuan dibentuknya OJK,

20/09/2016
3. tugas dan wewenang OJK.

1. Dasar Hukum : Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011


Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UU nomor 21

Hukum dan Asuransi


tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Otoritas Jasa
Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen dan bebas dari
campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan. OJK didirikan untuk menggantikan peran
Bapepam-LK.

2. Tujuan :
OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan:
1) Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel;
7
2) Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil; dan
3) Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
3. Tugas dan Wewenang
OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap:
1. kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan;
2. kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal; dan
3. kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan,
dan lembaga jasa keuangan lainnya.

20/09/2016
• Untuk melaksanakan tugas pengaturan, OJK mempunyai wewenang:
1. menetapkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini;
2. menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;

Hukum dan Asuransi


3. menetapkan peraturan dan keputusan OJK;
4. menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;
5. menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK;
6. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap
Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu;
7. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada
Lembaga Jasa Keuangan;
8. menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan
menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan
9. menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan 8
ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
• Untuk melaksanakan tugas pengawasan, OJK mempunyai wewenang:
1. menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan;
2. mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif;
3. melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen, dan
tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan
jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor
jasa keuangan;

20/09/2016
4. memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak tertentu;
5. melakukan penunjukan pengelola statuter;
6. menetapkan penggunaan pengelola statuter;

Hukum dan Asuransi


7. menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap
peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; dan
8. memberikan dan/atau mencabut:
1) izin usaha;
2) izin orang perseorangan;
3) efektifnya pernyataan pendaftaran;
4) surat tanda terdaftar;
5) persetujuan melakukan kegiatan usaha;
6) pengesahan;
7) persetujuan atau penetapan pembubaran; dan
8) penetapan lain, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di
9
sektor jasa keuangan.
2. Dewan Asuransi Indonesia (DAI)
Mengetahui tentang Dewan Asuransi Indonesia (DAI)

Visi :

20/09/2016
” Sebagai Wadah Pemersatu bagi Asosiasi Perasuransian Indonesia. “

Misi :

Hukum dan Asuransi


” Melakukan kegiatan lintas Asosiasi dalam rangka Peningkatan SDM melalui Pendidikan
berkesinambungan , memasyarakatkan asosiasi dan Pengelolaan Publikasi Asuransi. “

Fungsi DAI :
(berdasarkan Anggaran Dasar DAI yang telah disahkan sebagai badan hukum oleh Departemen Kehakiman
No. C2-4217 HT.01.06 tahun 1993 dan dimuat dalam Tambahan Berita Negara RI No. 20 tanggal 11 Maret
1993.)

1. Badan perjuangan dan musyawarah untuk kepentingan dunia usaha perasuransian


Indonesia
2. Badan tarif dan atau badan yang menetapkan standarisasi polis serta klausula
3. Badan yang membantu pemerintah dalam pembinaan dan pengawasan terhadap usaha 10
asuransi.
Dewan Asuransi Indonesia (DAI)
AAJI

AAUI

AAJSI
Biasa
AASI

20/09/2016
Sekretariat APPARINDO

Anggota APKAI

ISEA

Hukum dan Asuransi


AAMAI
Dewan Luar Biasa
Asuransi PAMIAKI
Indonesia
APARI

YIAI PT. Menara Proteksi Indonesia

Yayasan YAI STIMRA


& Kegiatan
Insurance Day, IGTC,
Mari Berasuransi, Insurance TV
PT. Media 11
Asuransi
Indonesia
3. Asosiasi Penilai Kerugian
Asuransi Indonesia (APKAI)
Mengetahui tentang Asosiasi Penilai Kerugian Asuransi Indonesia (APKAI)

20/09/2016
Visi
Menjadikan APKAI dikenal di industri asuransi di Indonesia secara
menyeluruh dan dikenal di masyarakat asuransi di regional dan internasional
untuk tujuan akhir agar para Individu Adjuster indonesia dikenal dan

Hukum dan Asuransi


mempunyai kredibilitas di pasar internasional

Misi
• Integritas
• Profesionalisme dalam pekerjaan
• Independen
• Pengembangan kemampuan
• Menjunjung kode etik dan kode perilaku 12
4. Norma & Standar Adjuster di Indonesia
Mengetahui norma dan standar yang berlaku bagi adjuster di Indonesia

1. Kode Etik Adjuster Indonesia yang disyahkan oleh Asosiasi Adjuster


Asuransi Indonesia pada tanggal 23 Desember 1996

20/09/2016
2. Kode Perilaku yang disyahkan oleh Asosiasi Adjuster Asuransi Indonesia
pada tanggal 23 Desember 1996
3. Pedoman Kerja Adjuster Indonesia yang disyahkan oleh Asosiasi Adjuster

Hukum dan Asuransi


Asuransi Indonesia pada tanggal 23 Desember 1996

13
Kode Etik
Adjuster Indonesia
Didorong oleh keinginan yang luhur untuk senantiasa berperilaku jujur, profesional dan
tidak berpihak (independent) dengan ini anggota Asosiasi Adjuster Asuransi Indonesia
menyatakan tunduk dan taat kepada Kode Etik di bawah ini:

20/09/2016
• Adjuster Asuransi dalam menjalankan kegiatannya harus senantiasa menjunjung
tinggi kejujuran, berpegang teguh pada prinsip-prinsip profesi yang benar serta
tunduk dan taat pada perundang-undangan yang berlaku.

Hukum dan Asuransi


• Adjuster Asuransi dalam menjalankan kegiatannya harus senantiasa menjunjung
tinggi tanggung jawab terhadap profesinya dengan selalu menggunakan standar
kemampuan yang tinggi sesuai dengan keahliannya.
• Adjuster Asuransi dalam menjalankan kegiatannya harus senantiasa mempertahankan
sikap tidak berpihak dan menghindarkan diri dari adanya pertentangan kepentingan
pribadi dengan profesi.
• Adjuster Asuransi harus senantiasa berusaha meningkatkan pengetahuan, keahlian
dan ketrampilan diri sendiri dan sesama anggota asosiasi, mengikuti perkembangan
bidang pekerjaannya.
• Adjuster Asuransi senantiasa menghormati sesama anggota asosiasi dengan tidak 14
mengabaikan kewibawaan profesi.
Kode Perilaku
Adjuster Indonesia
Para anggota Asosiasi Adjuster Indonesia menyatakan tunduk dan taat pada Kode
Perilaku di bawah ini :-
• Dalam menjalankan kegiatannya Adjuster Asuransi harus menyusun laporan

20/09/2016
penilaian yang dipertanggungjawabkan.
• Adjuster Asuransi dalam menjalankan kegiatan usahanya tidak boleh menggunakan
cara-cara yang dapat merugikan perusahaan penilai kerugian asuransi lain.

Hukum dan Asuransi


• Adjuster Asuransi harus bebas dari pengaruh pihak manapun.
• Adjuster Asuransi mengupayakan agar perhitungan kerugian yang dilakukan dapat
disetujui Penanggung dan Tertanggung.
• Setiap anggota Asosiasi wajib mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga, Kode Etik, Kode Perilaku dan Pedoman Kerja yang ditetapkan oleh Asosiasi.

