Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN
PENGARUH SUHU TERHADAP GERAKAN OPERKULUM

Dosen Pengampu :
Dr. Retno Susilowati,M.Si
Maharani Retna Duhita, M.Sc., PhD.Med.Sc

Disusun Oleh :
Nama : Ayu Aqis Bilqisti
NIM : 19620107
Kelas : Biologi D
Asisten :Atiek Intan Anggraini
Tanggal:19 November 2021

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Fisiologi Hewan Air merupakan salah satu ilmu dasar yang penting untuk
menjelaskan fungsi tubuh ikan dan hewan akuatik lain pada umumnya. Ikan adalah
hewan berdarah dingin (poikilotermis). Suhu tubuhnya selalu mengikuti suhu
lingkungannya sehingga suhu badannya turun naik bersama-sama dengan turun
naiknya suhu sekitarnya. Ikan berkembang biak dengan cara bertelur. Ikan betina
mengeluarkan telurnya ke dalam air, demikian pula ikan jantan mengeluarkan
spermanya ke dalam air, sehingga pembuahan terjadi di luar tubuh induknya.Bagi
hewan akuatik, suhu media air merupakan faktor pembatas oleh karena itu perubahan
suhu media air akan mempengaruhi kandungan Oksigen terlarut yang akan berakibat
pada laju pernafasan dan laju metabolisme hewan akuatik tersebut. Untuk
membuktikan bahwa ikan merupakan hewan poikilotermik maka dilakukan praktikum
pengaruh perubahan suhu terhadap banyaknya buka-tutup operkulum ikan mas.
Ikan nilem adalah salah satu komoditas ikan air tawar yang belum banyak di
budidayakan di berbagai wilayah dan saat ini ikan nilem baru banyak dikembangkan
didaerah tasikmalaya. Ikan nilem ini mempunyai cita rasa yang sangat sepesifik dan
gurih disbanding ikan air tawar lainnya karena ikan ini mengandung sodium glutamat
dalam daging yang terbentuk alami yang mungkin disebkan pengaruh kebiasaan
makan pakan alami phito dan zoo plankton terutama ganggang yang tumbuh akibat
pemupukan kolam. Menurut jangkaru (1989), ikan nilem tahan terhadap penyakit, ikan
nilem termasuk dalam kelompok omnivora, di alam makanannya berupa periphiton
dan tumbuhan penempel dengan demikian ikan nilem dapat berfungsi sebagai
pembersih jaring apung. Potensi lain yang dimiliki ikan nilem sampai saat ini telurnya
yang sangat digemari oleh masyarakat karena cita rasanya yang gurih dan telur ikan
nilem ine telah di ekspor ke Negara lain seperti Singapura, Taiwan, Malaysia dan
Hongkong yang katanya sebagai pengganti kapier dan sebagai bahan pembuat saos.
Ikan nilem juga diolah menjadi dendeng, abon, pepes dan snek ikan (baby fish)
terutama yang mempunyai ukuran 5-7 gram.
Ikan nilem (Osteochilus hasselti) merupakan ikan endemik (asli) Indonesia yang
hidup di sungai – sungai dan rawa – rawa. Ciri – ciri ikan nilem hampir serupa dengan
ikan mas. Ciri – cirinya yaitu pada sudut – sudut mulutnya terdapat dua pasang sungut
– sungut peraba. Sirip punggung disokong oleh tiga jari – jari keras dan 12 – 18 jari –
jari lunak. Sirip ekor berjagak dua, bentuknya simetris. Sirip dubur disokong oleh 3
jari – jari keras dan 5 jari – jari lunak. Sirip perut disokong oleh 1 jari – jari keras dan
13 – 15 jari – jari lunak. Jumlah sisik – sisik gurat sisi ada 33 – 36 keping, bentuk
tubuh ikan nilem agak memenjang dan piph, ujung mulut runcing dengan moncong
(rostral) terlipat, serta bintim hitam besar pada ekornya merupakan ciri utama ikan
nilem. Ikan ini termasuk kelompok omnivora, makanannya berupa ganggang
penempel yang disebut epifition dan perifition (Djuhanda, 1985).
