Anda di halaman 1dari 5

Nama : Uswa Hasanah

NIM : 141911233079

Pengeringan Ikan dengan Memanfaatkan Radiasi Matahari serta Bahan Bakar Gas
sebagai Sumber Energi Panas.

Ikan merupakan bahan baku makanan yang sangat digemari dan banyak dikonsumsi
oleh masyarakat. Namun, dikarenakan ikan dapat mengalami pembusukan yang cepat dimana
disebabkan oleh adanya bakteri dan enzim. Hal tersebut akan terjadi apabila ikan dibiarkan
tanpa adanya proses pengawetan. Tubuh ikan sendiri mengandung 56 - 80% air sehingga
dibutuhkan metode pengeringan untuk mengurangi kadar air pada tubuh ikan. Adapun dalam
proses pengawetan salah satu contohnya ialah metode pengeringan. Pengeringan ikan ialah
proses mengurangi kadar air yang terdapat pada bahan baku hingga batas tertentu sehingga
dapat menghambat laju kerusakan bahan baku akibat aktifitas biologis dan kimia. Adapun
cara pengawetan ikan yang pada mulanya hanya memanfaatkan panas matahari serta angin
untuk mengurangi kadar air pada tubuh ikan, sehingga dapat menghambat aktivitas bakteri
bahkan mematikan bakteri tersebut. Proses pengeringan akan semakin baik dan efektif
apabila sebelum dikeringkan, ikan ditaburi garam dengan jumlah tertentu untuk yang
bertujuan untuk menghambat aktivitas bakteri. Dengan proses pengeringan akan membuat
perubahan struktur tubuh ikan. Namun, kandungan gizinya relatif tetap dikarenakan pada saat
pengeringan, kadar air yang berkurang menyebabkan meningkatnya kandungan protein dalam
tubuh ikan. Adapun kelebihan dari metode pengeringan ialah dapat memperpanjang masa
simpan, memudahkan distribusi karena lebih ringan dan volume kecil, serta memiliki nilai
ekonomi lebih tinggi .

Salah satu metode pengeringan secara tradisional yaitu dengan memanfaatkan lahan
kosong atau membuat rak yang dirancang khusus untuk mengeringkan ikan sehingga terkena
matahari langsung. Metode ini membutuhkan waktu sekitar 3 hari dengan membalik-balikkan
ikan sebanyak 4-5 kali. Namun kekurangan metode ini ialah bahan akan mudah
terkontaminasi debu dan kotoran, mengandalkan musim, waktu relatif lama, membutuhkan
banyak tenaga kerja, serta membutuhkan lahan untuk proses pengeringan. Adapun faktor
yang mempengaruhi proses pengeringan ialah suhu dan kelembaban udara kecepatan angin,
kadar air pada bahan, daya pengering, efesiensi mesin pengering serta kapasitas mesin.Maka
dari itu, terdapat metode pengeringan ikan dengan menggunakan energi matahari dengan
bantuan solar kolektor dan energi bahan bakar gas (hybrid) yang lebih efektif dan dapat
digunakan tanpa tergantung pada cuaca serta dapat meningkatkan kualitas kebersihan produk.

Saat proses pengeringan ikan terjadi perpindahan kalor dari sumber panas dengan
proses radiasi. sehingga kadar air bahan berpindah dari bahan ke udara dalam wujud uap,
serta terjadi pengeringan pada permukaan bahan. Setelah tekanan uap air pada permukaan
bahan menurun, terjadi kenaikan suhu pada seluruh bagian bahan, maka terjadi pergerakan air
secara difusi dari bahan ke permukaannya dan seterusnya proses penguapan bahan pada
permukaan bahan diulang lagi sampai terjadi keseimbangan dengan udara disekitarnya.
Namun, proses pengeringan yang terjadi terlalu cepat dapat menyebabkan permukaan bahan
terlalu cepat kering dan tidak diimbangi dengan kecepatan gerakan air dalam bahan menuju
permukaan, serta menyebabkan pengerasan pada permukaan bahan sehingga air dalam bahan
tidak dapat lagi menguap karena terhambat. Hal ini akan menyebabkan kerusakan pada
bahan.