15
Pedoman Kerja
Adjuster Indonesia
Pedoman Kerja di bawah ini berlaku secara sendiri-sendiri bagi Adjuster Asuransi “Loss
and Average” (Loss and Average Adjusters).

20/09/2016
ADJUSTER ASURANSI “LOSS” (LOSS ADJUSTER)

1. Penugasan

Hukum dan Asuransi


Penugasan kepada Adjuster Asuransi dapat diberikan oleh Penanggung secara tertulis
ataupun lisan.

Setelah menerima penunjukkan, secepatnya Adjuster Asuransi harus: -


1) Memberitahukan pihak-pihak yang berkepentingan (Tertanggung ataupun Broker)
perihal penugasan tersebut.
2) Meminta dan meneliti polis beserta perubahan/lampirannya.
3) Apabila dianggap perlu, mengirimkan konfirmasi penugasan yang berisikan antara
lain, syarat pembayaran imbalan atau “fees” Adjuster Asuransi kepada
Penanggung.
16
2. Pemeriksaan lapangan

• Melakukan pemeriksaan ke lokasi bersama-sama pihak yang terkait apabila diperlukan.


• Adjuster Asuransi sedapat mungkin mengupayakan untuk memperoleh informasi
mengenai:-
1) Rincian kejadian dan penyebab.
2) Jenis dan besarnya kerusakan.

20/09/2016
3) Memberikan saran kepada Tertanggung untuk melakukan upaya pencegahan
kerusakan yang lebih besar.

3. Laporan Awal

Hukum dan Asuransi


Laporan awal diserahkan kepada pihak Asuransi setelah menyelesaikan kunjungan ke
lokasi. Laporan awal tersebut mencakup antara lain: -
1) Penjelasan tentang lokasi atau informasi umum tentang subyek yang diasuransikan
2) Penjelasan mengenai bisnis Tertanggung.
3) Keadaan saat kejadian
4) Penyebab kerugian
5) Komentar terhadap pihak yang terkait apabila ada.
6) Komentar terhadap polis Asuransi lainnya.
7) Tanggung jawab polis
8) Cadangan dana 17
9) Posisi akhir
4. Permintaan Dokumen
Permintaan secara tertulis diserahkan kepada pihak Tertanggung dan/atau yang
mewakili Tertanggung, yang merinci semua dokumen dan informasi yang dibutuhkan
dalam penyelesaian klaim mereka.

5. Penunjukkan Tenaga Ahli


Jika dibutuhkan tanggapan ahli, Adjuster Asuransi harus memberitahukan pihak

20/09/2016
Penanggung dan memperoleh izin mereka untuk penunjukkan tenaga ahli tersebut.

6. Laporan Akhir
• Laporan Akhir dikeluarkan setelah lengkapnya dokumen dan informasi yang

Hukum dan Asuransi


diminta yang isinya antara lain:-
• Dasar dan penghitungan jumlah kerugian
• Kemungkinan adanya sisa barang
• Komentar terhadap aspek “recovery”
• Laporan akhir hanya diserahkan kepada Penanggung, kecuali Penanggung
memberi persetujuan untuk memberikan laporan tersebut kepada pihak lain.
• Dalam kasus tertentu dapat diterbitkan satu kali Laporan yang mancakup Laporan
Awal dan Laporan Akhir.

7. Laporan Interim
Jika untuk alasan tertentu Laporan Akhir belum bisa diterbitkan, sebagai gantinya 18
Laporan Interim harus diterbitkan.
PENILAI KERUGIAN ASURANSI (PKA) “AVERAGE” (AVERAGE ADJUSTER)
1. Penugasan
• Penugasan kepada Adjuster Asuransi dapat diberikan oleh Penanggung maupun
Tertanggung.
• Setelah menerima penugasan, secepatnya Adjuster Asuransi:-
1) Memberitahukan pihak-pihak yang berkepentingan (Tertanggung,

20/09/2016
Penanggung ataupun Broker) perihal penugasan tersebut.
2) Meminta fotokopi polis beserta perubahan/lampirannya.
3) Apabila dianggap perlu, mengirimkan konfirmasi penugasan yang berisikan

Hukum dan Asuransi


antara lain, syarat pembayaran imbalan atau “fees” Adjuster Asuransi kepada
Penanggung.

2. Penelitian Polis dan Nasihat Pendahuluan


Adjuster Asuransi secepatnya:-
1) Meneliti fotokopi polis beserta perubahan/lampirannya dan menjelaskan,
tertulis maupun lisan, kepada Tertanggung cakupan jaminan yang ada dan
hak-haknya sebagai Tertanggung.
2) Memberikan nasihat atau petunjuk kepada Tertanggung tentang cara-cara
penangannan musibah yang dialami dan menyarankan tindakan lanjut yang
perlu dilakukan. 19
3. Penunjukkan Surveyor
• Surveyor biasanya ditunjuk oleh Penanggung untuk melakukan pemeriksaan atas nama dan
kepentingan Penanggung. Namun apabila diinginkan oleh Penanggung, Adjuster Asuransi dapat
pula menunjuk Surveyor untuk melakukan tugas yang sama. Dalam hal Adjuster Asuransi
diminta melakukan penunjukan, maka Adjuster Asuransi akan menunjuk Surveyor yang
menurutnya, berdasarkan keadaan dan kebutuhan saat itu, akan mampu melakukan tugas
tersebut.
• Laporan pendahuluan maupun akhir yang dibuat oleh Surveyor yang ditunjuk oleh

20/09/2016
Penanggung, dapat diberikan langsung kepada Adjuster Asuransi, kecuali Penanggung
keberatan.
• Adjuster Asuransi secepatnya mempelajari laporan dimaksud dan memberikan pandangannya
atas isi laporan tersebut yang dapat berupa:-

Hukum dan Asuransi


1. Permintaan dokumen/informasi tambahan dari Tertanggung/ Penanggung/ Broker.
2. Penunjukan konsultan atau pihak ketiga dalam rangka penelitian sebab kerusakan, dan halhal
lain yang berkaitan dengan isi laporan tersebut.
3. Pendapat mengenai jaminan polis terhadap musibah tersebut, atau klarifikasi lanjutan atas
polis setelah menilai situasi/fakta yang tercantum dalam laporan Surveyor.
4. Pemantauan
1) Berkaitan dengan tuntutan biaya-biaya perbaikan /“Particular Average Clauss” dst.
• Adjuster Asuransi memberikan nasihat atau petunjuk secara lisan maupun tertulis kepada
Tertanggung perihal apa yang menjadi haknya sesuai polis.
• Memantau perkembangan pelaksanaan perbaikan dan memutakhirkan secara tertulis daftar
permintaan dokumen/informasi yang dibutuhkan.
20
• Mengumpulkan, dan bila dianggap perlu, mengupayakan terjemahan biaya perbaikan yang
dikirim Tertanggung.
2) Berkaitan dengan peristiwa:
“General Average”/ “Salvage”/ “Sue and Labor”/ “Collision”.
• Pada musibah dimana terdapat unsur “General Average”, “Salvage”, “Sue and Labor”, “Collosion”
maka Adjuster Indonesia:-
• Memberikan nasihat atau petunjuk kepada Tertanggung perihal cara-cara penangannan peristiwa
tersebut dan menyarankan tindakan lanjut yang perlu dilakukan.
• Memutakhirkan secara lisan maupun tertulis pihak-pihak yang terkait akan peristiwa tersebut hingga
selesai.
• Menyelesaikan laporan atas musibah tersebut dengan berpedoman pada hukum yang berlaku

20/09/2016
dan/atau “Rules of Practice” dari “Association of Average Adjusters” (UK).

