Anda di halaman 1dari 5

KRITIKAL POINT INI TERKAIT PERDASUS 10 TAHUN 2019 TENTANG

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI PROVINSI PAPUA BARAT

 Latar Belakang Terkait Perdasus 10 Tahun 2019


1. Pada tanggal 19 Oktober 2015, Provinsi Papua Barat mendeklarasikan diri sebagai
Provinsi Konservasi; deklarasi ini disampaikan oleh Gubernur Papua Barat,
disaksikan oleh para Bupati/Walikota se-Papua Barat, para pimpinan Dewan
Perwakilan Rakyat Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Papua Barat, serta berbagai
komponen masyarakat. Deklarasi Provinsi Konservasi juga turut disaksikan oleh
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia.
2. Pada saat Deklarasi Provinsi Konservasi, Provinsi Papua Barat termasuk salah satu
provinsi yang dikategori sebagai provinsi termiskin di Indonesia (dan sampai saat ini
masih menduduki posisi nomor 2 termiskin dari 34 Provinsi di Indonesia). Sumber
pendapatan daerah sebagian besar diperoleh dari pemanfaatan sumberdaya alam,
sehingga logika sederhana Deklarasi Provinsi Konservasi tidak sejalan atau tidak
memperhatikan keadaan yang sedang terjadi di Papua Barat. Namun dibalik inisiatif
dan komitmen yang anti mainstream tersebut terkandung makna yang hakiki dalam
melindungi dan melestarikan sumberdaya alam termasuk keanekaragaman hayati
beserta ekosistemnya bagi generasi mendatang, terutama memastikan akan kebutuhan
standar hidup bagi masyarakat adat asli Papua.

 Critikal Point Terkait Perdasus 10 Tahun 2019


1. Berkomitmen terhadap pencapaian tujuan dari pembangunan berkelanjutan, termasuk
mengevaluasi tata ruang untuk mencapai minimal 70% areal lindung.
2. Melindungi hak-hak dan memperkuat peran dari masyarakat adat.
3. Melaksanakan penegakan hukum, menerapkan moratorium izin-izin baru perkebunan
berskala besar, meninjau ulang perizinan konsesi-konsesi yang ada.
4. Bekerja sama dengan Pemerintah Pusat untuk mengembangkan mekanisme
pendanaan untuk peningkatan investasi yang menginsentifkan konservasi dan
pembangunan berkelanjutan.
5. Peningkatan sistem manajemen informasi dan transparansi.
6. Mendirikan museum dan kebun raya untuk meningktakan pengetahuan tentang
keanekaragaman hayati dan budaya.
7. Meningkatkan kapasitas terkait dengan perencanaan regional, pengelolaan taman
nasional, pengembangan kapasitas terkait dengan perencanaan daerah, manajemen
area yang dilindungi, penguatan masyarakat dalam program-program konservasi, dan
mengembangkan kurikulum muatan lokal.
8. Mendukung masyarakat adat untuk mengembangkan kegiatan ekonomi yang sesuai
dan meningkatkan akses ke pasar.
9. Mendorong adanya institusi independen untuk menyelesaikan konflik-konflik
lingkungan, dan meningkatkan penegakan hukum terhadap peraturan-peraturan yang
sudah ada.
10. Meninjau kembali status dan menetapkan area konservasi dan koridor-koridor,
termasuk area bakau, sagu rawa, gambut dan area dengan nilai keanekaragaman
hayati tinggi.
11. Mengevaluasi dampak lingkungan dari infrastuktur dan menjamin pembangunan
infrastruktur baru sudah sesuai dengan ketentuan kaedah lingkungan dan prinsip
pembangunan berkelanjutan.
12. Mempercepat peraturan pemerintah untuk pengembangan ketahanan pangan.
13. Membangun kerjasama (global, nasional, lokal) dan mekanisme koordinasi untuk
mempromosikan model-model investasi untuk pertumbuhan berkelanjutan.
14. Melanjutkan kerjasama antara organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat, masyarakat
adat, dan meningkatkan kapasitas perempuan dan tokoh masyarakat dan organisasi.

 Yang Harus Dilakukan


1. Terkait :
a. Komitmen 70% Area Lindung
b. Status Area Konservasi dan Koridor Keanekaragaman Hayati Tinggi
c. Infrastruktur sesuai Kaidah Lingkungan
d. Penegakan Hukum, Moratorium Izin, Peninjauan Konsesi yang Ada
Yang harus dilakukan pemerintah Provinsi Papua Barat :
a. Koordinasi dan penataan blok di Raja Ampat dengan BKSDA
b. Monitoring cagar alam
c. kolaborasi studi naskah akademik untuk menjelaskan konsep 70% kawasan
lindung (dari segi biofisik, sosial budaya, hukum, dan ekonomi)
d. studi analisis hulu hilir di Kabupaten Manokwari Selatan
e. percepatan tata kelola hutan di wilayah KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan)
f. Akomodasi wilayah adat
g. kesepakatan Peta Kawasan Strategis dan perlindungan budaya
h. Pengintegrasian wilayah adat ke dalam dokumen Revisi RTRW Kabupaten Teluk
Bintuni
i. pengintegrasian hasil evaluasi perizinan perkebunan kelapa sawit
j. Kolaborasi monitoring Kawasan Cagar Alam/Suaka Margasatwa Tambrauw dan
sekitarnya
k. Pelaksanaan analisisKawasan Strategi Daerah untuk energi di Kabupaten Teluk
Bintuni
l. Pelaksanaan analisispenetapan Kawasan Ekonomi Strategis Sorong
m. Komunikasi dengan Bappenas melalui Desk Papua terkait dengan kebijakan
pembangunan infrastruktur
n. Evaluasi perizinan sektor pertambangan dan kehutanan
o. Evaluasi perizinan sektor perkebunan kelapa sawit
p. Memfasilitasi pelatihan GIS, PPNS, hukum, dan penambahan PUP terkait
perizinan perkebunan kelapa sawit
q. Tindak lanjut penanganan tanah terlantar dengan Tim Terpadu

2. Terkait :
a. Upaya melindungi dan memperkuat peran dari masyarakat adat
b. Mendukung masyarakat adat untuk mengembangkankegitan ekonomi yang sesuai
dan meningkatkan ke pasar
c. Peningkatan system manajemen informasi dan transparansi
d. Mempercepat peraturan pemerintah untuk pengembangan ketahanan pangan
e. Mendirikan museum dan kebut raya untuk meningkatkan pengetahuan tentang
keanekaragaman hayati dan budaya
Yang harus dilakukan pemerintah Provinsi Papua Barat :
a. Menfasilitasi Masyarakat untuk melakukan Pendaftaran Tanah Adat Marga
Ogoney Kab.Teluk Bintuni dan Marga Baho Kab. Maybrat
b. Penyusunan Pedoman/Panduan tentang Mekanisme Pendaftaran Tanah Adat.
c. Pendaftaran wilayah adat Knasaimos di Kabupaten Sorong selatan
d. Memfasilitasi Pertemuan Mitra dengan Direktur Masyarakat Komunal dan Mitra
Kerja terkait dengan Pembahasan Mekanisme Pendaftaran Tanah Adat
e. Mendampingi proses pemetaan wilayah adat dan inisiatif pembentukan hutan adat
dan perhutanan social lainnya. Salah satunya di Kampung Siwi Kabupaten Mansel.
f. Inventarisasi danPembuatan Database kelompok usaha/ekonomi Masyarakat Ada
g. Menyediakan pasar (Bekal Mart) untukproduk masyarakat berlokasi di
Manokwarisaat ini menampungproduk masyarakatdari seputaran Sorong, Teluk
Wondama dan Pegunungan Arfak.
h. Melakukan survey, kajian dan pendampingan terhadap petani Kakao di mansel.
i. Mengidentifikasi entrepreneur local bidang pangan di Papua Barat dan best
practices pengelolaan hutan.
j. Pembentukan Hub Produksi dan Market Place Masyarakat Adat.
k. Pembentukan Bisnis Inkubator sebagai Pusat pengkaderan Pengusaha Muda Papua
(Papuan Youth entrepreneur).
l. Mendorong pemerintahprovinsi/kabupaten/kotauntuk mempublikasikansecara on
line informasiyang berdampak pada masyarakat adat, sepertiinformasi
perizinanberbasis lahan
m. Melakukan Identifikasi terkait Regulasi yang mengatur Ketahanan Pangan lokasi
n. Mengupayakan ketersedian lahan untuk ketahanan pangan yang terintegrasi dalam
Revisi RTRW Prov. Papua Barat

3. Terkait :
a. Membangun kerja sama secara global, nasional dan lokal dan mekanisme
koordinasi untuk mempromosikan model-model investasi untuk pertumbuhan
berkelanjutan.
b. Bekerja sama dengan pemerintah pusat untuk mengembangkan mekanisme
pendanaan untuk peningkatan investasi yang menginsentifkan konservasi dan
pembangunan berkelanjutan
Yang harus dilakukan pemerintah Provinsi Papua Barat :
a. Menyusun dokumen Investasi hijau versi lengkap/compherensif, di Tanah Papua
b. Pengarusutamaan Rencana Pertumbuhan Hijau
c. Mendukung penyusunan REDD+ di Tanah Papua
d. provinsi PaBar, mendukung sosialisasi Perdasus Provinsi Berkelanjutan
e. Opsi-Opsi mekanisme pendanaan untuk masyarakat
f. Bekerjsama memperkuat Pemda dan masyarakat mengakses pendanaan RBP di
BPDLH
g. Menyusun Dokumen Investasi Hijau Berbasis inisitif local
h. Bimtek KPH mendorong Investasi hijau berbasis masyarakat

4. Terkait :
a. Membangun kerja sama secara global, nasional dan lokal dan mekanisme
koordinasi untuk berkaitan dengan praktek berkelanjutan terkait laut dan pesisir
b. Komitmen untuk melindungi hak dan memperkuat peran Masyarakat Hukum Adat
berkaitan dengan keberadaan, tata kelola, dan wilayah kelola perairan adat
c. Komitmen untuk penetapan kawasan dan/atau koridor konservasi perairan
Yang harus dilakukan pemerintah Provinsi Papua Barat :
a. Memfasilitasi DKP PB untuk RanPergub
b. Turunan Perda RZWP3K (RenPergub: penetapan izin lokasi dan izin pengelolaan
WP3K, pengawasan pengelolaan WP3K, peran serta MHA dalam pengelolaan
WP3Kdi Papua Barat
c. Penyusunan Pergub untuk pengelolaan perikanan ikan terbang di Fak-Fak dan ikan
puri di Misool
d. Advokasi Bappedadan DKP PB terkait konsistensi RPJMD, Renstra dan RKPD
OPD
e. Menfasilitasi penyusunan Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Penangkapan Ikan
Destruktif di Provinsi Papua Barat.

Anda mungkin juga menyukai