Ikan nilem (Osteochilus hasselti) menurut Saanin (1968) diklasifikasikan dalam:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Craniata
Class : Pisces
Subclass : Actinopterygi
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Cyprinoidae
Famili : Cyprinidae
Genus : Osteochilus
Species : Osteochilus hasselti
Suhu adalah suatu besaran untuk menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya
suatu benda. Sebagai gambaran tentang suhu adalah saat mandi menggunakan air
hangat. Untuk mendapatkan air hangat tersebut kita mencampur air dingin dengan air
panas. Ketika tangan kita menyentuh air yang dingin, maka kita mengatakan suhu air
tersebut dingin. Ketika tangan kita menyentuh air yangpanas maka kita katakan suhu
air tersebut panas. Ukuran derajat panas dan dingin suatu benda tersebut dinyatakan
dengan besaran suhu. Suhu termasuk besaran pokok. Alat untuk untuk mengukur
besarnya suhu suatu benda adalah termometer.
Termometer yang umum digunakan adalah termometer zat cair dengan pengisi
pipa kapilernya adalah raksa atau alkohol. Pertimbangan dipilihnya raksa sebagai
pengisi pipa kapiler termometer adalah sebagai berikut:
1. raksa tidak membasahi dinding kaca,
2. raksa merupakan penghantar panas yang baik,
3. kalor jenis raksa rendah akibatnya dengan perubahan panas yang kecil cukup dapat
mengubah suhunya,
4. jangkauan ukur raksa lebar karena titik bekunya -39 ºC dan titik didihnya 357ºC.
Pengukuran suhu yang sangat rendah biasanya menggunakan termometer alkohol.
Alkohol memiliki titik beku yang sangat rendah, yaitu -114ºC. Namun demikian,
termometer alkohol tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu benda yang tinggi
sebab titik didihnya hanya 78ºC. Pada pembuatan termometer terlebih dahulu ditetapkan
titik tetap atas dan titik tetap bawah. Titik tetap termometer tersebut diukur pada
tekanan 1 atmosfer. Di antara kedua titik tetap tersebut dibuat skala suhu. Penetapan
titik tetap bawah adalah suhu ketika es melebur dan penetapan titik tetap atas adalah
suhu saat air mendidih.
Berikut ini adalah penetapan titik tetap pada skala termometer.
a. Termometer Celcius
Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi angka 100. Diantara titik
tetap bawah dan titik tetap atas dibagi 100 skala.
b. Termometer Reaumur
Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi angka 80. Di antara titik
tetap bawah dan titik tetap atas dibagi menjadi 80 skala.
c. Termometer Fahrenheit
Titik tetap bawah diberi angka 32 dan titik tetap atas diberi angka 212. Suhu es
yang dicampur dengan garam ditetapkan sebagai 0ºF. Di antara titik tetap bawah
dan titik tetap atas dibagi 180 skala.
d. Termometer Kelvin
Pada termometer Kelvin, titik terbawah diberi angka nol. Titik ini disebut suhu
mutlak, yaitu suhu terkecil yang dimiliki benda ketika energi total partikel benda
tersebut nol. Kelvin menetapkan suhu es melebur dengan angka 273 dan suhu air
mendidih dengan angka 373. Rentang titik tetap bawah dan titik tetap atas
termometer Kelvin dibagi 100 skala.
Frekuensi membuka serta menutupnya operculum pada ikan mas terjadi lebih
sering pada setiap kenaikan suhu, serta penurunan suhu dari suhu kamar hingga suhu
dibawah kamar (250C – 230C) semakin sering ikan itu membuka serta menutup
mulutnya hal ini dapat kita simpulkan bahwa bila suhu meningkat, maka laju
metabolisme ikan akan meningkat sehingga gerakan membuka dan menutupnya