5. Surat “Payment on Account”


Apabila dibutuhkan oleh Tertanggung, Adjuster Asuransi dapat menerbitkan rekomendasi dalam

Hukum dan Asuransi


bentuk surat “Payment on Account” yang tujuannya adalah memberikan pembayaran pendahuluan
terhadap Tertanggung untuk biaya-biaya perbaikan yang utama atau untuk pembayaran biaya
“Salvage”, “Sue and Labor”, “Collision Settlement” dan biaya-biaya lain yang perlu. Sesuai kelaziman
yang berlaku, Adjuster Asuransi dapat meminta persetujuan Penanggung terlebih dahulu sebelum
menerbitkan surat dimaksud.
1) Surat rekomendasi tersebut berisi antar lain:
2) Ringkasan kejadian
3) Penjelasan Adjuster Asuransi mengenai antara lain:
4) Sebab kerusakan
5) Jaminan polis atas musibah tersebut
6) Pemeriksaan biaya oleh Surveyor
7) Jumlah yang direkomendasikan
21
6. Pemeriksaan Biaya oleh Surveyor
Adjuster Asuransi mengirimkan biaya-biaya perbaikan dan biaya-biaya lainnya yang perlu, diluar
biaya-biaya yang telah diperhitungkan pada butir 5 diatas, untuk diperiksa dan disetujui oleh Surveyor.
7. Penerbitan Laporan (“Adjustment”)
Setelah Adjuster Asuransi menerima hasil pemeriksaan Surveyor atas biaya-biaya
perbaikan maka Adjuster Asuransi menerbitkan laporan yang berisi, antara lain:-
• Ringkasan kejadian
• Penjelasasan Adjuster Asuransi mengenai, antara lain:-
1) “General Average” / “Salvage” / “Sue and Labour” dan “Collision
Settlement”, (sesuai kebutuhan masing-masing masalah).

20/09/2016
2) Sebab kerusakan
3) Jaminan polis
4) Pemeriksaan biaya-biaya perbaikan oleh Surveyor.

Hukum dan Asuransi


5) Surat-menyurat dengan Surveyor
6) Rincian perhitungan klaim
7) Aplikasi klaim terhadap polis
8) Kontribusi masing – masing pihak yang terkait (kapal, barang, container, dll.)

Laporan Adjuster Asuransi diserahkan kepada Penanggung dan Tertanggung pada


waktu yang bersamaan.

22
5. UU no. 40 tahun 2014
Mengetahui pengertian asuransi menurut UU no. 4 tahun 2014 dan KUHD
dan pasal-pasal yang berkaitan dengan usaha di bidang perasuransian.
UU No 40/2014
BAB I : KETENTUAN UMUM

20/09/2016
pasal 1 ayat 1
Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang
menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:
a. memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian,

Hukum dan Asuransi


kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya
suatu peristiwa yang tidak pasti; atau
b. memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau
pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya
telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
pasal 1 ayat 13
Usaha Penilai Kerugian Asuransi adalah usaha jasa penilaian klaim dan/atau jasa konsultasi atas
objek asuransi.
pasal 1 ayat 24
Objek Asuransi adalah jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung jawab hukum, benda dan
23
jasa, serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi, dan/atau berkurang nilainya.
BAB II - RUANG LINGKUP USAHA PERASURANSIAN, Pasal 4 – ayat 3
Perusahaan penilai kerugian asuransi hanya dapat menyelenggarakan Usaha Penilai Kerugian Asuransi.

BAB IV PERIZINAN USAHA, Pasal 8


1) Setiap Pihak yang melakukan Usaha Perasuransian wajib terlebih dahulu mendapat izin usaha dari Otoritas
Jasa Keuangan.
2) Untuk mendapatkan izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dipenuhi persyaratan mengenai:
a. anggaran dasar;
b. susunan organisasi;

20/09/2016
c. modal disetor;
d. Dana Jaminan;
e. kepemilikan;

Hukum dan Asuransi


f. kelayakan dan kepatutan pemegang saham dan Pengendali;
g. kemampuan dan kepatutan direksi dan dewan komisaris, atau yang setara dengan direksi dan dewan
komisaris pada badan hukum berbentuk koperasi atau usaha bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 ayat (1) huruf c, dewan pengawas syariah, aktuaris perusahaan, dan auditor internal;
h. tenaga ahli;
i. kelayakan rencana kerja;
j. kelayakan sistem manajemen risiko;
k. produk yang akan dipasarkan;
l. perikatan dengan pihak terafiliasi apabila ada dan kebijakan pengalihan sebagian fungsi dalam
penyelenggaraan usaha;
m.infrastruktur penyiapan dan penyampaian laporan kepada Otoritas Jasa Keuangan;
24
n. konfirmasi dan otoritas pengawas di negara anal pihak asing, dalam hal terdapat penyertaan langsung
pihak asing; dan
o. hal lain yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan usaha yang sehat.
3) Persyaratan izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberlakukan sesuai dengan jenis
usaha yang akan dijalankan.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara perizinan usaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.

Tindakan yang dianggap sebagai memperlambat penyelesaian atau pembayaran klaim seperti yang
dimaksud dalam Pasal 31 Ayat (4) UU no. 40 tahun 2014 :
• memperpanjang proses penyelesaian klaim dengan meminta penyerahan dokumen tertentu, yang

20/09/2016
kemudian diikuti dengan meminta penyerahan dokumen lain yang pada dasarnya berisi hal yang
sama;
• menunda penyelesaian dan pembayaran klaim karena menunggu penyelesaian dan/atau
pembayaran klaim reasuransinya;

Hukum dan Asuransi


• tidak melakukan penyelesaian klaim yang merupakan bagian dari penutupan asuransi karena
alasan adanya keterkaitan dengan penyelesaian klaim yang merupakan bagian lain dari
penutupan asuransi dalam 1 (satu) polis yang sama;
• memperlambat penunjukan perusahaan penilai kerugian asuransi, apabila jasa penilai kerugian
asuransi dibutuhkan dalam proses penyelesaian klaim; dan

25
KUHD
• Definisi Asuransi menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), tentang
asuransi atau pertanggungan seumurnya, Bab IX, Pasal 246:
"Asuransi atau Pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang

20/09/2016
penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu
premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan
atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya
karena suatu peristiwa yang tak tertentu.”