Energi surya bersumber dari matahari dapat memancarkan radiasi thermal dalam
bentuk gelombang elektromagnetik yang mencakup spektrum cahaya inframerah sampai
dengan cahaya ultra violet. Panjang gelombang yang dicakup oleh radiasi thermal terletak
kurang lebih 0,1 sampai 100 µm dengan kecepatan cahaya 3 x 108 m/s dalam ruang hampa.
Energi matahari sampai ke bumi dalam bentuk cahaya dan sinar ultraviolet. Dari seluruh
jumlah radiasi matahari yang menuju permukaan bumi dua per tiga radiasi yang tidak
dipantulkan, memiliki besar energi sekitar 900 Watt/m2 yang diserap oleh permukaan bumi
dan atmosfer.

Pengering hybrid merupakan pengering yang menggunakan dua atau lebih sumber
energi untuk proses penguapan air (energi matahari dan bahan bakar gas sebagai sumber
energi kedua). Pada pengering hybrid radiasi sinar matahari diubah menjadi energi panas
melalui kolektor surya, kemudian diteruskan ke seluruh bagian ruang pengering sehingga
terjadi akumulasi energi di dalam ruang pengering dan menyebabkan suhu. Kemudian, Bahan
bakar gas akan memanaskan ruang untuk mengeringkan bahan apabila radiasi matahari
berkurang atau tidak ada.

Pada pengeringan terdapat energi pembakaran. Pada prinsipnya pembakaran adalah


reaksi suatu zat dengan oksigen dan menghasilkan energi. Semakin besar energi yang
dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar tersebut, maka semakin baik fungsinya sebagai
bahan bakar. Agar pemanfaatan energi panas yang dihasilkan optimum, bahan bakar dibakar
dalam suatu alat yang disebut ruang pembakaran. Rancangan ruang bakar sangat menentukan
sempurna tidaknya proses pembakaran berlangsung dan besarnya energi panas yang dapat
dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem ruang bakar tersebut. Disamping itu rancangan
ruang bakar juga akan dapat menentukan laju pembakaran atau jumlah bahan bakar yang
terbakar persatuan waktu. Sehingga dipilih LPG sebagai sumber bahan bakar dalam
pengeringan hybrid.

Tabel 1. Nilai kalori dari bahan bakar

Dari Tabel dapat dilihat bahwa nilai kalori dari bahan bakar elpiji lebih tinggi dari
bahan bakar yang lainnya karena proses pembakarannya yang stabil sehingga emisi yang
dihasilkan sangat rendah. Liquefied Petroleum Gas (LPG) PERTAMINA dengan brand
Elpiji, merupakan gas hasil produksi dari kilang minyak (Kilang BBM) dan Kilang gas, yang
komponen utamanya adalah gas propana (C3H8) dan butana (C4H10) lebih kurang 99 % dan
selebihnya adalah gas pentana (C5H12) yang dicairkan. Elpiji lebih berat dari udara dengan
berat jenis sekitar 2.01 (dibandingkan dengan udara), tekanan uap Elpiji cair dalam tabung
sekitar 5.0 - 6.2 kg/cm2 . Keunggulan memakai gas LPG ialah ramah lingkungan, tidak
menyebabkan polusi udara dan hasil pembakaran,dan tidak meninggalkan bau.

