Anda di halaman 1dari 4

UTS

MERANCANG STRATEGI HEALTH PROMOTION UNTUK

PERUBAHAN PRILAKU MASYARAKAT

Dosen Pengampu : Dr. PH. Hj. Tasnim,SKM.,MP.H

Nama : HASDA
NIM :M202101013

Semester 1

Peminatan Gizi dan Kesehatan Reproduksi

Masalah Kesehatn dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD)

Ketuban pecah dini adalah ketuban pecah ketuban yang pecah sebelum waktunya

kurang lebih 1 jam sebelum melahirkan (Arifarahmi, 2016). Ketuban pecah dini

dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada bayi baru lahir, termasuk bayi

prematur, sindrom gangguan pernapasan, perdarahan intraventrikular, sepsis,

hipoplasia paru, dan malformasi tulang. Ketuban pecah dini terjadi pada 5% sampai

14% dari semua kehamilan (Nurjannah, 2012).

1. Pemusatan Perhatian kepada Tingkah Laku yang tampak.

Penanganan ketuban pecah dini sangat bergantung pada kondisi ibu dan

kehamilan, seperti janin dan cairan ketuban. Jika jumlah cairan ketuban

masih mencukupi, dokter akan "menahan" janin di dalam kandungan. Obat-

obatan (steroid) untuk mematangkan paru-paru janin dan antibiotik untuk

mencegah infeksi diberikan. Anda juga perlu istirahat total. Selama

1
perawatan ini, selaput ketuban yang biasanya terbuka menutup secara

spontan dan cairan ketuban terus terbentuk (Carrera, 2016).

Ketika cairan ketuban benar-benar hilang, dokter biasanya segera

mengeluarkan bayi melalui pembedahan. Jika janin masih terlalu kecil,

paru-paru mungkin belum matang, meningkatkan risiko kelahiran ini dan

mencegah pernapasan normal di luar rahim. Untuk alasan ini, ibu hamil

yang mengalami KPD harus mencari rumah sakit yang dirawat dengan baik

(NICU) untuk bayinya yang masih kecil (Setyarini and Suprapti, 2016).

2. Kecernatan dan Penguraian Tujuan Treatment

Ketuban pecah dini menyebabkan kontak langsung antara dunia luar dan

bagian dalam rahim, menyebabkan infeksi. Salah satu fungsi endometrium

adalah untuk melindungi atau menghalangi dunia luar dan ruang di dalam

rahim untuk mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi di dalam rahim.

Semakin lama periode Latin, semakin tinggi kemungkinan mengembangkan

infeksi rahim. Rahim, serta bayi prematur, meningkatkan morbiditas dan

mortalitas ibu dan janin. Ketuban pecah dini pada posisi abnormal

mempersulit dukungan konduksi di area tanpa peralatan lengkap.

Komplikasi yang dapat terjadi akibat ketuban pecah dini adalah (a)

pemeriksaan intrauterin, (b) pembengkakan tali pusat, (c) ketuban pecah

dini, (d) kelainan kongenital akibat ketuban pecah dini setelah awal

kehamilan (Jelliffe, 2009; Blalock, 2020).

2
3. Perumusan prosedur treathment

Mengingat ada begitu banyak risiko yang bisa muncul akibat ketuban pecah

dini, setiap ibu hamil perlu mewaspadai kondisi tersebut. Bagi seseorang

yang mengalami ketuban pecah berulang akibat mulut rahim lemah, akan

dilakukan penjahitan mulut rahim saat usia kehamilan 4-5 bulan dan jahitan

akan dibuka jika waktu persalinan tiba (Ikatan Dokter Indonesia, 2017).

Pencegahan juga dapat dilakukan yaitu dengan memberikan edukasi dalam

perubahan prilaku pola hidup dan juga seringnya memeriksakan

kehamilannya ke fasilitas kesehatan terdekat.

Pola hidup yang dimaksud seperti :

a. Memperbaiki Gizi ibu hamil

b. Tidak meroko baik pasif dan aktif

c. Menghindari infeksi menular seksual

d. Jika mempunya riwayat KPD sebelumnya baiknya dengan intensif

memeriksakan kehamilannya secara berkala (Merti, 2017).

4. Panafsiran Objektif Hasil Treathmant

Strategi promosi kesehatan dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi

yaitu dengan memberikan edukasi kepada masyarakat den mewjibkan

menetapkan kunjungan ibu hamil minimal 4 kali selama keahmilan untuk

mendeteksi dini kemungkinan terjadi masalah dalam kehamilan dan

persalinan khususnya KPD. Dan pasien untuk kasus KPD disarankan segera

di lakukan rujukan ke fasilitas pelayanan persalainan yang lengkap

(Humaeroh and Sulistyaningsih, 2014).

3
Reference

ARIFARAHMI (2016) “Karakteristik Ibu Bersalin yang di Rujuk dengan Kasus


Ketuban Pecah Dini di RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2013,”
SOCIENTA JOURNAL, 5(01), pp. 25–30. Available at:
https://www.neliti.com/publications/286431/karakteristik-ibu-bersalin-
yang-di-rujuk-dengan-kasus-ketuban-pecah-dini-di-rsud.

BLALOCK, W. R. (2020) “Emergency care.,” Hospitals, 40(7), pp. 51–54. doi:


10.1097/00000446-199911000-00004.

CARRERA, J. M. (2016) Clinical Guidelines For Maternity Hospitals. Available


at: https://issuu.com/matres-
mundi/docs/clinical_guidelines_for_maternity_h.

HUMAEROH, L. AND SULISTYANINGSIH (2014) “Hubungan Ketuban Pecah


Dini (Kpd) Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (Bblr) Di Pku
Muhammadiyah Bantul Yogyakarta Tahun 2012-2013,” Stikes Aisyiyah,
1(1), p. 2014.

IKATAN DOKTER INDONESIA (2017) Panduan Keterampilan Klinis Bagi


Dokter di Fasilitas Kesehatan Primer. Available at:
https://www.academia.edu/37009290/PANDUAN_KETRAMPILAN_
KLINIS.

JELLIFFE, D. B. (2009) Pedoman Pelaksanaan Medis Idai, Archives Of Disease


In Childhood. doi: 10.1136/adc.25.122.190.

MERTI, D. (2017) “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketuban Pecah Dini Di


RSU PKU Muhammadiyah Bantul Tahun 2016.”

NURJANNAH, A. (2012) “Hubungan Bakterial Vaginosis Dengan Kejadian


Ketuban Pecah Dini,” UMS ETD-db, p. [cited 2017 Dec 27]. Available
at: http://eprints.ums.ac.id/18576/.

SETYARINI, D. I. AND SUPRAPTI (2016) Asuhan Kebidanan Kegawtdaruratan


Maternal Neonatal. Available at: https://issuu.com/matres-
mundi/docs/clinical_guidelines_for_maternity_h.

Anda mungkin juga menyukai