Hukum dan Asuransi


• Asuransi kerugian adalah asuransi yang memberikan ganti rugi kepada tertanggung
yang menderita kerugian barang atau benda miliknya, kerugian mana terjadi karena
bencana atau bahaya terhadap mana pertanggungan ini diadakan, baik kerugian itu
berupa:
- Kehilangan nilai pakai atau
- Kekurangan nilainya atau
- Kehilangan keuntungan yang diharapkan oleh tertanggung.
• Penanggung tidak harus membayarganti rugi kepada tertanggung kalau selama jangka
waktu perjanjian obyek pertanggungan tidak mengalami bencana atau bahaya yang
dipertanggungkan.
26
KUHD BAB IX : ASURANSI ATAU PERTANGGUNGAN PADA UMUMNYA
 Pasal 246
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian, di mana penanggung mengikat diri terhadap tertanggung
dengan memperoleh premi, untuk memberikan kepadanya ganti rugi karena suatu kehilangan, kerusakan,
atau tidak mendapat keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dapat diderita karena suatu peristiwa
yang tidak pasti.
 Pasal 247

20/09/2016
Pertanggungan itu antara lain dapat mengenai:
• bahaya kebakaran;
• bahaya yang mengancam hasil pertanian yang belum dipanen;
• jiwa satu orang atau lebih;

Hukum dan Asuransi


• bahaya laut dan bahaya perbudakan;
• bahaya pengangkutan di darat, di sungai, dan perairan pedalaman.
 Pasal 249
Penanggung sama sekali tidak wajib menanggung untuk kerusakan atau kerugian yang langsung timbul
karena cacat, kebusukan sendiri, atau karena sifat dan kodrat dari yang dipertanggungkan sendiri, kecuali jika
dipertanggungkan untuk itu dengan tegas.
 Pasal 250
Bila seseorang yang mempertanggungkan untuk dirinya sendiri, atau seseorang yang atas bebannya
dipertanggungkan oleh pihak ketiga, pada waktu pertanggungan tidak mempunyai kepentingan dalam denda
yang dipertanggungkan, maka penanggung tidak wajib mengganti kerugian.
 Pasal 251
Semua pemberitahuan yang keliru atau tidak benar, atau semua penyembunyian keadaan yang diketahui oleh 27
tertanggung, meskipun dilakukannya dengan itikad baik, yang sifatnya sedemikian, sehingga perjanjian itu
tidak akan diadakan, atau tidak diadakan dengan syarat-syarat yang sama, bila penanggung mengetahui
keadaan yang sesungguhnya dari semua hal itu, membuat pertanggungan itu batal.
 Pasal 252
Kecuali dalam hal yang diuraikan oleh ketentuan undang-undang, tidak boleh diadakan pertanggungan kedua
untuk waktu yang sama, dan untuk bahaya sang sama atas barang-barang yang telah dipertanggungkan
untuk nilainya secara penuh, dengan ancaman kebatalan terhadap pertanggungan yang kedua.
 Pasal 253
Pertanggungan yang melampaui jumlah harganya atau kepentingan yang sesungguhnya, hanyalah berlaku
sampai jumlah nilainya. Bila nilai barang itu tidak dipertanggungkan sepenuhnya, maka penanggung, dalam
hal kerugian, hanya terikat menurut perimbangan antara bagian yang dipertanggungkan dan bagi yg tidak
dipertanggungkan. Akan tetapi bagi pihak yang berjanji bebas untuk mempersyaratkan dengan tegas, bahwa

20/09/2016
tanpa mengingat kelebihan nilai barang yang dipertanggungkan, kerugian yang diderita oleh barang itu akan
diganti sampai jumlah penuh yang dipertanggungkan.
 Pasal 254
Pelepasan yang dilakukan pada waktu mengadakan pertanggungan atau selama berjalannya hal itu, atas hal
yang menurut ketentuan undang-undang dipersyaratkan untuk hakikat perjanjian itu, atau hal yang dengan

Hukum dan Asuransi


tegas dilarang, adalah batal.
 Pasal 255
Pertanggungan harus dilakukan secara tertulis dengan akta, yang diberi nama polis.
 Pasal 256
Semua polis, terkecuali polis pertanggungan jiwa, harus menyatakan hari pengadaan pertanggungan itu;
nama orang yang mengadakan pertanggungan itu atas beban sendiri atau atas beban orang lain; uraian yang
cukup jelas tentang barang yang dipertanggungkan; jumlah uang yang untuk itu dipertanggungkan; bahaya
yang diambil oleh penanggung atas bebannya; waktu mulai dan berakhirnya bahaya yang mungkin terjadi
atas beban penanggung; Premi pertanggungan; dan pada umumnya, semua keadaan yang pengetahuannya
tentang itu mungkin mutlak Penting bagi penanggung, dan semua syarat yang diperjanjikan antara para
pihak. Polis itu harus ditandatangani oleh setiap Penanggung.
 Pasal 257
Perjanjian pertanggungan ada seketika setelah hal itu diadakan; hak mulai saat itu, malahan sebelum Polis 28
ditandatangani. dan kewajiban kedua belah pihak dari penanggung dan dari tertanggung berjalan
Pengadaan perjanjian itu membawa kewajiban penanggung untuk menandatangani Polis itu dalam waktu
yang ditentukan dan menyerahkannya kepada tertanggung.
 Pasal 258
Untuk membuktikan adanya perjanjian itu, harus ada bukti tertulis; akan tetapi semua alat bukti lain akan
diizinkan juga, bila ada permulaan bukti tertulis.
Namun demikian janji dan syarat khusus, bila timbul perselisihan tentang hal itu dalam waktu antara pengadaan
perjanjian dan penyerahan polisnya, dapat dibuktikan dengan semua alat bukti; akan tetapi dengan pengertian
bahwa harus ternyata secara tertulis syarat yang pernyataannya secara tegas diharuskan dalam polis, dengan
ancaman hukuman menjadi batal, dalam berbagai pertanggungan oleh ketentuan undang-undang.
 Pasal 259
Bila Pertanggungan langsung diadakan antara tertanggung, atau orang yang diamanatkan atau diberi
wewenang untuk itu, dan penanggung, polis itu dalam 24 jam setelah pengajuan oleh penanggung harus

20/09/2016
ditandatangani dan diserahkan, kecuali bila ditentukan jangka waktu yang lebih panjang oleh ketentuan undang-
undang, dalam sesuatu hal khusus.
 Pasal 260
Bila pertanggungan diadakan dengan perantaraan seorang makelar asuransi, polisnya yang ditandatangani