Dalam waktu waktu kurang lebih 14 hari, dilakukan pengeringan menggunakan


metode hybrid yang memanfaatkan alat yang sudah dirancang sehingga efektif untuk
melakukan pengeringan. Adapun ikan yang akan dikeringkan yaitu ikan karang/ikan kakap
merah dan ikan teri. Pada alat pengering metode hybrid terdapat ruang bakar berukuran 100
cm x 100 cm x 80 cm yang berfungsi sebagai tempat untuk memanaskan suhu ruangan
pengering dengan bahan bakar yang digunakan LPG. Pada sisi depan dan belakang
dibuatkan pintu yang dapat di buka tutup yang bertujuan agar proses pembakaran dapat
berlangsung dengan baik karena cukup oksigen dan memudahkan untuk memasukkan bahan
bakar. Pintu ini juga berfungsi sebagai pengontrol temperatur jika sewaktu-waktu temperatur
di dalam ruang pengering terlalu tinggi dan terlalu rendah. Terdapat pula sudu pengarah
yang merupakan pengarah gas panas hasil pembakaran bahan bakar yang masuk ke dalam
ruang pengering melalui ruang aliran udara panas yang terdapat pada sisi-sisi ruang
pengering. Kemudian terdapat ruang pengering yang terdiri dari 4 (empat) tingkat, dengan
ukuran 100 cm x 90 cm x 100 cm. Selain itu juga terdapat rak pengering yang berfungsi
sebagai tempat untuk meletakkan bahan (ikan) yang dikeringkan didalam lemari pengering.
Terdapat pula cerobong asap dengan dimensi 100 cm x 90 cm dengan sudut atap 15 , pada
bagian atasnya terdapat lubang yang berukuran 70 cm x 4 cm yang berfungsi sebagai lubang
keluaran aliran fluida panas dan uap air hasil pengeringan, sekaligus agar aliran udara di
dalam lemari dapat mengalir dengan baik. Dan yang terakhir ialah kolektor surya yang
merupakan alat untuk mengkonversi energi surya ke dalam energi panas dengan dimensi 280
cm x 100 cm dengan sudut kemiringan 15oC.

Gambar alat pengering

Dalam mengontrol dan mengetahui perubahan yang terjadi pada proses pengeringan
dipakai beberapa alat sebagai alat pengukuran seperti thermometer air raksa yang berfungsi
untuk mengukur suhu dalam ruangan pengering pada setiap rak serta pada kolektor surya.
Kemudan tedapat digital thermocouple, yang berfungsi untuk mengukur suhu dalam ruang
bakar dan kolektor surya. Terdapat pula timbangan digital dan manual yang jberfungsi untuk
mengukur konsumsi bahan bakar gas dan mengukur ikan sebelum dan sesudah pengeringan.
Serta digital lux meter, yang berfungsi sebagai alat ukur intensitas cahaya matahari.

Dalam proses pengeringan jika nilai kadar air akhir semakin tinggi, menunjukkan
bahwa kualitas dan mutu ikan kering kurang bagus sehingga mikroba yang terdapat dalam
tubuh ikan masih aktif karena kadar air masih tinggi. Sehingga, untuk mendapatkan hasil
pengeringan dengan mutu dan kualitas yang baik menggunakan metode hybrid ikan kering
dengan ukuran ikan sedang atau besar seperti kakap merah membutuhkan waktu selama 9
jam dengan suhu 65oC. Sedangkan untuk ikan kecil seperti teri teri dengan menggunakan
kolektor surya membutuhkan waktu selama 11 jam dengan suhu 45-50oC.

Dengan begitu dapat dilihat bahwa waktu pengeringan dengan metode tradisional
membutuhkan waktu sekitar 3 hari untuk melakukan pengeringan dengan kondisi cuaca cerah
dan intensitas cahaya matahari yang tinggi. Sedangkan dengan metode hybrid waktu
pengeringan membutuhkan 13 jam untuk pengeringan ikan kakap dan 8,5 jam untuk ikan teri.
Adapun temperatur tertinggi ruang pengering denngan menggunakan kolektor surya tanpa
ada ikan adalah 43oC disertai intensitas cahaya matahari tertinggi mencapai 915 W/m 2 ,
namun setelah menggunakan energi hybrid temperatur tertinggi ruang pengering dengan
kondisi terdapat ikan dapat meningkat sampai dengan suhu 67 oC dengan intensitas cahaya
matahari tertinggi 908 W/m2 . Hal ini disertai dengan tingkat penguapan kadar air metode
hybrid dapat mencapai 30,25% - 38,18 % untuk ikan kakap, dan 53,30% - 57,13% untuk ikan
teri.

Daftar Pustaka

Hatta M , Syuhada A , dan Fuadi Z. 2019. Sistim Pengeringan Ikan dengan Metode Hybrid.
Jurnal Polimesin Vol. 17 (1) : 9-18

Anda mungkin juga menyukai