Uts Pembangunan Dan Lingkungan
Uts Pembangunan Dan Lingkungan
b. Sektor kehutanan
Jawaban
Untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan kehutanan, dilakukan kebijakan
revitalisasi kehutanan yang dititikberatkan pada upaya revitalisasi industri
kehutanan, terutama melalui pembangunan hutan tanaman industri dan peningkatan
produksi hasil hutan nonkayu. Langkah-langkah yang ditempuh adalah (1)
revitalisasi industri kehutanan; (2) pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar
hutan; (3) rehabilitasi dan pemulihan cadangan sumber daya alam; dan (4)
pelindungan dan konservasi sumber daya alam. Revitalisasi industri kehutanan
dititikberatkan pada pembangunan hutan tanaman industri, pemanfaatan hasil hutan
bukan kayu, dan peningkatan pemanfaatan jasa lingkungan.
Upaya Revitalisasi sektor kehutanan di Provinsi Papua Barat terdiri atas
Inventarisasi berkala wilayah kelola serta penataan hutannya, Pemanfaatan hutan
pada wilayah tertentu, Pembinaan dan pemanfaatan (Controlling) pada areal KPHP,
Penyelenggaraan rehabilitasi pada areal di luar ijin, Pembinaan dan pemantauan
(controling) pelaksanaan rehabilitasi, Penyelenggaraan perlindungan hutan dan
konservasi alam, Penyelenggaraan koordinasi dan sikronisasi antara pemegang ijin,
Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan Stakeholders, Penyediaan dan
Peningkatan kapasitas SDM, Penyediaan pendanaan, Penyediaan sarana dan
prasarana, Pengembangan database, Rasionalisasi wilayah kelola, Review Rencana
Pengelolaan (minimal 5 tahun sekali), Pengembangan investasi, dan kegiatan lain
yang relevan.
c. Sektor perikanan
Jawaban
Kebijakan peningkatan produksi perikanan dilakukan dengan pendayagunaan
sumber daya perikanan yang tepat untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi
nasional dan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Dalam pelaksanaannya,
kebijakan pembangunan untuk perikanan-tangkap ditekankan pada pengembangan
perikanan-tangkap di perairan/kawasan yang masih belum/kurang dimanfaatkan,
seperti sumber daya ikan laut dalam, laut lepas, dan zona ekonomi eksklusif (ZEE);
dan pengendalian penangkapan di perairan/kawasan telah mengalami overfishing.
Untuk perikanan budi daya, kebijakan pembangunan lebih ditekankan pada
pengembangan dan menata kembali perikanan budidaya melalui pola budidaya
yang lebih efisien, berdaya saing, dan berwawasan lingkungan. Kebijakan
peningkatan mutu perikanan dilakukan melalui pengembangan dan rehabilitasi
sarana dan prasarana produksi serta pengolahan hasil; melalui pengembangan dan
peningkatan mutu produk perikanan, baik dalam proses produksi maupun
pengolahannya.
Pengelolaan perikanan di kawasan konservasi perairan (KKP) Provinsi Papua Barat
menjadi salah satu upaya revitalisasi di Provinsi Papua Barat. Pemprov Papua Barat
terus aktif melibatkan seluruh kabupaten dan kota agar bisa segera menerapkan
pengelolaan yang terintegrasi. Kepala Bidang Pengelolaan Ruang Laut dan
Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Papua Barat meminta semua pelaku perikanan di Papua Barat untuk bisa
meninggalkan praktik perikanan yang eksploitatif dan segera beralih ke praktik
perikanan yang modern dan memikirkan keberlanjutan sumber daya yang ada.
4. Jelaskan hubungan antara Full Employment, Economic Growth serta dampak terhadap
inflasi.
Jawaban
Hubungan Full Employment dan inflasi yaitu apabila inflasi timbul karena adanya
permintaan keseluruhan yang tinggi di satu pihak, di pihak lain kondisi produksi telah
mencapai kesempatan kerja penuh (full employment), akibatnya adalah sesuai dengan
hukum permintaan, bila permintaan banyak sementara penawaran tetap, maka harga
akan naik. Dan bila hal ini berlangsung secara terus-menerus akan mengakibatkan
inflasi yang berkepanjangan. Oleh karena itu, untuk mengatasinya diperlukan adanya
pembukaan kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga kerja baru.
Berdasarkan hasil riset oleh Robert J. Barro, pada NBER Working Paper 5329 (1995)
mengenai Inflation and Economic Growth, menunjukkan bahwa hubungan antara
economic growth dan inflasi yaitu inflasi memiliki pengaruh negatif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi (Economic Growth). Barro menyimpulkan bahwa
semakin tinggi tingkat inflasi akan berdampak pada lebih rendahnya pertumbuhan
ekonomi dan investasi (dalam rasio investasi terhadap Gross Domestik Product) dalam
jangka panjang. Walaupun relatif kecil dampak negatif inflasi terhadap pertumbuhan
ekonomi, namun dalam jangka panjang akan memberikan dampak yang cukup
substantif terhadap kemakmuran masyarakat. Misalnya dengan perubahan regim
kebijakan moneter yang menyebabkan perubahan rata-rata laju inflasi 10% akan
menyebabkan turunnya level GDP riil antara 4 sampai 7 persen. Hal ini
mengindikasikan kebutuhan untuk kebijakan stabilitas harga dalam perekonomian.
Hubungan antara economic growth dan inflasi bukan hanya memiliki pengaruh negatif
namun salah satu indikator penting untuk menganalisis perekonomian suatu negara
adalah dengan inflasi, terutama berkaitan dengan dampak yang luas terhadap variabel
makroekonomi agregat seperti pertumbuhan ekonomi. Inflasi yang stabil merupakan
prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan akan memberikan
manfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Pengendalian inflasi penting dilakukan karena
inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif terhadap kondisi sosial
ekonomi masyarakat.