operculum ikan akan lebih cepat daripada suhu awal kamar, serta sebaliknya pula jika
suhu menurun maka semakin jarang pula ikan itu membuka serta menutup mulutnya.
Pada peristiwa temperature dibawah suhu kamar maka tingkat frekuensi membuka dan
menutupnya operculum akan semakin lambat dari pada suhu kamar. Dengan adanya
penurunan temperature, maka terjadi penurunan metabolisme pada ikan yang
mengakibatkan kebutuhan O₂ menurun, sehingga gerakannya melambat. Penurun
O₂ juga dapat menyebabkan kelarutan O₂ di lingkungannya meningkat. Dalam tubuh
ikan suhunya bisa berkisar ± 1° dibandingkan temperature linkungannya (Nikolsky,
1927). Maka dari itu, perubahan yang mendadak dari temperature lingkungan akan
sangat berpengaruh pada ikan itu sendiri.
Dalam suhu kamar kebutuhan oksigen lebih optimal sehingga gerakan membuka
serta menutupnya operculum stabil. Kenaikan suhu pada suatu peraiaran menyebabkan
kelarutan oksigen (DO) Dissolve Oksigen di peraiaran tersebut akan menurun,
sehingga akan kebutuhan organisme air terhadap oksigen semakin bertambah dengan
pergerakan operculum yang semakin cepat. Penurunan suhu pada suatu perairan dapat
menyebabkan kelarutan oksigen dalam perairan itu meningkat sehingga kebutuhan
organisme dalam air terhadap oksigen semakin berkurang, hal ini menyebabkan
jarangnya frekuensi membuka serta menutupnya overculum pada ikan tersebut makin
lambat. Terdapat hubungan antara peningkatan temperature dengan laju metabolisme
biasanya 2 – 3 kali lebih cepat pada setiap peningkatan suhu 10° C, aklimasi pada ikan
dilakukan agar ikan tidak mengalami stress pada saat berlangsungnya pengamtan
tersebut.
1.2 Rumusan masalah
Rumusan masalah dilakukannya prakikum “Pengaruh Suhu Terhadap Gerakan
Operkulum” ini adalah bagaimana Mengetahui pengaruh suhu terhadap gerakan
operkulum pada ikan mas ?
1.3 Tujuan
Tujuan dilakukannya prakikum “Pengaruh Suhu Terhadap Gerakan Operkulum” ini
adalah untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap gerakan operkulum pada ikan mas.
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Waktu Dan Tempat
Praktikum Fisiologi Hewan tentang “Pengaruh Suhu Terhadap Gerakan
Operkulum” ini dilakukan pada hari Jum’at tanggal 19November 2021 pada pukul
15.00-16.00 WIB secara online melalui platform zoom meeting.
2.2 Alat Dan Bahan
2.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum “Pengaruh Suhu Terhadap
Gerakan Operkulum” ini adalah sebagai berikut :3 buah toples, Thermometer,
Stopwatch, Heater/pemanas air
2.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum “Pengaruh Suhu Terhadap
Gerakan Operkulum” ini adalah sebagai berikut :Ikan Mas, Air, Es batu
2.3 Langkah Kerja
Langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum “Pengaruh Suhu Terhadap
Gerakan Operkulum” ini adalah sebagai berikut :
a. Disiapkan tiga buah toples (diberi label A,B,C) dan diisi air masing-masing toples
sebanyak 750 mL
b. Diukur suhu air pada toples A (suhu normal, terukur 28°C).
c. Dimasukkan es secara perlahan ke dalam toples B sampai suhu air menjadi 10°C.
d. Air dalam toples C dihangatkan secara perlahan sampai suhu air menjadi 40°C.
e. Dimasukkan satu ikan mas ke dalam masing-masing toples.
f. Diamati dan menghitung jumlah pembukaan operkulum (penutup insang) pada 2
menit pertama dan 2 menit kedua.
g. Diisi data pengamatan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil

a b

gambar. perlakuan suhu berbeda terhadap gerakan renang ikan mas. (a) suhu
tinggi, (b) suhu normal, (c) suhu dingin

Tabel . Perlakuan suhu berbeda terhadap gerakan operkulum ikan mas


Ulangan Jumlah pergerakan Keterangan (Keadaan ikan)
Operkulum Ikan
No. Perlakuan
Mas
0-2 menit 2-4 menit
Ikan Mas 267 405 • Gerakan operculum
Suhu Tinggi ke-1 semakin stabil dan
1.
(40oC) Ikan Mas 324 153 menurun
ke-2 • Menit ke 2.30 ikan mulai
Rata-rata 295,5 279 lemas
• Menit ke 3.35 ikan pingsan
hingga akhirnya
mengalami kematian

Ikan Mas 160 155 • Gerakan operculum tidak


ke-1 cepat dan tidak lambat
Suhu Normal
2. Ikan Mas 185 150
(26oC)
ke-2
Rata-rata 172,5 152,5
Ikan Mas 154 114 • Gerakan operculum
ke-1 semakin lambat
Suhu Rendah
3. Ikan Mas 160 130
(10oC)
ke-2
Rata-rata 157 122

3.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel, perlakuan suhu 40oC menunjukkan gerakan bukaan operkulum
dengan suhu tersebut sebanyak 267 kali dan 324 kali selama 2 menit. Suhu
di atas kisaran normal membuat enzim dalam tubuh ikan bekerja cepat menyebabkan
gerakan bukaan operkulum membuka dengan cepat untuk membantu insang dalam
pengambilan oksigen yang terlarut dalam air aquarium supaya ikan tetap dapat
melakukan respirasi (Firdaus dkk, 2018:26). Namun, perlakuan suhu yang tinggi selain
membuat gerakan operkulum membuka dengan cepat juga menurunkan tingkat
kelangsungan hidup ikan mas dengan stres yang dihadapi ikan mas untuk beradaptasi
dengan suhu yang tinggi dan jumlah oksigen yang berkurang sehingga perlahan akan
membuat ikan kelelahan, susah bernapas dan bergerak tidak beraturan (Azwar dkk,
2016:63).
Kemudian ikan mas kedua dengan ikan mas dengan perlakuan suhu kontrol 26oC
nampak gerakan bukaan operkulum ikan mas normal sebanyak 267 kali dan 185 kali
selama 2 menit. Pergerakan bukaan operkulum ikan, umumnya dengan suhu kontrol
26oC, operculum membuka dengan teratur normal tidak cepat atau lambat (Aliza dkk,
2013:143). Sebaliknya ikan mas ketiga dengan perlakuan suhu dingin 10oC terlihat pada
tabel, gerakan operkulum melambat dengan jumlah bukaan operculum sebanyak 160 kali
selama 2 menit. Hal ini dikarenakan suhu dingin membuat enzim dalam tubuh ikan mas
tidak bekerja dan menyebabkan laju aktivitas berkurang dengan ikan sedikit berenang di
dasar aquarium. Umumnya suhu yang dingin akan membuat enzim dalam tubuh mahluk
hidup ataupun pada ikan yang termasuk hewan berdarah dingin akan sangat dipengaruhi
oleh lingkungan sehingga bila suhu lingkungan turun akan memperlambat laju aktivitas
enzim, metabolisme dan gerakan operculum (Ridwantara dkk, 2019:50).
BAB
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Semakin suhu dinaikan maka gerakan operculum ikan akan semakin
meningkat. Begitupula sebaliknya, semakin semakin suhu diturunkanmaka
gerakan operculum akan semakin menurun atau lambat.
2. Suhu sangat berperan penting dalam mengatur segala aktivitas biologis
organisme.
3. Saran
Pada praktikum ini, diperlukan ketelitian mata dalam melihat hasil pengamatan
dan kelincahan praktikan dalam mengoperasikan alat.
DAFTAR PUSTAKA
Aliza, D., Winaruddin., dan Sipahutar, L.W. 2013. Efek Peningkatan Suhu Air Terhadap
Perubahan Perilaku, Patologi Anatomi, dan Hispatologi Insang Ikan Nila
(OREOCHROMIS NILOTICUS).JurnalBMedika Veterinaria 7 (2) : 142-145.
Azwar, M., Emiyarti., dan Yusnaini. 2016.Critical Thermal dari Ikan Zebrasoma scopas yang
Berasal dari Perairan Pulau Hoga Kabupaten Wakatobi. Jurnal Sapa Laut 1 (2) : 60-66.
Djuhanda dan Tatang. 1981. Dunia Ikan. Armico, Bandung.

Jangkaru, Z. 1989. Pembesaran Ikan Air Tawar Di Berbagai Lingkungan


Pemeliharaan Ikan. Penerbit Swadaya: Jakarta.

Firdaus, M.W., Fitri, A.D.P., dan Jayanto, B.B. 2018. Analisis Adaptasi Perubahan Salinitas
dan Survival Rate Ikan Koan (Ctenopharyngodon idella) Sebagai Alternatif Umpan Hidup
pada Pole And Line. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and
Technology 7 (2) : 19-28.

Nikolsky, G.V. 1927. The Ecology of Fishes. Academi Press. New York. Nofrita, Dahelmi,
Syandri. H. Tjong, H.T.

Ridwantara, D., Buwono, I.D., dan Handaka S, A.A. 2019.Uji Kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan Benih Ikan Mas Mantap (Cyprinus carpio) pada Rentang Suhu yang
Berbeda.Jurnal Perikanan dan Kelautan 10 (1) : 46-54.

Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Cetakan I. Bina Cipta, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai