Anda di halaman 1dari 2

1.

kesimpulan : Penggunaan doksisiklin 200 mg atau azitromisin 500 mg melalui mulut


sebelum pemasangan IUD hanya memberikan sedikit manfaat. Sementara
pengurangan kunjungan tidak terjadwal ke penyedia sedikit signifikan, efektivitas
biaya profilaksis rutin tetap dipertanyakan. Temuan seragam dalam uji coba ini adalah
risiko rendah infeksi terkait IUD, dengan atau tanpa penggunaan profilaksis
antibiotik.
Wanita yang mengonsumsi antibiotik untuk mencegah infeksi tidak mendapatkan PID
sesering mereka yang menggunakan plasebo atau tanpa pengobatan. Namun, angka
dengan PID rendah untuk semua kelompok, sehingga pengobatan tidak memiliki
pengaruh yang besar. Wanita yang menggunakan obat untuk pencegahan memiliki
lebih sedikit kunjungan ekstra untuk perawatan kesehatan. Perbedaan kecil mungkin
tidak cukup untuk menyediakan obat bagi semua wanita. Penggunaan antibiotik untuk
mencegah infeksi tidak mengubah jumlah perempuan yang AKDR-nya dilepas dalam
tiga bulan.
Sumber : John Wiley. Antibiotic prophylaxis for intrauterine contraceptive device
insertion. Cochrane Collaboration. Published in Issue 5, 2012.

2. Pemakaian obat antibiotik dengan dosis profilaksis (pencegahan) atau dosis yang
tidak tepat juga akan merugikan karena selain kuman tidak terbunuh juga terdapat
kemungkinan kebal terhadap obat jenis tersebut.
Sumber : Apin, Dewanitya. 2015. Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi Iud
Dengan Fluor Albus Pada Ibu Usia 25-44 Tahun. Kebidanan Dharma Husada Vol. 4,
No. 1.

3. Penggunaan antibiotik profilaksis pada kasus bedah dapat mengurangi dan


menurunkan adanya kejadian infeksi luka operasi, penurunan morbiditas serta
mortalitas pasca operasi, penghambat munculnya flora resistensi bakteri dan dapat
menurunkan biaya pelayanan kesehatan (Kemenkes, 2011). Akan tetapi semua
antibiotika mempunyai potensi toksisitas. Efek toksik dapat berupa idiosinkrasi,
seperti alergi atau aplasia sumsum tulang disebabkan kloramfenikol, atau kerusakan
organ atau jaringan seperti ginjal karena aminoglikosida dan ototoksik oleh
amphotericin B. Antibiotika juga dapat mengakibatkan perubahan ekologi mikroba di
rumah sakit yang menyebabkan resistensi, suatu masalah yang sering terjadi di ICU.
Masalah biaya (cost) merupakan hal yang juga perlu mendapat perhatian dalam
pemilihan antibiotika. Pemilihan antibiotika tidak hanya ditentukan oleh harga
obatnya saja (drug acquisition cost) tapi perlu dipertimbangkan biaya pemberian,
waktu pemberian, cairan, dan peralatan infus serta biaya monitoring. Oleh karenha itu
evaluasi rasionalitas diperlukan agar tujuan dari penggunaan antibiotik profilaksis
dapat tercapai. Kriteria antibiotik profilaksis yang tepat meliputi tepat indikasi, tepat
jenis antibiotik, tepat dosis, tepat rute, tepat waktu, dan durasi pemberian antibiotik.
Antibiotik profilaksis tidak diindikasikan untuk prosedur bersih yang tidak terkait
prostetik seperti yang didefinisikan oleh pedoman internasional,3,6-8 namun lebih
cenderung diindikasikan untuk prosedur
Bukti ilmiah tidak cukup mendukung profilaksis untuk pembedahan minor.3
Profilaksis dalam praktik kedokteran umum biasanya tidak diperlukan. Jika pasien
memiliki infeksi terkait (misal: ingrown toenail atau abses dengan selulitis), harus
diberi antibiotik yang tepat.
Sumber : Johan Indra Lukito. 2019. Antibiotik Prolaksis pada Tindakan Bedah Johan
Indra Lukito Medical Department, PT. Kalbe Farma Tbk. Jakarta, Indonesia Vol.46
No.14.

Anda mungkin juga menyukai