1. Berikan ulasan saudara mengapa system pengawasan mutu pangan di industri pangan dapat
menjamin kualitas produk pangan?
Jawab: Karena produsen dituntut untuk mampu menyediakan produk yang aman,bermutu
tinggi, memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen,dan dapat dijual,sehingga dengan
adanya sistem pengawasan mutu produk maka dapat menjaga konsistensi dari mutu sebuah
produk dan dapat mencukupi akan kebutuhan pasarnya sehingga perlu dilakukan sistem
manajemen pengendalian mutu produk serta pengawasan untuk semua proses produksi,baik
dimulai dari pengolahan bahan mentah hingga pemasaran produk
2. Apakah berbeda antara pengawasan dan pengendalian mutu pangan? Berikan penjelasannya
Jawab:
Pengawasan mutu adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin bahwa proses yang
terjadi akan menghasilkan produk sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Kegiatan
pengawasan mutu adalah mengevaluasi kinerja nyata proses dan membandingkan
kinerja nyata proses dengan tujuan. Hal tersebut meliputi semua kegiatan dalam
rangka pengawasan rutin mulai dari bahan baku, proses produksi hingga produk akhir.
Pengawasan mutu bertujuan untuk mencapai sasaran dikembangkannya peraturan di
bidang proses sehingga produk yang dihasilkan aman dan sesuai dengan keinginan
masyarakat dan konsumen
3. Jelaskan apa yang menjadi tanggung jawab industri pangan atas keamanan pangan dari produk
yang dihasilkan
Jawab: Tanggung jawab badan usaha yang memproduksi pangan olahan untuk diedarkan dan
atau orang perseorangan dalam badan usaha yang diberi tanggung jawab terhadap jalannya
usaha tersebut atas keamanan pangan yang diproduksinya terhadap kesehatan orang lain yang
mengkonsumsi pangan tersebut [Pasal 41 ayat (1)]. Tanggung jawab industri pangan diatur
oleh pasal 41, 42, 43.
4. Jelaskan peran serta masyarakat dalam mewujudkan perlindungan konsumen atas produk
pangan yang dihasilkan produsen.
Jawab: Pengawasan Mutu Pangan telah diatur dalam regulasi oleh negara,baik dari
penanganan bahan pra-panen, produksi pasca panen, pengolahan pangan segar yang berubah
menjadi pangan olahan maupun distribusi produk..
7. Berikan ulasan anda tentang Good Laboratory Practices dalam pengawasan dan penjaminan
mutu produk pangan!
Jawab:
GLP adalah aturan baku dan prosedur yang diterapkan di unit kerja laboratorium untuk meningkatkan
kualitas dan integritas kerja di laboratorium yang dapat mendukung pengawasan dan penjaminan
mutu pangan
NRP : 183020163
3) Desain proses produksi dan metode kerja harus jelas untuk mencapai kesesuaian
mutu produk (conformance to requirement)
4) Setiap karyawan harus bertanggung jawab atas tercapainya mutu produk yang
baik
5) Mutu tidak boleh dinilai setelah menjadi barang jadi, tetapi harus sejak awal
6) Temukan masalah secara cepat lalu pecahkan secara cepat pula (identify problem
quickly an corrected immediately)
Standar
Produk bermutu Pengawasan
Mel. Analisis
Bahaya (HACCP)
Persyaratan
Good laboratorium sanitasi
practices
Peraturan apa saja yang dapat digunakan terkait dengan CPPOB (GMP), GLP,
Standar Mutu dan system Penjaminan Mutu?
Berdasarkan diagram tersebut, setiap produk yang akan diproduksi untuk menjamin mutu
produk yang dihasilkan, harus melewati beberapa prosedur tertentu yang dapat didasarkan
pada peraturan di bawah ini:
CPPOB (GMP) tertera dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, perlu menetapkan Pedoman Cara Produksi Pangan
Olahan yang Baik (Good Manufacturing Practices)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 tentangKetahanan
Pangan dan Gizi.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan
Pangan.
Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pedoman
Pengawasan Pangan Industri Rumah Tangga.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2019 tentang Keamanan
Pangan yang merincikan tentang:
o Sanitasi pangan yaitu untuk pencegahan terhadap kemungkinan bertumbuh dan
berkembangbiaknya jasad renik pembusuk dan patogen dalam makanan dan minuman,
peralatan, dan bangunan yang dapat merusak pangan dan membahayakan manusia.
Yang tercantum dalam pasal 1, 4, 5, 6, 7, 8, 55, 56, 57, 59.
o Bahan Tambahan Pangan: Bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan antara lain bahan pewarna, pengawet,
penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental. Ketentuan mengenai BTP
terdapat dalam pasal 1, 10, 11, 13, 14, 55, 56, 57, 58
o Rekayasa Genetika dan Iradiasi Pangan : Rekayasa gentika adalah suatu proses yang
melibatkan pemindahan gen (pembawa sifat) dari suatu jenis hayati ke jenis hayati lain
yang berbeda atau sama untuk mendapatkan jenis baru yang mampu menghasilkan
produk pangan yang lebih unggul. Iradiasi Pangan adalah metoda penyinaran
terhadap pangan baik dengan menggunakan zat radioaktif maupun akselerator untuk
mencegah terjadinya pembusukan dan kerusakan serta membebaskan pangan dari
jasad renik patogen. Ketentuan mengenai kedua hal ini terdapat dalam pasal 1, 13, 14,
16, 17, 18, 55, 56, 57, 58, 59
o Kemasan Pangan : Bahan yang digunakan untuk mewadahi dan atau membungkus
pangan, baik yang bersentuhan langsung dengan pangan maupun tidak. Ketentuan
mengenai kemasan pangan terdapat dalam pasal 16, 17, 18, 55, 56, 57, 58, 59
o Jaminan Mutu Pangan dan Pemeriksaan Laboratorium : Ketentuan mengenai jaminan
mutu dan pemeriksaan laboratorium terdapat dalam pasal 20, 58, 59
o Pangan Tercemar : Ketentuan mengenai pangan tercemar terdapat dalam pasal 21, 22,
55, 56, 57
Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 8 Tahun 2018 tentang Batas
Maksimum Cemaran Kimia dalam Pangan Olahan.
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2017 tentang Peningkatan
Efektivitas Pengawasan Obat dan Makanan.
Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 31 tentang Label Pangan Olahan.
Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pendaftaran
Pangan Olahan.
5. Apa pendapat saudara tentang produk pangan hasil rekayasa genetika, apakah aman
atau tidak?
Makanan hasil rekayasa genetika (Genetically Modified Organism/GMO) adalah
makanan rekayasa genetika yang bahan bakunya mendapat rekayasa genetik sehingga sifatnya
berbeda, misalnya lebih besar, lebih singkat periode tanam, dan lainnya. Menurut saya,
makanan rekayasa genetika aman dikonsumsi jika telah melalui serangkaian tes dan
mengikuti acuan yang telah ditetapkan misalnya mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 86
Tahun 2019 mengenai keamanan pangan. Jika produk GMO telah direkomendasi komisi,
Kepala Badan POM menetapkan bahan baku, BTP, dan atau bahan bantu lain hasil proses
rekayasa genetika dinyatakan aman, maka produk tersebut dikatakan aman.
Berdasarkan PP No. 86 tahun 2019, pemeriksaan wajib pangan produk rekayasa genetika
meliputi :
Informasi genetika
Deskripsi organisme donor & modifikasi genetika
Karakterisasi modifikasi genetika
Informasi keamanan pangan (kesepadanan substansial, perubahan nilai gizi, alergenitas,
toksisitas)
Komisi yang menangani keamanan pangan produk rekayasa genetika :
menetapkan persyaratan dan tata cara pemeriksaan keamanan pangan produk rekayasa
genetika
memeriksa keamanan pangan produk rekayasa genetika
Oleh karena itu, metode rekayasa genetika harus mengikuti prosedur baku secara ilmiah
yang dapat dipertanggung jawabkan kesahihannya, kandungan gizi produk rekayasa genetika
secara substansial harus sepadan dengan kandungan gizi pangan yang bukan pangan produk
rekayasa genetik, protein yang disandi gen yang dipindahkan tidak bersifat allergen, dan
lainnya.