Hukum dan Asuransi


harus diserahkan dalam delapan hari setelah mengadakan perjanjian.
 Pasal 261
Bila ada kelalaian dalam hal yang ditentukan dalam kedua pasal yang lalu, penanggung atau makelar untuk
kepentingan tertanggung, wajib mengganti kerugian yang mungkin dapat timbul karena kelalaian itu.
 Pasal 262
Orang yang setelah menerima perintah orang lain untuk mempertanggungkan, menahan atas bebannya sendiri,
dianggap menjadi penanggung dengan syarat yang diajukan semula, dan bila tidak diajukan syarat itu, maka
dengan syarat sedemikian dapat dipakai untuk mengadakan pertanggungan itu, di tempat ia seharusnya
melaksanakan perintah itu atau bila ini tidak ditunjukkan, pada tempat tinggalnya.
 Pasal 263
Pada penjualan dan segala peralihan hak milik atas barang yang dipertanggungkan, pertanggungannya
berlangsung untuk keuntungan pembeli atau pemilik baru, bahkan tanpa penyerahan, sepanjang mengenai
kerugian yang timbul setelah barang itu menjadi keuntungan atau kerugian pembeli atau mereka yang haru 29
memperolehnya; semua hal demikian berlaku, kecuali bila dipersyaratkan sebaliknya antara penanggung dan
tertanggung yang asli. Bila pada waktu penjualan atau peralihan hak milik, pembeli atau pemilik baru menolak
untuk mengambil alih pertanggungannya, dan tertanggung asli masih tetap mempunyai kepentingan dalam
barang yang dipertanggungkan, maka pertanggungan itu akan tetap berjalan untuk kepentingannya.
 Pasal 264
Pertanggungan dapat diadakan tidak hanya atas beban sendiri, akan tetapi juga atas beban pihak ketiga, baik
berdasarkan amanat umum atau khusus, maupun di luar pengetahuan yang berkepentingan sekalipun, dan
untuk hal itu harus diindahkan ketentuan-ketentuan berikut.
 Pasal 265
Pada pertanggungan untuk pihak ketiga, harus dengan tegas dinyatakan dalam polisnya, adakah hal itu terjadi
berdasarkan pemberian amanat, ataukah di luar pengetahuan yang berkepentingan.
 Pasal 266
Pertanggungan tanpa pemberian amanat dan di luar pengetahuan yang berkepentingan, adalah batal, bila

20/09/2016
dan sejauh barang yang sama itu telah dipertanggungkan oleh yang berkepentingan, atau oleh pihak ketiga
atas amanatnya, sebelum saat ia mengetahui tentang pertanggungan yang diadakan di luar pengetahuannya.
 Pasal 267
Bila dalam polisnya tidak dinyatakan, bahwa pertanggungan itu diadakan atas beban pihak ketiga,
tertanggung dianggap telah mengadakannya untuk dirinya sendiri.

Hukum dan Asuransi


 Pasal 268
Pertanggungan dapat menjadikan sebagai pokok yakni semua kepentingan yang dapat dinilai dengan uang,
dapat terancam bahaya dan tidak dikecualikan oleh undang-undang.
 Pasal 269
Semua pertanggungan yang diadakan atas suatu kepentingan apa pun, yang kerugiannya terhadap itu
dipertanggungkan, telah ada pada saat mengadakan perjanjiannya, adalah batal, bila tertanggung atau orang
yang dengan atau tanpa amanat telah menyuruh mempertanggungkan, telah mengetahui tentang adanya
kerugian itu.
 Pasal 270
Persangkaan ada, bahwa orang telah mengetahui tentang kerugian itu, bila hakim dengan mengindahkan
keadaannya, berpendapat bahwa sejak adanya kerugian itu telah lampau begitu banyak waktu, sehingga
tertanggung telah dapat mengetahuinya. Dalam hal keragu-raguan, hakim bebas untuk memerintahkan
tertanggung dan pemegang amanatnya bersumpah, bahwa mereka pada waktu mengadakan perjanjiannya 30
tidak mengetahui tentang adanya kerugian itu. Bila sumpah itu dibebankan oleh satu pihak kepada pihak
lawannya, maka sumpah itu dalam segala hal oleh hakim harus diperintahkan.
 Pasal 271
Penanggung selalu dapat mempertanggungkan lagi hal yang telah ditanggung olehnya.
 Pasal 272
Bila tertanggung membebaskan penanggung dari kewajibannya untuk waktu yang akan datang melalui
pengadilan ia dapat mempertanggungkan lagi kepentingannya untuk bahaya itu juga.
Dalam hal itu, dengan ancaman hukuman menjadi batal, harus disebutkan dalam polis yang baru, baik
pertanggungan yang lama maupun pemutusan melalui pengadilan.
 Pasal 273
Bila nilai barang yang dipertanggungkan tidak dinyatakan dalam polisnya oleh para pihak, hal itu dapat

20/09/2016
dibuktikan dengan semua alat bukti.
 Pasal 274
Meskipun nilai itu dinyatakan dalam polisnya, hakim mempunyai wewenang untuk memerintahkan kepada
tertanggung untuk menguraikan dasar layaknya nilai yang dinyatakan, bila diajukan alasan yang

Hukum dan Asuransi


menimbulkan persangkaan yang mempunyai dasar karena pemberitahuan nilai yang terlalu tinggi.
Penanggung dalam segala hal mempunyai kekuasaan untuk membuktikan terlalu tingginya nilai yang
dinyatakan itu di depan hakim.
 Pasal 275
Akan tetapi bila barang yang dipertanggungkan sebelumnya telah dinilai oleh ahli yang diperuntukkan bagi
itu oleh para pihak, dan bila dituntut, disumpah oleh hakim, maka penanggung tidak dapat membantahnya,
kecuali dalam hal adanya penipuan; semuanya ini tidak mengurangi pengecualian yang dibuat dalam
ketentuan undang-undang.
 Pasal 276
Tiada kerugian atau kerusakan yang disebabkan oleh kesalahan dari tertanggung sendiri, dibebankan pada
penanggung. Bahkan ia boleh tetap memegang atau menagih preminya, bila ia sudah mulai memikul bahaya.
 Pasal 277
Bila berbagai pertanggungan diadakan dengan itikad baik terhadap satu barang saja, dan dengan yang 31
pertama ditanggung nilai yang penuh, hanya inilah yang berlaku dan penanggung berikut dibebaskan.
Bila pada penanggung pertama tidak ditanggung nilai penuh, maka penanggung berikutnya bertanggung
jawab untuk nilai selebihnya menurut urutan waktu mengadakan pertanggungan itu.
 Pasal 278
Bila pada satu polis saja, meskipun pada hari yang berlainan oleh berbagai penanggung dipertanggungkan
lebih dari nilainya, mereka bersama-sama, menurut perimbangan jumlah yang mereka tanda tangani, hanya
memikul nilai sebenarnya yang dipertanggungkan.
Ketentuan itu juga berlaku, bila pada hari yang sama, terhadap satu benda yang sama diadakan berbagai
pertanggungan.
 Pasal 279
Tertanggung dalam hal-hal yang disebut dalam dua pasal yang lalu, tidak boleh membatalkan pertanggungan
yang lama agar dengan demikian penanggung yang kemudian terikat.

20/09/2016
Bila tertanggung membebaskan penanggung-penanggung pertama, ia dianggap menetapkan diri mengganti
tempat mereka sebagai penanggung untuk jumlah yang sama dan urutan yang sama.
Bila ia mengadakan pertanggungan ulang untuk dirinya, maka para penanggung ulang mengganti tempatnya
dalam urutan itu juga.
 Pasal 280

Hukum dan Asuransi


Tak dianggap sebagai perjanjian yang tidak diperkenankan, bila setelah pertanggungan suatu barang untuk
nilai penuhnya, yang berkepentingan selanjutnya mempertanggungkannya, untuk seluruhnya atau sebagian,
dengan ketentuan tegas, bahwa ia hanya akan dapat melakukan haknya terhadap para penanggung, bila dan
selama ia tidak akan dapat menagih ganti rugi pada penanggung yang dahulu.
Dalam hal perjanjian yang demikian, perjanjian yang diadakan sebelum itu, dengan ancaman hukuman akan
menjadi batal, harus diuraikan dengan jelas dan begitu pula akan berlaku ketentuan pasal 277 dan pasal 278
terhadap itu.
 Pasal 281
Dalam segala hal di mana perjanjian pertanggungan untuk seluruhnya atau sebagian gugur, atau menjadi
batal, dan asalkan telah bertindak dengan itikad baik, penanggung harus mengembalikan preminya, baik untuk
seluruhnya atau sebagian yang sedemikian untuk mana Ia belum menghadapi bahaya.
 Pasal 282
32
Bila batalnya perjanjian terjadi berdasarkan akal busuk, penipuan atau kejahatan tertanggung, penanggung
mendapat preminya, dengan tidak mengurangi tuntutan pidana, bila ada alasan untuk itu.
 Beberapa pasal dalam KUHD yang memuat asas keseimbangan : Pasal 250, 252, 253, 274, 277, 279, 284
 Pasal 283
Dengan tidak mengurangi ketentuan khusus yang dibuat tentang berbagai macam pertanggungan,
tertanggung wajib dengan giat mengusahakan, agar kerugian terhindar atau berkurang, setelah kejadian
tersebut ia harus segera memberitahukan kepada penanggung; semua dengan ancaman penggantian
kerugian, biaya dan bunga, bila ada alasan untuk itu.
Biaya yang dikeluarkan oleh tertanggung untuk menghindari atau mengurangi kerugian menjadi beban
penanggung, meskipun hal itu bila ditambahkan pada kerugian yang diderita, melampaui jumlah uang yang
dipertanggungkan, atau daya upaya yang dilakukan itu telah sia-sia belaka.
 Pasal 284

20/09/2016
Penanggung yang telah membayar kerugian barang yang dipertanggungkan, memperoleh semua hak yang
sekiranya dimiliki oleh tertanggung terhadap pihak ketiga berkenaan dengan kerugian itu; dan tertanggung
bertanggung jawab untuk setiap perbuatan yang mungkin merugikan hak penanggung terhadap pihak ketiga
itu.

Hukum dan Asuransi


 Pasal 286
Perseroan-perseroan pertanggungan atau penjaminan timbal-balik harus menaati ketentuan dalam
perjanjiannya dan peraturan yang berlaku, dan bila tidak lengkap, harus menurut asas-asas hukum pada
umumnya. Larangan-larangan yang termuat dalam pasal 289 alinea terakhir, secara khusus juga berlaku
terhadap perseroan-perseroan ini.
 Pasal 468
Perjanjian pengangkutan menjanjikan pengangkut untuk menjaga keselamatan barang yang harus diangkut
dari saat penerimaan sampai saat penyerahannya.
Pengangkut harus mengganti kerugian karena tidak menyerahkan seluruh atau sebagian barangnya atau
karena ada kerusakan, kecuali bila Ia membuktikan bahwa tidak diserahkannya barang itu seluruhnya atau
sebagian atau kerusakannya itu adalah akibat suatu kejadian yang selayaknya tidak dapat dicegah atau
dihindarinya, akibat sifatnya, keadaannya atau suatu cacat barangnya sendiri atau akibat kesalahan pengirim. 33
Ia bertanggung jawab atas tindakan orang yang dipekerjakannya, dan terhadap benda yang digunakannya
dalam pengangkutan itu.
6. Tata Hukum di Indonesia
• Mengetahui tata hukum Indonesia, khususnya mengenai sumber hukum formal dan
material serta subjek hukum di Indonesia, perbedaan dasar antara hukum privat dan
hukum public

20/09/2016
a. Pengertian dan penggolongan tata-hukum Indonesia, sumber hukum formal dan
material
• hierarki perundang-undangan Indonesia

Hukum dan Asuransi


• pengertian, sifat dan perbedaan hukum memaksa dan hukum
pelengkap/mengatur
b. Pengertian subjek hukum dan jenis-jenisnya serta kemampuan dan tanggung
jawabnya
c. Pengertian hukum publik dan hukum privat serta perbedaan-perbedaannya.

• Referensi buku pegangan ICAP - Subject 10

34
Macam-macam Hukum
• Hukum Publik - yaitu hukum yang mengatur hubungan antara : negara dengan orang, negara dengan
aparatnya (bagiannya) atau negara dengan negara lain.
• Hukum Privat/Sipil – yaitu hukum yang mengatur hubungan-hubungan antara orang yang satu
dengan yang lainnya.
• Hukum Materiil – meliputi hukum publik maupun hukum privat
• Hukum formil – sering disebut sebagai hukum acara yaitu peraturan-peraturan yang memberikan

20/09/2016
ketentuan tentang bagaimana pemerintaan melaksanakan hukum materiil. Dikenal adanya hukum
acara perdata dan pidana.
• Hukum Obyektif – yaitu segala macam hukum yang ada di suatu negara dan berlaku umum. Jadi tidak
mengenal orang atau golongan. Hukum ini hanya menyebut bunyi peraturan hukum atau norma
hukum saja, yang mengatur hubungan hukum antara dua orang atau lebih.

Hukum dan Asuransi


• Hukum Subyektif – yaitu jika peraturan atau norma hukum obyektif berlaku dan mengenai orang
tertentu dan di daerah tertentu. Hukum positif sering disebut dengan TATA HUKUM. Misalnya Tata
Hukum Indonesia, berarti hukum yang sekarang berlaku di Indonesia dan berlaku bagi warga
Indonesia.
• Hukum Positif = ius constitutum sebagai lawan ius constituendum yaitu hukum yang dicita-citakan.

Pembagian hukum berdasarkan kekuatan bekerjanya :


1. UUD
2. Undang-undang biasa
3. Peraturan lainnya
35
Hirarki perundang-undangan di Indonesia menurut UU no. 12 tahun 2011, pasal 7
1. Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 (UUD’45)
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (TAP MPR).
3. Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
4. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan/Ketetapan Presiden
6. Peraturan Daerah Tingkat Provinsi
7. Peraturan Daerah Tingkat Kabupaten/Kotamadya

20/09/2016
Sumber hukum formal di Indonesia:
1. Undang-Undang
2. Kebiasaan (Custom)
3. Jurisprudensi (Keputusan dari 2 hakim)

Hukum dan Asuransi


4. Traktat (Treaty)
5. Perjanjian
6. Doktrin (Pendapat para sarjana hukum).

Perbedaan “Jurisprudensi” dan “Doktrin”


•  JURISPRUDENSI adalah keputusan hakim yang terdahulu yang dijadikan dasar dari keputusan hakim
yang lain sehingga kemudian keputusan ini menjelma menjadi keputusan hakim yang bersifat tetap
terhadap peristiwa hukum tertentu.
•  DOKTRIN adalah pendapat dari seorang atau beberapa orang sarjana hukum yang cakap/terkenal
dalam bidang ilmu pengetahuan hukum. Doktrin ini dapat menjadi dasar pertimbangan dari seorang
Hakim dalam menjatuhkan amar putusannya.
• Persamaan :
36
• Kedua sumber hukum ini dapat menjadi dasar pertimbangan bagi seorang Hakim untuk
mengambil/menetapkan suatu keputusan dalam persidangan.
7. Dasar-dasar Hukum Perdata
• Memahami dasar-dasar hukum perdata serta hukum pembuktian, yaitu hukum
perikatan, hukum perjanjian, syarat syahnya suatu perjanjian, batal dan pembatalan
suatu perjanjian, dan kadaluarsa.

20/09/2016
a. Pengertian hukum perdata dalam arti luas maupun sempit. Hubungan KUHPerdata
dan KUHDagang.
b. Pengertian perikatan dan perjanjian serta hubungannya, syarat-syarat syahnya

Hukum dan Asuransi


perjanjian.
c. Pengertian batal (void) dan dapat dibatalkan (voidable), syarat-syarat serta
akibatnya.
d. Pengertian pembuktian, alat-alat bukti, beban pembuktian (onus of proof)
e. Pengertian dan ketentuan kadaluarsa serta akibatnya.
• Referensi buku pegangan ICAP - Subject 10

37
Pengertian Hukum Perdata
• Perkataan “Hukum Perdata” dalam artian yang luas meliputi seluruh hukum privat
materiil yaitu segala hukum pokok yang mengatur kepentingan perseorangan.

Pembagian Hukum Perdata


1. Hukum tentang diri seseorang
2. Hukum keluarga

20/09/2016
3. Hukum kekayaan
4. Hukum waris

Hukum dan Asuransi


Sistematika dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata
• Buku I perihal ORANG (Hukum tentang perorangan dan keluarga)
• Buku II perihal BENDA (hukum perbendaan dan waris)
• Buku III perihal PERIKATAN
• Buku IV perihal PEMBUKTIAN DAN DALUWARSA

38
Dalam pasal 1234 KUHPerdata ada 3 prestasi :
1. Memberi sesutu
2. Berbuat sesuatu
3. Tidak berbuat sesuatu

Persyaratan prestasi
1. Prestasi harus mungkin dilakukan
2. Prestasi harus diijinkan

20/09/2016
3. Prestasi harus tertentu/jelas/terang
4. Prestasi harus dapat ditentukan
5. Kreditur harus mempunyai kepentingan akan prestasi yang dilakukan debitur.

Hukum dan Asuransi


Timbulnya perikatan :
• Dari persetujuan
• Berdasarkan undang-undang

Arti perikatan berdasarkan Buku III KUHP :


Suatu hubungan hukum (mengenai harta kekayaan) antara dua orang yang memberi hak pada yang satu
untuk menuntut barang sesuatu pada yang lainnya, sedang yang lainnya ini diwajibkan memenuhi
tuntutan itu.

Unsur suatu perikatan:


1. Adanya hubungan hukum
39
2. Adanya lapangan harta benda
3. Ada dua pihak
4. Ada prestasi
Syarat syahnya suatu perikatan berdasarkan Pasal 1320 KUHP:
1. Adanya kehendak para pihak/consensus
2. Adanya kecakapan para pihak/kapabiliti
3. Adanya obyek tertentu atau yang dapat ditentukan
4. Adanya sebab tertentu yang tidak bertentangan dengan undang-undang/susila/tertib

Konsekuensi syahnya suatu persetujuan berdasarkan pasal 1338 KUHPerdata:


1. Persetujuan itu menjadi undang-undang bagi pihak-pihak yang bersangkutan

20/09/2016
2. Persetujuan harus dilaksanakan
3. Mengikat para pihak, tidak hanya mengenai yang dengan tegas ditentukan dalam perjanjian, tetapi
juga mengenai sesuatu yang menurut persetujuan itu dituntut oleh undang-undang, keadilan,
kebiasaan.

Hukum dan Asuransi


4. Berlaku hanya antara para pihak yang membuat persetujuan itu saja. Selanjutnya syarat-syarat yang
lazim dipakai dalam masyarakat dipandang dengan sendirinya telah masuk dalam persetujuan itu,
mespikupn tidak dinyatakan tersendiri.

Syarat hapusnya perjanjian berdasarkan pasal 1381 KUHPerdata


1. pembayaran
2. penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan/penitipan
3. pembaharuan utang (novasi)
4. Kompensasi/perjumpaan utang
5. Pencampuran hutang
6. Penghapusan hutang
40
7. Lenyapnya obyek yg diperjanjikan
8. Akibat kebatalan/pembatalan
9. Berlakunya syarat batal (bab 1)
Perjanjian batal demi hukum
• Apabila suatu perjanjian tidak memenuhi suatu syarat obyektif. Sehingga para pihak tidak dapat
saling menuntut.
Perjanjian dapat dibatalkan :
• Perjanjian yang tidak memenuhi syarat subyektif, maka perjanjian itu dapat dimintakan
pembatalan.
 Kalimat ini mempunyai arti bahwa para pihak mempunyai kebebasan untuk memilih.

20/09/2016
Mengapa pembatalan itu dimintakan?
• Kekurangan syarat subyektif itu lebih mengarah pada keadaan pribadi sehingga hal ini tidak begitu
gampang dilihat oleh hakim. Untuk itu perlu diungkap di depan hakim.
 Di pihak orang tidak mau meminta pembatalan perjanjian walau ada kekurangan syarat subyektuf
karena alasan segan atau sungkan.

Hukum dan Asuransi


 Orang demikian ini tidak menginginkan perlindungan hukum.

Cara meminta pembatalan perjanjian :


• Aktif : Menuntut pembatalan di muka hakim (pasal 1454 KUHP memberi batasan waktu lima
tahun)
• Pasif : Menunggu sampai digugat di muka hakim untuk memenuhi perjanjian, maka di situ
diungkapkan adanya kekurangan syarat subyektif (tidak ada batasan waktunya).

Buku III Titel ke 15 KUHP


Persetujuan Untung-untungan
• Perjanjian asuransi termasuk dalam golongan perjanjian ini bersama perjanjian perjudian dan
bunga cagak hidup (1774 KUHP). Hanya saja perjanjian asuransi diatur dalam KUHD sedangkan 41
yang lainnya dalam KUHP.
Kontrak asuransi Kontrak Perjudian (Contract of Wagering).
1. Harus ada unsur insurable interest 1. Kepentingan para pihak terbatas pada
2. Diperlukan adanya utmost good faith taruhan
3. Tertanggung bebas dari kerugian dan 2. Kalah atau menang diketahui setelahnya
diketahui sebelumnya 3. Tidak dituntut adanya keterbukaan
4. Dalam banyak hal menyediakan indemnity 4. Taruhan yang dibayar/diperoleh bukan
5. Dilindungi oleh hukum merupakan indemnity
5. Tidak dilindungi oleh hukum

20/09/2016
Asas-asas Hukum Dagang
Sumber Hukum Dagang :

Hukum dan Asuransi


1. Yang terpenting adalah KUHP, kita ingat bahwa KUHP mengatur tentang segala perikatan sedangkan
kegiatan berdagang adalah menyangkut masalah hukum dan berniaga.
2. Kebiasaan (pasal 1339 KUHP, pasal 1347 KUHP)
3. Yurisprudensi
4. Traktat
5. Doktrin

Hubungan KUHP dan KUHD


Hubungan yang paling intim adalah bahwa KUHP menjadi salah satu sumber pokok KUHD.
Dalam pasal 1 KUHD dikatakan bahwa peraturan KUHP dapat dijalankan dalam penyelesaian soal-soal yang
disinggung dalam KUHD kecuali dalam penyelesaian soal-soal yang semata-mata diadakan oleh KUHD.
Pembagian dalam hukum privat antara KUHP dan KUHD sebenarnya bukan masalah asasi tetapi lebih ke arah
pembagian yang berdasarkan pada sejarah hukum dagang, hal ini terbukti bahwa perjanian jual beli 42
merupakan perjanjian terpenting dalam kegiatan berdagang tidak diatur dalam KUHD, tetapi dalam KUHP.
Sebaliknya perjanjian asuransi yang sangat penting dalam soal keperdataan, tidak diatur dalam KUHP tetapi
dalam KUHD.
Peraturan dalam KUHD yang menyangkut perjanjian asuransi
• Buku I Bab IX : tentang asuransi pada umumnya
Bab X : Tentang pertanggungan terhadap bahaya kebakaran dan hasil pertanian yang
belum dipenuhi dan asuransi jiwa.
• Buku II Bab IX : Tentang pertanggungan terhadap segala bahaya laut dan perbudakan.
Bab X : Tentang pertanggungan terhadap bahaya dalam pengangkutan di darat, sungai
dan perairan pedalaman.
Berapa contoh peraturan asuransi di luar KUHD

20/09/2016
Undang-undang no. 33/1964 : dana pertanggungan wajib kecelakaan
no. 34/1964 : dana kecelakaan lalu lintas jalan
no. 2/1992 : usaha perasuransian  diganti no. 40/2014

Hukum dan Asuransi


no. 12/1992 : asuransi pegawai negeri (taspen)

246 KUHD - Asuransi


Unsur-unsurnya :
1. Perjanjian
2. Pihak-pihak yang mengikatkan diri
3. Premi
4. Penggantian (Ganti Rugi) :
• Kerugian
• Kerusakan
• Kehilangan Keuntungan
43
Azas-azas perundang-undangan
1. Undang-undang tidak berlaku surut
2. UU yang bersifat khusus mengenyampingkan UU yang bersifat umum (Lex specialis derogat lex generalis)
3. UU yang berlaku belakangan membatalkan UU yang berlaku terdahulu (Lex posteriori derogat lex priori)
4. UU yang dibuat lembaga yang lebih tinggi mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula.
5. UU yang tidak dapat diganggu gugat
6. UU adalah sarana untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dan individu secara maksimal

20/09/2016
Perihal
orang

Perihal
benda

Hukum dan Asuransi


Hukum Perdata Undang-undang
Umum Perihal
perikatan
Perjanjian

Pembuktian dan
lewat waktu

Bab I
Hukum Perdata
Pertanggungan
Dagang pada
umumnya
Bab IX
Hukum Perdata
Khusus
Hukum Dagang Bab X 44
Hak-hak dan kewajiban yang
terbit dari pelayaran
Pembuktian
Dasar hukum : Bab I s/d Bab VI Buku IV KUHPer
Pasal 1865 s/d pasal 1945 KUHPer

Berdasarkan KUHPer pasal 1865, “Setiap orang yang mengaku mempunyai suatu hak, atau
menunjuk suatu peristiwa untuk meneguhkan haknya itu atau untuk membantah suatu hak orang
lain, wajib membuktikan adanya hak itu atau kejadian yang dikemukakan itu”.

20/09/2016
 Yang harus dibuktikan hanya mengenai hal-hal yang dibantah oleh lawan
 Hal-hal yang diakui oleh lawan dan diketahui sendiri oleh hakim tidak perlu dibuktikan

Hukum dan Asuransi


Lima macam alat bukti seperti yang tercantum dalam KUHPer pasal 1866 adalah surat, saksi,
persangkaan, pengakuan, sumpah.

1. Surat
Menurut UU ada 2 macam surat:
• surat akte : surat akte resmi (otentik), surat akte bawah tangan)
• surat lain : Tulisan-tulisan lain artinya tulisan yang bukan akte :(surat, faktur, catatan yang
dibuat oleh suatu pihak)
2. Saksi
• Suatu kesaksian harus mengenai peristiwa yang dilihat dengan matanya sendiri atau yang
dialami sendiri oleh saksi. Misalnya : saksi melihat tergugat minum beberapa botol bir
• Bukan kesaksian : kesimpulan yang ditarik sendiri oleh saksi dari peristiwa yang telah dilihat
45
atau dialami. Alasan : hakim yang berwenang menarik kesimpulan itu. Misalnya : tergugat
berada dalam keadaan mabuk ketika membuat perjanjian dengan penggugat.
3. Persangkaan
• Persangkaan adalah suatu kesimpulan yang diambil dari suatu peristiwa yang sudah terang dan
nyata. Misalnya: sudah dilakukan penagihan pembayaran premi, pembayaran premi, pengiriman
notes sehingga disimpulkan bahwa perjanjian asuransi sudah ada.
• Dari peristiwa yang terang dan nyata ditarik kesimpulan bahwa suatu peristiwa lain yang harus
dibuktikan juga telah terjadi.
• macam persangkaan:
• persangkaan yang ditetapkan UU
• persangkaan yang ditetapkan oleh hakim

20/09/2016
4. Pengakuan
• Sebenarnya pengakuan bukan suatu alat bukti
• Menurut UU, pengakuan yang dilakukan di muka hakim merupakan pembuktian sempurna

Hukum dan Asuransi


tentang kebenaran ahl atau peristiwa yang diakui
• Hakim terpaksa menerima dan menganggap peristiwa itu benar telah terjadi, meskipun
sebetulnya ia tidak percaya bahwa peristiwa itu sungguh-sungguh telah terjadi.
• Bila tergugat mengakui peristiwa yang dituntut oleh penggugat, tetapi mengajukan peristiwa lain
yang menghapus dasar tuntutan (peristiwa pembebasan), oleh UU tidak dianggap sebagai suatu
pengakuan.
• Pengakuan ini oleh hakim tidak boleh dipecah-pecah hingga merugikan tergugat.
• Gugatan istri terhadap suaminya untuk mendapatkan pemisahan kekayaan dilarang oleh UU
menggunakan alat bukti pengakuan.
5. Sumpah
• Menurut UU, ada 2 macam sumpah :
• sumpah yang menentukan (decissoire eed) 46
• sumpah tambahan (suppletoir)

Anda mungkin juga menyukai